Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Adolesensi


Istilah adolescence atau adolesensi berasal dari kata latin adolescare (kata
bendanya, adolescentia yaitu adolesensi) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh
menjadi dewasa” (Bobak,2004). Masa adolesensi merupakan masa peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek
atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini & Sundari, 2004). Masa
adolesensi adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu
tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004).
WHO menetapkan batas usia adolesensi dalam 2 bagian yaitu adolesensi awal 10-
12 tahun dan adolesensi akhir 15-20 tahun. Pedoman umum adolesensi di
Indonesia menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono,
2001).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan mengenai siapa
adolesensi secara konseptual. Dikemukakannya oleh WHO ada tiga kriteria yang
digunakan; biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, yakni: (1) individu yang
berkembang saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya
sampai saat ia mencapai kematangan seksual, (2) individu yang mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa,
dan (3) terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang lebih mandiri.

B. Ciri-Ciri Perkembangan Fisik Pada Masa Adolesensi


Seperti halnya perkembangan pada masa Adolesensi mengalami
perkembangan fisik, perkembangan tersebut antara lain :
1. Pada Laki- Laki
a. Organ kelamin yang mulai berfungsi dan menghasilkan sperma dalam
testis.
b. Ereksi spontan, pada remaja laki- laki ditandai dengan pertama kali
mengalami ‘mimpi basah’ yang mengeluarkan air mani dan ereksi di pagi
hari tanpa disadari.
c. Tumbuh kumis dan jenggot, perubahan fisik mulai terjadi dengan
pertumbuhan rambut di area wajah. Kumis dan jenggot juga memberikan
kesan lebih dewasa dan macho pada laki- laki.
d. Jakun mulai membesar dan tampak, yang sebelumnya belum memiliki
jakun atau tidak tampak. Seiring dengan pubertas jakun menjadi tampak.
e. Suara berubah menjadi lebih besar dan berat, suara akan menjadi lebih
maskulin karena laring dan pita suara juga berkembang.
f. Tumbuh rambut di beberapa area (ketiak, kaki, dada, organ kelamin)
g. Otot tubuh mulai terbentuk, dengan latihan fisik yang rutin otot otot atletis
pada tubuh akan mulai terbentuk.
h. Bahu melebar melebihi panggul, pada laki- laki memiliki bahu yang
bidang dan lebar.
i. Jaringan kulit berubah, pori- pori tampak lebih besar, kulit laki laki
cenderung tebal dan lebih kasar dari perempuan.
j. Muncul jerawat, ini hal yang paling sering dialami sebagai reaksi akibat
kadar hormon yang meningkat.
2. Pada Perempuan
a. Organ kelamin mulai berfungsi, produksi sel telur dimulai, rahim menjadi
lebih kuat dan siap membuahi.
b. Ditandai dengan menstruasi pertama sebagai awal dari organ reproduksi
yang sudah sempurna. Menstruasi merupakan proses peluruhan dinding
uterus akibat kegagalan proses pembuahan.
c. Payudara dan puting susu mulai timbul dan membesar, tubuh perempuan
juga mulai membentuk indah. Lekukan badan mulai terlihat
d. Tumbuh rambut di beberapa area (ketiak dan organ kelamin)
e. Suara lebih nyaring dan lembut, hal ini terjadi juga akibat remaja
perempuan merasa dirinya sudah dewasa dan perlu untuk menjaga cara
bicara yang lembut.
f. Kadang kadang muncul jerawat di wajah, pada beberapa orang kondisi
peningkatan kadar hormon berpengaruh pada timbulnya jerawat pada
wajah.
g. Lebih cepat tumbuh tinggi dan besar, penyempurnaan organ reproduksi ini
juga berpengaruh pada sistem metabolisme tubuh secara keseluruhan
sehingga tubuh bekerja lebih optimal.
C. Ciri-ciri Perkembangan Psikologi Pada Masa Adolesensi
Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan
masa adolesensi mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan
periode sebelumnya dan sesudahnya. Masa adolesensi ini, selalu merupakan
masa-masa sulit bagi adolesensi maupun orangtuanya. Menurut Sidik Jatmika,
kesulitan itu berangkat dari fenomena adolesensi sendiri dengan beberapa
perilaku khusus; yakni:
1. Masa Adolesensi (remaja) mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya
untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat
menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bias menjauhkan adolesensi
dari keluarganya.
2. Masa Adolesensi (remaja) lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya
daripada ketika mereka masih kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh
orangtua semakin lemah. Anak adolesensi berperilaku dan mempunyai
kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan
kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal mode
pakaian, potongan rambut, kesenangan musik yang kesemuanya harus
mutakhir.
3. Masa Adolesensi (remaja) mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik
pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul
bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan
frustrasi.
4. Masa Adolesensi (remaja) sering menjadi terlalu percaya diri (over
confidence) dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya
meningkat, mengakibatkan sulit menerima nasihat dan pengarahan oangtua.
Selanjutnya, Sidik Jatmika, menjelaskan adanya kesulitan yang sering
dialami kaum adolesensi yang betapapun menjemukan bagi mereka dan orangtua,
medrupakan bagian yang normal dari perkembangan adolesensi itu sendiri.
Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum adolesensi antara
lain:
1. Variasi kondisi kejiwaan. Suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut,
dan mengasingkan diri, tetapi pada saat yang lain terlihat sebaliknya, periang,
berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sulit ditebak dan berubah-ubah ini
bukanlah sesuatu yang abnormal. Hal ini hanyalah perlu diprihatinkan dan
menjadi kewaspadaan bersama manakala telah menjerumuskan adolesensi
dalam kesulitan-kesulitan di sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya.
2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba. Hal ini merupakan sesuatu yang
normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya rasa birahi adalah
normal dan sehat. Ingat, perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan
cirri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual
dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual.
3. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan
menunjukkan perilaku agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan
banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar
adalah pengaruh buruk teman, dan pendisiplinan yang salah dari orangtua,
terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak – dan sering tidak ada sama
sekali.
4. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia
(setengah gila hingga gila beneran).
Dari berbagai penjelasan di atas, dapatlah dipahami tentang berbagai ciri
yang menjadi kekhususan Masa Adolesensi. Ciri-ciri tersebut adalah :
1. Masa Adolesensi (masa remaja) sebagai periode yang penting
Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang
tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai dengan
cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua
perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental serta perlunya
membentuk sikap, nilai, dan minat baru.
2. Masa Adolesensi (masa remaja) sebagai periode peralihan
Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang dewasa.
Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak
sesuai dengan umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku sebagaimana
orang dewasa, remaja seringkali dituduh terlalu besar ukurannya dan dimarahi
karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak, status remaja
yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu
kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola
perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
3. Masa Adolesensi (masa remaja) sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan
fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung
pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku
juga menurun.
4. Masa Adolesensi (masa remaja) sebagai usia bermasalah
Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun
masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi baik oleh
anak laki-laki maupun anak perempuan. Ketidakmampuan mereka untuk
mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak
remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai
dengan harapan mereka.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok
masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka
mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama
dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Status remaja
yang mendua ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan remaja
mengalami “krisis identitas” atau masalah-masalah identitas-ego pada remaja.
6. Masa Adolesensi (masa remaja) sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri atau
“semau gue”, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak,
menyebabkan orang dewasa yang harus.
Selanjutnya dilengkapi pula oleh Gunarsa & Gunarsa,12 dan Mappiare,13
dalam menjelaskan ciri-ciri remaja sebagai berikut :
1. Masa Adolesensi (masa remaja) Awal.
Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, dengan ciri-
ciri: (1) tidak stabil keadaannya, lebih emosional, (2) mempunyai banyak
masalah, (3) masa yang kritis, (4) mulai tertarik pada lawan jenis, (5)
munculnya rasa kurang percaya diri, dan (6) suka mengembangkan pikiran
baru, gelisah, suka berkhayal dan suka menyendiri.
2. Masa Adolesensi (masa remaja) Madya (Pertengahan).
Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas dengan ciri-ciri:
(1) sangat membutuhkan teman,
(2) cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada diri sendiri,
(3) berada dalam kondisi keresahan dan kebingungan, karena pertentangan
yang terjadi dalam diri,
(4) berkenginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya, dan
(5) keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.
3. Masa Adolesensi (masa remaja) Akhir.
Ditandai dengan ciri-ciri: (1) aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai stabil, (2)
meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap pandang yang sudah baik, (3)
lebih matang dalam cara menghadapi masalah, (4) ketenangan emosional
bertambah, lebih mampu menguasai perasaan, (5) sudah terbentuk identitas
seksual yang tidak akan berubah lagi, dan (6) lebih banyak perhatian terhadap
lamabang-lambang kematangan.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan dapatlah
disimpulkan bahwa masa remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan
dewasa. Tubuhnya tampak sudah “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti
orang dewasa remaja gagal menunjukan kedewasaannya. Pengalamannya
mengenai alam dewasa masih belum banyak karena ia sering terlihat pada remaja
adanya kegelisahan, pertentangan, kebingungan, dan konflik pada diri sendiri.
Bagaimana remaja memandang peristiwa yang dialami akan menentukan
perilakunya dalam menghadapi peristiwa-peristiwa tersebut.
Adolesensi atau masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Hal ini biasanya dipandang dari segi kematangan seksual dan
cepatnya pertumbuhan. Pada masa adolesensi terjadi perkembangan biologis yang
kompleks, yang meliputi ukuran dan proporsi tubuh, pertumbuhan jaringan tubuh,
perubahan fisiologis, dan peningkatan kekuatan. Pada masa adolesensi perkembangan
fisik antara perempuan dan laki-laki berbeda, yaitu terjadi antara umur 10-18 tahun
untuk anak perempuan dan 12-18 tahun untuk anak laki-laki. Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan fisik adolesensi antara lain keluarga, gizi, gangguan
emosional, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan, dan pengaruh bentuk
tubuh, dan lingkungan.
Argiati, Siti Hafsah Budi, Perilaku Agresif Ditinjau dari Persepsi Pola Asuh
Authoritarian, Asertivitas dan Tahap Perkembangan Remaja Pada Anak Binaan
Lembaga Pemasyarakata Anak Kutoarjo, Jawa Tengah, Tesis, tidak diterbitkan,
Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM, 2008

Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: Grasindo,
2008

Gunarsa, S.D., dan Gunarsa, Y.S., Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001

Hurlock, E.B., Perkembangan Anak, Jilid I Edisi ke-6, Jakarta: Erlangga, 1997

Hurlock. E.B., Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan, Jakarta:

Erlangga, 1993

Jahja, Yudrik, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana, 2011

Anda mungkin juga menyukai