Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

LETAK SUNGSANG

Pembimbing :
dr. Wahyu Jatmika,Sp.OG
Disusun Oleh :
Giovanni Reynaldo
(11-2014-266)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 29 JUNI 2015 5 SEPTEMBER 2015
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
2015

LAPORAN KASUS

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
________________________________________________________________________
Nama

: Giovanni Reynaldo

NIM

: 11.2014.266

Dr pembimbing / penguji

: dr. Wahyu Jatmika, Sp.OG

Tanda tangan :

A. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. ZN
Umur : 23 tahun
Status perkawinan : Kawin (GIP0A0)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kutuk RT 04 RW 02, Kutuk,

Jenis kelamin : Perempuan


Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Masuk Rumah Sakit : 30 Juli 2015, pukul

Undaan, Kudus
Nama suami : Tn. S

11.00

Umur

: 30 tahun

Pekerjaan

: Karyawan Swasta

Alamat

: Kutuk RT 04 RW 02, Kutuk, Undaan, Kudus

B. ANAMNESIS :
Diambil dari : Autoanamnesis tanggal : 30 Juli 2015 ; Jam : 11.10
Keluhan utama :
Perut terasa mulas mau melahirkan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien wanita datang dengan keluhan perut terasa kencang sejak 3 jam SMRS. Keluhan
ini disertai dengan keluarnya cairan jernih dari jalan lahir. Saat ini os sedang hamil 38
minggu. Os datang dengan rujukan dari bidan sekitar tempat tinggal os dengan kondisi
kehamilan berupa letak sungsang. Os mengatakan bahwa selama ini sudah rutin kontrol
kehamilan ke bidan.
Os tidak mengeluhkan adanya demam,pusing, mual, muntah, dan mata berkunang. Ini
merupakan kehamilan pertama pasien. Os juga tidak memiliki riwayat trauma selama
1

kehamilan atau tekanan darah tinggi sebelum maupun selama kehamilan. Os mengatakan hari
pertama haid terakhir adalah tanggal 25 Oktober 2014.
Riwayat Kehamilan:
ANC rutin di bidan, masalah yang ditemukan saat kehamilan 8 bulan sampai 9 bulan
posisi janin letak sungsang.
Riwayat Menstruasi

Menarche

: 13 tahun

Menopause

:(-)

Dismenorrhea

:(+)

Siklus haid

: 28 hari

Leukorrhea

:(-)

Lama haid

: 7 hari

Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali pada usia 23 tahun, selama 1 tahun

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :


no L/
P
1

Umur
anak kehamilan

Jenis

BBL

persalian

gram

Penolong

Tempat
lahir

Kondisi umum
ibu
bayi

Hamil sekarang 38 minggu


Riwayat kehamilan ini:

HPHT
HPL

: 25 Oktober 2014
: 1 Agustus 2015

Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)

( - ) Pil KB
( - ) Suntikan 3 bulan
( - ) Susuk KB

( - ) IUD
( - ) Lain-lain

Riwayat Antenatal Care :


Pasien memeriksakan kehamilannya 1 kali setiap bulan ke bidan.

Riwayat Penyakit Dahulu


() Alergi

() Diabetes

() Hepatitis

() Asma
() Tuberkulosis

() Gastritis
() HIV

() Hipertensi
() Penyakit Jantung

Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit
Alergi
Asma
Tuberkulosis
Diabetes
Gastritis
HIV
Hepatitis
Hipertensi
Penyakit jantung

Ya
-

Tidak

Hubungan

Riwayat Operasi
Tidak ada
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 92x/ menit (kuat angkat, teratur)

Suhu

: 36,2 o C

Pernafasaan

: 22x/ menit. Abdomino-torakal

Tinggi Badan

: 158 cm

Berat Badan

: 63 kg

Kepala
Mata
Kulit
Jantung
Pulmo

: Normocephal, rambut hitam, distribusi merata


: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
: Warna Sawo matang, turgor kulit baik, ikterus (-)
: BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
: SN vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
3

Abdomen
Genitalia
Ekstremitas

: Membuncit, Tidak tampak linea nigra dan striae gravidarum. Bising usus
(+), nyeri tekan (+), kontraksi (+)
: PPV (-)
: Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, reflex fisiologis (+/+),
reflex patologis (-/-), Akral hangat tangan dan kaki (+/+), clubbing
finger (-/-), sianosis (-/-)

Kelenjar Getah Bening


Submandibula

: tidak ditemukan pembesaran

Supraklavikula

: tidak ditemukan pembesaran

Lipat paha

: tidak ditemukan pembesaran

Leher

: tidak ditemukan pembesaran

Ketiak

: tidak ditemukan pembesaran

Aspek kejiwaan
Tingkah laku

: tenang

Alam perasaan

: biasa

Proses pikir

: wajar

D. STATUS OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah
Payudara
Abdomen
Genital

: chloasma gravidarum (-)


: pembesaran (+), puting susu menonjol, cairan dari puting(-)
: membuncit memanjang linea nigra (+), striae gravidarum (+)
bekas operasi (-)
: PPV (-)

Palpasi
TFU

: 3 jari dibawah prosesus xiphoideus (31cm)

TBJ

: (31-12) x 155 = 2.945 gram

Leopold I

: teraba bagian bulat, melenting, dan keras di sebelah atas (kepala).

Leopold II

: teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri, dan teraba bagian
terkecil di sebelah kanan (PUKI)
4

Leopold III

: teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong)

Leopold IV

: bokong belum masuk PAP

Auskultasi : denyut jantung janin (+) 148x/menit (12 13 12)


His (+) 2x dalam 10 menit selama 20 detik.
Pemeriksaan dalam:
pembukaan 1cm, effacement 25%, KK (-)
bagian bawah janin bokong, hodge I
teraba sakrum kiri
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium - 30 Juli 2015 (pukul 12:15)
Darah rutin
Eritrosit

4.300.000

Hemoglobin

11,4 g/dL

(N: 11,7 15,5)

Leukosit

14,07

(N: 3.600 11.000)

Hematokrit

40.50 %

(N: 30-43)

Trombosit

204.000

(N: 150.000-440.000)

Golongan darah/Rh

A/+

Diff. Count
Eosinofil

Basofil

0,4

(1-3)

0,1

(0-1)

Neutrofil

78

(50-70)

Limfosit

22,7

(25-40)

7,7

(1-4)

14,9 %

(N: 11,5 - 14,5)

Faktor Pembekuan / CT

5,00

(3-6 menit)

Faktor Pembekuan / BT

2,30

(1-3 menit)

Monosit
RDW
Hemostasis

Imunoserologi
Anti-HBsAG stick

Negatif

Anti-HIV stick

Negatif

F. RINGKASAN (RESUME)
Anamnesis
Pasien GIP0A0, usia 23 tahun datang dengan keluhan perut terasa kencang sejak 3 jam
SMRS. Keluhan ini disertai dengan keluar cairan dari jalan lahir. Saat ini os sedang hamil
38 minggu. Os datang dengan rujukan dari bidan sekitar tempat tinggal os dengan kondisi
kehamilan berupa letak sungsang Os mengatakan bahwa selama ini sudah rutin kontrol
kehamilan ke bidan. Os mengatakan hari pertama haid terakhir

adalah tanggal 25

Oktober 2014.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 92x/ menit (kuat angkat, teratur)

Suhu

: 36,2 o C

Pernafasaan

: 22x/ menit. Abdomino-torakal

Tinggi Badan

: 158 cm

Berat Badan

: 63 kg

Inspeksi
Wajah
Payudara
Abdomen
Genital

: chloasma gravidarum (-)


: pembesaran (+), puting susu menonjol, cairan dari puting(-)
: membuncit memanjang linea nigra (+), striae gravidarum (+)
bekas operasi (-)
: PPV (-)

Palpasi
TFU

: 3 jari dibawah prosesus xiphoideus (31cm)


6

TBJ

: (31-12) x 155 = 2.945 gram

Leopold I

: teraba bagian bulat, melenting, dan keras di sebelah atas (kepala).

Leopold II

: teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri, dan teraba bagian
terkecil di sebelah kanan (PUKI)

Leopold III

: teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong)

Leopold IV

: bokong belum masuk PAP

Auskultasi : denyut jantung janin (+) 148x/menit (12 13 12)


His (+) 2x dalam 10 menit selama 20 detik.
Pemeriksaan dalam:
pembukaan 1cm, effacement 25%, KK (-)
bagian bawah janin bokong, hodge I
teraba sakrum kiri
Diagnosis Kerja
GIP0A0,23 tahun, hamil 38 minggu
Janin I hidup intrauterin
Presentasi bokong, belum masuk PAP, puki
Inpartu kala I fase laten
letak sungsang
Ketuban pecah dini
Sikap:

Pengawasan 10
Evaluasi 4 jam
Infus RL 20 tpm
Puasa

Prognosis
Power

: ad bonam

Passage

: ad bonam
7

Passanger

: dubia ad bonam

G. LAPORAN PERSALINAN
Tanggal 30 Juli 2015, Jam 22.15 WIB
Dilakukan operasi Sectio Cesarea atas indikasi letak sungsang dan ketuban pecah dini
Laporan Operasi :
-

Insisi linea mediana 2 cm diatas simpisis pubis ( 10 cm)

Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai peritoneum terbuka

Tampak uterus normal sesuai dengan usia kehamilan

Buka plika vesikouterina semilunar

Insisi segmen bawah rahim 10cm

Air ketuban banyak , warna : jernih

Kepala bayi diluksir (ekstraksi kaki)

Bayi dilahirkan, laki-laki, BB 2750gram, APGAR 9-10-10

Plasenta dilahirkan secara manual, kotiledon lengkap, infark 10% , hematom (-)

Jahit SBR dengan chromic catgut no.2

Overhecting dengan chromic catgut no.2

Kontrol perdarahan, perdarahan berhenti

Adneksa dalam batas normal

Jahit peritoneum dengan plain catgut no.0

Jahit otot dengan plain catgut no.0

Jahit fascia dengan safil no.2

Jahit lemak subkutan dengan plain catgut no.0

Jahit kulit dengan nylon no.2

Perdarahan selama operasi kurang lebih 200 cc

Tindakan selesai

Pengobatan post Operasi :

D5/RL/NaCl 20 tpm

Cefotaksim 3 x 1 gram

Alinamin 2 x 1 amp (IV)


8

Vit C 1 x 1 gram (IV)

Ketorolac 2 x 1 (IV)

Cek Hb

FOLLOW UP
Tanggal 31 Juli 2015, Jam 07.30 WIB
S : OS merasa kemeng pada luka operasi di perutnya. Sudah miring kanan miring kiri, duduk
belum, Flatus (-), pusing (-), demam (-), mual & muntah (-)
O : Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Frekuensi nafas

: 20 x/menit

Suhu

: 37,5 C

Mata

: CA -/-, SI -/-

Thorax

: Vesikuler, Rh -/-, Wh -/BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: membuncit, nyeri tekan (+), bekas luka (+) tertutup kassa


Rembesan (-)
TFU : 2 jari dibawah umbilikus

PPV

: Lokia (+) 1 kotek

Extremitas

: oedem (-/-) sianosis (-), akral hangat.

Hasil lab. Hb tanggal 03/08/13 POST OP (07:31)

: 10.8 g/dL

A : PIA0 Umur 23 tahun,


Post SC hari ke I atas indikasi letak sungsang
P : Lanjutkan terapi pengobatan
Tanggal 1 Agustus 2015, Jam 07.30 WIB
S : OS merasa kemeng pada luka operasi di perutnya. Os sudah duduk dan makan seperti biasa
9

O : Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 82 x/menit

Frekuensi nafas

: 20 x/menit

Suhu

: 36,8 C

Mata

: CA -/-, SI -/-

Thorax

: Vesikuler, Rh -/-, Wh -/BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)

Mammae

: Asi (+)

Abdomen

: membuncit, nyeri tekan (+), bekas luka (+) tertutup kassa


Rembesan (-)
TFU : 2 jari dibawah umbilikus

PPV

: Lokia (+) 1 kotek

Extremitas

: oedem (-/-) sianosis (-), akral hangat.

A : PIA0 Umur 23 tahun,


Post SC hari ke II atas indikasi letak sungsang
P : Lanjutkan terapi pengobatan
Aff DC
Tanggal 2 Agustus 2015, Jam 07.30 WIB
S : OS merasa kemeng pada luka operasi di perutnya. Os sudah jalan dan makan seperti biasa
O : Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 110/60 mmHg

Nadi

: 84 x/menit

Frekuensi nafas

: 20 x/menit

Suhu

: 36,5 C

Mata

: CA -/-, SI -/-

Thorax

: Vesikuler, Rh -/-, Wh -/BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)

Mammae

: ASI (+)
10

Abdomen

: membuncit, nyeri tekan (+), bekas luka (+) tertutup kassa


Rembesan (-)
TFU : 2 jari dibawah umbilikus

PPV

: Lokia (+) 1 kotek

Extremitas

: oedem (-/-) sianosis (-), akral hangat.

A : PIA0 Umur 23 tahun,


Post SC hari ke III atas indikasi letak sungsang
P : Pulang

Tinjauan Pustaka
Pendahuluan
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal merupakan yang paling
penting untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu dan anak. Kematian perinatal pada
letak sungsang dibanding dengan letak belakang kepala rata-rata kali lebih banyak.
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingakan
dengan letak kepala. Dirumah sakit Kariadi Semarang, Rumah sakit umum Dr. Pringadi Medan
dan Rumah sakit Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian perinatal masing-masing
38,5%, 29,4% dan 16,8%. Eastman melaporkan angka-angka kematian perinatal antara 12-14%.
Sebab kematian perinatal yang terpenting ialah prematuritas dan penanganan persalinan yang
kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Sedangkan
hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala
memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya
plasenta sebelum kepala lahir. Selain itu bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir
dapat membahayakan, karena mukus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksi
janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering dijumpai pada presentasi bokong
kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempuran, tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong.
11

Bila didapatkan CPD meskipun ringan dalam letak sungsang sangat berbahaya. Adanya
kesempitan panggul sudah harus diduga waktu pemeriksaan antenatal khususnya pada
primigravida pada letak sungsang. Untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lebih teliti, termasuk
pemeriksaan panggul rontgenology atau MRI untuk menyingkirkan adanya kesempitan.
Multiparitas dengan riwayat obstetrik yang baik, tidak selalu menjamin persalinan dalam letak
sungsang akan berlangsung lancar, janin yang besar dapat menyebabakna disproporsi meskipun
ukuran panggul normal.
Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri

(1)

. Tipe letak sungsang yaitu:

Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas
lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas
ekstensi, presentasi kaki (2).

Prevalensi
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal. (1-3)
Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana presentasi bokong
dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-4% dari
seluruh kehamilan. (1-3) Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan
presentasi bokong sebanyak 4-4,5%.(1) Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256 persalinan
tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang

(1)

. Sedangkan di RSUP dr.

Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007 didapatkan persalinan presentasi
bokong sebesar 8,63%.
Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada kematian perinatal
pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala.
Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi bokong. Sebab utama
kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan
kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan
2-3% pada presentasi kepala (1,2,4).

12

Etiologi
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas uterus
(malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada leher, aneploid),
overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion), multipara dengan berkurangnya kekuatan
otot uterus, dan obstruksi pelvis (plasenta previa, myoma, tumor pelvis lain). Fianu dan
Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan USG bahwa prevalensi letak sungsang
tinggi pada implantasi plasenta pada cornu-fundal(1). Lebih dari 50 % kasus tidak ditemukan
faktor yang menyebabkan terjadinya letak sungsang (4).
Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam
uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak,
sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.Dengan demikian janin dapat
menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala
berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti
mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada

kehamilan

cukup

bulan,

janin

sebagian

besar

ditemukan

dalam

presentasi

kepala.Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu.Sebagian dari mereka berada dalam posisi
sungsang.
Tanda dan gejala
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh dibagian atas
dan gerakan lebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin belum bisa
dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang
sungsang.

13

Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I


difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung
disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah uterus.
Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi
bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan
setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis dengan
pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus berkontraksi atau air
ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan
adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan
dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari vang
letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang
telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit
untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong
dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot,
sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa
ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan tuberosis
iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba
disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu
kaki disamping bokong.Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus
untuk diagnosis posisi.
Diagnosis
Diagnosis letak bokong dapat ditentukan dengan persepsi gerakan janin oleh ibu,
pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus, pemeriksaan dalam dan
pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam, sehingga harus
di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau MRI. Pemeriksaan
ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik belum jelas,
14

menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen
(bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala,
menentukan adanya kelainan bawaan anak (1,2,4).
Jenis Persalinan
Untuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Zatuchni dan Andros telah membuat
suatu indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau
perabdominal. Jika nilai kurang atau sama dengan 3 dilakukan persalinan perabdominal, jika
nilai 4 dilakukan evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin; bila nilai tetap
dapat dilahirkan pervaginam, jika nilai lebih dari 5 dilahirkan pervaginam (5).
ALARM memberikan kriteria seleksi untuk partus pervaginam yaitu jenis letak sungsang
adalah frank atau bokong komplit, kepala fetus tidak hiperekstensi dan taksiran berat janin 25003500 gram serta tindakan augmentasi dan induksi persalinan diperbolehkan pada janin letak
sungsang.
Persalinan pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan
penurunan bokong. Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna
(complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu
besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi. Mekanisme
persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu:

Persalinan bokong
1. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
2. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam sehingga
trokanter depan berada di bawah simfisis.
3. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
4. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.
5. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan trokanter
depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
6. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
7. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
15

Persalinan bahu
1. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
2. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
3. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis dan bertindak
sebagai hipomoklion.
4. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
5. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga seluruh
bahu janin lahir.
6. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.
7. Bahu melakukan putaran paksi dalam.

Persalinan kepala janin


1. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan posisi dagu berada
dibagian posterior.
2. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang tertahan oleh simfisis
kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion.
3. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan muka
seluruhnya.
4. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi dapat lahir.
5. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir dan
mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti biasa. Persalinan
ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit.

Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:

16

Tipe dari presentasi bokong:


1. Presentasi

bokong

(frank

bokong

kaki

breech)
2. Presentasi

sempurna (complete breech)


3. Presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki
(incomplete or footling)

Bokong masuk ke pintu atas


panggul dalam posisi melintang
atau miring.

Setelah

trokanter

belakang

mencapai dasar panggul, terjadi


putaran paksi dalam sehingga
trokanter depan berada di bawah
simfisis.

Penurunan bokong dengan trokanter


belakangnya

berlanjut,

sehingga

distansia bitrokanterika janin berada


di pintu bawah panggul.

Terjadi

persalinan

bokong,

dengan trokanter depan sebagai


17

hipomoklion.

Setelah trokanter belakang lahir,


terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan

trokanter

depan,

sehingga seluruh bokong janin


lahir.

Jika bokong tidak mengalami


kemajuan
berikutnya,

selama

kontraksi

episiotomi

dapat

dilakukan dan bokong dilahirkan


dengan traksi ke bawah perut.

Terjadi putar paksi luar, yang


menempatkan punggung bayi ke
arah perut ibu.

Penurunan bokong berkelanjutan


sampai kedua tungkai bawah lahir.

18

Jika

kaki

janin

telah

keluar,

penolong dapat menyusupkan tangan


sepanjang

kaki

anterior

dan

melahirkan kaki dengan flexi dan


abduksi

sehingga

bagian

badan

lainnya dapat dilahirkan.

Bahu janin mencapai pelvic 'gutter'


(jalan sempit) dan melakukan putar
paksi

dalam

sehingga

diameter

biacromion terdapat pada diameter


anteroposterior

diameter

pelvic

bagian luar.

Secara simultan, bokong melakukan


rotasi anterior 90o. Kepala janin
kemudian masuk ke tepi pelvik,
sutura sagitalis berada pada tepi
diametertransversal.Penurunan

ke

dalam pelvic terjadi dengan flexi dari


kepala.
Prinsip Dasar Persalinan Sungsang
1.

Persalinan pervaginam (2,3,4,6,7,8,9)


a. Persalinan spontan; janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini
disebut Bracht.
b. Manual aid (partial breech extraction); janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan
kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
c. Ektraksi sungsang (total breech extraction); janin dilahirkan seluruhnya dengan
memakai tenaga penolong.
19

2. Persalinan perabdominan (sectio caesaria).


Prosedur persalinan sungsang secara spontan :
1. Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai

pusar merupakan fase yang tidak

berbahaya.
2. Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai
mulut, pada fase

ini kepala janin masuk PAP,

sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.


3. Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh
kepala,

kepala

keluar

dari

ruangan

bagian
yang

bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang


tekanannya lebih rendah sehingga kepala harus
dilahirkan

perlahan-lahan

untuk

menghindari

pendarahan intrakranial (adanya tentorium cerebellum).


Teknik persalinan
1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong mulai
membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan episiotomi.
3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.
5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan rotasi anterior,
yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini disesuaikan dengan gaya berat
badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresi
kristeller. Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat
diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap dalam posisi fleksi, dan menghindari ruang
kosong antara fundus uterus dan kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.
6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan, dagu, mulut
dan akhirnya seluruh kepala.
20

7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.


Keuntungan :

Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.

Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.

Kerugian :

Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaki,
misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk.

Prosedur Manual Aid (partial breech extraction) :


Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi kemacetan saat
melahirkan bahu atau kepala.
Tahapan :
1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.
2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik (Deventer),
Mueller, Louvset, Bickenbach.
3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and Martin Winctel,
Prague Terbalik, Cunan Piper.
Cara klasik :
1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan belakang berada
di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan depan di bawah
simpisis tetapi jika lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi
lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan kemudian
lengan belakang dilahirkan.

21

2.

Kedua
kaki
janin

dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas
sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan
jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti kemudian lengan
bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan
tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan belakang. Gelang
bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan penolong sedemikian
rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong terletak di punggung dan sejajar dengan
sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut
dan dada janin sehingga lengan depan terletak di belakang kemudian lengan dilahirkan
dengan cara yang sama.
Cara Mueller
1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru
kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan
sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan jari-jari lain
mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke bawahsejauh mungkin
sampai

bahu depan tampak dibawah simpisis, dan lengan depan dilahirkan dengan

mengait lengan di bawahnya.


22

3.

Sete
lah

bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secara
femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir. Bila bahu belakang tak
lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah
dengan kedua jari penolong.
Keuntungan :
Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya infeksi minimal.
Cara lovset :
1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan
traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya lahir
dibawah simpisis.
2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke
bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu
depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke arah yang
berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang
tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.

Cara Mauriceau (Veit-Smellie) :

23

1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4 mencengkram fossa
kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan di atas lengan
bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke 3
penolong yang lain mencengkeram leher janin dari arah punggung.
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten
melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong
yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika suboksiput tampak di bawah
simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga
berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir
seluruh kepala janin.

Cara cunam piper :


Pemasangan cunam pada after coming head
tekniknya sama dengan pemasangan lengan pada
letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini, cunam
dimasukkan pada arah bawah, yaitu sejajar pelipatan
paha belakang. Hanya pada kasus ini cunam
dimasukkan dari arah bawah, yaitu sejajar pelipatan
paha belakang. Setelah suboksiput tampak dibawah simpisis, maka cunam dielevasi ke atas dan
dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan
akhirnya seluruh kepala lahir.

24

Prosedur Ekstraksi Sungsang


1. Teknik ekstraksi kaki
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir
mencari kaki depan dengan menelusuri
bokong,

pangkal

paha

sampai

lutut,

kemudian melakukan abduksi dan fleksi


pada paha janin sehingga kaki bawah
menjadi

fleksi.

mendorong
bawah.Setelah

Tangan

fundus
kaki

yang

diluar

uterus

ke

bawah

fleksi

pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua


dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.Kedua tangan memegang
betis janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang
kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan
pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun
lahir. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan
femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk
melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada
manual aid.
2. Teknik ekstraksi bokong
Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di dasar
panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong yang searah bagian
kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan
jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak
dibawah simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha
ditarik curam kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara
femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.
Prosedur persalinan sungsang perabdominan
Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus perabdominam adalah :
1. Primigravida tua
25

2. Nilai sosial tinggi


3. Riwayat persalinan yang buruk
4. Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg
5. Dicurigai kesempitan panggul
6. Prematuritas
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai lebih tepat
apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominan, sebagai berikut : (2,3,8,10)
Paritas
Umur kehamilan
Taksiran Berat Janin
Pernah letak sungsang
Pembukaan serviks
Station

0
Primigravida
>39 mgg
>3630 gr
Tidak
<2 cm
<-3

1
Multigravida
38 mgg
3629 gr 3176 gr
1x
3 cm
<-2

2
< 37 mgg
< 3176 gr
>2x
>4 cm
-1 atau lebih
rendah

Arti nilai :
< 3 persalinan perabdomen
4 evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin bila nilainya tetap maka dapat
dilahirkan pervaginam
> 5 dilahirkan pervaginam(10)

Komplikasi
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:

Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.

Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)

Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.

2. Dari faktor bayi:

26

Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan alat-alat vital


intra-abdominal.

Infeksi karena manipulasi

Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, rupture alat-alat


vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis, kerusakan pusat vital di
medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai
lahir mati.4

Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr. Pringadi Medan dan RS Hasan
Sadikin Bandung didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%.
Eastmen melaporkan angka-angka kematian perinatal antara 12-14%.Sebab kematian perinatal
yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala
memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya
placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang lebih lama dari 8 menit umbilicus
dilahirkan akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila janin bernafas sebelum hidung
dan mulut lahir dapat membahayakan karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas.
Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering dijumpai pada
presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna, tetapi jarang dijumpai pada
presentasi bokong.7

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams Obstetrics.22 st

edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 509-536.


2. Kampono,

Nugroho,

dkk.

2008.

Persalinan

Sungsang.

Available
27

from:http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html. (Accessed: 2008, October 26).


3. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In: Obstetrics normal and problem

pregnancies.

3rd ed. New York: Churchill Livingstone. Ltd. 2000:478-90.

4. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and outcome of 699

term singleton breeech deliveries at a single center. Am J Obstet Gynecol 2002;187:1694-8.


5. Manuaba, I.B. 1995. Persalinan Sungsang dalam: Operasi Kebidanan Kandungan dan

Keluarga Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 174201.
6. Supono. Pimpinan persalinan letak sungsang. Dalam: Ilmu kebidanan bagian patologi.

Bagian Obstetri dan Ginekologi/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit


Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin, Palembang, 1983;15-33.
7. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2006. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi keenam.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 606-622


8. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama, cetakan kelima.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 103-132.


9. Wiknjosastro H. 2002. Patologi Persalinan dan Penanganannya dalam Ilmu Kebidanan, edisi

ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka: 607-622.

28

Anda mungkin juga menyukai