I. PENDAHULUAN
Beberapa aspek MASA REMAJA adalah universal sementara aspek
lainnya mencerminkan karakteristik unik dan perubahan sosial kontemporer. Bab
ini dimulai dengan melihat pada beberapa makna budaya dan sejarah yang
beragam dari masa remaja sebagai suatu fase yang terpisah dalam rentang
kehidupan. Kemudian akan memfokuskan pada perubahan-perubahan fisiologis
yang universal dari pubertas, yang memiliki konsekuensi penting untuk fungsi
psikologis dan perkembangan seksualitas.
Umur 13 tahun sekarang ini dianggap sebagai salah satu momen penting
dalam kehidupan seorang anak. Ini menandai transformasi seorang anak menjadi
remaja. Dan dengan berlalunya dari masa kanak-kanak ke masa remaja,
muncullah seperangkat hak-hak istimewa baru dan kebutuhan yang bergabung
untuk menentukan status sosial semi-dewasa. Sebelum mencapai usia 18 tahun
atau entri tradisional ke dalam masa dewasa pada usia 21 tahun, seorang remaja
telah belajar untuk mengemudikan mobil, lulus dari sekolah menengah, memilih
karir dan jatuh cinta. Tubuh akan tumbuh hampir tidak dikenali, dan kapasitas-
kapasitas psikologi baru mulai dari identitas seksual dan ideologi hingga berpikir
logis akan diperoleh.
Kebanyakan perubahan ini adalah yang diinginkan. Namun periode masa
remaja jarang bebas dari rasa sakit, stress dan kekacauan serta reaksi emosional.
Banyak para remaja disulitkan dengan rasa cemas dan ragu apakah mereka akan
terkenal diantara rekan-rekannya, apakah tubuh yang berkembang akan menarik
secara fisik, apakah mereka dapat membuat keputusan yang salah atau tidak dapat
menghadapi tekanan-tekanan pendidikan tingkat tinggi, atau kencan.
Melihat kecenderungan untuk menarik gambaran yang tidak melekat dari
semua remaja sebagai refleksi rasa cemburu orang dewasa akan keindahan dan
kebebasan remaja. Yang lainnya berpendapat bahwa reaksi-reaksi negatif terhadap
para remaja mencerminkan rasa bersalah masyarakat karena menolak akses
remaja untuk kekuatan, income, hak-hak istimewa dan rasa hormat yang sama
seperti orang dewasa usia pertengahan.
II. PERMASALAHAN
1. Bagaimana perubahan fisik masa remaja?
2. Bagaimana ciri-ciri masa puberitas?
III. PEMBAHASAN
MASA REMAJA SEBAGAI PERMULAAN/INISIASI
Tidak semua budaya memandang transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa sebagai suatu perjalanan yang lambat dan rumit, yang mengharuskan
sedikitnya lima tahun dari usia 13 hingga 18. Pada banyak budaya Barat sekarang
ini, seperti dalam masyarakat Barat beberapa abad yang lalu, transformasi seorang
anak ke dalam seorang dewasa mungkin hanya membutuhkan beberapa hari saja.
PUBERTAS BIOLOGI
Walaupun terdapat variasi budaya dalam makna sosial remaja, perubahan-
perubahan fisik pubertas pada dasarnya sama untuk semua orang. Pubertas adalah
suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat
terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah suatu peristiwa
tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang
terjadi berangsur-angsur (John W. Santrock, 1995).
Ciri-Ciri masa pubertas
Masa pubertas adalah masa yang unik dan khususnya ditandai oleh
perubahan-perubahan perkembangan tertentu yang tidak terjadi pada tahap-tahap
lain dalam rentang kehidupan, yang terpenting diantaranya:
1. Masa puber adalah masa tumpang tindih karena mencakup tahun-tahun
akhir masa anak-anak dan tahun-tahun awal masa remaja.
2. Masa puber adalah periode yang singkat, karena dibandingkan dengan
banyak perubahan yang terjadi di dalam ataupun di luar tubuh masa
puber merupakan masa yang singkat sekitar 2-4 tahun.
3. Masa puber dibagi dalam tahap-tahap yaitu tahap prapuber dan tahap
pasca puber.
4. Masa puber merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat,
selama periode ini anak yang sedang berkembang mengalami berbagai
perubahan dalam tubuh, perubahan dalam status penampilan, milik,
jangkauan pilihan dan perubahan dalam sikap terhadap seks dan lawan
jenis.
5. Masa puber merupakan fase negatif, fase menunjukkan periode yang
singkat, negatif berarti individu mengambil sikap “anti” (Elizabeth B.
Hurlock, 1980).
Dampak psikologi kematangan fisik remaja ditingkatkan dengan kesadaran
para remaja dimana tubuh mereka pada dasarnya akan tetap sama sepanjang sisa
hidupnya nanti di masa dewasa, atau setidaknya hingga proses penuaan fisiologis.
Oleh karena itu pertumbuhan fisik pubertas dapat mempengaruhi perkembangan
psikologi tidak hanya selama masa remaja tetapi juga selama beberapa dekade
setelah tubuh berhenti tumbuh. Bagian bab ini dimulai dengan jabaran singkat
aspek-aspek utama proses pertumbuhan fisik masa remaja, yang diikuti oleh
contoh lebih detil bagaimana konsep remaja itu sendiri terhadap makna perubahan
tubuh yang mempengaruhi prilaku dan penyesuaian selama tahun-tahun masa
remaja dan dewasa.
Tonggak pertumbuhan pubertas
Kata puberscene berasal dari kata Latin yang berarti ‘tumbuhnya rambut’.
Tapi semakin banyaknya rambut yang tumbuh dan perlunya anak laki-laki untuk
bercukur biasanya bukan langkah-langkah pertama dalam tahapan pertumbuhan
pubertas. Peningkatan tiba-tiba dalam perawakan, secara umum menandai gejala
awal pubertas pada anak laki-laki dan anak perempuan. Karena anak perempuan
memulai pertumbuhan pubertas rata-rata dua tahun sebelum anak laki-laki, rata-
rata anak perempuan mulai memiliki tubuh tinggi sekitar usia 10 tahun hingga
usia 12 tahun. Perubahan ini cukup dramatis, dengan rata-rata anak perempuan
bertambah tinggi badan 20 centimeter. Anak laki-laki secara tipikal mulai
bertambah tinggi pada usia 12 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 15 tahun.
Ketika anak laki-laki tumbuh lebih cepat dan terus bertambah tinggi dibanding
perempuan, perbedaan perempuan/laki-laki dewasa normal ditetapkan sebelum
akhir masa remaja.
Perubahan-perubahan hormon muncul setelah gejala awal pertambahan
tinggi bukan menstimulasi perkembangan organ-organ reproduksi. Karakteristik
jenis kelamin sekunder seperti payudara, pinggul yang melebar, jenggot atau suara
yang berat, membuat pria dan wanita tampaknya menjadi berbeda. Peristiwa-
peristiwa pubertas yang penting untuk rata-rata anak laki-laki dan anak
perempuan. Keseimbangan hormon juga mempengaruhi mood (keadaan hati)
remaja. Baik hormon pria, testosteron, dan hormon wanita estrogen, terkait
dengan perkembangan pubertas yang cepat, hormon-hormon berfluktuasi secara
teratur. Perubahan tubuh terjadi rata-rata dua tahun lebih awal pada perempuan
dari pada laki-laki.
Perempuan
Pinggul
Pinggul menjadi bertambah lebih lebar dan bulat sebagai akibat
membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah
kulit.
Payudara
Segera setelah pinggul membesar, payudara juga berkembang.
Puting susu membesar dan menonjol dengan berkembangnya
kelenjar susu, payudara bertambah besar dan lebih bulat.
Rambut
Rambut kemaluan setelah pinggul dan payudara mulai
berkembang. Rambut ketiak dan rambut pada kulit wajah mulai
tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-
mula halus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur,
lebih kasar, lebih gelap dan agak kriting.
Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-
pori bertambah besar.
Kelenjar
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar
keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya
menusuk sebelum dan sesudah masa haid.
Otot
Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan
dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberi bentuk pada
bahu, lengan dan tungkai kaki.
Suara
Suara menjadi lebih penuh dan menjadi semakin merdu. Suara
serak dan suara pecah jarang terjadi pada perempuan
Ketidaksinkronan pertumbuhan
Perbandingan skala waktu pria dan wanita rata-rata mengilustrasikan celah
dua tahun antara pria dan wanita, yang merupakan salah satu dari ketidakteraturan
dalam masa peristiwa pubertas.
Masa pubertas lebih merupakan kejadian yang berlangsung secara
bertahap tidak terjadi secara serentak dengan kepesatan perkembangan seperti
anak perempuan. Rangsangan yang ditimbulkan sama kuatnya atau lebih kuat bagi
pria, namun wanita mempunyai kesempatan lebih banyak untuk menyesuaiakan
diri. (Elizabeth B. Hurlock)
Ketidakmerataan dalam masa pertumbuhan pubertas dikenal sebagai
ketidaksinkronan pertumbuhan. Beberapa ketidaksinkronan, seperti gap antara
pria dan wanita muncul ketika salah satu pertumbuhan remaja dibandingkan
dengan remaja lainnya. Ini disebut, ketidaksinkronan antar-individu. Dalam
jenis kelamin yang sama, ketidaksinkronan antar-individu akan mempengaruhi
gejala-gejala awal setiap peristiwa pubertas. Oleh karena itu beberapa anak
perempuan yang normal memulai pertumbuhan tinggi badan pubertas pada usia
delapan tahun, sementara yang lainnya tertunda hingga lima tahun berikutnya.
Ketidaksinkronan ini tampaknya menunjukan bahwa tidak ada dari dua remaja
yang akan memiliki proses kematangan pubertas dalam cara yang sama pasti.
Ketidaksinkronan yang diperhatikan para remaja ketika membandingkan
mereka sendiri dengan rekan-rekannya dapat menuntun pada rasa cemas dan
perasaan menjadi menyimpang. Tetapi ketidaksamaan waktu peristiwa-peristiwa
pertumbuhan dalam setiap tubuh remaja (dikenal sebagai ketidaksinkronan dalam-
individu) dapat juga memprovokasi kecemasan dan rasa malu.
IV. KESIMPULAN
Perubahan-perubahan hormon masa puber kejadiannya berbeda pada
setiap individu karena sulit diawasi. Usia rata-rata yang dialami pada
masa puber bagi anak perempuan adalah 13 tahun dan bagi laki-laki 14
tahun sampai 18 tahun. Waktu yang diperlukan untuk mengakhiri
perubahan masa puber berkisar dari 2 sampai 4 tahun.
Ada empat perubahan tubuh yang utama, yaitu perubahan besarnya
tubuh, perubahan proporsi tubuh, pertumbuhan ciri-ciri seks primer dan
perkembangan ciri-ciri seks sekunder.
Ciri-ciri seks sekunder, ciri-ciri fisik yang membedakan laki-laki dan
perempuan berkembang menurut pola yang dapat diramalkan, tetapi pada
akhir masa puber semua pola ini sudah matang atau mendekati tingkat
kematangan.
Penyimpangan kematangan seksual, baik penyimpangan proses
kematangan seksual atau penyimpangan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan perubahan seksual dan perubahan tubuh, sangat
mempengaruhi sikap, pola prilaku, dan konsep diri anak puber. Dari
berbagai bentuk penyimpangan kematangan, matang lebih awal atau
matang terlambat mempunyai akibat yang lebih buruk dibandingkan
dengan anak yang cepat matang atau yang lambat matang.