5
6
perkembangan kejiwaan yang pesat, disertai munculnya dorongan rasa ingin tahu yang
tinggi mengenai berbagai hal, sementara dari segi emosional keadaannya masih belum
stabil. Akibatnya remaja akan mudah terpengaruh hal-hal negatif, apabila tidak mendapat
bimbingan dan pendampingan secara baik dan benar (LDUI, 2009).
2.1.2 Penggolongan Remaja
Masa remaja meliputi : Remaja awal: 12-15 tahun; Remaja madya: 16-18 tahun;
Remaja akhir: 19-22 tahun (Syamsu, 2006).
2.1.3 Pertumbuhan dan perkembangan remaja
1. Pertumbuhan pada remaja
a. Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat
dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa untuk mengimbangi
pertumbuhan yang cepat remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih banyak.
Perkembangan fisika mereka jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan
tangan otot-otot tumbuh berkembang pesat sehingga anak kelihatan tumbuh tinggi
tetapi kepalanya masih mirip dengan anak-anak.
b. Pertumbuhan seksual
Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya: alat
produksi spermanya mulai tanpa sadar mengeluarkan sperma mulai berproduksi ia
mengalami masa mimpi yang pertama yang tanpa sadar mengelurkan sperma,
selain itu pada anak laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang membuat
nada suaranya jadi pecah kemudian diatas bibir dan sekitar kemaluannya mulai
tumbuh bulu-bulu (rambut). Sedangkan pada anak perempuan, karena produksi
hormon dalam tubuhnya, dipermukaan wajah tumbuh jerawat.
2. Perkembangan Remaja
a. Pengertian perkembangan remaja
Pada fase remaja mengalami perkembangan yang sangat pesat dan merupakan
perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya
organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Desmita, 2006).
7
Wanita Pria
1. Tumbuh rambut pubis 1. Tumbuh rambut pubis atau bulu
atau bulu kapok disekitar kapok disekitar kemaluan dan
kemaluan dan ketiak ketiak
2. Bertambah besar buah 2. Terjadi perubahan suara
dada 3. Tumbuh kumis
3. Bertambah besarnya 4. Tumbuh gondok laki (jakun)
pinggul
Sumber : (Syamsu, 2006)
8
tertentu, rangsangan seksual ini sangat berarti dan dapat menjadikan seseorang
menjadi habitual seks bebas
5. Pornografi (tontonan goyang ngebor, acara tv, iklan produk, rubrikasi media,
penjualan vcd porno, merebaknya berbagai jenis hiburan)
Hal yang bersifat pornografi dapat merangsang seorang remaja ke arah perbuatan
seksual. Aktivitas remaja yang selalu terpapar dengan berbagi produk kebudayaan
yang tanpa filter seperti tayangan porno, film dan buku bertema sex memberi
kontribusi berkembangnya kebiasaan seks bebas pada remaja.
Media massa dan segala hal yang bersifat pornografis akan menguasai pikiran remaja
yang kurang kuat dalam menahan pikiran emosinya, karena mereka belum boleh
melakukan hubungan seks yang sebenarnya yang disebabkan adanya norma-norma,
adat, hukum dan juga agama. Semakin sering seseorang tersebut berinteraksi atau
berhubungan dengan pornografi maka akan semakin beranggapan positif terhadap seks
bebas demikian pula sebaliknya, jika seseorang tersebut jarang berinteraksi dengan
pornografi maka akan semakin beranggapan negatif terhadap seks bebas. Apabila anak
remaja sering dihadapkan pada hal-hal yang pornografi baik berupa gambar, tulisan,
atau melihat aurat, kemungkinan besar dorongan untuk seks bebas sangat tinggi. Hal
yang merugikan dari perilaku seks bebas tidak akan terjadi, apabila individu memiliki
kesadaran bertanggung jawab yang kuat. Dan bila remaja dihadapkan pada rangsangan
sosial yang tidak baik seperti seks bebas maka remaja akan dapat menentukan sikap
yang tepat yaitu sikap yang negatif atau tidak mendukung perilaku terhadap seks
bebas, sebaliknya bila remaja memiliki sikap dengan tanggung jawab yang rendah
maka terbentuklah pribadi yang lemah sehingga mudah terjerumus pada pergaulan
yang salah.
6. Pengetahuan
Terbatasnya pengetahuan pada remaja mengenai masalah seksual, mengakibatkan
merasa ingin tahu dan coba-coba dalam bentuk tingkah laku. Dorongan rasa ingin tahu
dan mencari tahu tentang masalah seksual mendorong remaja untuk bereksperimen
sehingga timbul perilaku seksual. Terbatasnya pengetahuan pada remaja mengenai
masalah seksual, mengakibatkan merasa ingin tahu dan coba-coba dalam bentuk
tingkah laku. Dorongan rasa ingin tahu dan mencari tahu tentang masalah seksual
13
bahwa seks bebas adalah cara aman untuk melepaskan diri dari perzinahan atau juga
masturbasi membuat seorang dapat hidup lebih tenang dan dewasa. Individu yang
mempunyai iman yang kurang kuat akan mendorong remaja mudah melakukan
masturbasi.
2.2.4 Akibat Penyimpangan Perilaku Seksual dan Hubungan Seks Bebas
1. Penyakit menular seksual
Hubungan seksual pranikah akan memicu terjadinya multipartner. Dan karena
belum ada pasangan tetap maka akan cenderung berganti-ganti pasangan. Keadaan ini
akan memperparah terjadinya penyakit menular seksual seperti gonorhoe siphilis
maupun AIDS. PMS sering berakhir dengan penyakit komplikasi seperti kemandulan
atau infertilitas.
2. AIDS
Merupakan kumpulan gejala akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh.
Diakibatkan oleh serangan virus HIV. Penyakit ini timbul karena seringnya berganti
pasangan seksual. Juga dapat melalui transfusi darah, jarum suntik, luka maupun
penularan dari ibu ke bayi.
3. Kanker leher rahim
Pada masa remaja maturitas sel-sel epitel mulut rahim belum cukup sehingga
adanya rangsangan seksual akan memacu keganasan leher rahim. Beberapa faktor
risiko terjadinya kanker leher rahim adalah kawin usia muda, gonta-ganti pasangan
seksual dan kebersihan seksual yang kurang.
4. Kehamilan yang tidak dikehendaki dan abortus provokatus kriminalis
Dampak langsung akibat hubungan seksual pranikah adalah timbulnya
kehamilan yang tidak dikehendaki dan upaya melakukan abortus ilegal yang dapat
berakhir dengan perdarahan, infeksi dan kematian.
5. Perceraian pasangan keluarga muda
6. Hilangnya kesuburan baik pria maupun wanita
7. Rendahnya mental remaja
Kualitas mentalitas remaja perempuan dan laki-laki yang terlibat penyimpangan
perilaku seksual akan rendah, bahkan cenderung memburuk. Mereka tidak memiliki
etos kerja dan disiplin yang tinggi, karena dibayangi
15
Padahal tidak jarang para remaja sendiri yang berinisiatif bertanya, tapi justru
sering disambut dengan "kemarahan" ortu.
Dalam pendidikan seks anak tidak cukup hanya melihat dan mendengar
sekali-dua kali, tapi harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan,"
katanya. Sebab itu, pendidikan seks hendaknya menjadi bagian penting dalam
pendidikan di sekolah. Orang tua dan pendidik wajib meluruskan informasi yang
tidak benar disertai penjelasan risiko perilaku seks yang salah. (Tedy, 2007)
2. Tindakan preservatif
Dalam langkah ini, orang-tua dan masyarakat berupaya memotivasi anak remaja
dengan cara mempertahankan dan mengembangkan kondisi-kondisi yang positif yang
telah dimiliki remaja atau yang telah dilakukan remaja. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan prasarana dan sarana yang dibutuhkan remaja.
3. Tindakan rehabilitatif
Di sini, orang tua, keluarga dan masyarakat secara proaktif mengidentifikasi
kondisi remaja di lingkungannya, dengan cara:
a. Menyelidiki apakah remaja itu tergolong berperilaku sehat secara sosial-psikologis.
b. Latar belakang apa yang menyebabkan remaja berperilaku menyimpang, apakah
faktor lingkungan keluarga, sekolah, teman, atau lainnya.
c. Tumbuhkan motivasi bahwa remaja memiliki psikis yang sehat serta
memotivasinya untuk menghadapi kehidupan masa mendatang.
d. Salurkan remaja terhadap pelatihan keterampilan dan kembangkan pengetahuan
serta tanamkan mental untuk dapat mandiri, bertanggung jawab, dan aktif kreatif.
4. Tindakan korektif
Dalam hal ini, orang tua memberikan penanganan yang efektif dan tepat atas
gangguan yang dialami remaja. Misalnya dengan memberikan terapi, baik psikologis,
spiritual dan medis, maupun secara sosial-psikologis (Iriany, 2007).
2.3 Faktor lain yang mempengaruhi seks bebas
Faktor penyebab seks bebas menurut Fadillah (2008) meliputi:
1) Perilaku remaja cenderung belum matang
2) Dorongan seks juga belum matang
3) Dorongan teman-teman atau sang pacar
18
sampai bertingkahlaku, kita tidak hanya mengikuti dengan apa yang di ajarkan dan
yang diarahkan orang tua di rumah, tetapi juga memperhatikan bias berupa informasi
yang sangat penting seperti masalah kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi
(Anonim, 2006)
3. Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
4. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara (Wipres, 2007).
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan
orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka makin mudah dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal.
Pendidikan klien dapat meningkatkan keteraturan, sepanjang bahwa pendidikan
tersebut merupakan pendidikan yang aktif (Notoatmodjo, 2003 : 128).
5. Informasi Pornografi dan Pornoksi
Informasi dapat diperoleh misalnya dirumah, sekolah, dan dimasyarakat. Dengan
adanya informasi-informasi tentang perilaku seks bebas, dampak seks bebas dan
bagaiman akan meningkatkan pengetahuan remaja tentang hal tersebut. Selanjutnyua
dengan informasi akan menyebabkan orang berprilaku sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya. Suatu akibat buruk dan pengaruh informasi yang diterima panca
indra yang mempertotonkan anggota tubuh vital manusia. Tidak tersedianya informasi
yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja bergerilya
mencari akses dan melakukan eksploitasi sendiri. Arus informasi dan komunikasi
20
dengan nilai α = 0,009, faktor pergaulan mempengruhi perilaku seks bebas dengan
nilai α = 0,008, dan faktor pengetahuan mempengaruhi perilaku seks bebas dengan
nilai α =0,000.Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor dominan yang
mempengaruhi seks bebas adalah pengetahuan.
2.4 Konsep faktor-faktor yang mempengaruhi seks bebas
2.4.1 Hubungan pengetahuan dengan perilaku seks bebas
Dengan mempunyai pengetahuan yang baik remaja akan mengetahui dampak dari
seks bebas dan apabila remaja diberikan informasi tentang seks bebas dengan jelas, benar
dan komprehensif tekmaksuk termaksuk akibat-akibatnya maka remaja tidak akan mudah
terpengaruh atau mencoba-coba melakukan perilaku seks bebas.hal ini sesuai yang
diungkapkan oleh pratiwi (2004) yaitu informasi yang diperoleh memberikan pengaruh
besar terhadap perilaku remaja.
2.4.2 Hubungan pergaulan dengan perilaku seks bebas
Hubungan antara pergaulan dengan perilaku seks bebas pada remaja. Semakin
seringnya remaja melakukan pergaulan seks bebas maka akan menaikkan gairah seks
yang dapat merangsang otak dan kelenjar hipotalamus sehingga hormon esterogen pada
wanita dan testoteron pada pria akan naik. Meskipus kategori pergaulan remaja sangat
bahaya tetapi tidak ingin tidak ingin melakukan hubungan seksual karena takut akan
hubungan seks.. Hal ini sesuai yang disampaikan Sarwono (2007) yaitu perilaku seks
bebas pada remaja di pengaruhi oleh teman sebaya, pacar, semain banyak mendengar,
melihat dan mengalami hubungan seksual maka semakin kuat stimulasi yang dapat
mendorong perilaku seksual misalnya rangsangan dari media massa, obrolan, teman atau
pacar tentang pengalaman seks.
2.4.3 Hubungan informasi pornografi dan pornoaksi dengan perilaku seks bebas
Sumber informasi pornografi dan pornografi mempengaruhi perilaku seks bebas
pada remaja dan juga sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena dengan melihat video
gairah seksual pada remaja. Meskipun banyak yang melihat pornografi dan pornoaksi
tetapi banyak yang tidak melakukan hubungan seksual ini disebabkan karena faktor
agama, nilai moral, juga status yang masih pelajar sehingga bagi remaja yang tidak
mempunyai pasangan dan ingin melakukan hubungan seksual maka lebih sulit untuk
mencari pasangan seks. Banyak juga remaja yang lebih suka melakukan hubungan fantasi
22
seks seperti masturbasi karena remaja beranggapan bahwa dengan masturbasi bisa
mendapatkan kepuasan seksual hal ini sesuai dengan yang di sampakian Isharyanto
(2009) bahwa semakin sering remaja melihat gambar dan vidio porno maka semakin
besar keinginan remaja untuk berfantasi melakukan hubungan seksual dengan melakukan
hubungan seksual atau hanya melakukan hubungan masturbasi.
2.4.4 Hubungan kesibukan orang tua dengan perilaku seks bebas
Perilaku seks bebas pada remaja juga didorong oleh kesibukan orang tua diluar
rumah yang menyebabkan orang tua kurang perhatian terhadap aktivitas anak sehari-hari.
Orang tua yang sibuk mencari uang tidak mempunyai waktu untuk bersama anak dan
menanyakan kegiatan anak seharian. Orang tua sibuk bekerja dan hanya mengandalkan
uang sebagai kebutuhan utama anak. Padahal pada masa ini, remaja memerlukan
dukungan dan perhatian orang tua, remaja menginkan orang tua memperhatikan dan
sebagai teman curhat anak mengenai teman, pergaulan, dan tempat bercerita tentang
kekasih. Kurangnya kontrol orang tua menyebabkan anak bebas untuk bergaul dengan
teman dan pacar, dan tidak sedikit remaja yang melakukan hubungan seksual di
rumahnya sendiri karena tidak ada orang tua dirumah (Pekey, 2007).