Anda di halaman 1dari 12

1

Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sikap dan Perilaku Pada Remaja


Ivan Laurentius S
102011265 / B7
Mahasiswa FK UKRIDA Semester 3
FK UKRIDA 2011
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
E-mail: archgear@gmail.com

Pendahuluan
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu
tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan
juga penuh dengan masalah-masalah. Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami
masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial.
1

Pada umumnya remaja memiliki masalah sosial dan emosional yang sulit. Misalnya,
sering kali terdapat konflik antara derajat kebebasan yang mereka inginkan dengan apa yang
diperbolehkan orang tua mereka. Faktor kelompok dengan teman-teman sebaya dapat menjadi
faktor yang sangat penting dan memengaruhi individu untuk melakukan seusatu yang baru di
luar lingkngan keluarga. Faktor ini juga dapat menimbulkan rasa cemas dari sikap menolak dari
kelompok, dan juga dapat mendorong induvidu melakukan kenakalan remaja. Perkembangan
hubungan seksual juga merupakan sumber rasa bingung, cemas, dan konflik yang lain.
2

Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Remaja Perempuan
Segera sesudah deposisi jaringan lemak dan perubahan tulang pelvis yang melebarkan
kontur pinggul, putting susu mulai tumbuh tepat di bawah areola (thelarche) dan rambut pubis
yang lurus, gelap, dan halus mulai tampak di atas mons veneris (adrenarche dan pubarche).
Pertunasan payudara dan rambut pubis, yang terjadi sekitar usia 11 tahun (kisaran 8-13 tahun),
menandai tingkat maturitas seksual (sexual maturity rating [SMR], juga dikenal sebagai Tanner)
stadium II pada proses perkembangan pubertas. Stadium ini biasanya terjadi lebih awal
dibandingkan generasi sebelumnya, terutama pada remaja kulit hitam.
2

Perkembangan payudara berlangsung terus sampai stadium SMR V (dewasa) selama
kurang lebih 4 tahun; namun, perubahan ini dapat terjadi lebih cepat, dalam waktu 18 bulam,
atau dapat juga lebih lama, hingga 9 tahun. Pertumbuhan rambut pubis sampai stadium SME V
(dewasa) rata-rata berlangsung sekitar 2 tahun, dengan kisaran 1 - 3 tahun. Sekitar 1 tahun
sesudah awal pertumbuhan payudara, selama stadium SMR III, perempuan mengalami
peningkatan tinggi badan yang sangat cepat. Puncak lonjakan pertumbuhan ini biasanya
mendahului onset menstruasi (menarche) pada individu normal. Dengan demikian, menarche
merupakan fase pubertas yang relative lambat dan biasanya terjadi sekitar 6 bulan sesudah
lonjakan pertumbhuan, selama atau tepat sebelum pertumbuhan payudara stadium SMR IV.
Tinggi perempuan hanya bertambah 1-2 inci sesudah menarche.
3

Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Remaja Laki-laki
Laki-laki juga mempunyai sekuens perubahan fisik yang teratur selama pubertas, tetapi
tidak sejelas perkembangan payudara atau menarche. Emisi nocturnal (mimpi basah) dapat
dianggap sebagai analog menstruasi (pada perempuan) pertama kali terjadi stadium SMR III,
tetapi tidak seteratur menstruasi. Pada usia 11-13 tahun, rata-rata laki-laki lebih pendek daripada
perempuan karena PHV pada sekuens pubertas laki-laki terjadi lebih belakangan, berbeda
dengan percepatan pertumbuhan pada perempuan yang relatif lebih dini.
Pembesaran testis (aksis panjang testis >2,5 cm) menunjukkan transisi dari stadium SMR
I ke SMR II. Pembesaran testis mulai sekitar usia 11 tahun (berkisar dari 9-13 tahun).
Dalam waktu 1 tahun sejak pembesaran testis mulai, terjadi pula pembesaran penis yang
menandai stadium SMR III. Pembesaran penis biasanya didahului oleh tumbuhnya rambut pubis
pada dasar penis (adrenarche), diikuti dengan pertumbuhan rambut aksila. Penyempurnaan
pertumbuhan testis dapat terjadi kapan saja pada usia 13-17 tahun. Perpanjangan dan pelebaran
penis normalnya terjadi pada usia 10-14 tahun; pertumbuhan penis mencapai stadium SMR V
pada usia 12-16 tahun. Lonjakan pertumbuhan relatif terjadi lebih belakangan pada laki-laki.,
tetapi normalnya dimulai pada usia 10-16 tahun dan selesai pada usia 13-17 tahun,
bervariasi antar-individu. Pertumbuhan pada laki-laki berlangsung lambat selama beberapa tahun
sesudah lonjakan dan dapat berlanjut sampai usia dekade ketiga.
3

Endokrinologi Reproduksi
3

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia
mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki
kemampuan untuk ber-reproduksi.
1
Pubertas dimulai sesudah hilangnya pengaruh inhibisi terhadap hormon pelepas
gonadotropin (GnRH) yang disekresikan oleh sel-sel saraf pada bagian medial-basal
hipotalamus. Penurunan sensitivitas terhadap umpan-balik negative, akibat adanya steroid seks
endogen, menyebabkan pelepasan pulsatil GnRH, yang memicu pelepasan pulsatil hormone
Luteinisasi (LH) dan hormone peransang folikel (FSH) dari kelenjar hipofisis. Pada mulanya
proses ini terjadi sewaktu tidur; ketika pubertas proses ini terjadi sewaktu terjaga. Sekresi
gonadotropin oleh hipofisis mengawali pertumbuhan dan maturasi gonad. Estradiol ovarium dan
testosterone testis masing-masing memengaruhi pertumbuhan payudara dan penis. Kedua
hormone ini mempercepat pertumbuhan linear. Adrenarche diperantai oleh androgen adrenal
pada perempuan maupun laki-laki, seiring dengan perkembangan pubertas pada laki-laki,
testosterone ini memicu pertumbuhan rambut pubis.
3
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis
hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan,
yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak
perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua
jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan
Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.
Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis
seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem
reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik
lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan
berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
1

Perkembangan Kognitif, Moral, dan Psikososial Pada remaja
Garis perkembangan remaja terjadi dalam tiga periode, remaja awal, tengah, dan akhir.
Variasi individu adalah besar. Jenis kelamin dan subkultur memengaruhi jalannya
4

perkembangan, seperti halnya stressor fisik dan social seperti palsi serebral atau alkoholisme
orang tua.
4

Perkembangan Kognitif dan Moral Pada Remaja Awal
Dalam teori Piaget, remaja menandai peralihan dari karakteristik pemikiran operasional
anak usia-sekolah yang nyata ke perbuatan logis yang formal. Perbuatan formal meliputi
kemampuan memanipulasi gagasan seperti tanda-tanda aljabar, memberi alasan dari prinsip-
prinsip yang diketahui, mempertimbangkan berbagai sudut pandang sesuai dengan berbagai
kriteria, dan memikirkan mengenai proses pemikirannya itu sendiri. Pemikiran operasi formal,
yang menyatakan kemampuan menangani kemungkinan-kemungkinan sebagai suatu kesatuan
yang nyata, bisa dihubungkan dengan keputusan mendesak,seperti apakah melakukan atau tidak
hubungan kelamin tidak terproteksi atau terjerumus kedalam perilaku berisiko yang lain.
Beberapa remaja muda memperagakan pemikiran formal, yang lain memperoleh
kecakapan setelahnya, dan yang lain lagi sama sekali tidak memilikinya. Para remaja muda
mungkiin mampu mengaplikasikan pelaksanaan formal tugas sekolah tetapi tidak mampu untuk
dilema-dilema pribadi.Bila tiang emosionalnya tinggi, pemikiran magis, seperti pembuktian
kekebalan, bias mengganggu urutan kognisi yang lebih tinggi.
Beberapa ahli teori berdebat bahwa peralihan dari pelaksanaan nyata ke formal mengikuti
peningkatan kuantitatif pengetahuan,pengalaman dan efisiensi kognitif,bukannya reorganisasi
kualitatif pemikiran. Konsisten dengan pandangan ini, data-data menunjukkan peningkatan yang
mantap dalam kecepatan pemprosesan kognitif dari masa kanak-kanakakhir lain, otak
menunjukkan sedikit perubahan structural selama masa pubertas, meskipun ada kemajuan
maturasi elektroensefalogram.Tidak jelas apakah perubahan hormonal pada masa pubertas secara
langsung mempengaruhi perkembanagn kognitif atau tidak.
Perkembangan pemikiran moral secara kasar sejajar dengan perkembangan kognitif
.Kebanyakan anak praremaja melihat benar dan salah sebagai hal yang mutlak dan tidak dapat
dipertanyakan.Mengambil seiris roti roti tawar untuk memberi makan seorang anak yang
kelaparan adalah salah karena hal itu adalah mencuri.Remaja sering mempertanyakan
moralitas yang diterima ini, mencakup standar tingkah laku kelompok sebayanya.Keanggotaan
suatu kelompok mungkin mengijinkannya menggeser perasaan bersalah karena pelanggaran
moral yang disadari dari diri mereka sendiri pada kelompoknya.
4

5

Hubungan Dengan Keluarga, Teman Sebaya, dan Masyarakat Pada Remaja Awal
Pada awal remaja, kecenderungan kearah pemisahan dari keluarga dan peningkatan
keterlibatan dalam percepatan aktivitas kelompok sebaya.Ungkapan simbolis dari pergeseran ini
adalah penyangkalan kode berpakaian dan perawatan keluarga dengan mendukung seragam
kelompok sebayanya.Perubahan gata demikian sering mencetuskan konflik yang sebenarnya
mengenai kekuatan atau kesulitan menerima perpisahan. Tidak semua remaja memberontak dan
tidak semua orang tua menolak pernyataan tentang perpisahan demikian sebagai tanda-tanda
pemberontakan.Kebanyakan remaja melakukan usahanya untuk mebahagiakan orang tuanya
meskipun mereka tidak setuju pada beberapa hal.
Perpisahan dengan keluarga sering melibatkan pemilihan orang dewasa lain di luar
keluarganya sebagai panutan dan mengembangkan hubungan yang erat dengan guru-guru
tertentu atau orang tua teman-temannya. Organisasi seperti Pramuka memberikan rasa memiliki
yang penting di luar keluarga.
Remaja muda sering bersosialisasi dengan keloompok jenis kelamin yang sebaya.
Gurauan jorok, yang menggoda terhadap lawan jenisnya dan gossip tentang siapa suka siapa,
membuktikan awal perkembangan ketertarikan seksual. Rasa memiliki adalah hal yang sangat
penting. Dalam persahabatan satu lawan satu, anak laki-laki dan anak perempuan dapat berbeda
dalam beberapa cara yang penting. Persahabatan antar wanita dapat berpusat pada saling
mempercayai, di lain pihak hubungan antar laki-laki dap lebih berpusat pada kegiatan-kegiatan
dan kompetisi bersama.
Hubungan remaja muda terhadap masyarakat berpusat pada sekolah.Pergeseran dari
sekolah dasar ke sekolah menegah memerlukan penghentian perlindungan di rumah yang
bertukar dengan rangsangan tambahan dan dilibatkan dalam tanggung jawab kesibukan
kelas.Perubahan dalam struktur sekolah ini merefleksikan dan memperkuat perubahan-perubahan
yang terkandung dalam perpisahan dengan keluarga.
4


Perkembangan Kognitif dan Moral Pada Remaja Pertengahan
Dengan peralihan ke pemikiran operasional formal, remaja pertengahan bertanya dan
menganalisis secara luas.Pertanyaan atas kebiasaan moralmendorong perkembangan aturan etika
perorangan. Seringkali aturan demikian tampak dirancang untuk sanksi nafsu seksual remaja:
Apapun yang saya inginkan adalah benar. Pada kasus lain, remaja dapat menerima peraturan
6

yang lebih ketat daripada peraturan dari orang tua, mungkin dalam responsnya terhadap
kecemasan yang ditimbulkan oleh kelemahan batas-batas peraturan. Pemikiran baru remaja yang
lebih luwes memiliki akibat yang merembet pada hubungan dirinya sendiri dan orang lain.
4


Hubungan Dengan Keluarga, Teman, dan Lingkungan Pada Remaja Pertengahan
Pubertas biasanya mengakibatkan hubungan yang tegang antara remaja dan orang
tuanya.Sebagai bagian dari perpisahan, remaja mungkin menjadi terpisah dari orang tuanya,
mengubah arah emosional dan energi seksual ke arah hubungan dengan sebayanya.Kencan dapat
menjadi pemicu pada ketegangan antara orang tua dan anak, di mana masalah sebenarnya
mungkin fakta perpisahannya, bukannya istimewa dengan siapa atau bagaimana bisa
terlambat?
Karena kencan bertambah, kebutuhan untuk memiliki kelompok jenis kelamin yang sama
menurun. Ketertarikan fisik dan popularitas tetap merupakan faktor yang rawan, baik pada
hubungan sebaya maupun pada harga diri. Anak yang memiliki perbedaan yang nyata, seperti
bibir sumbing, adalah berisiko untuk bermasalah dalam mengembangkan ketrampilan dan
kepercayaan social serta mungkin mengalami lebih banyak kesulitan dalam membina hubungan
yang memuaskan.
Remaja pertengahan seringkali mulai berpikir secara serius mengenai apa yang mereka
ingin kerjakan sebagaimana orang dewasa, pertanyaan yang dahulu merupakan hipotesis yang
menyenangkan. Prosesnya menyangkut penilaian diri dan penghargaan atas kesempatan yang
telah ada.Ada atau tidak adanya peran model-model yang nyata, sebagai kebalikan dari model
peran idealisme masa-masa sebelumnya, dapat menentukan.
4


Perkembangan Psikososial Pada Remaja Akhir
Percobaan seksual menunjukkan ketika remaja mendapat ciri-ciri seksual yang lebih
mantap.Kognisi cenderung kurang memikirkan diri sendiri, dengan semakin bertambahnya
pemikiran mengenai konsep-konsep seperti keadilan, patriotism dan riwayat.Temaja yang lebih
tua seringkali idealis tetapi mungkin juga absolut dan tidak toleransi terhadap pandangan-
pandangan yang berbeda.Kelompok-kelompok politik atau agama yang menjanjikan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang rumit dapat memeri daya tarik yang besar.
7

Perubahan-perubahan fisik yang lambat memungkinkan timbulnya kesan tubuh yang
lebih mantap.Hubungan intim adalah juga komponen penting ciri-ciri banyak remaja yang lebih
tua.Berbeda dengan hubungan kencan yang sering tidak mendalam pada remaja pertengahan,
hubungan ini semakin melibatkan cinta dan kesepakatan (komitmen).Keputusan atas karir
menjadi menekan karena konsep diri remaja semakin terikat pada peran-peran yang muncul
dalam masyarakat (sebagai pelajar, pekerja, atau orang tua).
4


Perubahan Psikologis yang Berkaitan Dengan Pubertas
Bukti terbaru mendukung beberapa perubahan umum tingkah laku pada masa remaja.
Perubahan tingkah laku yang spesifik berkaitan dengan pubertas dan masa pubertas. Androgen
berperan sebagai penyebab banyak perubahan yang berkitan dengan masa remaja. Terdapat
perubahan yang nyata pada hubungan dengan keluarga pada remaja sewaktu masa pubertas.
Selama kecepatan tinggi badan mencapai puncak, anak laki-laki lebih sering mengalami komflik
dengan orang tuanya, terutama dengan ibu. Konflik ini cenderung mereda setelah selesai masa
pubertas karena ada perubahan umum dalam hubungan keluarga dengan ibu yang lebih menuruti
anak laki-laki mereka. Untuk anak perempuan, ada juga peningkatan konflik terutama dengan
ibu dan dilaporkan kontak dengan ayah mereka menurun. Telah terbukti hormon sebagai
penyebab beberapa perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan masa remaja normal dan tidak
normal. Tingkah laku seksual berkaitan dengan perubahan pada androgen. Anak laki-laki, yang
mengalami peningkatan kadar testosterone, mula senggama, dan anak-anak tersebut dilaporkan
lebih tidak sabar, agresif, dan mudah marah. Pada anak perempuan, peningkatan aktivitas
mastrubasi disebabkan oleh peningkatan kadar androgen.

Efek psikososial khusus berkaitan dengan waktu maturasi masa pubertas. Maturasi dini
pada anak perempuan berkaitan dengan ketidakpuasan yang besar dengan kareteristik fisiknya,
rendah diri, dan ketidakbahagiaan. Anak perempuan yang mengalami maturitas dini kurang
mendapat pengakuan dari teman sebaya yang berjenis kelamin sama dan berhubungan dengan
remaja yang lebih tua. Anak perempuan yang matur lebih awal mennjukkan peningkatan
kebutuhan perkembangan pada usia yang lebih dini dibandingkan anak yang berkembang pada
waktu normal atau lebih lambat. Anak perempuan yang matur dini memperlihatkan peningkatan
tingkah laku dan ketertarikan pada lawan jenis yang dini, krisis indentitas yang dini, minat bsesar
8

dalam membuat keputusan dan kebebasan, dan banyak perilaku yang bermasalah di sekolah
dengan menurunnya minat aktivitas belajar.
Pada anak laki-laki, perkembangan fisik yang dini berkaitan dengan peningkatan
kecenderungan untuk memulai hubungan seksual. Perkembangan fisik yang terlambat pada anak
laki-laki juga berkaitan dengan efek sampsing psikologik. Anak laki-laki yang mengalami
keterlambatan perkembangan menunjukkan konsep diri dan citra tubuh yang lebih negated
disertai peningkatan frekuensi terjadinya krisis identitas daripada anak laki-laki lain pada usia
yang sama.
5

Perubahan Psikologis Pada Masa Remaja
Perubahan psikologis pada masa remaja sering digambarkan sebagai menggemparkan.
Kenyataannya, sebagian besar remaja melewati decade kedua kehidupan dengan kesulitan yang
minimal. Dokter sering perlu menilai apakah perkembangan psikososial remaja tersebut adalah
normal. Remaja dihadapkan dengan serangkaian perubahan psikologik yang jika dapat diatasi,
memungkinkan remaja tersebut berkembang secara fungsional seperti orang dewasa. Perubahan-
perubahan ini meliputi individualisasi, maturasi identitas seksual, perencanaan pendidikan untuk
karir, dan kapasitan keintiman, disertai perubahan fungsional dan kognitif yang tidak sesuai
dengan maturasi fisik.
Selama masa remaja awal, mulai timbul tingkah laku impulsif secara bertahap tanpa
kemampuan kognitif untuk memahami penyebab tingkah laku tersebut. Masa remaja
pertengahan (usia 14 hingga 16 tahun) ditandai dengan pertumbuhan kognitif yang cepat disertai
dengan pemikiran operasional formal. Pada masa ini para remaja mampu memahami konsep-
konsep yang kompleks, yang menimbulkan pertanyaan pada pemikiran dan tingkah laku orang
dewasa. Dengan mulai bekerjanya formal kognitif selama masa remaja pertengahan, mulai
terdapat pergeseran dari dunia ergosentrik pada awal masa remaja ke dunia yang lebih
sosiosentrik pada masa remaja pertengahan dan masa remaja akhir. Proses pemikiran yang baru
ini mulai memodulasi tingkah laku impulsive. Masa remaja akhir (usia 17 hingga 21 tahun)
ditandai dengan terbentuknya identitas personal, dimulainya dan dipertahankannya hubungan
yang intim, serta dimulainya perkembangan aturan fungsional di dalam masyarakat. Timbulnya
pandangan baru yang sosiosentrik terhadap dunia disertai sifat altruism yang kuat sering
9

menyebabkan konflik dengan keluarga dan masyarakat mengenai masalah moral dan etik
buknnya masalah ergosentrik pada awal masa remaja.
Keluarga berperan penting pada perkembangan yang optimal selama masa remaja dengan
mempermudah peningkatan kebebasan dan tanggung jawab secara bertahap. Remaja perlu
mengalami individuasi serta keterlibatan dengan keluarga dan masyarakat untuk
mengembangkan identitas positif dan kemampuan rasional. Para klinisi dapat membantu proses
ini dengan menyemangati para remaja untuk mengambil tanggung jawab lebih terhadap masalah
kesehatan mereka dan menyemangati orang tua untuk mengurangi pemantauan terhadap masalah
penanganan klinis.
5

Peranan Keluarga
Tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri. Kehidupan ini tidak lain adalah suatu
pengalaman kebersamaan (a shared and a sharing experience). Selama tahun-tahun pertama
kehidupan, kebersamaan terutama dialami dengan anggota-anggota keluarga. Keluarga itu dapat
dikatakan merupakan kesatuan dasar, tempat anak tumbuh dan berkembang di dalam dan
bersama dengan keluarganya. Pada dasarnya peranan keluarga dalam kehidupan anak adalah
untuk menjamin kelangsungan hidup secara fisik, serta mengembangkan sifat-sifat manusiawi
yang esensial. Pemuasan kebutuhan biologic memang penting untuk kelangsungan hidup, namun
itu saja tidak menjamin berkembangnya sifat-sifat yang khas dimiliki seorang manusia (the
specific human characters). Pengalaman kebersamaan dalam keluarga itulah yang merupakan
matriks bagi perkembangan sifa-sifat tersebut.
Secara pragmatik, peran keluarga dalam kehidupan atau perkembangan anak dapat
diringkas sebagai berikut:
1. Menyediakan pangan, tempat tinggal serta materi yang diperlukan untuk menunjang
hidup serta melindungi anak dari bahaya eksternal.
2. Memberi pengalaman kebersamaan social afektif yang merupakan matriks bagi
berkembangnya ikatan afektif dalam hubungan keluarga social atau dengan orang lain
dikemudian hari.
3. Member kesempatan mengembangkan suatu identitas pribadi, yang terikat dengan
identitas keluarga. Ikatan identitas itu akan mengembangkan suatu intergritas emosional
10

dan kekuatan untuk menghadapi pengalaman-pengalaman baru di masyarakat yang lebih
luas.
4. Membentuk pola peran seksual yang menyiapkan anak ke arah maturasi seksual yang
wajar.
5. Melatih anak ke arah peranan-peranan sosial dalam masyarakat disertai dengan tanggung
jawab sosial.

Melalui peranan-peranannya itu, keluarga yang sehat akan membantu atau membimbing
anak mencapai suatu rasa keyakinan diri dan harga diri; anak tidak diliputi oleh rasa ragu, rasa
bersalah, dan kecemasan mengenai dirinya. Dengan latihan-latihan yang ia alami dalam
kehidupan keluarganya yang sehat itu, ia belajar sensitive terhadap dan menghargai perasaan
serta pendapat orang lain. Anak belajar untuk mentoleransi kekecewaan, mengendalikan
dorongan atau keinginan pemuasaan sesaat demi orang lain. Anak akan dapat menjalin suatu
mutualisme dalam hubungan interpersonal. Namun, tidak selalu keluarga itu sehat. Berbagai
keadaan dapat menyebabkan distorsi dalam peranan keluarga itu. Peranan menjadi tidak jelas,
membingungkan, dan menimbulkan kekecewaan dan hostilitas pada anggota-anggota keluarga.
Keluarga yang patologis dapat merupakan sumber timbulnya defek dalam kepribadian serta
penyimpangan perilaku pada anak.
6


Berkomunikasi dengan Remaja
Wawancara yang sukses pada remaja menyerupai percakapan antara dua orang dengan
berbagai kepentingan yang sama. Prinsip perkembangan diterapkan agar wawancara remaja awal
mengarah pada pertanyaan tertentu yang dipahami oleh pikiran konkret remaja; wawancara
remaja yang lebih tua diarahkan pada pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dipahami oleh remaja
lebih tua yang secara konsep cukp rasional dan kompeten.
3
Konsultasi dengan remaja berbeda dengan konsultasi pediatri dengan anak-anak karena
remaja memiliki peran yang lebih besar dalam konsultasi. Konsultasi dapat dilakukan dengan
remaja itu sendiri atau dengan remaja dan orang tuanya. Yang perlu diperhatikan adalah jangan
menemui si orang tua setelah menemui si remaja; supaya si remaja dapat mempercayai dokter
dalam hal kerahasiaan.
Beberapa poin yang perlu diperhatikan mengenai berkomunikasi dan menangani remaja:
11

Buat si remaja menjadi orang utama dalam konsultasi.
Menjadi diri sendiri. Dalam membina raport, adakalanya penting untuk memulai
komunikasi dengan membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hobi remaja. Namun,
jangan berusaha untuk terlihat hebat dan sebagainya; relasi yang seharusnya terjalin
adalah relasi antara dokter dan pasien.
Pertimbangkan reaksi keluarga. Apakah sang ibu atau ayah remaja yang lebih sering
menjawab pertanyaan? Apakah remaja ini terlihat menginginkan hal ini atau justru
terganggu karenanya?
Hindari sifat menghakimi atau mengajari. Pendekatan secara lugas merupakan cara
terbaik. Peran dokter seharusnya adalah sebagai orang dewasa yang tahu banyak dan
dipercayai remaja tersebut.
Pendekatan dengan terlalu memfokuskan pada kewenangan dapat menimbulkan reaksi
membantah. Bekerja sama dalam upaya menyelesaikan masalah memiliki peluang
berhasil terbesar.
Perhatikan pemilihan kata dalam menanyakan hal-hal sulit sehingga tidak terkesan
mengancam dan menghakimi.
Kerahasiaan adalah penting dan perlu dijaga. Komunikasikan bahwa dokter akan
menjaga kerahasiaan pasien, kecuali seseorang berisiko tinggi mendapat bahaya.
Bila perlu dilakukan pemeriksaan fisik, perhatikan privasi dan integritas personal mereka
apakah orang tua atau perwalian boleh ada di tempat atau apakah remaja lebih baik
ditangani dokter yang berjenis kelamin sama?
Komunikasikan dan jelaskan konsep yang sesuai dengan perkembangan kognitif mereka.
Untuk remaja muda, gunakan contoh konkrit (sekarang seperti ini ) daripada contoh
abstrak (sepertinya nanti ...).
7


Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami transisi dari kanak-
kanak menjadi dewasa. Perubahan-perubahan ini mencakup adanya perubahan sikap dan
perilaku. Adanya perubahan sikap dan perilaku dapat dipengaruhi karena adanya faktor internal (
perkembangan fisik dan psikis; termasuk di dalamnya perkembangan kognitif, moral,
psikososial) dan faktor eksternal (lingkungan keluarga dan masyarakat).
12


Daftar Pustaka
1. Widianti E. Remaja dan Permasalahannya: Bahaya Merokok, Penyimpangan Seks Pada
Remaja, dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras / Narkoba [disertasi]. Bandung:
Universitas Padjajaran; 2007.
2. Stevens L, Rodin I. Psychiatry An Illustrated Colour Text. 2
nd
ed. Edinburgh: Elsevier;
2011.p.89.
3. Behrman RE, Kliegman RM, editors. Esensi Pediatri Nelson. 4
th
ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010.h.270-8.
4. Kliegman RM, Stanton BMD, Geme J, Schor N, Behrman RE. Nelson Textbook of
Pediatrics. 19
th
ed. Edinburgh: Elsevier; 2011.p.72-9.
5. Rudolph C, Rudolph A, Lister G, First L, Gershon A. Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20
th
ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.h.44-5.
6. Elvira SD, Hadisukanto G, editors. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.h.397-8.
7. Lissauer T, Clayden G. Illustrated Textbook of Paediatrics. 3
rd
ed. Edinburgh: Mosby
Elsevier; 2007.p.474.

Anda mungkin juga menyukai