Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan pengadaan


makanan yangmeliputi kegiatan perencanaan, pengadaan bahan
makanan, persiapan, pengolahan,pemorsian, serta pendistribusian.
Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusimerupakan
proses yang mengatur jalannya suatu penyelenggaraan makanan
institusi, mulaidari perencanaan sampai dengan pemorsian.
Kegiatan Manajemen Sistem PenyelenggaraanMakanan Institusi
dilakukan oleh bagian Instalasi Gizi dan Bagian Logistik.

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang


menangani aspek kuratif dan rehabilitatif disamping beberapa
pelayanan kesehatan yang lain. Dalam pelaksanaannya dibagi
dalam beberapa instalasi, diantaranya adalah instalasi gizi yang
tidak hanya menangani manajemen sistem penyelenggaraan
makanan, akan tetapi juga menangani asuhan gizi dan penelitian
serta pengembangan. Pelayanan gizi rumah sakit meliputi empat
hal penting yaitu asuhan Gizi rawat inap, asuhan gizi rawat jalan,
penyelenggaraan makanan, dan penelitian dan pengembangan
penerapan gizi.

Makanan memegang peranan penting dalam upaya pencegahan dan


penyembuhanpenyakit. Pemberian nutrisi yang tepat berperan
penting bagi proses kesembuhan pasienrumah sakit. Nutrisi adalah
hasil akhir dari semua interaksi antara organism dan makananyang
dikonsumsinya. Dengan kata lain, nutrisi adalah apa yang dimakan
seseorang danbagaimana tubuh menggunakannya.

Peran nutrisi tidak dapat diremehkan nilainya karena tidak


hanya mengoptimalkanfungsi fisik dan kognitif pasien yang dirawat
tetapi juga kualitas kehidupannya. Oleh karenaitu, mengkaji dan
meningkatkan nutrisi yang adekuat untuk klien adalah aspek
perawatanyang penting dan vital

Harus disadari bahwa gizi mempunyai peran yang tidak kecil


terhadap tingkat kesembuhan dan lama perawatan pasien di rumah
sakit yang akan berdampak pada meningkatnya biaya perawatan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kurang gizi
sedang pasien di rumah sakit mencapai 21 % sedangkan kurang
gizi berat mencapai 10 %. (Detsky at.al, 1987) dan penyebab
kematian utama balita di negara-negara berkembang adalah
kurang gizi sebesar 54 %. Masalah gizi pasien di rumah sakit akan
berdampak pada banyak hal, yaitu gangguan syaraf, pembedahan,
kanker, aids, kejiwaan, dan gangguan gastrointestinal. Pada sistem
metabolism tubuh, kurang gizi berdampak pada beberapa
perubahan penting diantaranya penurunan tingkat filtrasi pada
glomerular yang terjadi di ginjal, gangguan pada pertahanan
intestinal di perubahan pada fungsi kardiak pada jantung.Beberapa
dampak diatas akan banyak merugikan berbagai pihak, tidak hanya
pasien, tetapi pihak rumah sakit dan semua yang berperan dalam
pelayanan di rumah sakit akan mendapat dampak dari masalah gizi
ini ( Usman DCN, 2008).

Berapa Makanan rumah sakit disesuaikan dengan keadaan


penyakit da keadaan umu pasien, sehingga memiliki beberapa
bentuk makanan menurut konsistensinya. Menurut Almatsier (2004)
bentuk makanan di rumah sakit disesuaikan dengan keadaan
pasien dibedakan menjadi 4 yaitu makanan biasa, makanan lunak,
makanan saring dan makanan cair.

Setiap bentuk makanan tersebut nantinya diberikan kepada


pasien disesuaikan denga tingkat atau kemampuan penerimaan
pasien terhadap makanan. Karena penerimaan makanan pasien
akan berakibat lagsung dengan lamanya waktu perawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui standar makanan Rumah Sakit (makanan
biasa)
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui penyelenggaraan makanan Rumah Sakit
b. Mengetahui bentuk makanan Rumah Sakit
c. Mengetahui penetapan stadar makanan Rumah Sakit
d. Mengetahui cita rasa makanan bagi pasien Rumah
Sakit
e. Mengetahui Penyajian Makanan Rumah Sakit
f. Mengetahui variasi menu makanan Rumah Sakit
g. Mampu memahami kasus dan melakukan perhitungan
kebutuhan gizi pasien
h. Mampu membuat perencanaan menu 3 hari
berdasarkan penyakit dan keadaan pasien
i. Mampu membuat stadar porsi dari menu 3 hari yang
telah direncanakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit


Makanan merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar yang
harus dipenuhi sesuai dengan kebutuhannya. Secara umum makanan
berfungsi sebagai sumber energi, pertumbuhan dan perkembangan,
pengganti sel-sel yang rusak, mempercepat proses penyembuhan dan
pengatur proses dalam tubuh. Dalam keadaan sakit fungsi makanan
sebagai salah satu bentuk terapi untuk kesembuhan pasien, penunjang
pengobatan dan tindakan medis (Moehyi, 1995).
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian
makanan kepada pasien. Hal ini termasuk pencatatan dan evaluasi dalam
rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diit
yang tepat.
Penyelenggaraan makanan rumah sakit dilaksanakan dengan
tujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi
pasien yang membutuhkan. Sasaran penyelenggaraan makanan dirumah
sakit adalah pasien. Sesuai dengan kondisi Rumah Sakit dapat juga
dilakukan penyelenggaraan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau
keluarga pasien). Pemberian makanan yang memenuhi gizi seimbang
serta habis termakan merupakan salah satu cara untuk mempercepat
penyembuhan dan memperpendek hari rawat inap. (PGRS, 2006).

B. Bentuk Makanan Rumah Sakit


1. Makanan Biasa
a. Pengertian Makanan Biasa
Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari yang
beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur, dan aroma
yang nrmal. Susunan makanan mengacu pada pola menu
seimbang dan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan bagi
orang dewasa sehat.

b. Syarat-Syarat Diet Makanan Biasa


 Energi sesuai kebutuhan normal orang dewasa sehat dalam
keadaan istirahat;
 Protein 10-15% dari kebutuhan energi total;
 Lemak 10-25% dari kebutuhan energi total;
 Karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total;
 Cukup mineral, vitamin dan kaya serat;
 Makanan tidak merangsang saluran cerna;
 Makanan sehari-hari beraneka ragam dan bervariasi.

c. Makanan Yang Tidak Dianjurkan Untuk Diet Makanan Biasa


 Makanan yang merangsang
 Makanan yang berlemak tinggi
 Makanan yang terlalu manis, terlalu berbumbu dan yang
mengandung alkohol
d. Indikasi Pemberian
Makanan biasa diberikan kepada pasien yang berdasarkan
penyakitnya tidak memerlukanmakanan khusus (diet). Walau tidak
ada pantangan secara khusus, makanan sebaiknya diberikan
dalam bentuk yang mudah dicerna dan tidak merangsang pada
saluran cerna.Tujuan diet makanan biasa adalah memberikan
makanan sesuai kebutuhan gizi untuk mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh.

2. Makanan Lunak
a. Pengertian Makanan Lunak
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang
mudah dikunyah, ditelan, dan dicerna dibandingkan makanan
biasa. Makanan ini mengandung cukup zat-zat gizi, asalkan pasien
mampu mengkonsumsi makanan dalam jumlah cukup. Menurut
keadaan penyakit, makanan lunak dapat diberikan langsung
kepada pasien atau sebagai perpindahan dari makanan saring ke
makanan biasa.

b. Tujuan
Tujuan diet makanan lunak adalah memberikan makanan
dalam bentuk lunak yang mudah ditelan dan dicerna sesuai
kebutuhan gizi dan keadaan penyakit.

c. Syarat-Syarat Diet Makanan Lunak


 Energi, protein, dan zat gizi lain cukup;
 Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak, sesuai
dengan keadaan penyakit dan kemampuan makan pasien;
 Makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu tiga kali makan
lengkap dan dua kali selingan;
 Makanan mudah cerna, rendah serat, dan tidak
mengandung bumbu yang tajam.

d. Indikasi Pemberian
Makanan lunak diberikan kepada pasien sesudah operasi
tertentu, pasien dengan penyakit infeksi dengan kenaikan suhu
tubuh tidak terlalu tinggi, pasien dengan kesulitan mengunyah dan
menelan, serta sebagai perpindahan dari makanan saring ke
makanan biasa.

3. Makanan Saring
a. Pengertian Makanan Saring
Makanan saring adalah makanan semi padat yang
mempunyai tekstur lebih halus daripada makanan lunak, sehingga
lebih mudah ditelan dan dicerna. Menurut keadaan penyakit,
makanan saring dapat diberikan langsung kepada pasien atau
merupakan perpindahan dari makanan cair kental ke makanan
lunak.
b. Tujuan
Tujuan diet untuk makanan saring adalah memberikan
makanan dalam bentuk semi padat sejumlah yang mendekati
kebutuhan gizi pasien untuk jangka waktu pendek sebagai proses
adaptasi terhadap bentuk makanan yang lebih padat.

c. Syarat-syarat diet makanan saring


 hanya diberikan untuk jangka waktu singkat selama 1-3 hari,
karena kurang memenuhi kebutuhan gizi terutama energi dan
tiamin;
 rendah serat, diberikan dalam bentuk disaring atau diblender;
 diberikan dalam porsi kecil dan sering yaitu 6-8 kali sehari.

d. Indikasi Pemberian
Makanan saring diberikan kepada pasien sesudah
mengalami operasi tertentu, pada infeksi akut termasuk infeksi
saluran cerna, serta kepada pasien dengan kesulitan mengunyah
dan menelan, atau sebagai perpindahan dari makanan cair ke
makanan lunak. Karena makanan ini kurang serat dan vitamin C,
maka sebaiknya diberikan untuk jangka waktu pendek, yaitu
selama 1-3 hari saja.

4. Makanan Cair
a. Pengertian Makanan Cair
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi
cair hingga kental. Makanan ini diberikan kepada pasien yang
mengalami gangguan mengunyah, menelan, dan mencernakan
makanan yang disebabkan oleh menurunnya kesadaran, suhu
tinggi, rasa mual, muntah, pasca perdarahan saluran cerna, serta
pra dan pasca bedah. Makanan dapat diberikan secara oral atau
parental.
b. Jenis-Jenis Makanan Cair
Menurut konsistensi makanan, makanan cair terdiri atas tiga
jenis, yaitu: makanan cair jernih, makanan cair penuh, dan
makanan cair kental. Makanan cair jernih adalah makanan yang
disajikan dalam bentuk cairan jernih pada suhu ruang dengan
kandungan sisa (residu) minimal dan tembus pandang bila
diletakkan dalam wadah bening. Jenis cairan yang diberikan
tergantung pada keadaan penyakit atau jenis operasi yang dijalani.
c. Tujuan
 Memberikan Makanan Dalam Bentuk Cair, Yang Memenuhi
Kebutuhan Cairan Tubuh Yang Mudah Diserap Dan Hanya
Sedikit Meninggalkan Sisa;
 Mencegah Dehidrasi Yang Menghilangkan Rasa Haus.

d. Syarat diet makanan cair


 Makanan diberikan dalam bentuk cair jernih;
 Bahan makanan hanya terdiri dari sumber karbohidrat;
 Tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserap;
 Sangat rendah sisa;
 Diberikan hanya selama 1-2 hari;
 Porsi kecil dan diberikan sering.

e. Indikasi Pemberian
Makanan cair jernih diberikan kepada pasien sebelum dan
sesudah operasi tertentu, keadaan mual, muntah dan sebagai
makanan tahap awal pasca pendarahan saluran cerna. Nilai gizinya
sangat rendah karena hanya terdiri dari sumber karbohidrat. Bahan
makanan yang boleh diberikan antara lain teh, sari buah, kaldu, air
gula, serta cairan mudah cerna. Makanan dapat ditambah dengan
suplemen energi tinggi dan rendah sisa.
C. Penetapan Standar Makanan
Dalam memproduksi makanan perlu adanya beberapa standar
makanan seperti standar porsi, standar resep dan standar bumbu.
Standar ini dapat menghasilkan makanan yang sama siapapun
pengolahnya (Mukrie,1996). Berikut adalah penjelasan singkat dari
standar porsi, standar resep dan standar bumbu:
1. Standar Porsi
Standar porsi adalah rincian macam dan jumlah bahan
makanan dalam jumlah bersih setiap hidangan.Dalam
penyelenggaraan makanan orang banyak, diperlukan adanya
standar porsi untuk setiap hidangan, sehingga macam dan jumlah
hidangan menjadi jelas.Porsi yang standar harus ditentukan untuk
semua jenis makanan dan penggunaan peralatan seperti sendok
sayur, centong, sendok pembagi harus distandarkan.

2. Standar Resep
Resep standar dikembangkan dari resep yang ada dengan
melipat gandakan atau memperkecil jumlah penggunaan bahan
makanan yang diperlukan.Untuk mencapai standar yang baik
sesuai yang diharapkan diperlukan resep-resep yang standar.
Dalam standar resep tercantum nama makanan, bumbu yang
diperlukan, teknik yang diperlukan dan urutan melakukan pemasakan.
Suhu dan waktu pemasakan, macam dan ukuran alat yang dipakai,
jumlah porsi yang dihasilkan, cara memotong, membagi, cara
menyajikan dan taksiran harga dalam porsi.

3. Standar Bumbu
Standar bumbu adalah ketetapan pemakaian ukuran bumbu-
bumbu sesuai dengan ketentuan dalam standar resep. Tujuan dari
standar bumbu adalah untuk menciptakan mutu atau kualitas
makanan yang relatif sama cita rasanya(Almatsier, 2004).
D. Cita Rasa Makanan Bagi Pasien Rumah Sakit
Cita rasa makanan yang kurang baik mengakibatkan persepsi
pasien terhadap makanan yang disajikan kurang baik pula. Persepsi
pasien yang kurang baik terhadap makaan yang disajikan maka dapat
menyebabkan makanan yang disajikan tidak habis dikonsumsi sehingga
menimbulkan sisa. Pasien yang menilai rasa makanan tidak enak akan
memberikan sisa makanan yang lebih banyak, sedangkan pasien yang
menilai makanan enak akan memberikan sisa makanan yang lebih sedikit
(Aula, 2011; Dian, 2012, Kumboyono, 2012).
Cita rasa makanan dapat dinilai dari aspek penampilan makanan
dan rasa makanan (Moehyi, 1992).
1. Faktor yang menentukan penampilan makanan
Faktor yang menentukan penampilan makanan pada saat disajikan
adalah :
a. Warna makanan memegang peran utama dalam penampilan
makanan oleh karena bila warnanya tidak menarik akan
mengurangi selera orang yang memakannya..
b. Bentuk makanan yang disajikan membuat makanan menjadi
lebih menarik biasanya disajikan dalam bentuk–bentuk
tertentu. Bentuk makanan yang menarik akan memberikan daya
tarik tersendiri bagi setiap makanan yang disajikan
c. Porsi makanan adalah banyaknya makanan yang disajikan dan
kebutuhan setiap individu berbeda sesuai dengan kebiasaan
makannya. Potongan makanan yang terlalu kecil atau besar
akan merugikan penampilan makanan. Pentingnya porsi
makanan bukan saja berkenaan dengan waktu disajikan tetapi
juga berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan
pemakaian bahan.
2. Faktor yang menentukan rasa makanan
Rasa makanan lebih banyak melibatkan penginderaan cecapan
(lidah), penginderaan cecapan dapat dibagi menjadi cecapan utama
yaitu asin, manis asam dan pahit (Winarno,1997). Mengkombinasikan
berbagai rasa sangat diperlukan dalam mencipatakan keunikan
sebuah menu. Menurut Moehyi, (1992) Rasa makanan adalah rasa
yang ditimbulkan dari makanan yang disajikan dan merupukan faktor
kedua yang menentukan cita rasa makanan setelah
penampilanmakanan itu sendiri. Komponen yang berperan dalam
penentuan rasa makanan yaitu :
a. Aroma makanan adalah aroma yang disebarkan oleh makanan
yang mempunyai daya tarik yang sangat kuat dan mampu
merangsang indera penciuman sehingga mampu
membangkitkan selera. Aroma yang dikeluarkan oleh makanan
berbeda-beda. Demikian pula cara memasak makanan yang
berbeda akan memberikan aroma yang berbeda pula (Moehyi,
1992 )
b. Bumbu masakan adalah bahan yang ditambahkan dengan
maksud untuk mendapatkan rasa makanan yang enak dan rasa
yang tepat setiap kali pemasakan
c. Suhu makanan waktu disajkan memegang peranan dalam
penentuan cita rasa makanan. Namun makanan yang terlalu
panas atau terlalu dingan sangat mempengaruhi sensitifitas saraf
pengecap terhadap rasa makanan sehingga dapat menguranggi
selera untuk memakannya.
d. Tingkat kematangan sesuai dengan jenis makanan yang
disajikan, tidak terlalu matang atau terlalu mentah sehingga
mempengaruhi keempukan, kerenyahan dan tekstur dari
makanan tersebut.

E. Penyajian Makanan Rumah Sakit


Penyajian makanan merupakan faktor terakhir dari proses
penyelenggaraan menu makanan. Meskipun makanan diolah dengan cita
rasa yang tinggi tetapi bila dalam penyajiaannya tidak dilakukan dengan
baik, maka nilai makanan tersebut tidak akan berarti, karena makanan
yang ditampilkan waktu disajikan akan merangsang indera penglihatan
sehingga menimbulkan selera yang berkaitan dengan cita rasa (Moehyi,
1992).
Penyajian makanan memberikan arti khusus bagi penampilan
makanan. Penyajian dirancang untung menyediakan makanan yang
berkualitas tinggi dan dapat memuaskan pasien, aman serta harga yang
layak. Penggunaan dan pemilihan alat makan yang tepat dalam
penyusunan makanan akan mempengaruhi penampilan makanan yang
disajikan dan terbatasnya perlengkapan alat merupakan faktor
penghambat bagi pasien untuk menghabiskan makanannya (Nuryati,
2008).

F. Variasi Menu Makanan Rumah Sakit


Variasi menu adalah variasi dalam menggunakan bahan makanan,
bumbu, cara pengolahan, resep masakan, dan variasi makanan dalam
suatu hidangan. Bervariasi adalah tidak boleh terjadi pengulangan
hidangan yang sama dalam satu siklus menu atau tidak boleh terjadi
metode pemasakan yang sama dalam satu kali makan. Menu yang
bervariasi dapat merangsang selera makan sehingga makanan yang
disajikan akan dapat dihabiskan pasien (Depkes RI, 2007).
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus
Tuan AP umur 30 Tahun, suku Buton, BB = 56, TB=163 Bekerja
sebagai wiraswasta di salah satu perusaahan. Masuk rumah sakit
karena mengalami kecelakaan pada saat menuju kantor tempat
bekerjanya. Pasien mengalami luka dibagian kepala dan patah tulang
dibagian tangan kirinya. Nafsu makan pasien baik, muat (-), muntah (-
). Saat ini pasien di rawat di rumah sakit di Ruang Mawar Kamar 5 bed
5. Pasien mendapat diet TKTP dengan bentuk makanan Biasa.
Hitung kebutuhan gizi pasien tersebut dan buat susunan menu 3 hari
untuk pasien tersebut.
B. Perhitungan Kebutuhan Gizi

Dik :
 Identitas Pasien
 Nama = Tuan AP
 Umur = 30
 Suku = Buton
 Pekerjaan = Wiraswasta
 Ruangan = Mawar K.5 Bed 5
 Diagnosa = Fraktur
Penyelesaian :
 Penentuan Status Gizi
 = 56 Kg
 TB = 163 cm
 IMT = BB/TB2 (m) = 21,13 Kg/m2 (Status Gizi Normal)
 Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi :
 BEE = 66 + (13,5 BB) + (5 TB) – (6,8 U)

= 66 + (13,5 x 56) + (5 x 163 – (6,8 x 30)

= 66 + 700 + 815 – 204

= 1377 kkal

 TEE = BEE x FA x FS

= 1136,08 x 1,2 x 1,2

= 1982,88 kkal

 Protein = 1,5 gr/kg BB

= 1,5 x 56

= 84 gr (14,3%)

 Lemak = 25% x 1982,82 / 9 = 55,08 gr


 KH = 60,7% x 1982,82 / 4 = 300,89 gr
C. Menu 3 Hari

Hari I

No Waktu Menu
Pagi  Nasi putih
 Ikan palomara
 Sambal goreng tempe
 Tumis sayuran
 buah
Selingan
Siang  Nasi putih
 Ayam goreng
 Tahu goreng
 Sup sayuran
 buah

15.00 snack  teh manis + roti tawar


Malam  nasi putih
 ikan goreng
 pepes tahu
 sayur asem
 susu

Hari II

No Waktu makan Menu


Pagi  Nasi putih
 Sambal goreng daging
 Perkedel tahu
 Oseng buncis
 buah
Snack  susu + pisang goreng
Siang  nasi putih
 ikan goreng
 tahu goreng
 sayur bening
 buah
Snack  teh manis + ubi goreng
Malam  nasi putih
 sambal goreng udang
 Tempe goreng
 buah
Hari III

No Waktu Menu
Pagi  nasi putih
 bola tomat telur tahu
 cah kangkung
 buah
Snack  moleng pisang coklat
Siang  nasi putih
 tumis kentang + daging
 sup kembang tahu isi
 buah
Snack  susu + roti coklat
Malam  nasi putih
 ikan palomara
 tumis sayuran + tempe
 buah
D. Standar Porsi
Hari Ke 1
Berat E P L KH
Waktu Menu Bahan Makanan
(gr) (Kcal) (gr) (gr) (gr)
Nasi putih Beras giling 100 360,5 6,7 0,6 79,5
Telur dadar Telur ayam ras 40 23,7 6,5 7,7 0,4
Minya kelapa 10 86,2 0,0 10,0 0,0
Sambal Tempe 50 99,5 9,5 3,8 8,5
goreng Minyak 10 86,2 0,0 10,0 0,0
tempe Kecap 5
tomat 10
pagi buncis 40 14,0 0,8 0,1 3,2
Tumis wortel 30 2,6 0,3 0,2 2,4
sayuran toage 10
minyak 5 43,1 0,0 5,0 0,0
Pepaya 100 39,0 0,6 0,1 9,8

Bubur Kacang hijau 40 46,4 3,1 0,2 8,3


kacang hijau Santan 15 15,9 0,2 1,5 0,7
Gula aren 20 73,8 0,1 0,0 18,8
Snack

Nasi putih Beras giling 100 360,5 6,7 0,6 79,5


Ayam goreng Daging ayam 50 142,4 13,4 9,4 0,0
Minyak kelapa 10 86,2 0,0 10,0 0,0
Perkedel Tahu 50 3,8 4,1 2,4 0,9
Siang tahu Kentang 30 27,9 0,6 0,0 6,5
Sup sayuran Wortel 20 1.7 0,2 0,1 1,6
Buncis 20 7,0 0,4 0,1 1,6
Pisang hijau 100 115,9 0,8 0,2 31,2
buah
Teh manis + Teh sari wangi 5 2,5 0,0 0,0 0,5
roti tawar Gula pasir 10 38,7 0 0 10
Snack
Roti tawar 40 109,6 3,5 1,2 20,8

Nasi putih Beras giling 100 360,5 6,7 0,6 79,5


Ikan goreng Ikan cakalang 50 49.0 9,1 1,2 0,0
Minyak 10 86,2 0,0 10,0 0,0
Sayur asem Kacang panjang 20 7,0 0,4 1,6 0,6
Jagung kuning 25 27,0 0,8 6,3 0,7
Sore
Sup sayuran Kacang tanah 10 56,7 2,6 1,6 0,9
Labu siam 25 5,0 0,2 1,1 0,3
Buah Apel 100 59,0 0,2 0,4 15,3
susu Susu kentall 30 96,0 2,3 2,6 16,4
manis
Jumlah 2000,5 78 58,8 320,4
Kebutuhan 1982,8 84 55,08 300,89
% Kebutuhan 100,89 92,8 106,7 106,48
Hari Ke 2
Berat E P L KH
Waktu Menu Bahan Makanan
(gr) (Kcal) (gr) (gr) (gr)
Nasi putih Beras giling 100 360,5 6,7 0,6 79,5
Sambal Daging sapi 50 134,4 12,4 9,0 0,0
goreng daging Minya kelapa 10 86,2 0,0 10,0 0,0
santan 20 70.8 0,7 6,7 3,0
Tahu campur Tahu 40 30,4 3,2 1,9 0,8
Pagi Buncis 30 10,5 0,6 0,1 2,4
Jagung kuning 30 32,4 1,0 0,4 7,5
Tumis sayuran Bayam 30 11,1 1,1 0,1 2,2
Buah Pepaya 100 39,0 0,6 0,1 9,8

Teh manis + Teh sariwangi 5 2,5 0,0 0,0 0,5


Pisang goreng Pisang ambon 50 46,0 0,5 0,3 11,7
Snack Minyak 10 86,2 0,0 9,0 0,0

Nasi putih Beras giling 100 360,5 6,7 0,6 79,5


Ikan goreng Ikan cakalang 50 49,0 9,1 1,2 0,0
Minyak kelapa 10 86,2 0,0 10,0 0,0
Tahu goreng Tahu 50 30,4 3,2 1,9 0,8
Siang minyak 10 86,2 0,0 10,0 00
Sayur bening kol 30 4,5 0,4 0,1 0,4
kacang panjang 30 10,5 0,6 0,1 2,4
labu kuning 30 11,7 0,3 0,2 2,6
Buah semangka 100 32,0 0,46 0,4 7,2
susu + ubi Susu kental manis 30 96,0 2,3 2,6 16,4
goreng Ubi jalar 50 13,6 0,4 0,3 13,4
Snack
Minyak kelapa 10 86,2 0,0 10,5 0,0

Nasi putih Beras giling 100 360,5 6,7 0,6 79,5


Sambal kerang 50 51,5 7,2 1,4 2,2
goreng kerang Minyak 10 86,2 0,0 10,0 0,0
Tempe goreng tempe 20 7,0 0,4 1,6 0,6
minyak 10 86,2 0,0 10,0 0,0
kacang panjang 30 10,5 0,6 0,1 2,4
Sore kentang 40 37,2 0,8 0,0 8,6
kol 30 4,1 0,4 0,1 0,4
Buah apel 100 59,0 0,2 0,4 15,3

Jumlah 2058,6 78,4 60,2 310,2


1982,8 84 55,0 300,8
AKG
8 9
103,82 93,3 109, 103,0
% AKG
29 9
Hari Ke 3
Bahan Berat E P L KH
Waktu Menu
Makanan (gr) (Kcal) (gr) (gr) (gr)
Nasi putih Beras giling 100 360,5 6,7 0,6 79,5
Bola telur tahu Telur ayam ras 50 23,7 6,5 7,7 0,4
tahu 50 38,0 4,1 2,4 0,9
tomat 30 5,9 0,3 0,1 0,9
Cah kangkung kangkung 25 3,8 0,6 0,1 0,5
Pagi wortel 25 2,2 0,3 0,2 2,0
jagung kuning 25 27,0 0,8 0,3 6,3
Tumis sayuran buncis 25 8,7 0,5 0,1 2,0
pepaya pepaya 100 39,0 0,6 0,1 9,8

Moleng pisang Pisang ambon 50 46,0 0,5 0,3 11,7


Snack coklat Coklat 10 47,7 0,4 3,0 6,3

Nasi putih Beras giling 100 360,5 6,7 0,6 79,5


Tumis daging Daging sapi 50 134,4 9,0 0,0
Minyak kelapa 5 43,1 12,4 5,0 0,0
Sup kembang Tahu 40 30,3 0,0 1,9 0,8
Siang
tahu isi Buncis 30 10,5 3,2 0,1 2,4
wortel 30 2,6 0,6 0,2 2,4
buah semangka 100 32,0 0,3 0,4 7,2
0,46
Susu kental 30 96,0 2,3 2,6 16,4
Snack manis 40 113,6 1,4 1,6 21,7
Roti coklat 10 86,2 0,0 0,0
Nasi putih Beras giling 100 360,5 6,7 0,6 79,5
Ikan tumis Ikan cakalang 50 49,0 9,1 1,2 0,0
Sayur tumis tahu 50 38,0 4,1 2,4 0,9
Minyak 5 43,1 0,0 5,0 0,0
sawi 30 4,5 0,7 0,1 0,6
bayam 30 11,5 1,7 0,1 2,2
Sore kangkung 30 4,5 0,7 0,1 0,6
Buah apel 100 59,0 3,4 1,7 15,3

2194,2 79,4 59,2 309,


Jumlah
0
1982,8 84 55,0 300,
kebutuhan
8 89
110,6 94,52 107, 102,
%Kebutuhan
48 69
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka
ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur, dan aroma yang normal.
Susunan makanan mengacu pada pola menu seimbang dan angka
kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat.
2. Makanan biasa diberikan kepada pasien yang berdasarkan
penyakitnya tidak memerlukan makanan khusus (diet).
3. Syarat-Syarat Diet Makanan Biasa
a. Energi sesuai kebutuhan normal orang dewasa sehat dalam
keadaan istirahat;
b. Protein 10-15% dari kebutuhan energi total;
c. Lemak 10-25% dari kebutuhan energi total;
d. Karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total;
e. Cukup mineral, vitamin dan kaya serat;
f. Makanan tidak merangsang saluran cerna;
g. Makanan sehari-hari beraneka ragam dan bervariasi.
4. Makanan Yang Tidak Dianjurkan Untuk Diet Makanan Biasa
a. Makanan yang merangsang
b. Makanan yang berlemak tinggi
c. Makanan yang terlalu manis, terlalu berbumbu dan yang
mengandung alkohol

B. Saran
Sebaiknya dalam menyusun makanan untuk pasien terutama untuk
diet makanan biasa, selalu perhatikan variasi makanan dan pemilihan
bahan makanan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI, 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta:


Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 15 Juli 2018 [online]
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/COVER%20PGR
S_PGRS%20Final.pdf

Ratna, M.R. 2009. Evaluasi Manajemen Penyelenggaraan Makanan


Institusi Di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
Diakses Pada Tanggal 15 Juli 2018 [Online]
Http://Eprints.Ums.Ac.Id/5722/1/J_300_060_027.Pdf

Gobel, Sri Yunanci, Yeni Prawiningdyah, R. dan Dwi Budiningsari. 2011.


Menu pilihan diit nasi yang disajikan berpengaruh terhadap tingkat
kepuasan pasien VIP di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Volume 7 Nomer 3
Maret 2011. Diakses Pada Tanggal 15 Juli 2018 [Online]
https://journal.ugm.ac.id/jgki/article/download/17755/11525

Fadilah, Oktaviani, 2013. Gambaran Sisa Makanan, Kontribusi Zat Gizi


Dan Biaya Makan Pasien Rawat Inap Di Rsud Salatiga. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Diakses Pada Tanggal 16 Juli 2018
[Online] http://eprints.ums.ac.id/27075/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-1636-BAB1.pdf

http://erepo.unud.ac.id/8366/3/d3d2098348f711a892e0dfcbf7af0bf3.pdf

https://file.persagi.org/share/5a%20Suharyati%20-%20JCI.pdf

http://perpustakaan.poltekkesmalang.ac.id/assets/file/kti/1603400030/BA_I
I.pdf

Anda mungkin juga menyukai