TINJAUAN PUSTAKA
Remaja dalam ilmu psikologi diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit,
adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin
“adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah
bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematang sosial dan psikologi. (Kumalasari dan
Andhyantoro, 2013)
Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sa
mpai 24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan, batasan usia remaja yang digunakan
oleh Depkes RI (2009) adalah remaja awal 12-16 tahun dan remaja akhir 17-25 tahun.
Menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia
remaja adalah 10 sampai 21 tahun. Menurut Hurlock (1980) batasan usia remaja ialah mereka
yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) mengatakan batas usia remaja ialah
12-21 tahun. Adapun Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) mengatakan batasan usia remaja
ialah usia 12-23 tahun. Berdasarkan dari pendapat ahli tersebut, masa remaja relatif sama.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-
mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta
sosial kultural (Fauzi, 2008).
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) secara umum didefenisikan sebagai kondisi
sehat dari sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja, yaitu laki-laki
dan perempuan usia 10-24 tahun. (BKKBN-UNICEF, 2004)
Kesehatan Reproduksi (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yan
g utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (Konferensi
International Kependudukan dan Pembangunan, 1994). Kesehatan Reproduksi Menurut
WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan
seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman
..
2.1.2 Perubahan Fisik dan Psikologi Remaja
2. Remaja Tengah
Periode ini bentuk fisik remaja tengah semakin proporsional dan mirip dengan orang
dewasa yang diikuti dengan perkembangan IQ, psikis dan sosial. Kini dia ingin
mendapatkan status, bebas menentukan sikap, pendapat dan minat, ingin menolong
dan ditolong orang lain, belajar bertanggung jawab dan pola pergaulannya yang sudah
mengarah pada heteroseksual. Namun, di sisi lain dia terkadang bersikap apatis,
terutama bila dirinya ditentang atau sebaliknya timbul perilaku agresif jika
diperlakukan seperti anak- anak.
3. Remaja Akhir
disebut sebagai dewasa muda karena dia mulai meninggalkan kehidupan kanak-kanak
dan berlatih mandiri, terutama saat membuat keputusan. Dia mulai memiliki
kematangan emosi dan belajar mengendalikan emosi sehingga bia berpikir objektif
dan bersikap sesuai situasi dengan belajar menyesuaikan diri pada norma-norma.
Keputihan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu keputihan yang normal dan
keputihan yang abnormal. Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah
menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi dan juga melalui
rangsangan seksual. sedangkan keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat
kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, dan jaringan penyangga juga
penyakit karena hubungan kelamin) (Manuaba,2009).
1. Keputihan Fisiologis
Jenis keputihan ini biasanya terjadi pada saat masa subur,serta saat sesudah dan
sebelum menstruasi. Biasanya saat kondisi-kondisi tersebut sering terdapat lendir yang
berlebih,itu adalah hal yang normal,dan biasanya tidak menyebabkan rasa gatal serta tidak
berbau.
Keputihan fisiologis atau juga banyak disebut keputihan normal memiliki ciri-ciri:
a. Cairan keputihannya encer
b. Cairan yang keluar berwarna krem atau bening
b. Cairan yang keluar tidak berbau
c. Tidak menyebabkan gatal
d. Jumlah cairan yang keluar terbilang sedikit
2. Keputihan Patologis
Keputihan jenis patologis disebut juga sebagai keputihan tidak normal.jenis keputihan
ini sudah termasuk jenis keputihan penyakit. Keputihan patologis dapat menyebabkan
berbagai efek dan hal ini akan sangat mengganggu bagi kesehatan wanita pada umumnya dan
khususnya kesehatan daerah kewanitaan.
Keputihan patologis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Cairannya bersifat kental
b. Cairan yang keluar memiliki warna putih seperti susu,atau berwarna kuning atau
sampai kehijauan.
c. Keputihan patologis menyebabkan rasa gatal
d. Cairan yang keluar memiliki bau yang tidak sedap
e. Biasanya menyisakan bercak-bercak yang telihat pada celana dalam wanita
f. Jumlah cairan yang keluar sangat banyak
3. Pemilihan Pembalut
Pemilihan pembalut juga menjadi salah satu penyebab keputihan pada wanita. Seperti
yang diketahui, pembalut merupakan alat yang bersentuhan langsung dengan organ
kewanitaana saat haid. Oleh karena itu, dalam memilih pembalut haruslah yang benar-benar
kualitas bagus. Tidak asal menyerap tetapi juga memberikan efek yang baik untuk kesehatan.
4. Stress
Semua organ tubuh kinerjanya di pengaruhi dan dikontrol oleh otak, maka ketika
reseptor otak mengalami kondisi stress hal ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan dan
keseimbangan hormon -hormon dalam tubuh dan hal ini dapat menimbulkan terjadinya
keputihan.
b Trichomoniasis
Cairannya banyak, kental, berbuih seperti sabun, bau, gatal, vulva kemerahan, nyeri
bila ditekan atau perih saat buang air kecil (Nenk,2009). Infeksi vagina terjadi ketika
organisme hidup sangat kecil (disebut trichomonad) masuk ke dalam vagina, biasanya setelah
hubungan kelamin dengan pria yang terinfeksi. Trichomonas menginfeksi sekitar 1 dalam 10
wanita. Organism ini seukuran dengan sel darah putih dan mempunyai “bulu getar” serta
sebuah ekoryang sangat kuat. Pada kebanyakan wanita jamur ini hidup dalam saluran vagina
yang seperti beledu dan tidak mennimbbulkan gejala. Pada kebanyakan pria hidupnya dalam
saluran kencing di penis. Tetapi pada beberapa wanita karena sejumlahalasan yang tidak
diketahui, ini menyebabkan gatal-gatal di vagina dan vulva yang cukup parah
(Llewellyn,2005).
c Bacterial Vaginosis
Infeksi oleh Gardnerella yang berinteraksi dengan baksil anaerobic yang biasanya
terdapat di vagina. Keputihan itu encer, mempunyai bau amis yang tajam, dan berwarna abu-
abu kotor. Ini disebut “amine vaginosis” karena amine diproduksi dan menghasilkan bau
amis.
A. Defenisi Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktifitas masing-masing. (Notoatmodjo, 2007)
Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini menjadi
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau stimulus organisme respons.
Skinner membedakan adanya dua respon. Dalam teori Skiner dibedakan adanya dua respon:
1. Respondent respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulalation
karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang ini disebut reinforcing stimulation
atau reinforcer, karena mencakup respon.
Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka perilaku dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behavior) Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam atau praktik (practice) yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.
B. Domain perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung
pada karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang
membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebut determinan perilaku.
Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan
faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007, p. 139).
Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007), membagi perilaku manusia
kedalam 3 domain ranah atau kawasan yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective), dan
psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk
pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan, sikap, dan praktik atau tindakan
(Notoatmodjo, 2007, p. 139)
C. Pengukuran perilaku
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara
langsung, yakni dengan pengamatan (obsevasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam
rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode
mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaanpertanyaan terhadap
subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatm 14
3. Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan
perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada
petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang peraturanperaturan baik dari
pusat maupun dari pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
E. Perilaku kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme) terhadap
stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan
ini terjadi dari 3 aspek:
1. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit.
2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
3. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.
2.3.2 Pengertian Pengetahuan (Knowledge)
A. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukun
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007. P.143)
Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut
akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran maka tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama (Notoatmodjo,2003, p.121)
B. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang terjadi antara lain menyebutkan, menguraikan,
mengidenfikasi menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan benar tentang obyek yang diketahui, dan
dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
obyek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap suatu obyek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi ataupun kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan 20 hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau komponen-komponen,
tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis dapat dilihat dari pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,
dapat meringkas, dapat merencanakan dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusanrumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang
ditemukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2007)
2) Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam
menerima informasi.
2. Cara modern
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan
ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau metodelogi penelitian (Notoatmodjo,
2007)
2.4. Kerangka Teori
Faktor Eksogen:
1. Lingkungan
2. Pendidikan Perilaku
3. Sosial Ekonomi Baik
4. Agama
5. Kebudayaan
Pengetahuan Perilaku Keputihan
Kesehatan (Fluor Albus)
Faktor Endogen:
1. Bakteri
2. Jamur Perilaku
3. Parasit Kurang
4. Virus
Perilaku Pencegahan
Tingkat Pengetahuan Keputihan Patologi pada
tentang Keputihan Remaja Perempuan
: Variabel terikat
: Variabel bebas