Anda di halaman 1dari 77

TUGAS PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

“ GABUNGAN MATERI

“MASA PUBERTAS DAN MASA REMAJA “

Disusun Oleh :

ANANDA RIA SAPUTRI

P05140419064

DOSEN PEMBIMBING : Ns. MEIGO ANUGRA JAYA, Sp.Kep.J

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
ALIH JENJANG CURUP
2019/2020
NAMA : ANANDA RIA SAPUTRI

NIM : P05140419064

MATA KULIAH : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

MATERI : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MASA PUBER

SUBMATERI : TAHAP MASA PUBERTAS

Dosen : Ns.MEIGO ANUGRA WIJAYA,Sp.Kep.J

A. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN TAHAP MASA PUBER


1. Pengertian Pubertas
Pubertas adalah masa transisi dari masa anak ke masa dewasa, yang ditandai dengan
munculnya tanda–tanda seksual sekunder dan kemampuan bereproduksi dengan ditandai
dengan perubahan hormonal, perubahan fisik, maupun perubahan psikologis dan sosial
(Styne, 2000). Puber berasal dari kata latin Pubescere berarti mendapat pubes atau
rambut kemaluan yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan
seksual (Panuji & Umami, 1999).

Menurut Chaplin (1993:408), pubertas adalah periode-periode kehidupan dimana


terjadi kematangan organ-organ seks mencapai tahap menjadi fungsional terhadap variasi
yang jelas sekali diantara individu-individu yang berbeda, pada umumnya usia akhir
periode untuk anak perempuan adalah 13 tahun dan pada anak laki-laki 14 tahun.

Pubertas bukan merupakan peristiwa yang tiba-tiba terjadi, tetapi merupakan suatu
refleksi maturasi yang bertahap dari aksis hipotalamus-hipofisisgonad yang dimulai sejak
masa janin sampai masa pubertas, dimana tiap periode mempunyai karakteristik tertentu.

Masa puber merupakan masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi karena
pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja dan
dikatakan tumpang tindih karena beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih
dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber meliputi
tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja. Menjelang anak matang
secara seksual, ia masih disebut anak puber, begitu matang secara seksual ia disebut
remaja atau remaja muda (Al Mighwar, 2006:70).

2. Perubahan Secara Biologis

a. Usia pada masa puber (Hurlock : 186)

Dalam kebudayaan Amerika saat ini, kira-kira 50 persen anak perempuan

menjadi matang antara 12,5 dan 14,5 tahun, dengan kematngan rata-rata berusia tiga

belas tahun. Rata-rata anak laki-laki menjadi matang secara seksual antara 14 dan

16,5 tahun, dengan 50 persen anak laki-laki yang matang antara 14 dan 15,5 tahun,

dengan 50 persen setiap kelompok terbesar merata antara anak yang matang lebih
dulu dan matang setelah usia rata-rata, yaitu yang di sebut cepat matang dan lambat

matang.

b. Perubahan tubuh pada masa puber (Hurlock : 188)

Selama pertumbuhan pada masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting

dimana tubuh anak-dewasa : perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh,

perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder antara

lain :

1) Perubahan ukuran tubuh (Hurlock : 188)

Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran tubuh

dalam tinggi dan berat badan. Diantara anak perempuan, rata-rata peningkatan

pertahun dalam tahun sebelum haid adalan 3 inci, tetapi peningkatan itu bias juga

terjadi dari 5-6 inci. 2 tahun sebelum haid peningkatan rata-rata adalah 2,5 inci.

Jadi peningkatan keseluruhan selama dua tahun sebelum haid adalah 5,5 inci.

Setelah haid tingkat pertumbuhan menurun sampai kira-kira 1 inci setahun dan

berheti sekitar delapan belas tahun.

Bagi anak laki-laki, permulaan periode pertumbuhan pesat tinggi tubuh

dimulai rata-rata pada usia 12,8 tahun dan berakhir rata-rata pada 15,3 tahun,

dengan puncaknya pada empat belas tahun. Peningkatan tinggi badan yang

terbesar terjadi setahun sesudah dimulainya masa puber. Sesudahnya,

pertumbuhan menurun dan berlangsung lambat sampai usia dua puluh tahun atau

dua puluh satu tahun. Karena periode pertumbuhan yang lebih lama adalah anak

laki-laki lebih tinggi dari pada anak perempuan pada saat sudah matang.

2) Perubahan proporsi tubuh (Hurlock : 188)

Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil, sekarang

menjadi terlampau besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah-

daerah tubuh yang lain. Ini tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. Barulah

pada bagian akhir masa remaja, seluruh bagian tubuh mencapai ukuran dewasa,

meskipun perubahan besar terjadi sebelum masa puber usia.

Badan, yang kurus dan panjang mulai melebar pada bagian pinggul dan

bahu dan ukuran pinggang berkembang. Lengan, yang pertumbuhannya

mendahului pertumbuhan pesat badan, sehingga tampaknya terlalu panjang.


3) Perkembangan ciri-ciri seks primer  (Soesilowindradini : 138-139)

Pada anak wanita perkembangan organ-organ seks dinyatakan dengan

timbulnya haid pertama atau menarche.sering kali dengan timbulnya hal ini,anak

wanita merasa sakit kepala pinggang, perut dan sebagainya yang menyebabkan

anak merasa capai, lekas marah. Pada pria perkembangan organ-organ seks

dinyatakan dengan timbulnya nocturnal emissions”atau polusi,

mimpi (Soesilowindradini;137-138).

4) Perkembangan ciri-ciri seks sekunder (Soesilowindradini : 138-139)

Di dalam masa Pubertas, lama kelamaan ternyata adanya perbedaan

tampang antara anak-anak wanita dan pria ,yang makin lama makin kelihatan

jelas. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perkembangan cirri-ciri fisik yang

membedakan dua jenis kelamin itu.

Pada anak pria nampak hal sebagai berikut :

a) Timbulnya punic hair, rambut di daerah alat kelamin,

b) Timbulnya axillary hair, rambut di ketiak,seringkali tumbuh dengan hebat

rambut di lengan, kaki, dan dada.

c) Kulit menjadi lebih kasar daripada anak-anak.

d) Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lemak di dalam kulit yang

disebut sebaceous, menjadi aktif sekali, sehingga timbul banyak kukul atau acne.

e) Kelenjar keringat bertambah besar dan bertambah aktif, sehingga banyak

keringat keluar.

f) Otot tubuh, kaki dan tangan membesar.

g) Timbulnya perubahan suara mulai membesar.

Pada anak wanita Nampak hal sebagai berikut :

a) Perkembangan pinggul, yang membesar dan menjadi bulat disebabkan oleh

membesarnya tulang pinggul atau pelvis dan juga bertambahnya lemak.

b) Perkembangan buah dada, timbulnya public hair, rambut di daerah alat kelamin.

c) Timbulnya axillary hair, rambut di ketiak.


d) Kulit menjadi lebih kasar daripada anak-anak.

e) Kelenjar sebaceous menjadi lebih besar dan lebih aktif yang menyebabkan

timbulnya kukul.

f) Kelenjar-kelenjar keringat menjadi lebih aktif.

g) Timbul perubahan suara, yang berubah dari suara kekanak-kanakan menjadi

lebih rendah dan merdu.

h) Bertumbuhnya rambut di lengan dan kaki.

3. Perubahan Secara Psikologis


Masa remaja adalah masa datangnya pubertas (11-14) sampai usia sekitar 18 tahun,
masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa
sulit bagi remaja maupun orang tuanya (Yudrik Jahja ; 225-226):
a. Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan
pendapatnya sendiri.
b. Remaja lebih mudah di pengaruhi teman-temannya daripada ketika masih lebih
muda.
c.  Remaja mengalami perubahan seksualitas. Perasaan seksual yang mulai muncul
dapat menakutkan, membingungkan, dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.
d. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya
yang biasanya meningkat

Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja (Yudrik Jahja ;


226-227) ,antara lain:
a. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin iya terlihat pendiam, cemberut, dan
mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya, periang, berseri-
seri, dan yakin.
b.   Rasa ingin tau seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat.
c. Membolos, tidak ada gairah atau malas kesekolah sehingga ia lebih suka membolos
masuk sekolah.
d. Perilaku anti sosial, seperti suka menganggu, berbohong, kejam, dan agresif.
e. Penyalahgunaan obat bius .
f. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang ialah skizofernia

Dimensi Psikologis dari Pubertas (Santrock, Adolescensce ; 98)

Citra tubuh, remaja menunjukkan minat yang amat besar terhadap citra tubuh

mereka. Remaja usia muda menunjukkan perhatian yang lebih besar dan kurang puas

terhadap gambaran tubuh yang mereka miliki, daripada remaja akhir.


Menarche dan Daur Menstruasi, menarche adalah menstruasi pertama. Menarche dan

daur menstruasi menyebabkan berbagai reaksi pada anak perempuan. Remaja yang tidak

siap dan yang mengalami menarche terlalu dini cenderung  menujukkan lebih banyak

rekasi negative.

Kematangan cepat dan lambat, kematangan cepat baik bagi anak laki-laki, setidak-

tidaknya semasa remaja. Meskipun demikian sebagai orang dewasa, remaja putra yang

lambat matang lebih berhasil mencapai identitas. Peneliti semakin menemukan bahwa

remaja putrid yang matang dini lebih rentan menghadapi berbagai masalah.

 Tepat waktu-tidak tepat waktu, baik tepat waktu maupun tidak tepat waktu berakibat

rumit. Remaja akan menanggung resiko bila tuntutan konteks sosial tertentu tidak sesuai

dengan karakteristik fisik dan perilaku mereka.   

Pengaruh Pubertas, perkembangan remaja di pengaruhi oleh interaksi factor biologis,

kognitif, dan sosial bukan di dominasi biologi. Pubertas dini atau terlambat tidak

berdampak pada perkembangan. Pengaruhnya ada, tetapi perubahan pubertas selalu harus

d telaah dalam kerangka yang lebih besar yaitu adanya interaksi factor biologis, kognitif,

dan sosial.

4. Ciri-ciri Pubertas
Anak yang mengalami masa pubertas selama dua tahun atau kurang dianggap sebagai
anak yang cepat ma tang, sedangkan yang memerlukan tiga sampai empat tahun untuk
menyelesaikan peralihan menjadi dewasa dianggap sebagai anak yang lambat matang.
Anak perempuan cenderung lebih cepat matang dibandingkan anak laki-laki.

Ciri-ciri anak yang mengalami masa pubertas adalah sebagai berikut (Soetioe,1982:5-
6):

a. Mencari pergaulan di luar keluarga, usaha melepaskan diri dari ikatan keluarga. 

b. Minat subjektif dan sosial, timbul ke dalam batin sendiri.

c. Kepribadian tumbuh dan si puber menemukan diri sendiri, ia mulai meneliti


hidupnya.

d. Penemuan nilai-nilai, sikapnya menjadi emosional.

e. Daya pikir melepaskan sifat-sifat konkret dan menuju sifat-sifat abstrak.

f. Perkembangan anak laki-laki dan anak perempuan berbeda.


g. Anak puber mengalami sikap ketidak-tenangan, tidak seimbang dan menunjukkan
sifat yang bertentangan.

Adapun ciri-ciri fisik anak yang memasuki masa pubertas adalah sebagai berikut
(Sujanto, 1996:172-173):

a. Kelenjar bagi anak laki-laki mulai menghasilkan cairan yang terdiri atas sel-sel
sperma dan bagi anak perempuan kelenjar kelaminnya mulai menghasilkan sel telur.

b. Anak laki-laki mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan mengalami


menstruasi.

c. Tubuh mulai berkembang, sehingga tampak pada anak laki-laki dadanya bertambah
dengan otot-otot yang kuat dan anak perempuan, pinggulnya mulai melebar. 

d. Mulai tumbuhnya rambut-rambut di bagian-bagian tertentu baik anak laki-laki


maupun anak perempuan.

e. Anak laki-laki lebih banyak bernafas dengan perut sedangkan anak perempuan lebih
banyak bernafas dengan dada.

f. Suara mulai berubah menjadi lebih besar atau parau.

g. Wajah anak laki-laki lebih tampak persegi sedangkan wajah anak perempuan lebih
tampak membulat. 

h. Motorik anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalan anak laki-laki
dan anak perempuan mengalami perubahan. Anak laki-laki tampak lebih kaku dan
kasar, sedang anak perempuan tampak lebih canggung.

i. Mulai menghias diri, baik anak laki-laki maupun anak perempuan berusaha menarik
perhatian dengan memamerkan segala perkembangannya, tetapi dengan malu-malu.

j. Sikap batinnya kembali mengarah ke dalam, sehingga timbul rasa percaya diri. 

k. Perkembangan tubuhnya mencapai kesempurnaan dan kembali harmonis.

5. Tahap-tahap Masa Pubertas


a. Tahap prapuber
Tahap ini bertumpang tindih dengan satu atau dua tahun terakhir masa
kanak-kanak pada saat anak dianggap sebagai prapuber yaitu, bukan lagi seorang
anak tetapi belum juga seseorang remaja.Dalam tahap prapuber(atau tahap
pematangan),ciri-ciri seks sekunder mulai tampak tetapi organ-organ reproduksi
belumsepenuhnya berkembang.

b. Tahap Puber
Tahap ini terjadi pada garis pembagi antara masa kanak-kanak dan masa
remaja saat dimana criteria kematangan seksual muncul haid pada anak perempuan
dan pengalaman akan basah pertama kali di malam hari.
c. Tahap Pascapuber
Tahap ini bertumpang tindih dengan tahun pertama atau kedua masa
remaja.Selama tahap ini,ciri-ciri seks sekunder telah berkembang baik dan organ-
organ seks mulai berfungsi dengan matang .(Sri Rumini & Sitti Sundari). Menurut
Hurlock (1990;184), pembagian umurnya sebagai berikut :

1) Tahap Prapuber : Wanita 11-13 tahun, Pria 14-16 tahun.


2) Tahap Puber : Wanita 13-17 tahun, Pria 14-17 tahun 6 bulan.
3) Tahap Pasca Puber : Wanita 17-21 tahun, Pria 17 tahun 6 bulan 21 tahun

DAFTAR PUSTAKA

C.P Chaplin (Penerjemah Dr.Kartini Kartono). 1993. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:


Rajawali Pers.

Hurlock, B. Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Ciracas, Jakarta : Erlangga.

Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

MA, Soesilowindradini. Psikologi Perkembangan (Masa Remaja). Surabaya : Usaha Nasional.

Panuji, Panut dan Umami, Ida. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Santrock, W. John. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja). Ciracas, Jakarta : Erlangga.


Styne DM. 2000. The physiology of puberty. In: Brook CG, Hindmarsh PC, editors. Clinical
Pediatric Endocrinology. Fourth ed. London: Blackwell Science.

MATA KULIAH : “PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MASA PUBERT


(PUBERTY)”

NAMA :DESI DESTI ARIYANTI P

NPM :P0 5140419068

A. MASA PUBERTASI

Pubertas adalah masa dimana ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang dan

tercapainya kemampuan untuk bereproduksi. Antara usia 10 sampai 20 tahun, anak-

anak mengalami perubahan yang cepat pada ukuran, bentuk, fisiologi, dan psikologi

serta fungsi sosial dari tubuh. Keadaan hormon dan struktur sosial menentukan

bagaimana transisi dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan .

Perubahan endokrinologis dari pubertas sebenarnya telah dimulai sebelum

munculnya ciri-ciri seks sekunder. Yang terjadi adalah peningkatan sekresi dari

GnRH pada hipotalamus. Konsep yang ada sekarang menyatakan bahwa pubertas

terjadi akibat peningkatan frekuensi dan amplitudo dari pelepasan GnRH, awalnya

hanya saat malam hari kemudian secara perlahan juga pada siang hari (Garilbadfi,

2008). Stimulus yang menyebabkan perubahan pada pulsasi GnRH masih belum

jelas, tetapi beberapa penelitian menyatakan adanya peran hormon leptin. Tidak lama

sebelum pubertas dimulai, jumlah hormon leptin meningkat berbanding lurus dengan

massa jaringan adiposa. Selain pada hipotalamus, reseptor dari leptin juga terdapat

pada hipofisis anterior. Leptin akan memberikan sinyal kepada hipotalamus bahwa

cadangan energi tubuh siap untuk memulai fungsi reproduksi.

Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik,

psikologis maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan terkadang

tanpa kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan tanda-tanda

seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan sosial

dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelainan


maupun penyakit tertentu bila tidak diperhatikan dengan seksama. Maturasi seksual

terjadi melalui tahapan-tahapan yang teratur yang akhirnya mengantarkan anak siap

dengan fungsi fertilitasnya, laki-laki dewasa dengan spermatogenesis, sedangkan

anak perempuan dengan ovulasi. Di samping itu, juga terjadi perubahan psikososial

anak baik dalam tingkah laku, hubungan dengan lingkungan serta ketertarikan dengan

lawan jenis.

B. PERUBHAN HORMON PADA MASA PUBERTASI

Aktivasi dari pubertas terjadi akibat perubahan hormon GnRH yang terdiri dari

perlepasan dan pola perlepasan dari GnRH yang teratur setiap 90 menit. Modulasi

GnRH mempengaruhi kadar FSH dan LH. FSH dan LH lalu akan merangsang

pelepasan hormon Estrogen. Estrogen yang bersirkulasi akan memberikan respon

umpan balik negatif pada pelepasan FSH, LH dan GnRH (Dattani, 2009).

gambar 1. peubahan hormon


Perubahan hormonal pada pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi

gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens

perubahan sistem endokrin yang kompleks yang melibatkan sistem umpan balik

negatif dan positif. Selanjutnya, sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tandatanda

seks sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapan untuk reproduksi. Gonadotropin releasing

hormone disekresikan dalam jumlah cukup banyak pada saat janin berusia 10 minggu,

mencapai kadar puncaknya pada usia gestasi 20 minggu dan kemudian menurun pada

saat akhir kehamilan.1 Hal ini diperkirakan terjadi karena maturasi sistim umpan

balik hipotalamus karena peningkatan kadar estrogen perifer. Pada saat lahir GnRH

meningkat lagi secara periodik setelah pengaruh estrogen dari plasenta hilang.

Keadaan ini berlangsung sampai usia 4 tahun ketika susunan saraf pusat

menghambat sekresi GnRH. Pubertas normal diawali oleh terjadinya aktivasi aksis

hipotalamus– hipofisis–gonad dengan peningkatan GnRH secara menetap.

Kontrol neuroendokrin untuk dimulainya pubertas masih belum diketahui secara

pasti. Terdapat berbagai faktor yang dianggap berperan dalam awitan pubertas, antara

lain faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan lainnya.3 Secara genetik terdapat berbagai

teori yang mengatur awitan pubertas, antara lain pengaturan oleh gen GPR54, suatu

G-coupled protein receptor. Mutasi pada gen GPR54 dapat menyebabkan terjadinya

hipogonadotropik hipogonadisme idiopatik. Pada tikus percobaan, defisiensi gen

GPR54 menyebabkan volume testis tikus jantan menjadi kecil, sedangkan pada tikus

betina menyebabkan terlambatnya maturasi folikel dan pembukaan vagina.

Pada tahun 1971, Frisch dan Revelle mengemukakan peran nutrisi terhadap

awitan pubertas. Frisch dan Revelle menyatakan bahwa dibutuhkan berat badan

sekitar 48 kg untuk timbulnya menarke, sedangkan pada penelitian selanjutnya

dinyatakan bahwa dibutuhkan perbandingan lemak dan lean body mass tertentu untuk

timbulnya pubertas dan untuk mempertahankan kapasitas reproduksi. Leptin, suatu

hormon yang dihasilkan di jaringan lemak (white adipose) yang mengatur kebiasaan
makan dan termogenesis diperkirakan juga berperan dalam mengatur awitan pubertas.

Pada keadaan puasa kadar leptin menurun, begitu pula dengan kadar gonadotropin.

Penemuan ini menunjang hipotesis peran nutrisi dalam pengaturan pubertas. Pada

penelitian selanjutnya ternyata hal ini masih dipertanyakan karena kadar leptin tetap

stabil selama pre-dan pasca pubertas.

Di samping itu terdapat berbagai faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi

awitan pubertas, seperti pertumbuhan janin intrauterin, migrasi ke negara lain, dan

faktor lingkungan lainnya. Pada saat remaja atau pubertas, inhibisi susunan saraf

pusat terhadap hipotalamus menghilang sehingga hipotalamus mengeluarkan GnRH

akibat sensitivitas gonadalstat. Selama periode prepubertal gonadalstat tidak sensitif

terhadap rendahnya kadar steroid yang beredar, akan tetapi pada periode pubertas

akan terjadi umpan balik akibat kadar steroid yang rendah sehingga GnRH dan

gonadotopin akan dilepaskan dalam jumlah yang banyak.

Pada awalnya GnRH akan disekresi secara diurnal pada usia sekitar 6 tahun.

Hormon GnRH kemudian akan berikatan dengan reseptor di hipofisis sehingga sel-sel

gonadotrop akan mengeluarkan luteneizing hormone (LH) dan follicle stimulating

hormone (FSH). Hal ini terlihat dengan terdapatnya peningkatan sekresi LH 1-2 tahun

sebelum awitan pubertas. Sekresi LH yang pulsatil terus berlanjut sampai awal

pubertas. Pada anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan FSH pada usia

sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH pada periode berikutnya.

Pada periode selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa untuk

menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-tanda

seks sekunder sedangkan inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan balik

pada aksis hipotalamushipofisis-gonad. Hormon LH berperan pada proses menarke

dan merangsang timbulnya ovulasi.10Hormon androgen adrenal, dalam hal ini

dehidroepiandrosteron (DHEA) mulai meningkat pada awal sebelum pubertas,

sebelum terjadi peningkatan gonadotropin. Hormon DHEA berperan pada proses


adrenarke. Proses menarke normal terdiri dalam tiga fase yaitu fase folikuler, fase

ovulasi, dan fase luteal (sekretori). Pada fase folikuler, peningkatan GnRH pulsatif

dari hipotalamus akan merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH dan LH yang

kemudian merangsang pertumbuhan folikel. Folikel kemudian akan mensekresi

estrogen yang menginduksi proliferasi sel di endometrium. Kira-kira tujuh hari

sebelum ovulasi terdapat satu folikel yang dominan. Pada puncak sekresi estrogen,

hipofisis mensekresi LH lebih banyak dan ovulasi terjadi 12 jam setelah peningkatan

LH. Pada fase luteal yang mengikuti fase ovulasi ditandai dengan adanya korpus

luteum yang dibentuk dari proses luteinisasi sel folikel. Pada korpus luteum kolesterol

dikonversi menjadi estrogen dan progesteron. Progesteron ini mempunyai efek

berlawanan dengan estrogen pada endometrium yaitu menghambat proliferasi dan

perubahan produksi kelenjar sehingga memungkinkan terjadinya implantasi ovum.

Tanpa terjadinya fertilisasi ovum dan produksi human chorionic gonadotropine

(hCG), korpus luteum tidak bisa bertahan. Regresi korpus luteum mengakibatkan

penurunan kadar progesteron dan estrogen yang menyebabkan terlepasnya

endometrium, proses tersebut dikenal sebagai menstruasi. Menstruasi terjadi kira-kira

14 hari setelah ovulasi. Pada anak laki-laki, perubahan hormonal ini

dimulai dengan peningkatan LH, kemudian diikuti oleh peningkatan FSH.

Luteinising hormon akan menstimulasi sel Leydig testis untuk mengeluarkan

testosteron yang selanjutnya akan merangsang pertumbuhan seks sekunder,

sedangkan FSH merangsang sel sertoli untuk mengeluarkan inhibin sebagai umpan

balik terhadap aksis hipotalamushipofisis-gonad. Fungsi lain FSH menstimulasi

perkembangan tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya pembesaran testis. Pada

saat pubertas terjadi spermatogenesis akibat pengaruh FSH dan testosteron yang

dihasilkan oleh sel Leydig.

Pada periode pubertas, selain terjadi perubahan pada aksis hipotalamus-

hipofisis-gonad, ternyata terdapat hormon lain yang juga memiliki peran yang cukup
besar selama pubertas yaitu hormon pertumbuhan (growth hormone/GH). Pada

periode pubertas, GH dikeluarkan dalam jumlah lebih besar dan berhubungan dengan

proses pacu tumbuh selama masa pubertas. Pacu tumbuh selama pubertas memberi

kontribusi sebesar 17% dari tinggi dewasa anak laki-laki dan 12% dari tinggi dewasa

anak perempuan. Hormon steroid seks meningkatkan sekresi GH pada anak laki-laki

dan perempuan. Pada anak perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas

sedangkan pada anak laki-laki peningkatan ini terjadi pada akhir pubertas. Perbedaan

waktu peningkatan GH pada anak laki-laki dan perempuan serta awitan pubertas

dapat menjelaskan perbedaan tinggi akhir anak laki-laki dan perempuan.

Santrock (2003, p.84) mengemukakan berbagai riset menemukan bahwa sebelum

anak matang secara seksual, pengeluaran hormon seks jarang terjadi. Akan tetapi,

dengan semakin meningkatnya jumlah hormon yang dikeluarkan, struktur dan fungsi

organ-organ seks akan semakin matang. Hubungan yang erat antara kelenjar pituitary

yang ada pada dasar otak telah terbentuk dengan gonad atau kelenjar seks. Jadi ada

tiga hal yang menjadi penyebab masa puber, yaitu :

a. Peran kelenjar pituitary Kelenjar pituitary memproduksi dua hormon, yaitu

hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya

individu, hormon gonadotropik yang merangsang gonad untuk meningkatkan

aktivitasnya. Sebelum datangnya masa puber, jumlah hormon gonadotropik

bertambah secara bertahap, demikian pula kepekaan gonad terhadap hormon

gonadotropik. Dalam keadaan itulah terjadinya perubahan-perubahan masa

puber.

b. Peranan Gonad Seiring pertumbuhan dan perkembangan gonad, bertambah

besarlah organ-organ seks, yaitu ciri-ciri seks primer dan fungsinya pun

menjadi matang. Begitu pula ciri-ciri seks sekunder seperti berkembangnya

rambut kemaluan.
c. Interaksi kelenjar pituitary dan gonad Hormon yang telah diproduksi gonad,

yang telah dirangsang oleh hormon gonadotropik yang diproduksi oleh

kelenjar pituitary, kemudian bereaksi terhadap kelenjar ini dan secara

berangsur-angsur mengakibatkan penurunan jumlah kromosom hormon

pertumbuhan yang diproduksi sehingga menjadikan proses pertumbuhan

terhenti. Interaksi antara hormon gonadotropik dan gonad terus berlangsung

sepanjang kehidupan reproduksi individu, kemudian berkurang secara

perlahan saat wanita mendekati menopause.

Sumber :

Sari Pediatri, 2010. Jurnal Jose RL Batubara: Adolescent development (perkembangan remaja).
Vol. 12, No. 1, Juni 2010 http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/44930/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

http://www.google.co.id/#h1=id&source=hp&blw=&bih=&q=perkembangan+pra+puber & btn G.

santrok dkk. 2003. Nuansa Nuansa Psikologi Islam. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persana Cetakan ke-2

Datani. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

NAMA : EFA SUZANA

NPM : P0 5140419075

a. Masa Pubertas Pada Remaja

Pubertas adalah proses kematangan dan pertumbuhan yang terjadi

ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks

sekunder mulai muncul Santrock (2011)

Masa puber merupakan masa transisi dan tumpang tindih.

Dikatakan transisi karena pubertas berada dalam peralihan antara masa

kanak-kanak dengan masa remajadan dikatakan tumpang tindih karena

beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya,

sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber meliputi
tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja. Menjelang

anak matang secara seksual, ia masih disebut “anak puber”, begitu matang

secara seksual ia disebut “remaja” atau “remaja muda”

Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika

minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi

itulah yang menjadi pusat pikirannya (Zulkifli, 2005)

2. PERUBAHAN FISIK

Menurut Santrock,(2011) Pada saat remaja terjadi pertumbuhan yang

sangat cepat, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual)

untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi

reproduksi. Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah

perubahan fisik Perubahan ini ditandai dengan munculnya :

a. Tanda-tanda seks primer

Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung dengan

organ seks (terjadinya haid pada remaja putri dan terjadinya mimpi basah

pada remaja laki-laki). Pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks

primer, yaitu organ-organ seks merupakan perubahan fisik mendasar yang

ketiga. Organ-organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber dengan

tingkat kecepatan yang bervariasi. Haid dianggap sebagai petunjuk

pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang.

Gejala ini merupakan awal dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan

jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, dan akan berhenti saat

wanita mencapai menopause

b. Tanda- tanda seks sekunder

Pada masa pubertas ditandai dengan kematangan organ-organ

reproduksi, termasuk pertumbuhan seks sekunder. Pada masa ini juga


remaja mengalami pertumbuhan fisik yang sangat cepat (BKKBN, 2010).

Tanda-tanda seks sekunder pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara,

timbulnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi

dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang

dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak. Ciri-ciri seksual pada remaja

putri seperti pinggul menjadi tambah lebar dan bulat, kulit lebih halus dan

pori-pori bertambah besar. Selanjutnya ciri sekunder lainnya ditandai oleh

kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif, dan sumbatan kelenjar

lemak dapat menyebabkan jerawat.


Ciri-ciri seks sekunder pada wanita antara lain :

a. Pinggul yang membesar dan membulat sebagai akibat membesarnya

tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.

b. Buah dada dan puting susu semakin tampak menonjol, dan dengan

berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi semakin lebih besar

dan lebih bulat lagi.

c. Tumbuhnya rambut di kemaluan, ketiak, lengan dan kaki, dan kulit

wajah. Semua rambut, kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan

terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih

gelap dan agak keriting.

d. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-

pori bertambah besar. Suara dari suara kanak-kanak menjadi merdu

(melodious), suara serak dan suara yang pecah jarang sekali terjadi.

e. Kelenjar keringat lebih aktif, dan kulit lebih menjadi kasar dibanding

kulit anak-anak. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan

jerawat.

f. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya

menusuk sebelum dan selama masa haid.

g. Otot semakin kuat dan semakin besar, terutama pada pertengahan dan

menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu,

lengan dan tungkai kaki.

Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal

dibawah pengauh sistim saraf pusat, walaupun semua aspek fungsi


fisiologis berinteraksi secara bersama - sama. Perubahan fisik yang sangat

jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan

serta perkembangan karakteristik seks sekunder.

Perubahan yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan

kematangan neurogonad dengan kemampuan untuk bereproduksi.

Perbedaan fisik antara dua jenis kelamin ditentukan dengan karakteristik

pembeda, karakteristik seks primer merupakan organ eksternal dan internal

yang melaksanakan fungsi reproduktif (misalnya : ovarium, uterus,

payudara, penis). Karakteristik seks sekunder merupakan perubahan yang

terjadi di seluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal (misalnya :

perubahan suara, munculnya rambut pubertas dan bulu pada wajah,

penumpukan lemak) tetapi tidak berperan langsung dalam reproduksi.

Menurut Hurlock(1980) perubahan-perubahan fisik yang penting

dan terjadi selama masa remaja adalah sebagai berikut :

1) Perubahan Ukuran Tubuh

Pertumbuhan tinggi dan berat badan merupakan perubahan fisik

mendasar yang pertama pada masa pubertas. Hurlock berpendapat

bahwa pertambahan tinggi badan anak-anak perempuan mencapai rata -

rata 3 inci per tahun, dalam tahun sebelum haid, bahkan bisa saja

mencapai 5 hingga 6 inci. Peningkatan berat tubuh bukan hanya

disebabkan lemak, tetapi juga semakin bertambah beratnya tulang dan

jaringan otot. Pada anak perempuan, peningkatan berat tubuh yang


paling besar terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Pada awal

terjadinya pertumbuhan pesat, lemak cenderung menumpuk, terutama

di sekitar perut, puting susu, pinggul, paha, pipi, leher dan rahang.

Biasanya lemak itu akan hilang dengan sendirinya pada saat akhir masa

puber dan pesatnya pertumbuhan tinggi badan.

2) Perubahan Bentuk Tubuh

Perubahan bentuk tubuh merupakan perubahan fisik mendasar

kedua. Akibat terjadinya kematangan yang lebih cepat dari daerah-

daerah tubuh yang lain, sekarang daerah-daerah tubuh tertentu yang

tadinya kecil menjadi besar. Gejala ini tampak jelas pada hidung, kaki

dan tangan. Namun demikian semua bagian itu akan mencapai ukuran

dewasa walaupun perubahannya terjadi sebelum akhir masa puber pada

akhir masa remaja.

Awal pubertas, ekstremitas tumbuh lebih cepat daripada batang

tubuh. Pertumbuhan ekstremitas kemudian berhenti, tetapi batang tubuh

terus tumbuh dengan baik sampai remaja. Pertumbuhan batang tubuh

yang paling besar biasanya pada tulang pelvis. Lebarnya bertambah

lebih cepat dari pada ukuran antero-posterior. Rongga pelvis

memanjang dan pintu panggul melebar, untuk mempersiapkan fungsi

kehamilan.

Menurut Desmita, (2013) Perubahan-perubahan fisik yang

terjadi pada remaja adalah sebagai berikut :


a) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota - anggota badan

menjadi panjang). Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan

membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan

berkembangnya lemak di bawah kulit.

b) Pertumbuhan payudara, seiring pinggul membesar, maka payudara juga

membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai

pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga

payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

c) Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan.

Rambut kemaluan yang tumbuh ini terjadi setelah pinggul dan payudara

mulai berkembang.

d) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya.

e) Bulu kemaluan menjadi keriting.

f) Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai

pelepasan (deskuamasi) endometrium

g) Tumbuh bulu-bulu ketiak

Sumber :

Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya.


Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. (2011). Life-Span Developement (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta:

Erlangga.

https://sasyaa95.wordpress.com/2017/02/22/bab-2-psikologi-perkembangan-masa-puber-remaja/
HENNY MARDIANA

P0 5140419080

A. KEMATANGNA SEKSUAL

Para peneliti menemukan bahwa karakteristik pubertas laki-laki berkembang

mengikuti ukuran tertentu; membesarnya ukuran penis dan testikel; tumbuhnya rambut

kemaluan yang halus; perubahan suara yang tidak terlalu kentara; ejakulasi pertama; dll.

Tiga tanda kematangan seksual yang paling menyolok pada remaja laki-laki adalah

perpanjangan penis, perkembangan testis dan tumbuhnya rambut di wajah. Sedangkan

pada perempuan adalah membesarnya payudara, tumbuhnya rambut kemaluan, bulu di

ketiak, pinggul yang membesar dan akhirnya timbulnya menstruasi pertama (menarche).

Kematangan seksual adalah umur atau tahap saat organisme dapat

melakukan reproduksi, atau sering diartikan sebagai pubertas. Kebanyakan organisme

multiseluler dapat melakukan reproduksi seksual saat mereka lahir (atau

tahap perkecambahan), dan tergantung dari spesiesnya, bisa dalam hitungan hari, minggu

atau tahun sampai tubuh mereka mampu melakukannya. Juga, pemicu tertentu dapat

menyebabkan organisme untuk menjadi dewasa secara seksual. Pemicu ini bisa berasal

dari luar, seperti musim kering, atau dari dalam seperti persentase lemak tubuh.

Kematangan seksual dicapai dengan matangnya organ reproduksi dan produksi sel gamet.

Bisa juga disertai dengan lonjakan pertumbuhan atau perubahan fisik lainnya yang

membedakan organisme yang belum matang secara seksual dengan yang sudah matang

secara seksual. Hal ini disebut karakteristik seks sekunder dan sering ditunjukkan dengan

meningkatnya dimorfisme seksual. Misalnya sebelum pubertas anak-anak memiliki dada

yang datar, setelah pubertas, perempuan dewasa memiliki payudara, sementara laki-laki

dewasa umumnya tidak memiliki payudara. Namun, ada pengecualian seperti obesitas

dan ketidakseimbangan hormon seperti ginekomastia. Setelah tahap kematangan seksual


tercapai, pada beberapa organisme memungkinkan untuk menjadi tidak subur, atau

bahkan berganti kelamin. Beberapa organisme adalah hermafrodit dan mungkin atau

mungkin tidak dapat menghasilkan keturunan yang layak. Pada beberapa organisme,

kematangan seksual sangat terkait dengan usia, banyak faktor lain yang terkait, dan ada

kemungkinan organisme yang menunjukkan sebagian besar atau seluruh karakteristik

organisme yang sudah matang secara seksual walaupun mereka belum matang.

Sebaliknya, ada juga kemungkinan organisme yang terlihat belum matang, namun

mampu bereproduksi. Kasus ini disebut progenesis di mana perkembangan seksual

terjadi lebih cepat daripada perkembangan fisiologis lainnya.

Pubertas adalah masa transisi dari masa anak ke masa dewasa, yang ditandai

dengan munculnya tanda–tanda seksual sekunder dan kemampuan bereproduksi dengan

ditandai dengan perubahan hormonal, perubahan fisik, maupun perubahan psikologis dan

sosial (Styne, 2000). Puber berasal dari kata latin Pubescere berarti mendapat pubes atau

rambut kemaluan yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan

seksual (Panuji & Umami, 1999).

Menurut Chaplin (1993:408), pubertas adalah periode-periode kehidupan dimana

terjadi kematangan organ-organ seks mencapai tahap menjadi fungsional terhadap variasi

yang jelas sekali diantara individu-individu yang berbeda, pada umumnya usia akhir

periode untuk anak perempuan adalah 13 tahun dan pada anak laki-laki 14 tahun.Pubertas

bukan merupakan peristiwa yang tiba-tiba terjadi, tetapi merupakan suatu refleksi maturasi

yang bertahap dari aksis hipotalamus-hipofisisgonad yang dimulai sejak masa janin

sampai masa pubertas, dimana tiap periode mempunyai karakteristik tertentu. Pubertas

terjadi sebagai akibat dari peningkatan sekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH)

dari hipotalamus dan diikuti oleh sekuen perubahan sistem endokrin yang komplek serta

timbulnya sistem umpan balik negatif dan positif. Sekuen ini akan diikuti oleh timbulnya
tanda seks sekunder, pacu tumbuh dan kesiapan untuk bereproduksi. Masa puber

merupakan masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi karena pubertas berada

dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja dan dikatakan tumpang

tindih karena beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara

beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber meliputi tahun-tahun akhir masa

kanak-kanak dan awal masa remaja. Menjelang anak matang secara seksual, ia masih

disebut anak puber, begitu matang secara seksual ia disebut remaja atau remaja muda (Al

Mighwar, 2006:70).

Ciri-ciri Pubertas

Anak yang mengalami masa pubertas selama dua tahun atau kurang dianggap
sebagai anak yang cepat ma tang, sedangkan yang memerlukan tiga sampai empat tahun
untuk menyelesaikan peralihan menjadi dewasa dianggap sebagai anak yang lambat
matang. Anak perempuan cenderung lebih cepat matang dibandingkan anak laki-laki. Ciri-
ciri anak yang mengalami masa pubertas adalah sebagai berikut (Soetioe, 1982:5–6):

a. Mencari pergaulan di luar keluarga, usaha melepaskan diri dari ikatan keluarga.

b. Minat subjektif dan sosial, timbul ke dalam batin sendiri.

c. Kepribadian tumbuh dan si puber menemukan diri sendiri, ia mulai meneliti hidupnya.

d. Penemuan nilai-nilai, sikapnya menjadi emosional.

e. Daya pikir melepaskan sifat-sifat konkret dan menuju sifat-sifat abstrak.

f. Perkembangan anak laki-laki dan anak perempuan berbeda.

g. Anak puber mengalami sikap ketidak-tenangan, tidak seimbang dan menunjukkan sifat
yang bertentangan.

Adapun ciri-ciri fisik anak yang memasuki masa pubertas adalah sebagai berikut
(Sujanto, 1996:172–173):
a. Kelenjar bagi anak laki-laki mulai menghasilkan cairan yang terdiri atas sel-sel
sperma dan bagi anak perempuan kelenjar kelaminnya mulai menghasilkan sel
telur.

b. Anak laki-laki mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan mengalami


menstruasi.

c. Tubuh mulai berkembang, sehingga tampak pada anak laki-laki dadanya


bertambah dengan otot-otot yang kuat dan anak perempuan, pinggulnya mulai
melebar.

d. Mulai tumbuhnya rambut-rambut di bagian-bagian tertentu baik anak laki-laki


maupun anak perempuan.

e. Anak laki-laki lebih banyak bernafas dengan perut sedangkan anak perempuan
lebih banyak bernafas dengan dada.

f. Suara mulai berubah menjadi lebih besar atau parau.

g. Wajah anak laki-laki lebih tampak persegi sedangkan wajah anak perempuan lebih
tampak membulat.

h. Motorik anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalan anak laki-laki
dan anak perempuan mengalami perubahan. Anak laki-laki tampak lebih kaku dan
kasar, sedang anak perempuan tampak lebih canggung.

i. Mulai menghias diri, baik anak laki-laki maupun anak perempuan berusaha
menarik perhatian dengan memamerkan segala perkembangannya, tetapi dengan
malu-malu.

j. Sikap batinnya kembali mengarah ke dalam, sehingga timbul rasa percaya diri.

k. Perkembangan tubuhnya mencapai kesempurnaan dan kembali harmonis.

Tahap Masa Pubertas

Masa pubertas terjadi secara bertahap yaitu masa prapubertas, pubertas dan pascapubertas
yang dijelaskan sebagai berikut (Wong et al, 2009:585):

1. Prapubertas. Yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama kali
mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual.

2. Pubertas. Merupakan titik pencapaian kematangan seksual, ditandai dengan keluarnya


darah menstruasi pertama kali pada remaja putri sedangkan pada remaja putra indikasi
seksualitasnya kurang jelas.
3. Pascapubertas. Merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika
pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksinya terbentuk dengan cukup
baik.

Daftar Pustaka

 Styne DM. 2000. The physiology of puberty. In: Brook CG, Hindmarsh PC, editors.
Clinical Pediatric Endocrinology. Fourth ed. London: Blackwell Science.
C.P Chaplin (Penerjemah Dr.Kartini Kartono). 1993. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:
Rajawali
Pers.

 Panuji, Panut dan Umami, Ida. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya.

 Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

 Soeitoe, Samuel. 1982. Psikologi Pendidikan (Mengutamakan segi-segi Perkembangan).


Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

 Sujanto, Agus. 1996. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.

 Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia.

 Wong, D.L, et al. 2009. Buku ajar keperawatan pediatrik. Vol.1. Jakarta: EGC.
NAMA MAHASISWA : IIN SUCIN DARYANI
NIM : P0 5140419082

GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA MASA MENSTRUASI

A. PENGERTIAN MENSTRUASI
Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi (Bobak, 2004). Sedangkan menurut Badryah, (2004) menstruasi adalah pendarahan
yang terjadi setiap bulan secara tetap dan teratur (periodic). Menarche adalah pendarahan
secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (deskusamasi) endometrium
(Sarwono, 2005).
Menstruasi adalah pengeluaran cairan dari vagina secara berkala selama masa usia
reproduktif. Biasanya berlangsung selama 3-7 hari (Ramaiah, 2006).Siklus mensturasi
merupakan waktu sejak hari pertama mensturasi sampaidatangnya mensturasi periode
berikutnya,sedangkan panjang siklus mensturasi adalah jarak antara tanggal mulainya
mensturasi yang lalu dan mulainya mensturasi berikutnya. Siklus mensturasi pada wanita
normalnya berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus mensturasi 28
hari dengan lama mensturasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari (Proverawati & Misaroh,2009)

B. GANGGUAN MENSTRUASI
Gangguan menstruasi yang paling sering terjadi pada wanita diantaranya yaitu :
1. Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri atau rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat
menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Nyeri sering bersamaan dengan rasa
mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah, dll. Keluhan ini biasanya baru
timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche.Umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang
disertai pelepasan sel telur. Kadang-kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai
pengeluaran sel telur (disebut siklus anovulatory),terutama bila darah haid membeku di
dalam rahim. Jadi rasa sakit terjadi ketika beku-bekuan itu didorong keluar rahim. Rasa
sakit yang menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam
sebelum haid datang dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. Sesuatu
itu semua rasa tidak enak tadi hilang. Derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup ringan
(berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivias sehari-hari), sedang
(karena sakitnya diperlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat
meneruskan pekerjaannya), berat (rasa nyerinya demikian beratnya sehingga
memerlukan isirahat dan pengobatan untuk menghilangkan nyerinya).

2. Amenorea
Amenorea adalah keadaan dimana menstruasi berhenti pada masa menstruasi
teratur. Amenorea bisa disebabkan oleh penyakit pada indung telur atau uterus,
beberapa penyakit berat misalnya penyakit ginjal kronik, obat-obatan, serta
pengangkatan kandung rahim atau indung telur.

C. GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA MASA MENSTRUASI


Gangguan pada siklus mensturasi dipengaruhi oleh gangguan pada fungsi hormon,
kelainan sistemik, stres, kelenjar gondok, dan hormon prolaktin yang berlebihan. Gangguan
dari stres mensturasi terdiri dari tiga, yaitu: siklus mensturasi pendek yang di sebut dengan
polimenore, siklus mensturasi panjang atau oligomenoredan amenorejika mensturasi tidak
datangdalam 3 bulan berturut –turut (Isnaeni, 2010).
Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang
mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (stresor).
Stresor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stres
mental, perubahan perilaku,masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain dan
keluhan-keluhan fisik salah satunya gangguan siklus menstruasi (Sriati,2008).Santrock
(2007) menyatakan bahwa penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani transisi
kehidupan, salah satunya adalah transisi di lingkungan sekolah.
Sebelum Menstruasi pada remaja putri mengalami keluhan-keluhan sebagai berikut
(Badryah, 2004)
1. Keluhan Fisik
a. Perubahan payudara, sebagian kecil remaja putri merasakan perubahan peregangan
otot-otot sekeliling payudara sehingga menimbulkan rasa sedikit nyeri dan sedikit
mengeras.
b. Peregangan otot-otot sekitar panggul akibatnya badan terasa pegal pegal, kususnya
bagian pinggul sampai panggul. Biasanya rasa khas ini akan muncul lagi ketika haid.
Terkadang ada rasa nyeri pada pinggang, panggul, serta sakit perut bahkan kram.
c. Keputihan merupakan tanda akan datangnya haid, terutama bagi yang tidak sering
mengalami keputihan., artinya walaupun untuk kondisi tertentu keputihan muncul
tetapi keputihan yang menandakan akan haid sangat khas baik intensitas
kemunculannya yang lebih sering dan banyak

2. Keluhan atau ganggaun Psikologi (Badryah, 2004)


Pada masa menstruasi banyak sekali terdapat gangguan-gangguan baik dari segi fisik
maupun dasi segi psikologis. Gangguan-gangguan menstruasi ini dapat menyebabkan
tergangguanya aktivitas-aktivitasdari wanita yang mengalami gangguan menstruasi
tersebut. Gangguan-gangguan psikologi pada saat menstruasi yaitu :
a. Cepat tersinggung
Perasaan ini timbul dikarenakan akibat dari perubahan cara kerja hormone-hormon
serata karena pengaruh rasa nyeri yang timbul pada saat menstruasi.
b. Sukar berkonsentrasi
c. Marah tanpa sebab
d. Perubahan pola makan pola makan cenderung meningkat terutama pada makan yang
manis
e. Merasa gelisa dan gangguan tidur. Pada saat menstruasi seorang wanita akan
mengalami gangguan atau masala susah tidur atau insomnia.
f. Merasa terhalangi atau merasa dibatasi kebebasan dirinya oleh datangnya menstruasi.
Wanita akan merasa kebebasannya terbatas akibat datangnya menstruasi ini misalnya
saja wanita akan terbatas dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari contohnya ia
tidak dapat melaksanakan ibadah, aktivitas olahraga dan aktivitas-aktivitas lainnya
g. Cemas
Nevid dkk (2005) memberikan pengertian tentang kecemasan sebagai suatu
keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang
yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Kecemasan adalah emosi dan pengalaman subyektif tanpa obyek yang spesifik.
Penilaian emosi yang dikomunikasikan secara interpersonal yang digambarkan
dengan keadaan khawatir, gelisah, tidak tentram dan disertai berbagai keluhan
(Kaplan & Sadock, 1999). Kecemasan (ansxietas) adalah keadaan suasana perasaan
(mood) yang ditandai oleh gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan
kekhawatiran tentang masa depan.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi remaja putri sehingga membuatnya
cenderung mengalami gangguan psikologis atau gangguan mood, gangguan mood
yang paling sering dialami oleh remaja putri yang sedang dalam masa pubertas
adalah gangguan cemas. Tidak jarang remaja putri mengalami gangguan cemas
karena tidak teratasinya masalah-masalah yang ia alami saat masa pubertas
(Christina, 2014).
Di sisi lain, menarche membawa dampak tersendiri bagi perubahan mood atau
psikologis remaja. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh faktor hormonal dan
situasional misalnya saat datang haid, wanita cenderung menjadi pemarah, mudah
tersinggung, atau cepat lelah. Dampak lain yang sering muncul adalah cemas. Rasa
cemas yang muncul bisa jadi disebabkan oleh ketidaknyamanan yang dirasakan oleh
remaja putri pada saat ia mengalami menstruasi karena perubahan fisik disamping
terjadinya perubahan pada faktor hormonal (Junita, 2013). Biasanya kecemasan
muncul sebagai reaksi normal terhadap suatu yang menekan, dan karena itu
berlangsung sebentar. Kecemasan bisa berpengaruh buruk pada remaja putri jika
frekuensi timbulnya sering kali. Kecemasan dapat timbul dengan sendirinya atau
bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. Kecemasan suatu
keadaan emosional yang ditandai oleh rangsangan fisiologis, perasaan-perasaan
tegang yang tidak menyenangkan, perasaan ketakutan, persangkaan (firasat) serta
perasaan ngeri terhadap masa depan (Christina, 2014).
Dampak tersebut dapat mencakup keadaan fisik maupun psikis dari segi fisik
akan berpengaruh pada penurunan kondisi kesehatan secara umum, meliputi
gangguan denyut jantung, peredaran darah, gangguan pernafasan, sistem daya tahan
tubuh, sistem metabolisme dan seterusnya (Christina, 2014).Sedangkan dari segi
psikis dapat memunculkan gejala-gejala tingkah laku, seperti adanya kecenderungan
menarik diri dari kehidupan sosial, berhalusinasi, berfantasi, menutup diri, pesimis,
merasa tidak bahagia, cemas, depresi, merasa tidak dicintai, stress, kesulitan
berkonsentrasi, agresif dan bertemperamen panas (Christina, 2014).

h. Premenstrual syndrome (PMS)


Merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan
siklus menstruasi wanita; gejala biasanya timbul 6-10 hari sebelum menstruasi dan
menghilang ketika menstruasi dimulai, Mayoritas wanita pada usia reproduktif
mengalami satu atau lebih gejala premenstruasi pada sebagian besar siklus
menstruasi. Keparahan dan frekuensi gejala yang dialami bisa berbeda di antara
masing-masing siklus. PMS yang cukup parah memiliki pengaruh negatif pada
aktivitas sehari-hari individu, mengganggu fungsi sosial dan pribadi, prestasi kerja,
aktivitas keluarga dan sosial serta hubungan seksualmenjaditerpengaruh secara
negatif
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial juga memegang peranan
penting. Yang lebih mudah menderita keluhan-keluhan ini adalah wanita yang lebih
peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor
psikologis.
Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa emosional berupa iritabilitas,
gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri
pada mammae, dsb. Sedang pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan,
gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala tersebut di atas (Manuaba,
2002).

3. Masalah psikologis pada menstruasi


Masalah psikologis menstruasi pada wanita terutama pada saat haid pertama
(Kartono, 2006):
a. Kompleks kasastri / trauma genetalia yaitu kecemasan dan ketakutan yang tidak riil
disertai perasaan bersalah atau berdosa, keinginan untuk menolak proses fisiologi
pada menstruasi dan gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa
haid pertama missal kecemasan atau ketakutan, atau timbul rasa bersalah dan rasa
berdosa . Maka pada banyak peristiwa, menstruasi pertama itu dihayati oleh anak
gadis sebaggai suatu pengalaman yang traumatis (kartono, 2006).
b. Menstruasi dianggap kotor, najis, menjijikan serta merupakan tanda noda dan tidak
suci. Atas dasar pandangan yang keliru ini timbul kemudian rasa malu dan tidak
bersih atau tidak suci, merasa diri kotor bernoda, dan di ikuti emosi negative lainnya
(Teori “cloaca”)
4. Faktor-faktor pendukung gangguan psikologis menarche(Kartono, 2006):
a. Usia anak gadis
b. Tingkat perkembangan psikis
c. Lingkungan
d. Pendidikan.

D. CARA MENGATASI GANGGUAN PSIKOLOGI PADA SAAT MENSTRUASI


Cara mengatasi gangguan-gangguan psikologi pada masa menstruasi adalah dengan
melakukan konsultasi atau konsling pada tenaga kesehatan seperti bidan, dokter dan
sebagainya dan menjadikan tenaga kesehatan tersebut sebagai konselor. Peran atau tugas
sebagai konselor ini yaitus ebagai berikut:
1. Memberikan informasi dan pendidikan yang benar terutama pada anak yang baru
mengalami haid pertamanya bahwa menstruasi merupakan tanda mulai berfungsinya
alat alat reproduksi wanita dan menerimanya sebagai kodrat wanita.
2. Memberi penjelasan kepada klien, bahwa proses menstruasi merupakan suatu proses
fisiologi atau normal yang pasti akan terjadi dan akan dialami oleh setiap wanita yang
subur
3. Memberi bimbingan atau penjelasan tentang perawatan kebersihan diri terutama alat
genetalia sehubungan dengan mentruasi.
4. Menganjurkan pada orang tua agar tidak terlalu memanjakan anak gadisnya karena
dapat menimbulkan ketidakmatangan psikologisnya.
5. Gangguan disminorhea perlu konsultasi dengan dokter ahli kandungan sehingga dapat
memberikan pengobatan yang tepat.
6. Memberi informasi-informasi positif yang berguna mengenai menstruasi agar tidak
terjadi kesalah pahaman terhadap proses menstruasi tersebut.
7. Memberikan saran untuk mengurangi ketegangan dan rasa nyeri proses menstruasi
berlangsung, seperti istirahat yang cukup, perbanyak minum air putih dan melakukan
kompres air hangat pada bagian perut.
8. Memberikan support mental atau dukungan pada klien, agar lebih percaya diri dan tidak
merasa takut dalam menghadapi masa menstruasi.

Pendekatan psikologik diperlukan pada kasus yang mengalami gangguan psikologik.


Dukungan psikologik diperlukan untuk meningkatan kepercayaan diri. Orang tua juga harus
diberikan dukungan psikologik, serta hubungan orang tua anak harus lebih ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Syamsul. Keterlambatan Pubertas. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4, Maret 2003: 176 – 179

Epri Setiawati, Sugma. Pengaruh Stres Terhadap Siklus Menstruasi Pada Remaja. J
MAJORITY | Volume 4 Nomor 1 | Januari 2015

GUSTI AYU AGUNG BELLA JAYANINGRUM, I. PREVALENSI GANGGUAN CEMAS


PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR. Dalam
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/aa11191b5181345f957378bb73e5
3b25.pdf diakses pada tanggal 20-03-2020 pukul 10.00

Nevid, dkk. Dalam http://repository.uin-suska.ac.id/ 13556/7/7.% 20BAB%20II_


201866PSI.pdf diakses pada tanggal 26-03-2020 pukul 10.12 WIB

Normawati, marlia. Hubungan Tingkat Pengetahuan dalam http://repository.ump.ac.id/


164/3/BAB%20II_Marlia%20Normawati.pdf diakses pada tanggal 26-03-2020 pukul
09.00 WIB Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Ramadani, Mery. Premenstrual Syndrome (PMS). Jurna| Kesehatan Masyarakat, September


2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

Toduho, Serly, dkk. Hubungan Sters Psikologis Dengan Siklus Menstruasi Pada Siswi Kelas I
Di SMA Negeri 3 Tidore Kepulauan. Dalam
https://media.neliti.com/media/publications/107750-ID-hubungan-stres-psikologis-
dengan-siklus.pdf diakses pada tanggal 26-03-2020 pukul 09.30 WIB
NAMA : MELPAWATI PURBA

NIM : P05040419089

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MASA REMAJA ( ADOLESENCE )

16-21 TAHUN

1. Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adoloscere (kata bendanya, adolescentia

yang berarti remaja) yang berarti "tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewasa".

Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai art iyang lebih luas,

mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh

Paget (1211) dengan mengatakan : "Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu

berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya

dalam masalah hak.....Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai aspek efektif, kurang

lebih berhubungan dengan masa puber....Termasuk juga perubahan intelektual yang

mecolok....Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya

untuk mencapai integrasi dalam hubungan social orang dewasa, yang kenyataannya merupakan

ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini".

Ciri-ciri Masa Remaja


Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting.

Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada

periode remaja, kedua-keduanya sama-sama penting.Dalam membahas akibat fisik pada masa

remaja, Tanner mengatakan (156) : Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan

enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut

pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun

pertama atau kegua seletah kelahiran,perkembangan berlangsung semakin cepat, dan lingkungan

yang baik semakin lebih menentukan, tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang

memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, senang dan takut.

Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang

cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya

penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

A. Perubahan Fisik Selama Remaja

1. Perubahan eksternal

a. Tinggi; perempuan mencapai tinggi yang matang pada usia 17 dan 18 tahun,

sedangkan laki-laki setahun setelahnya. Tidak lengkapnya iminisasi pada waktu

bayi juga akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi anak.

b. Berat; pertubuhan berat badan mengikiti pertumbuhan pada tinggi badan, yang

mana berat badan itu menyebar keseluruh bagian tubung yang tadinya hanya

mengandung sedikit lamak.


c. Proporsi tubuh; berbagai anggota tubuh lama-kelamaan mencapai perbandingan

yang seimbang

d. Organ seks; oragan seks pada ermaja mencapai ukuran yang matang pada akhir

madsa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai bebrapa tahun kemudian.

2. Perubahan internal

a. Sistem pencernaan; perut manjadi lebih panjang dan tidak lagi mambentuk pipa,

usus bertanmbah panjang dan bertambah besar, otot-otot diperut dan dinding-

dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah beratdan

kerongkongan bertambah panjang.

b. Sisitem peredaran darah; jantung tumbuh pesat pada usia 17 atau 18 tahun

dengan berat 12 laki berat saat lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah

meningkat mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sedah matang.

c. Sistem pernafasan; kapasitas paru-paru anak perempuan lebih matang pada usia

17 tahun, sedangkan laki-laki beberapa tahun kemudian.

d. Sistem endokrin; kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber

menyebabkan ketidakseimbangan semenatra dari seluruh system endokrin pada

wal masa puber. Kelenjer-klnjer seks berkembang pesat dan berfungsi, mesipun

belum mencapai ukuran matangsampai akhir masa remaja atau dewasa awal.

e. Jaringa tubuh; perkembangan rangka berhenti apda usia 18 tahun, jaringan selain

tulang terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran matang, khususnya

perkembangan jaringan otot.


Menurut jose (2010) dalam jurnalnya ia berpendapat bahwa perubahan fisik pada

pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang anak akan memiliki kemampuan

bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan

tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-

organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem

respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh.

Menurut Taufik,dkk( 2000) perkembangan fisik merupakan Pertumbuhan badan

merupakan batas optimal,kecuali pertambahan berat badan dan keadaan badan dan anggota-

anggotanya berimbang,muka berubah menjadi simetris sebagaimana layaknya dewasa.

Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas berlangsung dengan sangat cepat

dalam sekuens yang teratur dan berkelanjutan. Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira

10 cm per tahun, sedangkan pada perempuan kurang lebih 9 cm per tahun. Secara keseluruhan

pertambahan tinggi badan sekitar 25 cm pada anak perempuan dan 28 cm pada anak laki-laki.

Pertambahan tinggi badan terjadi dua tahun lebih awal pada anak perempuan dibanding anak

laki-laki. Puncak pertumbuhan tinggi badan (peak height velocity) pada anak perempuan terjadi

sekitar usia 12 tahun, sedangkan pada anak laki-laki pada usia 14 tahun. Pada anak perempuan,

pertumbuhan akan berakhir pada usia 16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia 18

tahun. Setelah usia tersebut, pada umumnya pertambahan tinggi badan hampir selesai. Hormon

steroid seks juga berpengaruh terhadap maturasi tulang pada lempeng epifisis. Pada akhir

pubertas lempeng epifisis akan menutup dan pertumbuhan tinggi badan akan berhenti.

Pertambahan berat badan terutama terjadi karena perubahan komposisi tubuh, pada anak laki-laki

terjadi akibat meningkatnya massa otot, sedangkan pada anak perempuan terjadi karena

meningkatnya massa lemak. Perubahan komposisi tubuh terjadi karena pengaruh hormon steroid
seks. Perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh perubahan sistem hormonal tubuh yang

terjadi selama proses pubertas. Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan

rambut pubis dan menarke pada anak perempuan; pertumbuhan penis, perubahan suara,

pertumbuhan rambut di lengan dan muka pada anak laki-laki, serta terjadinya peningkatan

produksi minyak tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat, dan timbulnya jerawat. Pada

anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan meningkatnya volume testis, ukuran testis menjadi

lebih dari 3 mL, pengukuran testis dilakukan dengan memakai alat orkidometer Prader.

Pembesaran testis pada umumnya terjadi pada usia 9 tahun, kemudian diikuti oleh pembesaran

penis. Pembesaran penis terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh. Ukuran penis dewasa dicapai

pada usia 16-17 tahun. Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis mencapai P4,

sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan merupakan petanda

pubertas yang baik oleh karena variasi yang sangat besar. Perubahan suara terjadi karena

bertambah panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring dan pengaruh testosteron terhadap

pita suara. Perubahan suara terjadi bersamaan dengan pertumbuhan penis, umumnya pada

pertengahan pubertas. Mimpi basah atau wet dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan

dengan puncak pertumbuhan tinggi badan. Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh

timbulnya breast budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara

bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun. Rambut pubis

mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun.

Menarke terjadi dua tahun setelah awitan pubertas, menarke terjadi pada fase akhir

perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun. Setelah menstruasi, tinggi badan anak hanya

akan bertambah sedikit kemudian pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada

perempuan meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa lemak
sebelum pubertas.10 Dari survei antroprometrik di tujuh daerah di Indonesia didapatkan bahwa

usia menarke anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai dengan 13,6 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Taufik ,dkk ( 2002) Psikologi Perkembangan Remaja

Elizabeth B.Harlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. (Edisi Kelima),  Jakarta:Penerbit Erlangga, 1980.

Putro Khamim Zarkasih. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa
Remaja. APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama ISSN 1411-8777 Volume 17,
Nomor 1, | Page: 25-32
ONLINE: ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/aplikasia
Sari Jose RL Batubara. (2010). Adolescent Development (Perkembangan Remaja).

Pediatri, Vol
NAMA : MIRA KARMILA
NPM : P0 5140419093

“KEBUTUHAN MASA REMAJA”

A. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,
emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh
Calon (dalam Monks, dkk 1990) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Borring E.G. ( dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu
periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang
meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Sedangkan
Monks, dkk ( dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja suatu masa disaat individu
berkembang dari pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.

Neidahart (dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa


peralihan dan ketergantungan pada masa anak-anak kemasa dewasa, dan pada masa ini remaja
dituntut untuk mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Ottorank bahwa
masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan
mandiri, bahkan Daradjat mengatakan masa remaja adalah masa dimana munculnya berbagai
kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir
yang matang.

Erikson (dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis


identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta usaha mencari perasaan
kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus memperjuangkan kembali dan seseorang akan
siap menempatkan idola dan ideal seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.

Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat


ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa
anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek
fisik, psikis dan sosial. Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian,yaitu sebagai berikut:

1. Masa remaja awal ( 12-15 tahun)


Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai individu yang unik dan tidak
tergantung pada orang tua.

2. Masa remaja pertenghan ( 15-18 tahun) 


Masa ini di tandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru.

3. Masa remaja akhir ( 19-22 tahun)


Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa.

B. Kebutuhan Remaja
Kebutuhan manusia timbul akibat dorongan-dorongan (motif) yang ada pada dirinya. Motif
timbul akibat kebutuhan psikologis atau tujuan kehidupan yang kompleks. Kebutuhan remaja
menurut para ahli

Menurut Sunarto (1994:49)

1. Kebutuhan Primer
Yaitu kebutuhan yang merupakan kebutuhan biologis (organik) yang timbul dari
dorongan/motif asli seperti kebutuhan makan, minum, bernapas, kehangatan tubuh, dan
kebutuhan seksual dan perlindungan diri.

2. Kebutuhan sekunder
Yaitu kebutuhan yang timbul oleh motif dipelajari (kebutuhan sosial–psikologis) seperti
kebutuhan untuk mencari pengetahuan, mengikuti pola hidup bermasyarakat, hiburan dan
lainnya. Remaja sebagai individu pada umumnya mempunyai kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar
seorang individu oleh Lindgren (Sunarto, 1994:53) dideskripsikan sebagai berikut.

Deskripsi Karakteristik :

a) Kebutuhan jasmaniah, termasuk keamanan dan pertahanan diri Kebutuhan yang terkait
dengan pertahanan diri khususnya pemeliharaan dan pertahanan diri bersifat individual
b) Kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang 
c) Kebutuhan untuk memiliki.
d) Kebutuhan aktualisasi diri , kebutuhan yang terkait langsung dengan pengembangan diri
yang relatif kompleks, abstrak dan bersifat sosial.
Keempat macam kebutuhan tersebut bersifat hirarki dari kebutuhan yang bertingkat
rendah yaitu kebutuhan jasmaniah sampai pada kebutuhan yang bertingkat tinggi yaitu kebutuhan
aktualisasi diri. Hirarki kebutuhan tersebut sejalan dengan teori kebutuhan Maslow (Sunarto dan
Hartono, 1994:54) yaitu:

1)   Kebutuhan aktualisasi diri

2)   Kebutuhan kognitif

3)   Kebutuhan penghargaan

4)   Kebutuhan cinta kasih

5)   Kebutuhan keamanan

6) Kebutuhan jasmaniah (fisiologis)

Menurut Lewis dan Lewis (Sunarto dan Hartono, 1994:55) kegiatan remaja didorong
oleh berbagai kebutuhan yaitu:

1) Kebutuhan jasmaniah
2) Kebutuhan psikologis
3) Kebutuhan ekonomi
4) Kebutuhan sosial
5) Kebutuhan politik
6) Kebutuhan penghargaan
7) Kebutuhan aktualisasi diri

Prescott (Oxendine, 1984:224) mengklasifikasikan kebutuhan remaja sebagai berikut:

1) Kebutuhan psikologis seperti melakukan kegiatan, beristirahat dan kegiatan seksual.


2) Kebutuhan sosial (status) seperti menerima, diterima, menyukai orang lain.
3) Kebutuhan Ego atau interaktif seperti kontak dengan kenyataan, harmonisasi dengan
kenyataan, dan meningkatkan kematangan diri sendiri.

Maslow mengungkapkan bahwa kebutuhan psikologis akan muncul setelah kebutuhan-kebutuhan


fisiologis terpenuhi. Ia mengklasifikasikan kebutuhan sebagai berikut:

1) Kebutuhan akan keselamatan (Safety needs)


2) Kebutuhan memiliki dan mencintai (belonging and love needs)
3) Kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan (esteem needs)
4) Kebutuhan untuk menonjolkan diri (self–actualizing needs)
Perumusan kebutuhan tersebut berjalan secara hirarkis dan sistematis. Suatu kebutuhan baru
akan terpuaskan setelah kebutuhan sebelumnya terpenuhi. Pada akhirnya seseorang akan berusaha
untuk mendapatkan kepuasan atas kebutuhan tertinggi yaitu kebutuhan self–actualizing.

C. Kebutuhan Remaja dan Implikasinya


1. Mempelajari kebutuhan remaja melalui berbagai pendapat orang dewasa.
2. Mengadakan angket yang ditujukan kepada para remaja untuk mengetahui masalah–masalah
yang sedang mereka hadapi.
3. Bersikap sensitif terhadap kebutuhan yang tiba–tiba muncul dari siswa yang berada di bawah
bimbingannya.

Dari uraian di atas, kebutuhan remaja diklasifikasikan menjadi 4 kelompok kebutuhan yaitu:

a. Kebutuhan organik yaitu makan, minum, bernapas, seks.


b. Kebutuhan emosional yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak
lain dikenal dengan n’Aff.
c. Kebutuhan berprestasi atau need of achievement dikenal dengan n’Ach yang berkembang
karena dorongan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan
kemampuan psikofisis
d. Kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis. Sejalan dengan pemikiran
Maslow tentang Teori Hierarki Kebutuhan Individu yang sudah dikenal luas, namun aplikasinya
untuk kepentingan pendidikan siswa di sekolah tampaknya belum mendapat perhatian penuh.
Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah seyogyanya dapat
menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya. 

D. Masalah yang dihadapi remaja


1. Sikap dan Perilaku
Upaya untuk dapat mengubah sikap dan prilaku kekanak-kanakan menjadi sikap dan
prilaku orang dewasa,tidak semuanya dapat dengan mudah dicapai baik oleh remaja laki-laki
maupun perempuan. Kegagalan dalam mengatasi ketidakpuasan ini dapat mengakibatkan
menurunnya harga diri,dan akibat lebih lanjut menjadikan remaja bersikap keras dan agresif atau
sebaliknya tidak percaya diri,pendiam,atau kurang harga diri.
2. Perubahan Fisik
Seringkali para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-perubahan
fisiknya. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya.Hal ini disebabkan
pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang serasi.Ketidakserasian proporsi tubuh ini sering
menimbulkan keganjalan, karena ia (mereka) sulit untuk mendapatkan pakaian yang pantas,juga
hal itu tampak pada gerakan atau prilaku ynag kelihatannya wagu dan tidak puas.

3. Perkembangan
fungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan kebinggungan remaja untuk
memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan prilaku yang menentang norma.
Pandanganya terhadap sebaya lain jenis kelamin dapat menimbulkan kesulitan dalam pergaulan. 

4. Kemandirian
Dalam memasuki kehudupan bermasyrakat, remaja yang terlalu mendambakan
kemandirian, dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan,
kebanyakan akan menghadapi berbgai masalah, terutama masalah penyesuaian emosional, seperti
over acting, lancing, dan semacamnya.

5. Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara social ekonomis akan
berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan jenis
pendidikan. Penyesuaian social merupakan salah satu yang sangat sulit dihadapi oleh remaja
karena mereka juga harus menghadapi norma baru dalam kehidupan sebaya remaja dan kuatnya
pengaruh kelompok sebaya.

6. Berbagai norma dan nilai yang berlaku didalam hidup masyarakat merupakan masalah tersendiri
bagi remaja. Dalam hal ini remaja menghadapi perbedaan nilai dan norma kehidupan. Seringkali
perbedaan norma yang berlaku dan norma ynag dianutnya menimbulkan prilaku yang
menyebabkan dirinya dikatakan “nakal”

E. Pemenuhan Kebutuhan Remaja


Usaha-Usaha Pemenuhan Kebutuhan Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan
Pendidikan. Pemenuhan kebutuhan fisik atau organik merupakan tugas pokok. Kebutuhan ini harus
dipenuhi, karena hal ini merupakan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupannya agar tetap tegar
(survival). Tidak berbeda dengan pemenuhan kebutuhan serupa di masa perkembangan sebelumnya,
kebutuhan ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi, terutama ekonomi keluarga. Akibat tidak
terpenuhinya kebutuhan fisik ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan pribadi dan
perkembanagn psiko-sosial seorang individu. Menghadapi kebutuhan ini latihan kebersihan, hidup
teratur dan sehat sangat perlu ditanamkan oleh orang tua, sekolah dan linkungan masyarakat kepada
anak-anak dan para remaja.

Khusus kebutuhan seksual, yang hal ini juga merupakan kebutuhan fisik remaja, usaha
pemenuhannya harus mendapatkan perhatian khusus dari orang tua, terutama ibu. Sekalipun
kebutuhan seksual merupakan bagian dari kebutuhan fisik, namun hal ini menyangkut factor lain
untuk diperhatikan dalam pemenuhannya. Orang tua harus cukup tanggap dan waspada secara dini
menjelaskan dan memberikan pengertian arti dan fungsi kehidupan seksual bagi remaja (terutama
wanita) dan arti seksual dalam kehidupan secara luas. Pemenuhan kebutuhan dan dorongan seksual
pada remaja, di mana pada saat itu mereka telah menyadari akan adanya norma agama, sosial dan
hukum, maka banyak dilakukan secara diam-diam.

Pendidikan seksual di sekolah dan terutama di dalam keluarga harus mendapatkan perhatian.
Program bimbingan keluarga, dan program bimbingan perkawinan dapat dilakukan secara periodik
oleh setia organisasi ibu-ibu dan organiasasi wanita pada umumnya. Sekolah sekali-sekali perlu
mendatangkan ahli atau dokter untuk memberikan penjelasan tentang masalah-masalah remaja,
khususnya masalah seksual. Selain itu perlu juga diadakan program bimbingan keagamaan karena
yang mampu untuk mengendalikan hawa nafsu pada dasarnya adalah rasa keimanan pada Allah
SWT.

Banyak orang menganggap bahwa masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan tapi
sekaligus juga paling membingungkan. Masa dimana seseorang mulai memikirkan tentang cita-cita,
harapan dan keinginan-keinginannya. Namun juga masa yang membingungkan, karena ia mulai
menyadari masalah-masalah yang muncul ketika ia mencoba untuk mengintegrasikan antara
keinginan diri dan keinginan orang-orang sekitarnya. Pada saat inilah orang tua memiliki peranan
yang sangat penting untuk menolong anak remajanya, supaya mereka tidak salah jalan. Tetapi tidak
dapat dipungkiri kalau pada saat yang sama orang tua mengalami kesulitan dalam menghadapi
perubahan-perubahan remaja,baik secara fisik maupun psikis .

Oleh karena itu orang tua perlu melakukan pendekatan-pendekatan yang tepat agar dapat
mengerti dan memahami masalah anak remajanya. Jika tidak maka hal ini akan menyebabkan
banyak kesalahpahaman diantara mereka.

Untuk mengembangkan kemampuan hidup bermasyarakat dan mengenalkan berbagai norma


sosial, amat penting dikembangkan kelompok-kelompok remaja untuk berbagai urusan, seperti
kelompok olah raga, kelompok seni musik, kelompok koperasi, kelompok belajar, dan semacamnya.

F. Aplikasi Teori Kebutuhan Maslow


Berikut ini beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan di sekolah dalam
mengaplikasikan teori kebutuhan Maslow,

1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis :


a. Menyediakan program makan siang yang murah atau bahkan gratis.
b. Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan temperatur yang tepat.
c. Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang.
d. Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang representatif.

2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman:


a. Sikap guru: menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap siswanya, dan tidak
menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi.
b. Adanya ekspektasi yang konsisten.
c. Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem pendisiplinan
siswa secara adil.
d. Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui pujian/ganjaran atas
segala perilaku positif siswa dari pada pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa.

3. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan:


a. Hubungan Guru dengan Siswa :
1) Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian: empatik, peduli dan interes terhadap
siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik.
2) Guru dapat menerapkan pembelajaran individu dan dapat memahami siswanya
(kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan latar belakangnya).
3) Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada yang
negatif.
4) Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan
setiap siswanya.
5) Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan
terhadap siswanya.
b. Hubungan Siswa dengan Siswa :
1) Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerja sama mutualistik
dan saling percaya diantara siswa.
2) Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum, seperti olah
raga atau kesenian.
3) Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan
pembelajaran.
4) Sekolah mengembangkan tutor sebaya.
5) ekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang beragam.

4. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:


a. Mengembangkan Harga Diri Siswa
1) Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang dimiliki
siswanya.
2) Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
3) Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa.
4) Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi.
5) Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan.
6) Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipasi dan bertanggung jawab.
7) Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mungkin dilakukan secara pribadi, tidak di
depan umum.
b. Penghargaan dari pihak lain
1) Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa dapat
saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemoohkan.
2) Mengembangkan program “star of the week”.
3) Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi yang diperoleh
siswa.
4) Mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap siswa untuk memiliki sikap
empatik dan menjadi pendengar yang baik.
5) Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan keputusan yang terkait dengan
kepentingan para siswa itu sendiri.

5. Pengetahuan dan Pemahaman


a. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin
diketahuinya.
b. Menyediakan pembelajaran yang memberikan tantangan intelektual melalui pendekatan
discovery-inquiry.
c. Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang yang beragam.
d. Menyediakan kesempatan kepada para siswa untuk berfikir kritis dan berdiskusi.

6. Estetik
a. Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik.
b. Menempelkan hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan, termasuk di dalamnya
memampangkan karya-karya seni siswa yang dianggap menarik.
c. Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenangkan.
d. Memelihara sarana dan prasarana yang ada di sekeliling sekolah.
e. Ruangan yang bersih dan wangi.
f. Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata indah.

7. Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri


a. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya.
b. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajah kemampuan dan potensi
yang dimilikinya.
c. Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata.
d. Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas meta kognitif siswa.
e. Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan kreatif.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Atas Biaya Dipa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2005.
Mudjiran, dkk. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press. 2007.
Sunarto,1995.Perkembangan Peserta didik.jakarta:PT Rineka Cipta
Nama : Ranni Anggara Sakti, Amd.Keb

Kelas : D4 Ahli jenjang curup

Kelompok : VIII

Mata kuliah : Psikologi Perkembangan Masa Remaja

Dosen : Ns.Meigo Anugrah Jaya,Sp.Kep.J

Jean Piaget lahir pada tanggal 1989 di Neuhatel, Swiss, Ayahnya adalah seorang profesor
dengan spesialis ahli sejarah abad pertengahan, ibunya adalah seorang yang dinamis, inteligen
dan takwa. Waktu mudanya Piaget sangat tertarik pada alam, ia suka mengamati burung-burung,
ikan dan binatang-binatang di alam bebas. Itulah sebabnya ia sangat tertarik pada pelajaran
biologi di sekolah. Pada waktu umur 10 tahun ia sudah menerbitkan karangannya yang pertama
tentang burung pipit albino dalam majalah ilmu pengetahuan alam. Piaget juga mulai belajar
tentang moluska dan menerbitkan seri karangannya tentang moluska, karena karangan yang
bagus, pada umur 15 tahun ia ditawari suatu kedudukan sebagai kurator moluska di museum
ilmu pengetahuan alam di Geneva. Ia menolak tawaran tersebut ia harus menyelesaikan sekolah
menengah lebih dahulu. ( Paul Suparno, 2006:11

Perkembangan pemikiran Piaget banyak dipengaruhi oleh Samuel Cornut sebagai bapak
pelindungnya, seorang ahli dari Swiss. Cornut mengamati bahwa Piaget selama masa remaja
sudah terlalu memusatkan pikirannya pada biologi, menurutnya ini dapat membuat pikiran Piaget
menjadi sempit. Oleh karena itu Cornut ingin mempengaruhi Piaget dengan memperkenalkan
filsafat. Ini semua membuat Piaget mulai tertarik pada bidang epistimologi, suatu cabang filsafat
mempelajari soal pengetahuan, apa itu pengetahuan dan bagaimana itu pengetahuan diperoleh.
Piaget berkonsentrasi pada dua bidang itu: biologi dan filsafat pengetahuan. Biologi lebih
berkaitan dengan kehidupan sedangkan filsafat lebih pada pengetahuan. Biologi menggunakan
metode ilmiah, sedangkan filsafat menggunakan metode spekulatif. Pada tahun 1916 Piaget
menyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang biologi di universitas Neuchatel. Dua tahun
kemudian, pada umur 21 tahun Piaget menyelesaikan disertasi tentang moluska dan memperoleh
doktor filsafat. (Paul Suparno, 2006:12).
Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang memberi
kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan
ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian yang dapat
diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan karenanya kejadian itu
akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini
dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen unik yang harus di akomodasi oleh
struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan
memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah
proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang sudah ada
sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan respons refleksif
anak terhadap lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik di mana anak mampu
memikirkan kejadian potensial dan mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan
akibatnya.

Untuk sampai pada pengertian struktur, diperlukan suatu pengertian yang erat
hubungannya dengan struktur yaitu pengertian operasi. Piaget berpendapat bahwa ada hubungan
fungsional antara tindakan fisik dan tindakan mental dan perkembangan berfikir logis anak-anak.
Tindakan (action) menuju pada perkembangan operasi dan operasi selanjutnya menuju pada
perkembangan struktur. ( Ratna Wilis Dahar, 2011:34).

Operasi-operasi ini mempunyai empat ciri, yaitu:

Pertama, Operasi merupakan tindakan yang terinternalisasi. Ini berarti antara tindakan-
tindakan itu. Baik tindakan mental maupun tindakan fisik tidak terdapat pemisah-misah,
misalnya seorang anak mengumpulkan semua kelerang kuning dan merah, tindakannya ialah
merupakan baik tindakan mental maupun fisik. Secara fisik ia memindahkan kelereng-kelereng
itu, tetapi tindakannya itu dibimbing oleh hubungan “sama” dan “berbeda” yang diciptakannya
dalam pikirannya.

Kedua, Operasi-operasi itu reversible. Misalnya menambah dan mengurangi merupakan


operasi yang sama yang dilakukan dengan arah yang berlawanan. Sebagai contoh: 2 dapat
ditambahkan dengan 1 untuk memperoleh 3, atau 1 dapat dikurangi dari 3 untuk memperoleh 2.

Ketiga, tidak ada operasi yang berdiri sendiri. Suatu operasi selalu berhubungan dengan
struktur atau sekumpulan operasi. Misalnya operasi penambahan-pengurangan berhubungan
dengan operasi klasifikasi, pengurutan, dan konservasi bilangan. Operasi itu asli saling
membutuhkan.

Selanjutnya yang terakhir struktur juga disebut skemata merupakan organisasi mental
yang tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya.
Struktur yang terbentuk lebih memudahkan individu itu menghadapi tuntutan-tuntutan yang
makin meningkat dari lingkungannya.

Fungsi organisme untuk mensistematikkan proses fisik atau psikologi menjadi sistem
yang teratur dan berhubungan atau berstruktur, seperti halnya seorang bayi mempunyai struktur-
struktur perilaku untuk memfokuskan visual dan memegang benda secara terpisah. Pada suatu
saat dalam perkembangannya, bayi itu dapat mengorganisasi kedua struktur perilaku ini menjadi
struktur tingkat tinggi dengan memegang suatu benda sambil melihat benda itu, dengan
organisasi, struktur fisik dan psikologis diintergrasi menjadi struktur tingkat tinggi. Piaget
melihat perkembangan intelektual sebagai proses membangun model realitas dalam diri dalam
rangka memperoleh informasi mengenai cara-cara membangun gambaran batin tentang dunia
luar, sebagian besar masa kecil kita dihabiskan untuk aktif mempelajari diri kita sendiri dan
dunia luar. Mungkin anda pernah memperhatikan, anak-anak yang masih sangat belia pun sudah
punya rasa ingin tahu yang besar tentang kemampuan diri dan lingkungan sekitarnya. (Ratna
Wilis Dahar, 2011:136).

Perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga
dewasa, menurut Piaget perkembangan yang berlangsung melalui empat tahap,

yaitu:

1. Tahap sensori-motor : 0 – 1,5 tahum

2. Tahap pra-operasional : 1,5 – 6 tahun

3. Tahap operasional konkrit : 6 – 12 tahun

4. Tahap operasional formal : 12 tahun ke atas

Piaget percaya, bahwa kita semua melalui keempat tahap tersebut, meskipun mungkin setiap
tahap dilalui dalam usia berbeda. Setiap tahap dimasuki ketika otak kita sudah cukup matang
untuk memungkinkan logika jenis baru atau operasi. (Matt Jarvis, 2011:148).

1. Tahap Sensorimotor
Sepanjang tahap ini mulai dari lahir hingga berusia dua tahun, bayi belajar tentang diri mereka
sendiri dan dunia mereka melalui indera mereka yang sedang berkembang dan melalui aktivitas
motor. ( Diane, E. Papalia, Sally Wendkos Old and Ruth Duskin Feldman, 2008:212

2. Tahap pra-operasional
Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal
diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang teroganisasikan.

3. Tahap Operasional Konkrit


Pada tahap ini, anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika atau operasi,
tetapi hanya untuk objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini, anak telah hilang
kecenderungan terhadap animism dan articialisme. Egosentrisnya berkurang dan kemampuannya
dalam tugas-tugas konservasi menjadi lebih baik. Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka,
anak-anak pada tahap operasional kongkrit masih mengalami kesulitan besar dalam
menyelesaikan tugas-tugas logika. (Matt Jarvis, 2011:149150).

4. Tahap Operasional Formal

Pada umur 12 tahun keatas, timbul periode operasi baru. Periode ini anak dapat menggunakan
operasi-operasi konkritnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. ( Matt Jarvis,
2011:111).

Pengertian Remaja Tidak mudah untuk mendefinisikan remaja secara tepat, karena
banyak sekali sudut pandang yang dapat digunakan dalam mendefinisikan remaja. Kata
“remaja” berasal dari bahasa Latin adolescene berarti to grow atau to grow maturity (Golinko,
1984, Rice, 1990 dalam Jahja, 2011).1 Banyak tokoh yang memberikan definisi remaja, seperti
DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanakkanak dan
dewasa.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan mengenai siapa remaja secara
konseptual. Dikemukakannya oleh WHO ada tiga kriteria yang digunakan; biologis, psikologis,
dan sosial ekonomi, yakni: (1) individu yang berkembang saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, (2) individu yang
mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, dan
(3) terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang lebih
mandiri.

Selanjutnya, Wirawan menjelaskan bahwa untuk mendefinisikan remaja seharusnya


disesuaikan dengan budaya setempat, sehingga untuk di Indonesia digunakan batasan usia 11-24
tahun dan belum menikah dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda sekunder mulai nampak.

2. Pada masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh, baik menurut adat
maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak.
3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti
tercapainya identitas ego (menurut Ericson), tercapainya fase genital dari perkembangan
psikoseksual (menurut Freud), dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (menurut Piaget),
maupun moral (menurut Kohlberg).

4. Batas usia 24 tahun adalah merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi
mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orangtua, belum
mempunyai hak-hak penuh sebagai orangtua.

5. Dalam definisi tersebut, status perkawinan sangat menentukan apakah individu masih
digolongkan sebagai remaja ataukah tidak.

Ciri-ciri Remaja Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan
masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelumnya dan
sesudahnya.

1. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya


sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bias
menjauhkan remaja dari keluarganya.

2. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika mereka masih kanak-
kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orangtua semakin lemah. Anak remaja berperilaku dan
mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan
keluarga.

3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun
seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan
menjadi sumber perasaan salah dan frustrasi.

4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over confidence) dan ini bersama-sama dengan
emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan sulit menerima nasihat dan pengarahan
oangtua.

Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja antara lain:

1. Variasi kondisi kejiwaan. Suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan
mengasingkan diri, tetapi pada saat yang lain terlihat sebaliknya, periang, berseri-seri dan
yakin. Perilaku yang sulit ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah sesuatu yang
abnormal.hal ini hanyalah perlu diprihatinkan dan menjadi kewaspadaan bersama
manakala telah menjerumuskan remaja dalam kesulitan-kesulitan di sekolah atau
kesulitan dengan teman-temannya.
2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba. Hal ini merupakan sesuatu yang normal dan
sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya rasa birahi adalah normal dan sehat. Ingat,
perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan cirri yang normal pada perkembangan
masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk
perilaku seksual.
3. Membolos.
4. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan menunjukkan
perilaku agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada
budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar adalah pengaruh buruk teman, dan
pendisiplinan yang salah dari orangtua, terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak – dan
sering tidak ada sama sekali.
5. Penyalahgunaan obat bius.
6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia (setengah gila
hingga gila beneran).

Dari berbagai penjelasan di atas, dapatlah dipahami tentang berbagai ciri yang menjadi
kekhususan remaja. Ciri-ciri tersebut adalah.

1. Masa remaja sebagai periode yang penting Pada periode remaja, baik akibat langsung
maupun akibat jangka panjang tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat
disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua
perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental serta perlunya membentuk
sikap, nilai, dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak
dan bukan juga orang dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari
untuk bertindak sesuai dengan umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku sebagaimana
orang dewasa, remaja seringkali dituduh terlalu besar ukurannya dan dimarahi karena
mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini
juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup
yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi
dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku
selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,
ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga
berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku
juga menurun.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah Setiap periode perkembangan mempunyai
masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang
sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ketidakmampuan mereka
untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja
akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pada tahun-tahun awal masa remaja,
penyesuaian diri terhadap kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan
perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi
dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Status
remaja yang mendua ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan remaja
mengalami “krisis identitas” atau masalah-masalah identitas-ego pada remaja.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan stereotip budaya
bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri atau “semau gue”, yang tidak dapat
dipercaya dan cenderung berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan
bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Masa remaja cenderung memandang
kehidupan melalui kacamata berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang
lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal
harapan dan cita-cita.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Semakin mendekatnya usia kematangan yang
sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak
seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup.
Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja Salah satu periode dalam rentang kehidupan
ialah (fase) remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat melakukan sosialisasi dengan baik,
remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan pada usinya dengan baik.

William Kay, sebagaimana dikutip Yudrik Jahja14 mengemukakan tugas-tugas


perkembangan masa remaja sebagai berikut:

1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.

3. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan teman


sebaya, baik secara individual maupun kelompok.

4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.

5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.

6. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-
prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung).

7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Craig A. et. al. “Violent Video Game Effects on Aggression, Empathy, and
Prosocial Behavior in Eastern and Western Countries: A Meta-Analytic Review”,
Psychological Bulletin, No. 2, Vol. 136, 2010, American Psychological Association

Argiati, Siti Hafsah Budi, Perilaku Agresif Ditinjau dari Persepsi Pola Asuh Authoritarian,
Asertivitas dan Tahap Perkembangan Remaja Pada Anak Binaan Lembaga Pemasyarakata
Anak Kutoarjo, Jawa Tengah, Tesis, tidak diterbitkan, Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana
UGM, 2008

Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: Grasindo, 2008

Gunarsa, S.D., dan Gunarsa, Y.S., Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2001

Hurlock, E.B., Perkembangan Anak, Jilid I Edisi ke-6, Jakarta: Erlangga, 1997

Hurlock. E.B., Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,


Jakarta: Erlangga, 1993
Jahja, Yudrik, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana, 2011

Jatmika, Sidik, Genk Remaja, Anak Haram Sejarah ataukah Korban Globalisasi?,
Yogyakarta: Kanisius, 2010

Jatmika, Sidik, Urip Ming Mampir Ngguyu, Telaah Sosiologis Folklor Jogja, Yogyakarta:
Kanisius, 2009

Mappiare, A., Psikologi Remaja, Surabaya: Usaha Nasional, 2000

Monks, F.J. dan AMP Roney, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagian,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006

Putro, Khamim Zarkasih, Orangtua Sahabat Anak dan Remaja, Yogyakarta: Cerdas Pustaka,
2005 Santrock, Adolescence, Jakarta: Erlangga, 2003

____, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas, Jilid 2, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007

Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, Jakarta: PT Rajawali Press, 2006

Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2007

Wirawan, S. Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002

SHINTA MAHARANI
NIM P05040419 112

TEORI

MASALAH PSIKOLOGI MASA REMAJA

A.    Pengertian Remaja
Istilah remaja berasal dari kata latin yaitu “adolescere”(kata bendanya,adolescentia yang
berarti Remaja)yang berarti tumbu/tumbuh menjadi dewasa.
Istilah remaja,seperti yang dipergunakan saat ini,mempunyai arti yang sangat luas
mencakup kematangan mental,emosional,sosial dan fisik pandangan ini di ungkapkan oleh
Tiaget.
1. Menurut Rumini dan Sundari (2004), remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa
dewasa.  Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
2. Menurut Santrock (2003), masa remaja  diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara
masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-
emosional.
3. Menurut Pardede (2002), masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis
dalam kehidupan seorang individu.

B. Ciri-ciri Remaja
Ciri-ciri Remaja adalah sebagai berikut:
1.      Pemekaran diri sendiri (extension of the self)
Ditandai dengan kemampuan seorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai
bagian dari diri sendiri juga. Perasaan egoisme (mementingkan diri sendiri) berkurang sebaliknya
tumbuh perasaan ikut memiliki, salah satu tanda yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk
mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan untuk bertenggang rasa dengan orang
yang dicintainya untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya,
ciri lain adalah berkembangnya ego ideal berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang
menggambarkan wujud ego (diri sendiri) di masa depan (Hurlock, 2002).
2.      Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self objectivication)
Ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self
insight) dan kemampuan untuk menangkap humor (sense of humor) termasuk yang menjadikan
dirinya sendiri sebagai sasaran. Dia tidak marah jika dikritik pada saaat-saat yang yang
diperlukan ia dapat melepaskan diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya sendiri sebagai
orang luar (Hurlock, 2002).
3.      Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life)
Hal itu dapat dilakukan tanpa perlu merumuskannnya dan mengucapkankannya dalam
kata-kata. Ia tahu kedudukannnya dalam masyarakat ia paham bagaimana seharusnya ia
bertingkah laku orang seperti ini tidak lagi mudah terpengaruh dan pendapatnya serta sikap
sikapnya cukup jelas dan tegas (Chaplin, 2004).

C. Tahap – tahap Perkembangan Remaja


Tahap-tahap perkembangan remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai berikut:
1.      Periode masa pra pubertas usia 12-18 tahun
Masa pra pubertas merupakan masa peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal
pubertas. Ciri-cirinya:
a.       Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
b.      Anak mulai bersikap kritis
2.      Masa pubertas usia 14-16 tahun merupakan masa remaja awal. Ciri-cirinya:
a.       Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
b.      Memperhatikan penampilan
c.       Sikapnya tidak menentu/plin-plan
d.      Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
3.      Masa akhir pubertas usia 17-18 tahun merupakan peralihan dari masa pubertas ke masa
adolesen. Ciri-cirinya:
a.       Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai
sepenuhnya
b.      Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.
4.      Periode remaja adolesen usia 19-21 tahun merupakan masa akhir Remaja. Beberapa sifat
penting pada masa ini adalah:
a.       Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
b.      Mulai menyadari akan realitas
c.       Sikapnya mulai jelas tentang hidup
d.      Mulai nampak bakat dan minatnya

D. Aspek-aspek Perkembangan Remaja


1. Perkembangan fisiK
Menurut Papalia dan Olds (2001), yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah
perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik.
Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan
tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak
sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,
menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi
kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan
sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir
abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal
(Papalia & Olds, 2001).
3. Perkembangan kepribadian dan social
Menurut Papalia & Olds (2001) yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah
perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik
sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain.
Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri.
Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik
dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).

E.    Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
1.      Faktor Pribadi
Setiap anak berkepribadian khusus. Keadaan khusus pada anak bisa menjadi sumber munculnya
berbagai perilaku menyimpang. Keadaan khusus ini adalah keadaan konstitusi, potensi, bakat,
atau sifat dasar pada anak yang kemudian melalui proses perkembangan, kematangan, atau
perangsangan dari lingkungan, menjadi aktual, muncul, atau berfungsi (Lester, 2004).
Sehubungan dengan masalah pelajaran ini, perasaan-perasaan tertekan dan beban yang tidak
sanggup dihadapi juga dapat timbul karena berbagai hal yang lain seperti berikut ini:
a.       Tuntutan dari pihak orang tua terhadap prestasi anak yang sebenarnya melebihi
kemampuan dasar yang dimiliki anak.
b.      Tuntutan terhadap anak agar ia bisa memperlihatkan prestasi-prestasi seperti yang
diharapkan orang tua.
c.       Tekanan dari orang tua agar anak mengikuti berbagai kegiatan, baik yang berhubungan
dengan pelajaran-pelajaran sekolah maupun kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan
dengan pengembangan bakat dan minat.
d.      Kekecewaan pada anak karena tidak berhasil memasuki sekolah atau jurusan yang
dikehendaki dan yang tidak dinetralisasikan dengan baik oleh orang tua. Kekecewaan yang
berlanjut pada penilaian bahwa harga dirinya tidak perlu dipertahankan karena orang tua
tidak mencintainya lagi.
Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa masalah yang berkaitan dengan masalah sekolah, masalah
belajar, prestasi, dan potensi (bakat) bisa menjadi sumber timbulnya berbagai tekanan dan
frustrasi. Hal tersebut dapat mengakibatkan reaksi-reaksi perilaku nakal atau penyalahgunaan
obat terlarang (Libert, 2003).
2.      Faktor Keluarga
Keluarga adalah unit sosial yang paling kecil dalam masyarakat. Lingkungan keluarga berperan
besar karena merekalah yang langsung atau tidak langsung terus-menerus berhubungan dengan
anak, memberikan perangsangan (stimulasi) melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua
dengan anak (Prawirosudirjo, 2003).
3.      Lingkungan Sosial dan Dinamika Perubahannya
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khusus yang menyertainya memegang peranan besar
terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian pada anak. Kesenjangan antara norma,
ukuran, patokan dalam keluarga dengan lingkungannya perlu diperkecil agar tidak timbul
keadaan timpang atau serba tidak menentu, suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku
tanpa kendali, yakni penyimpangan dari berbagai aturan yang ada. (Ellis, 2001).
Lingkungan pergaulan anak adalah sesuatu yang harus dimasuki karena di lingkungan tersebut
seorang anak bisa terpengaruh ciri kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh oleh hal-hal
yang baik. Di samping itu, lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam
pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat. Karena itu, lingkungan sosial sewajarnya
menjadi perhatian kita semua, agar bisa menjadi lingkungan yang baik, yang bisa meredam
dorongan-dorongan negatif atau patologis pada anak maupun remaja (Santrock, 2002).

F. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Remaja


Perubahan fisik dan psikologis pada remaja menurut Prawirosudirjo (2003) sebagai berikut:
1.      Perubahan Fisik
a.       Perubahan fisik pada wanita remaja antara lain:
1)      Pertumbuhan fisik lebih menonjol, tinggi dan besar badannya
2)      Kulit menjadi lebih halus
3)      Buah dada (payudara) membesar
4)      Timbunan lemak pada bagian badan tertentu lebih banyak: pinggul, pantat, sekitar
dada, sekitar pinggang tampak kecil atau ramping
5)      Suara meninggi satu oktaf
6)      Tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu, sekitar kemaluan dan ketiak
b.      Perubahan fisik pada laki-laki Remaja
1)      Testil membesar
2)      Tumbuh rambut pada bagian tertentu, kumis, janggut, sekitar dada, ketiak dan
sekitar kemaluan.
3)      Suara menurun satu oktaf lebih rendah nadanya
4)      Mimpi basah
2.      Perubahan psikologis pada remaja
a.       Perubahan psikologi pada wanita remaja
1)      Pasif dan menerima
2)      Cenderung menerima perlindungan
3)      Minatnya tertuju pada hal yang sifatnya emosional dan kongkrit
4)      Berusaha mengikuti dan mengenang orang lain
5)      Sifatnya subyektif
b.      Perubahan psikologi pada laki-laki remaja
1)      Aktif memberi
2)      Cenderung memberikan perlindungan
3)      Minatnya tertuju pada hal-hal yang bersifat interaktual abstrak
4)      Berusaha memutuskan sendiri dan ikut bicara
5)      Sifatnya objektik

G. Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Remaja


Menurut Hurlock (Dalam Ali, 2002), tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu:
1.      Mampu menerima keadaan fisiknya
2.      Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3.      Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
4.      Mencapai kemandirian emosional
5.      Mencapai kemandirian ekonomi
6.      Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk
melakukan peran sebagai anggota masyarakat
7.      Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
8.      Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia
dewasa
9.      Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10.  Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga

H. Permasalahan pada Masa Remaja


Permasalahan pada masa remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai berikut:
1.      Masalah dengan keluarga
Kebanyakan anak yang dalam masa remaja pasti menginginkan masa remaja mereka ingin
sempurna dan di perhatikan oleh keluarga terutama pada ayah dan ibu. Tapi bagi sebagian
mereka yang masa remajanya ingin sempurna harus meninggalkan sedih di hati karena harus
menghabiskan masa remaja mereka di jalanan bergabung dengan mereka yang masa
remajanya kurang beruntung, itu semua terjadi karena pertengkaran yang terjadi pada orang
tua dan melibatkan anak – anak mereka yang tidak seharusnya terlibat, karena kalau orang
tua melibatkan masalah mereka kepada anaknya bisa membuat anak tersebut berpikir yang
harusnya belum dia pikirkan dan bisa membuat dia menjadi depresi.
2.      Masalah percintaan
Dalam masa remaja ini kita bisa mengenal yang namanya cinta biarpun yang di bilang itu
cinta monyet, tapi gara – gara cinta bisa merusak masa remaja kita apa lagi kalau kita semua
sudah mengenal free sex (seks bebas). Dalam kalangan remaja tidak mungkin tidak tahu yang
namanya cinta, tapi inilah masalah yang sering terjadi di saat kita hanyut dengan cinta. Kita
bisa saja melakukan apa saja untuk sampai – sampai kita bisa melupakan keluarga kita
sendiri.
3.      Masalah lingkungan
Lingkungan sangat berperan penting dalam masa remaja karena lingkungan sanga
mempengaruhi masa pertumbuhan remaja. Jika lingkungan yang ditempati baik maka
berdampak positif terhadap remaja itu dan sebaliknya, Jika lingkungan yang di tempati itu
buruk, maka berdampak negatif bagi perkembangan remaja. Maka dari itu kita harus bisa
menentukan mana yang baik dan yang buruk.

I. Cara Mengatasi Masalah Remaja


Cara mengatasi masalah remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai berikut:
1.      Masalah Keluarga
Dalam permasalahan remaja orang tua sangat berperan penting terhadap perkembangan
psikologi seorang anak, sehingga orang tua harus lebih memperhatikan perilaku seorang
anak. Jadi, sebagai orang tua kita harus lebih terbuka terhadap masalah-masalah yang ada
pada keluarga, agar tercipta kenyamanan dan keharmonisan dalam keluarga.
2.      Masalah Percintaan
Dalam masalah percintaan remaja harus mengetahui batasan-batasan dalam berpacaran, agar
tidak terjerumus dalam pergaulan bebas (free seks). Oleh sebab itu remaja di harapkan lebih
mendekatkan diri kepada-Nya.

3.      Masalah Lingkungan


Dalam masalah lingkungan, remaja harus bisa membatasi pergaulan dan bisa memilih mana
pergaulan yang positif dan negatif. Karena, lingkungan juga berperan penting terhadap
perubahan perkembangan remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirosudirjo, 2003, Menginjak Masa Remaja, Bhratara Karya Aksara, Jakarta.


A http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi Remaja
Pengertian Remaja. Diakses 26 maret 2020
https://www.academia.edu/29497487/_PSIKOLOGI_REMAJA Psikologi Remaja diakses 26
maret 2020
https://makalah-update.blogspot.com/2012/12/makalah-psikologi-anak-dan-remaja.html
psikologi remaja dan anak diakses pada 26 maret 2020
NAMA : TENTI ELFIANA
NIM : P05140419115
KELAS : D4 ALIH JENJANG CURUP
Mata kuliah : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
DOSEN : NS. MEIGO ANUGRA WIJAYA, M. KEP, SP. KEP. J

TUGAS DAN PERKEMBANGAN MASA REMAJA

A. Pengertian Remaja

Tidak mudah untuk mendefinisikan remaja secara tepat, karena banyak sekali sudut
dang yang dapat digunakan dalam mendefinisikan remaja. Kata “remaja” berasal dari bahasa
Latin adolescene berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984, Rice, 1990 dalam
Jahja, 2011).1 Banyak tokoh yang memberikan definisi remaja, seperti DeBrun
mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa.
Papalia dan Olds3 tidak memberikan pengertian remaja secara eksplisit melainkan
secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds,4
masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang
pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun
atau awal dua puluh tahun. Sedangkan Anna Freud,5 berpendapat bahwa pada masa remaja
terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua
dan cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi
masa depan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan mengenai siapa remaja secara
konseptual. Dikemukakannya oleh WHO ada tiga kriteria yang digunakan; biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi, yakni:

(1) individu yang berkembang saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual,
(2) individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-
anak menjadi dewasa
(3) terjadi perallihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
lebih mandiri.

Selanjutnya, Wirawan menjelaskan bahwa untuk mendefinisikan remaja seharusnya


disesuaikan dengan budaya setempat, sehingga untuk di Indonesia digunakan batasan usia 11-
24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda sekunder mulai nampak.
2. Pada masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh, baik menurut adat
maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-
anak.
3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti
tercapainya identitas ego (menurut Ericson), tercapainya fase genital dari perkembangan
psikoseksual (menurut Freud), dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (menurut
Piaget), maupun moral (menurut Kohlberg).
4. Batas usia 24 tahun adalah merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang
bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orangtua,
belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orangtua.
5. Dalam definisi tersebut, status perkawinan sangat menentukan apakah individu masih
digolongkan sebagai remaja ataukah tidak.

B. Ciri-ciri Remaja

Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan masa remaja
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelumnya dan
sesudahnya. Masa remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun
orangtuanya. Menurut Sidik Jatmika,8 kesulitan itu berangkat dari fenomena remaja sendiri
dengan beberapa perilaku khusus; yakni:
1. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan
ketegangan dan perselisihan, dan bias menjauhkan remaja dari keluarganya.
2. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika mereka masih
kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orangtua semakin lemah. Anak remaja
berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan
perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal mode
pakaian, potongan rambut, kesenangan musik yang kesemuanya harus mutakhir.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya
maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan,
membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustrasi.
4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over confidence) dan ini bersama-sama
dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan sulit menerima nasihat dan
pengarahan oangtua.

Selanjutnya, Sidik Jatmika, menjelaskan adanya kesulitan yang sering dialami kaum
remaja yang betapapun menjemukan bagi mereka dan orangtua, medrupakan bagian yang
normal dari perkembangan remaja itu sendiri.
Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja antara lain:
1. Variasi kondisi kejiwaan. Suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan
mengasingkan diri, tetapi pada saat yang lain terlihat sebaliknya, periang, berseri-seri
dan yakin. Perilaku yang sulit ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah sesuatu yang
abnormal.hal ini hanyalah perlu diprihatinkan dan menjadi kewaspadaan bersama
manakala telah menjerumuskan remaja dalam kesulitan-kesulitan di sekolah atau
kesulitan dengan teman-temannya.

2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba. Hal ini merupakan sesuatu yang normal dan
sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya rasa birahi adalah normal dan sehat.
Ingat, perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan cirri yang normal pada
perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbulkan
bentuk-bentuk perilaku seksual.
3. Membolos.
4. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong
kejam dan menunjukkan perilaku agresif. Sebabnya mungkin
bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya.
Akan tetapi, penyebab yang mendasar adalah pengaruh buruk
teman, dan pendisiplinan yang salah dari orangtua, terutama
bila terlalu keras atau terlalu lunak – dan sering tidak ada sama
sekali.
5. Penyalahgunaan obat bius.
6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah
skizofrenia (setengah gila hingga gila beneran).
Dari berbagai penjelasan di atas, dapatlah dipahami tentang berbagai ciri yang menjadi
kekhususan remaja.
Ciri-ciri tersebut adalah :
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangkapanjang tetaplah
penting. Perkembangan fisik yang begitu cepatdisertai dengan cepatnya
perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan ini
menimbulkanperlunya penyesuaian mental serta perlunya membentuk sikap, nilai,
dan minat baru.

2. Masa remaja sebagai priode peraihan


Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang dewasa. Kalau
remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai dengan
umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku sebagaimana orang dewasa, remaja
seringkali dituduh terlalu besar ukurannya dan dimarahi karena mencoba bertindak
seperti orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga
menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untukmencoba gaya hidup
yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi
dirinya.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan


Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengantingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik
terjadidengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau
perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun
masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi baik oleh anak laki-
laki maupun anak perempuan. Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri
masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan
bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok masih tetap
penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan
identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam
segala hal, seperti sebelumnya. Status remaja yang menduaini menimbulkan suatu
dilema yang menyebabkan remaja mengalami “krisis identitas” atau masalah-masalah
identitas-ego pada remaja.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbukan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri atau “semau
gue”, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak, menyebabkan
orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut
bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang
normal.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna merah
jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan
bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal harapan dan cita-
cita. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri
tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi
yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Remaja akan sakit hati dankecewa
apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan
yang telah ditetapkannya sendiri.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisahuntuk
meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka
sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata
belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diripada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks bebas yang cukup
meresahkan. Mereka menganggap bahwa perilaku yang
seperti ini akan memberikan citra yang sesuai dengan yang diharapkan mereka.

Selanjutnya, Jahja memukakan bahwa masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada
masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secra fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja yang sekaligus sebagai ciri-ciri masa remaja
yaitu :
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal
sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari
perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi
sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi
bari yang berbeda dari masa-masa yang sebelumnya. Pada fase ini banyak tuntutan
dan tekanan yang ditujukan kepada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak
lagi bertingkah laku seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan bertanggung
jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya
waktu, dan akan tampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa
kuliah di Perguruan Tinggi.
2. Perubahan yang cepat secara fisik juga disertai dengan kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun
perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat
berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungannya dengan
orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa
dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang.
Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja,
maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal
yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungannya dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang penting, karena telah mendekati dewasa.Kebanyakan remaja bersikap
ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka
menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang
menyertai kebebasan itu, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul
tanggung jawab itu.
Selanjutnya dilengkapi pula oleh Gunarsa & Gunarsa, menjelaskan
ciri-ciri remaja sebagai berikut :
1. Masa remaja awal. Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama,
dengan ciri-ciri:
(1) tidak stabil keadaannya, lebih emosional,
(2) mempunyai banyak masalah,
(3) masa yang kritis,
(4) mulai tertarik pada lawan jenis,
(5) munculnya rasa kurang percaya diri, dan
(6) suka mengembangkan pikiran baru, gelisah, suka berkhayal dan suka menyendiri.
2. Masa remaja madya (pertengahan). Biasanya duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas dengan ciri-ciri:
(1) sangat membutuhkan teman,
(2) cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada diri sendiri,
(3) berada dalam kondisi keresahan dan kebingungan, karena
pertentangan yang terjadi dalam diri,
(4) berkenginan besar mencoba segala hal yang belum
(5) diketahuinya, dan
(5) keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.
3. Masa remaja akhir. Ditandai dengan ciri-ciri:
(1) aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai stabil,
(2) meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap pandang yang
sudah baik,
(3) lebih matang dalam cara menghadapi masalah,
(4) ketenangan emosional bertambah, lebih mampu menguasai
perasaan,
(6) sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi,
(7) lebih banyak perhatian terhadap lamabang-lambang kematangan.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan dapatlah disimpulkan
bahwa masa remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya
tampak sudah “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa remaja gagal
menunjukan kedewasaannya. Pengalamannya mengenai alam dewasa masih belum
banyak karena ia sering terlihat pada remaja adanya kegelisahan, pertentangan,
kebingungan, dan konflik pada diri sendiri. Bagaimana remaja memandang peristiwa
yang dialami akan menentukan perilakunya dalam menghadapi peristiwa-peristiwa
tersebut.

C. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja

Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja. Masa ini merupakan
segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa
transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat
melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan
pada usinya dengan baik. Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan
baik, remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan
membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan untuk
fase-fase berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja gagal menjalankan tugas-tugas
perkembangannya akan membawa akibat negatif dalam kehidupan sosial fase-fase
berikutnya, menyebabkan ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan
penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas
perkembangan berikutnya.
William Kay, sebagaimana dikutip Yudrik Jahja megemukakan tugas-tugas perkembangan
masa remaja sebagai berikut:
1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai
otoritas.
3. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan
teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok.
4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.
5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya
sendiri.
6. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala
nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung).
7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

Selanjutnya, dalam membahas tujuan tugas perkembangan remaja, Jahja


mengemukakan pendapat Luella Cole yang mengklasifikasikannya ke dalam sembilan
kategori, yaitu:
1. Kematangan emosional.
Menerima kenyataan terjadinya perubahan fisik yang dialaminya dan dapatmelakukan
peran sesuai dengan jenisnya secara efektif dan merasa puas terhadap keadaan tersebut.
2. Pemantapan minat-minat hetrosksual
Belajar memiliki peranan sosial dengan teman sebaya, baik teman sejenis maupun
lawan jenis sesuai dengan jenis kelamin masing-masing.
3. Kematangan soaial
Mencapai kebebasan dari ketergantungan terhadap orangtua dan orang dewasa
lainnya.
4. Emansipasi dari kontrol keluarga
Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang kehidupan
bermasyarakat
5. Kemampuan intelektual
Mencari jaminan bahwa suatu saat harus mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi
guna mencapai kebebasan ekonomi
6. Memilih pekerjaan
Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan
kesanggupannya.
7. Menggunakan waktu senggang secara tepat
Memahami dan mampu bertingkah laku yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku.
8. Memiliki falsafah hidup
Memperoleh informasi tentang pernikahan dan mempersiapkan diri untuk berkeluarga.
9. Identifikasi diri
Mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu bersikap tepat sesuai dengan pandangan
ilmiah.

Secara rinci, Cole kemudian memerinci klasifikasi tersebut dalam suatu tabel berikut ini
(Tabel 1.).
Tabel 1. Tujuan Perkembangan Masa
Remaja17.
Dari arah Ke arah
Kematangan emosional
Tidak toleran dan bersikap superior. Bersikap toleran dan
merasa nyaman.
Kaku dalam bergaul Luwes dalam bergaul.
Peniruan buta terhadap teman sebaya. Interdependensi dan
mempunyai self-esteem.
Kontrol orangtua. Kontrol diri sendiri.
Perasaan yang tidak jelas tentang Perasaan mau menerima
dirinya/orang lain. dirinya dan orang lain.
Kurang dapat mengendalikan diri dari rasa Mampu menyatakan
marah dan sikap permusuhannya. emosinya secara
konstruktif dan kreatif.
Perkembangan heteroseksualitas
Belum memiliki kesadaran tentang Menerima identitas
perubahan seksualnya. seksualnya sebagai pria
atau wanita.
Mengidentifikasi orang lain yang sama Mempunyai perhatian
jenis kelaminnya. terhadap jenis kelamin
yang berbeda dan bergaul
dengannya.
Bergaul dengan banyak teman. Memilih teman-teman
tertentu.
Kematangan kognitif
Menyenangi prinsip-prinsip umum dan Membutuhkan penjelasan
jawaban yang final. tentang fakta dan teori.
Menerima kebenaran dari sumber otoritas. Memerlukan bukti sebelum
menerima.
Memiliki banyak minat atau perhatian. Memiliki sedikit
minat/perhatian terhadap
jenis kelamin yang berbeda
dan bergaul dengannya.
Bersikap subjektif dalam menafsir Bersikap objektif dalam
sesuatu. menafsirkan sesuatu.
Filsafat hidup
Tingkah laku dimotivasi oleh kesenangan Tingkah laku dimotivasi
belaka. oleh aspirasi.
Acuh tak acuh terhadap prinsip-prinsip Melibatkan diri atau
ideologi dan etika. mempunyai perhatian
terhadap ideologi dan
etika.
Tingkah lakunya tergantung pada Tingkah lakunya
reintorcement (dorongan dari luar). dibimbing oleh tanggung
jawab moral.

Mengingat tugas-tugas perkembangan tersebut sangat kompleks dan relatif berat bagi
remaja, maka untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut dengan baik, remaja masih
sangat membutuhkan bimbingan dan pengarahan supaya dapat mengambil langkah yang
tepat sesuai dengan kondisinya. Di samping tugas-tugas perkembangan, remaja masih
mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang tentu saja menuntut pemenuhan secepatnya sesuai
darah mudanya yang bergejolak.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut, menurut Edward, sebagaimana dikutip Hafsah,19 adalah
meliputi:
(1) kebutuhan untuk mencapai sesuatu,
(2) kebutuhan akan rasa superior, ingin menonjol, inginterkenal,
(3) kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan,
(4) kebutuhan akan keteraturan,
(5) kebutuhan akan adanya kebebasan untuk menentukan
sikap sesuai dengan kehendaknya,
(6) kebutuhan untuk menciptakan hubungan persahabatan,
(7) adanya keinginan ikut berempati,
(8) kebutuhan mencari bantuan dan simpati,
(9) keinginan menguasai tetapi tidak ingin dikuasai,
(10) menganggap diri sendiri rendah,
(11) adanya kesediaan untuk membantu orang lain,
(12) kebutuhan adanya variasi dalam kehidupan,
(13) adanya keuletan dalam melaksanakan tugas,
(14) kebutuhan untuk betgaul dengan lawan jenis, dan
(15) adanya sikap suka mengkritik orang lain.
Intensitas kebutuhan-kebutuhan di atas tidak semua sama antara individu yang satu
dengan yang lain, karena kondisi pribadi yang berbeda, situasi lingkungan yang
berlainan, dan ada individu yang ingin segera kebutuhannya terpenuhi, namun
kenyataannya banyak yang tidak terpenuhi. Dari uraian ini nampak bahwa tugas
perkembangan dan kebutuhan merupakan sesuatu yang muncul pada periode tertentu
dalam rentang kehidupan remaja. Apabila tugas dan kebutuhan dapat terpenuhi, maka
membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan
berikutnya. Sebaliknya apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada
remaja yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan
dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan peridode-periode berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai