Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi pertumbuhan dan perkembangan

Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit
untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan
masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan
panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.

Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-
ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda di setiap kelompok umur dan masing- masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan
yang berbeda. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun, dan
masa pubertas.

Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan
disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi beberapa aspek
kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase
awal ini akan menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek
perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.(Chamidah, 2014)

Pertumbuhan pada anak usia remaja

1. Pertumbuhan fisik
Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang anak akan
memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi pada
pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan seks
sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta perubahan
sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh.
Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas berlangsung dengan sangat cepat
dalam sekuens yang teratur dan berkelanjutan. Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira
10 cm per tahun, sedangkan pada perempuan kurang lebih 9 cm per tahun. Secara keseluruhan
pertambahan tinggi badan sekitar 25 cm pada anak perempuan dan 28 cm pada anak laki-laki.
Pertambahan tinggi badan terjadi dua tahun lebih awal pada anak perempuan dibanding anak
laki-laki. Puncak pertumbuhan tinggi badan (peak height velocity) pada anak perempuan terjadi
sekitar usia 12 tahun, sedangkan pada anak laki-laki pada usia 14 tahun. Pada anak perempuan,
pertumbuhan akan berakhir pada usia 16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia 18
tahun. Setelah usia tersebut, pada umumnya pertambahan tinggi badan hampir selesai. Hormon
steroid seks juga berpengaruh terhadap maturasi tulang pada lempeng epifisis. Pada akhir
pubertas lempeng epifisis akan menutup dan pertumbuhan tinggi badan akan berhenti.
Pertambahan tinggi dan berat badan berhubungan juga dengan proporsi tubuh.
Misalnya bagian-bagian tubuh tertentu yang dulunyakecil saat masa anak-anak, pada masa
remaja berubah menjadi besar. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada pertumbuhan tangan dan
kaki, yang kadang tidak proporsional. Perubahan lain dalam proporsi tubuh juga terlihat pada
perubahan ciri-ciri wajah, di mana wajah anak-anak mulai menghilang. Terjadi perubahan
struktur kerangka, pertumbuhan otot. Pertumbuhan otot ini perkembang seiring dengan
bertambahnya tinggi badan. Pertumbuhan otot laki-laki lebih cepat karena mereka memiliki
lebih banyak jaringan otot.(Jannah, 2017)
Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan meningkatnya volume testis, ukuran
testis menjadi lebih dari 3 mL, pengukuran testis dilakukan dengan memakai alat orkidometer
Prader. Pembesaran testis pada umumnya terjadi pada usia 9 tahun, kemudian diikuti oleh
pembesaran penis. Pembesaran penis terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh. Ukuran penis
dewasa dicapai pada usia 16-17 tahun. Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis
mencapai P4, sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan
merupakan petanda pubertas yang baik oleh karena variasi yang sangat besar. Perubahan suara
terjadi karena bertambah panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring dan pengaruh
testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi bersamaan dengan pertumbuhan
penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi basah atau wet dream terjadi sekitar usia
13-17 tahun, bersamaan dengan puncak pertumbuhan tinggi badan.
Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast budding atau tunas
payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap payudara berkembang
menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12
tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun. Menarke terjadi dua tahun
setelah awitan pubertas, menarke
terjadi.(Batubara, 2016)

2. Maturasi system organ pada remaja


Pubertal-maturation adalah suatu proses dinamis secara biologis yang ditandai dengan
adanya perubahan yang kelihatan di dalam proporsi tinggi badan, komposisi badan, dan
pertumbuhan ciri-ciri seksual sekunder yang memuncak pada transisi dari pra-produktif kepada
tahap produktif sepanjang rentang kehidupan manusia. Haid pertama (menarche) sering
digunakan sebagai kriteria maturation pada remaja puber perempuan, sedangkan bagi remaja
puber laki-laki, kriteria yang dipakai adalah mimpi basah. Proses kematangan (maturation) pada
masa puber terbagi 2 (dua) yaitu normal dan abnormal. Kematangan yang menyimpang atau
abnormal juga terbagi 2 (dua), yaitu early-maturation (matang lebih awal) dan late-maturation
(matang terlambat). Remaja puber yang kematangan seksualnya lebih cepat dari pada kelompok
seksnya termasuk ke dalam kelompok early-maturation. Begitu juga sebaliknya, remaja puber
yang kematangan seksualnya lebih lambat dari kelompok seksnya termasuk ke dalam late-
maturation.(Sari, 2014)

Perkembangan pada anak usia remaja

1. Perkembangan psikososial
Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal (early adolescent),
pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late adolescent). Periode pertama disebut remaja awal
atau early adolescent, terjadi pada usia usia 12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak
terpapar pada perubahan tubuh yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan perubahan
komposisi tubuh disertai awal pertumbuhan seks sekunder.
Karakteristik periode remaja awal ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan psikologis
seperti :
a. Krisis identitas,
b. Jiwa yang labil,
c. Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri,
d. Pentingnya teman dekat/sahabat,
e. Berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, kadang-kadang berlaku kasar,
f. Menunjukkan kesalahan orangtua,
g. Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua,
h. Kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, dan
i. Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi dan cara berpakaian.

Pada fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang, bukan masa depan,
sedangkan secara seksual mulai timbul rasa malu, ketertarikan terhadap lawan jenis tetapi masih
bermain berkelompok dan mulai bereksperimen dengan tubuh seperti masturbasi. Selanjutnya
pada periode remaja awal, anak juga mulai melakukan eksperimen dengan rokok, alkohol, atau
narkoba. Peran peer group sangat dominan, mereka berusaha membentuk kelompok, bertingkah
laku sama, berpenampilan sama, mempunyai bahasa dan kode atau isyarat yang sama. Periode
selanjutnya adalah middle adolescent terjadi antara usia 15-17 tahun, yang ditandai dengan
terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut :

a. Mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya,


b. Sangat memperhatikan penampilan,
c. Berusaha untuk mendapat teman baru,
d. Tidak atau kurang menghargai pendapat orangtua,
e. Sering sedih/moody,
f. Mulai menulis buku harian,
g. Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif, dan
h. Mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orangtua.

Pada periode middle adolescent mulai tertarik akan intelektualitas dan karir. Secara seksual sangat
memperhatikan penampilan, mulai mempunyai dan sering berganti-ganti pacar. Sangat perhatian
terhadap lawan jenis. Sudah mulai mempunyai konsep role model dan mulai konsisten terhadap
cita-cita. Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh tercapainya maturitas
fisik secara sempurna. Perubahan psikososial yang ditemui antara lain:

a. Identitas diri menjadi lebih kuat,


b. Mampu memikirkan ide,
c. Mampu mengekspresikan perasaan dengan kata- kata,
d. Lebih menghargai orang lain,
e. Lebih konsisten terhadap minatnya,
f. Bangga dengan hasil yang dicapai,
g. Selera humor lebih berkembang, dan
h. Emosi lebih stabil.

Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran yang diinginkan
nantinya. Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis, dan mulai dapat menerima tradisi
dan kebiasaan lingkungan.(Batubara, 2016)

2. Perkembangan motoric Halus

3. Perkembangan motoric Kasar

4. Perkembangan Komunikasi dan Bahasa

5. Perkembangan spiritual pada remaja


Perkembangan kehidupan spiritual pada remaja tidak dapat dilepaskan oleh pembinaaan
kepribadian secara keseluruan. Karena kehidupan spiritual remaja adalah bagaian dari kehidupan
sendiri, sikap atau tindakan seorang dalam hidupnya tidak lain dari panutan pribadinya yang
bertumbuh dan berkembang sejak ia lahir, semenjak berada dalam kandungan. Semua pengalaman
dilalui sejak dalam kandungan, mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan pribadi diantara ahli
jiwa ada yang berpendapat pribadi itu tidak lain adalah kumpulan pengalaman pada usia-usia
terdahulu.(Sejati, 2016)
Menurut Fowler, tahapan perkembangan iman (spiritual) remaja berada pada tahap 3 dan tahap 4.
Tahap 3 disebut sintesis-konvensionalatau synthetic- conventional faith (transisi antara masa
kanak-kanak dan remaja, remaja awal), sedangkan tahap 4 disebut iman individuatif-reflektif atau
individuative- reflectivefaith (transisi antara masa remaja dan masa dewasa, dewasa awal). Jadi,
perkembangan spiritual remaja berada pada kisaran tahap 3 dan 4. Lalu, alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini dibuat berdasarkan kedua tahap tersebut yang diturunkan menjadi 5 indikator.
Tahap 3 (synthetic-conventional faith) terdiri dari 4 indikator, yaitu: kecenderungan mendasari
kepatuhan beragama karna keyakinan religius orang lain, meninjau benar salahnya perilaku dengan
pertimbangan apakah perilaku tersebut membahayakan relasi remaja dengan orang lain, meninjau
benar salahnya perilaku melalui pertimbangan remaja berdasarkan apa yang akan dikatakan oleh
orang lain kepadanya, dan melibatkan sebuah relasi pribadi antara remaja dan Tuhan. Sedangkan,
pada tahap 4 (individuative- reflectivefaith) terdiri dari 1 indikator, yaitu kecenderungan untuk
mampu mengembangkan tanggung jawab terhadap keyakinan religiusnya.(Saputra, 2018)

DAFTAR PUSTAKA
Batubara, J. R. (2016). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri, 12(1), 21.
https://doi.org/10.14238/sp12.1.2010.21-9
Chamidah, A. N. (2014). DETEKSI DINI GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK Atien
Nur Chamidah. Jurnal Pendiidkan Khusus, 8.
Jannah, M. (2017). Remaja Dan Tugas-Tugas Perkembangannya Dalam Islam. Psikoislamedia : Jurnal
Psikologi, 1(1), 243–256. https://doi.org/10.22373/psikoislamedia.v1i1.1493
Saputra, D. S. (2018). Perkembangan spiritual remaja sma dharma putra. Psikologi, 16(9), 64 of 67.
Sari, K. (2014). HUBUNGAN TINGKAT MATURASI PERKEMBANGAN REMAJA DENGAN PERILAKU SEKSUAL
PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA.
Sejati, S. (2016). Perkembangan Spiritual Remaja dalam Perspektif Ahli. Hawa, 1(1).
https://doi.org/10.29300/hawapsga.v1i1.2231

Anda mungkin juga menyukai