Anda di halaman 1dari 10

DIET PADA PASIEN PRE OPERASI

OLEH :

1. Komang Pande Dewi Ayuni (p07120216001)


2. Putu indah praptika suci (p07120216002)
3. Kadek dwi dharma pradnyani (p07120216003)
4. Eka rifani meilia dewi (p07120216004)
5. Ni Komang Sri Ardina (p07120216005)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
A. Mengenal Jenis Diet Makanan
1. Diet Makanan Biasa
Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam,
bervariasi dengan bentuk, tekstur dan aroma yang normal. Susunan makanan
mengacu pada Pola Menu Seimbang dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan bagi orang dewasa sehat. Makanan biasa diberikan kepada pasien yang
berdasarkan penyakitnya tidak memerlukan makanan khusus (diet). Walau tidak ada
pantangan secara khusus, makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk yang mudah
dicerna dan tidak merangsang pada saluran cerna.
Tujuan diet makanan biasa adalah memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi
untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
Syarat-syarat diet makanan biasa adalah:
1. Energi sesuai kebutuhan normal orang dewasa sehat dalam keadaan istirahat.
2. Protein 10-15% dari kebutuhan energi total.
3. Lemak 10-25% dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total.
5. Cukup mineral, vitamin dan kaya serat.
6. Makanan tidak merangsang saluran cerna.
7. Makanan sehari-hari beraneka ragam dan bervariasi.

Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet makanan biasa adalah makanan yang
merangsang, seperti makanan yang berlemak tinggi, terlalu manis, terlalu berbumbu,
dan minuman yang mengandung alkohol.

2. Diet Makanan Lunak


Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah,
ditelan, dan dicerna dibandingkan makanan biasa. Menurut keadaan penyakit,
makanan lunak dapat diberikan langsung kepada pasien atau sebagai perpindahan
dari makanan saring ke makanan biasa.
Tujuan diet makanan lunak adalah memberikan makanan dalam bentuk lunak
yang mudah ditelan dan dicerna sesuai kebutuhan gizi dan keadaan penyakit.
Syarat-syarat diet makanan lunak adalah sebagai berikut:
1. Energi, protein, dan zat gizi lain cukup.
2. Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak, sesuai dengan keadaan
penyakit dan kemampuan makan pasien.
3. Makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu tiga kali makan lengkap dan dua
kali selingan.
4. Makanan mudah cerna, rendah serat, dan tidak mengandung bumbu yang tajam.
3. Diet Makanan Saring
Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempunyai tekstur lebih
halus daripada makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Menurut
keadaan penyakit, makanan saring dapat diberikan langsung kepada pasien atau
merupakan perpindahan dari makanan cair kental ke makanan lunak.
Tujuan diet untuk makanan saring adalah memberikan makanan dalam bentuk
semi padat sejumlah yang mendekati kebutuhan gizi pasien untuk jangka waktu
pendek sebagai proses adaptasi terhadap bentuk makanan yang lebih padat.
Syarat-syarat diet makanan saring adalah:

1. hanya diberikan untuk jangka waktu singkat selama 1-3 hari, karena kurang
memenuhi kebutuhan gizi terutama energi dan tiamin.

2. Rendah serat, diberikan dalam bentuk disaring atau diblender.

3. Diberikan dalam porsi kecil dan sering yaitu 6-8 kali sehari.

Makanan saring diberikan kepada pasien sesudah mengalami operasi tertentu,


pada infeksi akut termasuk infeksi saluran cerna, serta kepada pasien dengan
kesulitan mengunyah dan menelan, atau sebagai perpindahan dari makanan cair ke
makanan lunak. Karena makanan ini kurang serat dan vitamin C, maka sebaiknya
diberikan untuk jangka waktu pendek, yaitu selama 1-3 hari saja.

4. Diet Makanan Cair


Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental.
Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mengunyah,
menelan, dan mencernakan makanan yang disebabkan oleh menurunnya kesadaran,
suhu tinggi, rasa mual, muntah, pasca perdarahan saluran cerna, serta pra dan pasca
bedah. Makanan dapat diberikan secara oral atau parental.
Menurut konsistensi makanan, makanan cair terdiri atas tiga jenis, yaitu:
makanan cair jernih, makanan cair penuh, dan makanan cair kental. Makanan cair
jernih adalah makanan yang disajikan dalam bentuk cairan jernih pada suhu ruang
dengan kandungan sisa (residu) minimal dan tembus pandang bila diletakkan dalam
wadah bening. Jenis cairan yang diberikan tergantung pada keadaan penyakit atau
jenis operasi yang dijalani.
Tujuan diet makanan cair jernih adalah untuk memberikan makanan dalam
bentuk cair, yang memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang mudah diserap dan hanya
sedikit meninggalkan sisa, mencegah dehidrasi yang menghilangkan rasa haus.
Syarat diet makanan cair adalah:

1. Makanan diberikan dalam bentuk cair jernih;

2. Bahan makanan hanya terdiri dari sumber karbohidrat;

3. Tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserap;

4. Sangat rendah sisa;

5. Diberikan hanya selama 1-2 hari;

6. Porsi kecil dan diberikan sering.

Makanan cair jernih diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah operasi
tertentu, keadaan mual, muntah dan sebagai makanan tahap awal pasca pendarahan
saluran cerna. Bahan makanan yang boleh diberikan antara lain teh, sari buah, kaldu,
air gula, serta cairan mudah cerna. Makanan dapat ditambah dengan suplemen energi
tinggi dan rendah sisa.

B. Cara pemberian Makanan selain Oral


1. Tube feeding
Tube Feeding merupakan metode yang paling sering digunakan dalam diet pasca
bedah. Ketika pasien tidak mampu untuk makan melalui mulut setelah melewati
operasi, kecelakaan, pingsan, kasrinoma pada esofagus, kebutuhan zat gizi harus
disuplai.
Tube Feeding biasanya dilakukan melalui saluran hidung. Pipa dimasukkan
cairan yang mengandung zat gizi ke dalam tubuh secara aman menuju dinding perut.
Cairan tersebut mengalir ke dalam lambung melalui rongga. Pasien membutuhkan
dukungan yang besar untuk mengatur kondisi ini.
2. Rectal Feeding
Pemberian makan kepada pasien melalui rektum akan membatasi kualitas dan
kuantitas makanan yang diberikan. Makanan tidak dapat melewati katup ileocecal
dengan diserap melalui usus besar.
C. Pre Operasi

Pre operasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan yang


dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada di
meja bedah. Diet Pre bedah adalah pengaturan makanan yang diberikan kepada pasien
yang akan mengalami pembedahan.

D. Diet pre operasi


1. Teoritis Diet pre operasi menurut ahli dunia
London, Lebih dari 100 tahun protokol medis, pasien biasanya tidak
diperbolehkan makan setidaknya 12 jam sebelum menjalani operasi. Namun ada
pendekatan baru yang mengubah kebiasaan tersebut, makan sebelum operasi justru
dapat mempercepat masa pemulihan.
Dilansir dari Dailymail, Sabtu (2/10/2010), pendekatan baru ini dipelopori di
akhir tahun sembilan puluhan oleh ahli bedah Denmark, Profesor Henrik Kehlet.
Menurutnya, protokol medis lama tidak memperbolehkan pasien makan 12 jam
sebelum operasi. Selain itu, bila pasien menjalani operasi perut, maka ia pun tidak
boleh makan sampai seminggu setelah operasi dan hanya boleh bergerak di tempat
tidur selama berminggu-minggu.
Dengan demikian, tidak mengherankan bila pasien sering mengalami penurunan
berat badan yang dramatis, khususnya bagi orang yang lemah dan usia lanjut. Bila
dibiarkan seperti ini, pasca operasi pasien justru lebih lemah dan rentan terhadap
infeksi, sehingga akan memakan waktu laama untuk pemulihan.
Bertentangan dengan tradisi konvensional, Prof Kehlet justru merekomendasikan
pasien untuk diberi makanan yang kaya karbohidrat seperti kentang dan pasta sampai
6 jam sebelum operasi, serta minuman berenergi tinggi sampai 2 jam sebelum operasi.
Selain itu, setelah operasi pun pasien sebaiknya makan sesegera mungkin. Pasien
juga hendaknya bangun dan banyak bergerak di hari berikutnya, bukan hanya
beristirahat di tempat tidur.
Bergerak juga merupakan hal yang penting. Tidak bergerak dan hanya tidur di
tempat tidur dalam waktu yang lama akan meningkatkan risiko infeksi sehingga dapat
memperpanjang penyakit, jelas Prof Kehlet.
Prof Kehlet juga mempertanyakan semua prosedur standar dan menyingkirkan
semua prosedur bila tidak mendukung penyembuhan dan pemulihan pasien.
Menurutnya, alasan utama untuk tidak memperbolehkan pasien makan sebelum
operasi adalah risiko kesulitan bernapas karena makanan dari lambung masuk ke
paru-paru. Tetapi risiko ini ternyata sangat minimal.
Pendekatan Prof Kehlet telah diikuti di Inggris sejak tahun 2002, dipelopori oleh
seorang ahli bedah kolorektal di Yeovil District Hospital dan St Marks Hospital.
Cara baru yang dinamakan Enhanced Recovery (ER) ini telah diam-diam
merevolusi perawatan pra dan pasca operasi untuk pasien.
ER jelas merupakan kisah sukses, namun baru ada 72 rumah sakit di Inggris
menggunakan teknik ini, ujar Ian Jenkins, dokter bedah di St Marks Hospital,
London.

2. Diet Pre operasi yang umum di indonesia


Jika operasi Anda akan berada di bagian dari sistem pencernaan Anda, memiliki
makanan dalam sistem Anda bisa mempersulit operasi dan menyebabkan infeksi atau
menyebabkan operasi dibatalkan. Jika Anda memiliki makanan atau cairan di perut
Anda selama operasi Anda, Anda bisa muntah sementara di bawah anestesi.
Janganlah makan makanan berat selama 8 12 ja, dan makanlah salad atau sup unuk
makanan terakhir sebelum operasi.

3. Penatalaksanaan diet
Pemberian diet pra bedah yang harus diperhatikan didalam pemberian Diet Pra
Bedah ialah tergantung pada :
a. Keadaan umum pasien
Disini kita harus memperhatikan apakah keadaan umum dari pasien
tersebut normal atau tidak dalam hal status gizi, gula darah, tekanan darah,
ritme jantung, denyut nadi, fungsi ginjal, dan suhu tubuh pasien.
b.Macam Pembedahan
Disini kita harus mengetahui apakah pasien terssebut akan melakukan
bedah minor atau bedah mayor.
c. Sifat operasi
Disini kita harus mengetahui apakah sifat operasi pasien tersebut
bersifat segera/dalam keadaan darurat atau bersifat berencana /elektif.
d. Macam penyakit
Disini kita harus mengetahui apakah macam dari penyakit pasien
tersebut,penyakit utama/penyakit penyerta.

Indikasi diet pra bedah Sesuai dengan jenis dan sifat pembedahan, Diet Pra Bedah
diberikan dengan indikasi sebagai berikut :

1. Pra bedah darurat atau cito, sebelum pembedahan tidak diberikan diet
tertentu

2. Pra bedah berencana atau elektif,

Pra bedah minor atau bedah kecil, seperti tonsilektomi tidak membutuhkan
diet khusus. Pasien dipuasakan 4-5 jam sebelum pembedahan. Sedangkan pada pasien
yang akan menjalani apendiktomi, herniatomi, hemoroidektomi, dan sebagiannya
diberikan Diet Sisa Rendah sehari sebelumnya.

Pra bedah mayor atau bedah besar, seperti :

1. Pra bedah besar saluran cerna diberikan Diet Sisa Rendah selama 4-5 hari dengan
tahapan:
a. Hari ke-4 sebelum pembedahan diberi Makanan Lunak
b. Hari ke-3 sebelum pembedahan diberi Makanan Saring
c. Hari ke-2 dan 1 hari sebelum pembedahan diberikan Formula Enteral Sisa
Rendah
2. Pra bedah besar di luar saluran cerna diberi Formula Enteral Sisa Rendah selama 2-3
hari. Pemberian makanan terakhir pada pra bedah besar dilakukan 12-18 jam sebelum
pembedahan, sedangkan minum terakhir 8 jam sebelumnya.

2. Tujuan Diet Pra bedah

Tujuan Diet Pra Bedah adalah untuk mengusahakan agar status gizi
pasien dalam keadaan optimal pada saat pembedahan, sehingga tersedia
cadangan untuk mengatasi stres dan penyembuhan luka.
3. Syarat Diet Pra bedah

1. Energi

a. Bagi pasien dengan status gizi kurang diberikan sebanyak 40-45


kkal/kg BB
b. Bagi pasien yang status gizi lebih diberikan sebanyak 10-25% dibawah
kebutuhan energi normsl
c. Bagi pasien yang status gizi baik diberikan sesuai dengan kebutuhan
energi normal ditambah faktor stres sebesar 15% dari AMB ( Angka
Metabolisme Basal )
d. Bagi pasien dengan penyakit tertentu energi diberikan sesuai dengan
penyakinya.

2. Protein

a. Bagi pasien yang status gizi kurang, anemia, albumin rendah (<2,5
mg/dl) diberikan protein tinggi 1,5-2,0 g/kg BB
b. Bagi pasien yang ststus gizi baik atau kegemukan diberikan protein
normal 0,8-1 g/kg BB
c. Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai dengan
penyakinya

3. Lemak cukup, yaitu 15-25% dari kebutuhan energi total. Bagi pasien
dengan penyakit tertentu diberikan sesuai dengan penyakinya

4. Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kebutuhan energi total untuk


menghindari hipermetabolisme. Bagi pasien dengan penyakit tertentu,
karbohidrat diberikan sesuai dengan penyakitnya

5. Vitamin cukup, terutama vitamin B, C, dan K. Bila perlu ditambahkan


dalam bentuk sumplemen

6. Mineral cukup, bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen


7. Rendah sisa agar mudah dilakukan pembersihan saluran cerna atau klisma,
sehingga tidak menggangu proses pembedahan ( tidak buang air besar atau
kecil dimeja operasi)

4. Rencana atau Evaluasi Pra Beda

1. Rencana Tindakan
Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan
persiapan psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatan, penjelasan
tentang peristiwa yang mungkin akan terjadi, seterusnya. Untuk mengatasi
masalah risiko infeksi atau cedera lainnya dapat dilakukan dengan persiapan
prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan bernapas dan latihan
batuk, persiapan latihan kaki, latihan mobilitas, dan lain-lain.

2. Persiapan Diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal
pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum bedah,
tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan makan, sedangkan cairan
tidak diperbolehkan 8 jam sebelum bedah, sebab makanan atau cairan dalam
lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi.

3. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam memahami masalah atau kemungkinan yang terjadi
pada intra dan pascabedah. Tidak ada tanda kecemasan, ketakutan, serta tidak
ditemukannya risiko komplikasi pada infeksi atau cedera lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,Sunita (Ed).2006. Penuntun Diet Edisi Baru . Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Mahaji Putri, Rona Sari. Tanpa tahun. Gizi dan Terapi Diet. Malang

http://www.detikhealth.com/read/2010/10/02/110327/1453718/763/makan-sebelum-operasi-
dapat-mempercepat-masa-pemulihan

http://www.smallcrab.com/makanan-dan-gizi/617-jenis-makanan-untuk-diet

C. Rothrock, Jane. 1999, Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif (Hal: 543), Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai