Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Oleh:
Susanti Marilalan
NIM : NH0118085

CI Institusi

(Ns. Sudirman, S. Kep., M.kes)


NIP/ NIDN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL
KONSEP KEPERAWATAN
A. Definisi
solasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan
mengancam. Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan ketidakmampuan klien
dalam mengungkapkan perasaan klien yang dapat menimbulkan klien
mengungkapkan perasaan klien dengan kekerasan (Sukaesti, 2019).
Isolasi social merupakan ketidak mampuan untuk membina hubungan yang
erat, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain. Salah satuterpi non
farmako yang tepatdi berikan pasien gangguan jiwa adalah dengan pemberian terapi
musik instrumental. Terpimusik instrumental bermanfaat untuk menurunkan gejala
negative kelinmenarikdiri (Wahyu Ratna Riskiyani, 2020).
Isolasi soial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
Untuk mengkaji pasien isolasi social, kita dapat menggunakan teknik
wawancara dan observasi pasien dan keluarga.

B. Etiologi
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa
percaya pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan
sebelumnya, waham, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang
lemah serta represi rasa takut (Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W
&Sundeen, S,J (1998 : 345) Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri:
harga diri rendah.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri(Stuart
dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah
merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif baik langsung maupun tidak langsung.Pendapat senada dikemukan oleh
Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana
individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen beberapa factor pendukung terjadinya gangguan
dalam perkembangan social adalah :
a. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan
social.Tugas masing-masing tahap tumbuh kembang ini memiliki karakteristik
tersendiri.
Pengamatan sosial individu pada masing-masing meninggalkan sejumlah
bekas beberapa sikap, sifat, nilai yang khas (Freud dalam Koesworo, 1991)
b. Faktor dalam komunikasi keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan menjadi factor
pendukung untuk terjadinya gangguan dalam hubungan social. Hubungan
komunikasi yang tidak jelas, dimana seorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi, emosi yang tinggi
dalam keluarga yang menghambat untuk perkembangan dengan lingkungan di
luar keluarga
c. Faktor social budaya
Menjauhkan diri dari lingkungan social merupakan factor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan social. Hal ini disebabkan oleh norma-
norma yang salah yang dianut oleh keluarga dimana setiap anggota keluarga
yang tidak produktif seperti usia lanjut. Penyakit kronis dan penyandang cacat
diasingkan dan lingkungan sosialnya.
d. Faktor biologis
Orang tubuh yang jelas dapat mempengaruhi terjadinya gangguan
hubungan social adalah otak, pada klien dengan schizophrenia yang menagalami
masalah dalam hubungan social terdapat struktur yang abnormal pada otak
seperti atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan
daerah kortikal.
Adanya kelainan-kelainan kronis seperti kelainan mental organik atau
retardasi mental, dianggap membatasi kapasitas adaptif seseorang secara umum.
2. Faktor presipitasi atau pencetus
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor social budaya yakni stress yang ditimbulkan
oleh factor social budaya yang antara lain adalah keluarga
b. Faktor internal
Cont
ohnya adalah stressor psikologis yakni stress terjadi akibat ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu
sebagaimana yang dikemukakan oleh direktorat pelayanan medik
c. Perilaku
Menurut direktorat pelayanan Keperawatan perilaku yang ditampakkan
klien menarik diri adalah :
 Ekspresi wajah kurang berseri
 Apatis
 Kurang spontan
 Kurang komunikasi verbal
 Mengisolasi diri
 Rendah diri
 Aktivitas menurun
 Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
 Retensi urine dan feces
 Banyak tidur siang
 Kurang bergairah
d. Mekanisme koping
Menurut W.F Maramis (1998), mekanisme pertahanan diri yang sering
digunakan pada klien menarik diri yaitu :
 Regresi adalah mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan
respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang.
 Respresi adalah menekan perasaan pengalaman yang menyakitkan atau
konflik dan cederung memperkuat mekanisme ego lainnya.
 Isolasi adalah memutuskan pelepasan afektif karena keadaannya yang
menyakitkan atau memisahkan sikap-sikap yang bertentangan.
 Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls kepada orang lain
terutama keinginan, perasaan yang tidak dapat ditoleransi

C. Tanda dan Gejala


Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) & Carpenito,L.J (1998: 382) isolasi
sosial: menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagaiberikut:
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan
b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

Data objektif:
a. Tampak menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri
c. Tidak melakukan kontak mata
d. Tampak sedih, afek datar
e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu
f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur
denganperkembanganusianya
g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara
adalah sebagai berikut:
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Tanda dan gejala isolasi social yang didapat melalui observasi adalah sebagai
berikut:
c. Tidak memiliki teman dekat
d. Menarik diri
e. Tidak komunikatif
f. Tindakan berulang dan tidak bermakna
g. Asyik dengan pikirannya sendiri
h. Tidak ada kontak mata
i. Tampak sedih, afek tumpul.

D. Patofisiologi
Menurut Lynda Juall (carpenito:1998) bahwa proses terjadinya menarik diri
adalah sebagai berikut:
a. Berhubungan dengan keadaan yang memalukan, keterbatasan energi terhadap
kehilangan faktor tubuh, penyakit terminal, kehilangan sebagian tubuh
b. Berhubungan hambatan komunikasi terhadap kehilangan pendengaran,
retardasi mental kesulitan bicara, deficit penglihatan dan penyakit mental
kronis
c. Situasional yang berhubungan dengan pengasingan dari orang lain terhadap
tidak percaya atau curiga, ansietas, halusinasi dan ketergantungan
d. Berhubungan dengan hambatan budaya dan bahasa
e. Berhubungan dengan perubahan pola hubungan social terhadap perceraian,
kematian, kehilangan pekerjaan

E. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sudden, respon social individu berada dalam rentang
respon adaptif dan maladaptive

RENTANG RESPON SOSIAL

Respon adaptif Respon maladaptive

- Menyendiri - Kesepian - Manipulasi


- Otonom - Ketergantungan - Impulsive
- Kebersamaan - Narkisisme
- Saling ketergantungan

F. Akibat dari isolasi sosial


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya gangguansensori
persepsi halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156). Gangguan sensori
persepsihalusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus
eksternal) ataupersepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti
melihat bayanganatau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada
(Johnson, B.S, 1995:421).Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah
pencerapan tanpa adanya rangsangapapun dari panca indera, di mana orang tersebut
sadar dan dalam keadaan terbangunyang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan
fungsional, organik atau histerik.Perubahan persepsi sensori halusinasi sering
ditandai dengan adanya:
Data subjektif:
a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat
b. Tidak mampu memecahkan masalah
c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara
ataumelihat bayangan)
d. Mengeluh cemas dan khawatir
Data objektif:
a. Apatis dan cenderung menarik diri
b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang
berhentiberbicara seolah-olah mendengarkan sesuatu
c. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
d. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
e. Gerakan mata yang cepat
f. Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendah
g. Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap
petunjuk yang kompleks)

Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan yang Dikaji


I. Pohon Masalah
Efek : Resiko perubahan sensory persepsi : halusinasi

Core problem : Gangguan interaksi Sindrom deficit


Social menarik diri perawatan diri

Etiologi : Gangguan konsep Kurang motivasi


Diri harga diri rendah

II. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Masalah Keperawatan.
a. Resiko perubahanm persepsi sensori: halusinas
b. Isolasi sosial : menarik diri
c. Gangguan konseps diri: harga diri rendah
2. Data yang perlu di kaji.
a. Resiko perubahanm persepsi sensori: halusinasi
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata.
b) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
c) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
d) Klien merasa makan sesuatu
e) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
f) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
g) Klien ingin memukul/melempar barang-barang
2) Data Objektif
a) Klien berbicar dan tertawa sendiri
b) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
c) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d) Disorientasi
b. Isolasi sosial : menarik diri
1) Data obyektif:
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
2) Data subyektif:
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan
singkat, ya atau tidak.
c. Gangguan konseps diri: harga diri rendah
1) Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri.
2) Data subyektif:
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh / tidak tahu apa–
apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.
III.Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri
2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
IV. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan dari tindakan keperawatan yaitu Tidak terjadi perubahan persepsi sensori:
halusinasi, tujuan dapat dirinci sebagai berikut :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri.
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain
d. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien perawat, klien
perawat klien lain, perawat-klien kelompok, klien keluarga.
e. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
f. Klien mendapat dukungan keluarga

No Pasien keluarga
1 SPIP SPIK
a. Identifikasi penyebab isolasi a. Diskusikan masalah yang
sosial : siapa yang serumah, dirasakan dalam merawat pasien
siapa yang dekat, yang tidak b. Jelaskan pengertian, tanda &
dekat, dan apa sebabnya. gejala, dan proses terjadinya
b. Keuntungan punya teman dan isolasi sosial (gunakan booklet)
bercakap-cakap c. Jelaskan cara merawat isolasi
c. Kerugian tidak punya teman sosial
dan tidak bercakap-cakap d. Latih dua cara merawat
d. Latih cara berkenalan dengan berkenalan, berbicara saat
pasien dan perawat atau tamu melakukan kegiatan harian
e. Masukan pada jadwal e. Anjurkan membantu pasien
kegiatan untuk latihan sesuai jadwal dan memberikan
berkenalan pujian saat besuk
2 SPIIP SPIIK
a. Evaluasi kegiatan berkenalan a. Evaluasi kegiatan keluarga
(berapa orang). Beri pujian dalam merawat/melatih pasien
b. Latih cara berbicara saat berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian melakukan kegiatan harian. Beri
(latih 2 kegiatan) pujian
c. Masukkan pada jadwal b. Jelaskan kegiatan rumah tangga
kegiatan untuk latihan yang dapat melibatkan pasien
berkenalan 2-3 orang pasien, berbicara (makan, sholat
perawat dan tamu, berbicara bersama) di rumah
saat melakukan kegiatan c. Latih cara membimbing pasien
harian berbicara dan memberi pujian
d. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal saat besuk
3 SPIIIP SPIIIK
a. Evaluasi kegiatan latihan a. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan (beberapa orang) dalam merawat/melatih pasien
& bicara saat melakukan dua berkenalan, berbicara saat
kegiatan harian. Beri pujian melakukan kegiatan harian. Beri
b. Latih cara berbicara saat pujian
melakukan kegiatan harian (2 b. Jelaskan cara melatih pasien
kegiatan baru) melakukan kegiatan sosial
c. Masukkan pada jadwal seperti berbelanja, meminta
kegiatan untuk latihan sesuatu dll
berkenalan 4-5 orang, c. Latih keluarga mengajak pasien
berbicara saat melakukan 4 belanja saat besuk
kegiatan harian d. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan berikan pujian
saat besuk
4 SPIVP SPIVK
a. Evaluasi kegiatan latihan a. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan, bicara saat dalam merawat/melatih pasien
melakukan empat kegiatan berkenalan, berbicara saat
harian. Beri pujian melakukan kegiatan harian/RT,
b. Latih cara bicara sosial : berbelanja. Beri pujian
meminta sesuatu, menjawab b. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
pertayaan tanda kambuh, rujukan
c. Masukkan pada jadwal c. Anjurkam membatu pasien
kegiatan untuk latihan sesuai jadwal kegiatan dan
berkenalan >5 orang, orang memberikan pujian
baru, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
dan sosialisasi
5 SPVP SPVK
a. Evaluasi kegiatan latihan a. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan, berbicara saat dalam merawat/melatih pasien
melakukan kegiatan harian berkenalan, berbicara saat
dan sosialisasi. Beri pujian melakukan kegiatan harian/HR,
b. Latih kegiatan harian berbelanja & kegiatan lain dan
c. Nilai kemampuan yang telah follow up. Beri pujian
mandiri b. Nilai kemampuan keluarga
d. Nilai apakah isolasi sosial merawat pasien
teratasi c. Nilai kemampuan keluarga
melakukan control ke RSJ/PKM

DAFTAR PUSTAKA
Anna Keliat, Budi. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Anonym. 2011. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosialhttp://www.scribd.com diakses tanggal
25/09/2012
Anonym. 2010. KTIIsolasiSosialhttp://www.docstoc.com diakses tanggal 25/09/2012
Yosep, iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Sukaesti, D. (2019). Sosial Skill Training Pada Klien Isolasi Sosial. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 6(1), 19. https://doi.org/10.26714/jkj.6.1.2018.19-24

Wahyu Ratna Riskiyani, F. S. S. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN


JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL.

Anda mungkin juga menyukai