PROBLEM-BASED LEARNING
PBL Blok Klinik
SKENARIO Makan apa..makan apa..makan apa sekarang
Minggu ke-5
Tanggal 20 s.d 26 Maret 2015
Grup H
(125070300111006)
(125070300111012)
(125070300111023)
AFRIELIA LAILY W
(125070300111032)
(125070300111043)
(125070300111047)
REDY AMUKTI
(125070300111050)
(125070301111001)
(125070301111005)
(125070307111002)
i
i
ii
1
1
1
2
2
2
5
6
14
14
15
16
18
ii
ISI
A. SKENARIO
Makan apa..makan apa..makan apa sekarang
Ahli gizi dihadapkan pada pasien Ny. S (78 th) dengan diagnosis Ileus
obstruksi akibat Ca Kolon tranversum yang sudah dilakukan operasi laparatomi
reseksi dan anastomosis. Hasil monitoring pagi ini menunjukkan LLA 21 cm, TL 42
cm, KU cukup, tekanan darah 120/70, nasi 80x/menit, RR 20x/menit, hasil lab. Hb
10,10 g/dl (N: 11,4-15,1 g/dl); MCV 72,30 fL (N: 80-93 fL); MCH 24,30 Pg (N: 27-31
Pg): MCHC 33,7 g/dl (32-36 g/dl); albumin 3 g/dl (N: 3,5-5,5 g/dl); natrium 138
mmol/L (N: 136-145 mmol/L); kalium 2,91 mmol/L (N: 3,5-5,0 mmol/L); klorida 114
mmol/L
(N:
98-106).
Berdasarkan
pengamatan
pasca
bedah,
setelah
bisa
mendapatkan makanan oral Ny. S lebih menyukai makanan cair kental. Hari ini Ny. S
berencana pulang paksa. Oleh karena itu, anak Ny. S meminta ahli gizi untuk
mendesainkan menu yang sesuai dengan kondisi pasien mengingat kondisi sosial
ekonominya yang rendah, karena jika pemberian makanan kurang tepat selama di
rumah maka pasien akan berpotenssi mengalami penurunan status gizi dan
kesehatan.
B. DAFTAR UNCLEAR TERM
1. Ileus obstruksi
Penyumbatan bagian distal dari usus halus (Dorland, 2009).
2. Anastomosis
Pembukaan yang terjadi karena pembedahan antardua tempat atau organ yang
sebenarnya berbeda (Dorland, 2009).
3.Kanker kolon tranversum
Kanker yang terjadi kolon yang meluas dari sisi ke sisi atau pada usus bagian
horizontal (Dorland, 2009).
4.Laparatomi reseksi
Operasi pengangkatan masa jaringan yang berbentuk segitiga melalui dinding
perut (Dorland, 2009).
5.Makanan cair kental
Makanan dalam bentuk halus dengan konsentrasi cairan yang tinggi (Kamus Gizi,
2010).
6.Makanan oral
Makanan yang berbentuk lunak, saring, ataupun padat yang dikonsumsi melalui
mulut.
7.Desain menu
Rancangan susunan makanan yang dikonsumsi seseorang untuk sekali makan
1
C. DAFTAR CUES
Ahli gizi mampu mendesain menu selama pasien di rumah atau rawat jalan yang
disesuaikan
dengan
kondisi
pasien
pasca
operasi
laparatomi
reseksi
dan
anastomosis dengan memperhatikan status gizi dan sosial ekonomi pasien yang
rendah agar pasien tidak mengalami penurunan status gizi.
D. DAFTAR LEARNING OBJECTIVES
1.
2.
Bagaimana hasil interpretasi data antropometri, biokimia, dan fisik klinis dari
pasien?
3.
Bagaimana preskripsi diet untuk pasien tersebut meliputi tujuan, prinsip, dan
syarat diet; kebutuhan energi dan zat gizi; bahan makanan yang dianjurkan,
dibatasi, dan dihindari? Bagaimana cara meningkatkan kadar albumin?
4.
Bagaimana cara mendesain menu secara individu? Apa saja syarat dan faktor
yang mempengaruhi dalam mendesain menu?
5.
Bagaimana menu yang baik sesuai dengan kondisi pasien? (Membuat menu
sehari dengan bentuk makanan cair kental)
E. HASIL BRAINSTORMING
1.
melampaui
batas
teritorial
sehingga
menyebabkan
terjadinya
obstruksi ileus. Efek dari kanker kolon seperti mendesak ileus karena adanya
hipertrofi jaringan, sehingga ileus terjadi obstruksi.
2.
Bagaimana hasil interpretasi data antropometri, biokimia, dan fisik klinis dari
pasien?
Antropometri:
LLA 74% (menggunakan rumus hasil lila dibagi standar lila dikali 100%).
Status gizi pasien termasuk underweight karena persen LLA < 90%.
Biokimia:
Hb rendah, MCV rendah, MCH rendah, albumin rendah, kalium rendah,
klorida tinggi. Hal ini dikarenakan efek samping dari operasi laparastomi
reseksi.
Fisik klinis:
KU cukup, RR normal, nadi normal, tekanan darah normal.
3.
Bagaimana preskripsi diet untuk pasien tersebut meliputi tujuan, prinsip, dan
syarat diet; kebutuhan energi dan zat gizi; bahan makanan yang dianjurkan,
dibatasi, dan dihindari? Bagaimana cara meningkatkan kadar albumin?
3
Tujuan diet:
Meningkatkan status gizi mencapai normal
Mempercepat penyembuhan pasca operasi
Menormalkan data biokimia
Prinsip diet:
Tinggi energi, karena untuk meningkatkan status gizi pasien hingga mencapai
normal
Tinggi protein, karena albumin dari pasien rendah.
Tinggi zat besi, karena Hb pasien rendah. Dikatakan tinggi zat besi jika AKG dari
Fe ditambahkan 20-25 mg.
Syarat diet:
Dicantumkan zat gizi makro, mikro, bentuk makanan, dan cara meningkatkan
albumin.
Bahan makanan yang dianjurkan:
1.
2.
3.
4.
Bahan makanan tinggi gas, seperti nangka, durian, brokoli kembang kol,
dan sawi.
2.
Bahan
makanan
yang
tinggi
fitat,
seperti
biji-bijian,
karena
dapat
2.
Melihat jenis makanan yang akan dibuat, apakah cair, cair kental, dan
seterusnya.
3.
4.
5.
Setiap bahan makanan yang ada dalam menu dilihat dari energi, protein,
lemak, dan karbohidrat dibandingkan dengan persen kebutuhan.
6.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
Bagaimana menu yang baik sesuai dengan kondisi pasien? (Membuat menu
sehari dengan bentuk makanan cair kental)
Membuat 1 menu makanan utama dan snack yang sama, yang kemudian akan
dibagi-bagi menjadi 3 kali makan utama dan 2 kali snack.
Menu makanan utama dibagi 3 kali:
Sup krim (komposisi: jagung, telur, maizena, gula atau menggunakan kentang,
ayam, garam atau menggunakan kentang, tahu, dan tempe) atau sup merah
(komposisi: kentang, wortel, buncis, ayam, kuahnya dari tomat yang dipasta)
Snack dibagi 2 kali:
Kolak labu kuning yang diblenderized (komposisi, santan, labu kuning, susu)
atau bubur kacang hijau yang diblenderized
F.
HIPOTESIS
Kanker kolon
Kanker bermetastase
Lumen usus tersumbat dan
teregang
Ilues obstruktif
Operasi laparatomi reseksi dan
anastomosis
Pemeriksaan
Antropometri
Lila 70 %
(Underweight)
Biokimia
Hb, MCV, MCH rendah =
anemia
Albumin rendah =
malnutrisi
Kalium rendah, klorida
tinggi = ketidakseimbangan
Diet Tinggi
Energi
Energi: 1509,8
Fisik klinis
Nadi, tekanan darah, RR
normal
Faktor:
Kebutuhan energi,
sosek, jenis penyakit dll
F.
Mayoritas kanker kolon menyebabkan obstruksi pada sisi kiri ileus, yang
dikarenakan adanya metastasis pada kanker yang menyebar ke ileus
sehingga menyebabkan penyumbatan pada ileus (ASGE, 2010). Terjadinya
kanker kolon berawal dari lapisan terluar lumen usus yang disebut lapisan
mukosa, mengalami kontak langsung dengan faktor penyebab sehingga
membuatnya rentan terhadap kerusakan. Kemudian kerusakan dari lapisan
mukosa tersebut berkembang dan mengganggu pembentukan sel yang
menyebabkan inflamasi dan hiperproliferasi sel yang akhirnya dapat
berubah menjadi suatu adenoma kecil. Adenoma tersebut kemudian
berkembang
menjadi
karsinoma
(VanBlarcom,
2011).
Jika
kanker
kanker
kolon
transversum
adalah
dengan
cara
pembedahan,
Bagaimana interpretasi data antropometri, biokimia, dan fisik klinis dari pasien?
Interpretasi Antropometri
TB estimasi = 84,88 - (0,24 x usia(tahun)) + (1,83 x tinggi lutut(cm))
= 84,88 - (0,24 x 78) + (1,83 x 42)
= 84,88 - 18,72 + 76,86
= 143,02 cm (Fatmah, 2006)
7
2.
Indeks eritrosit
a.
MCH
rendah,
yang
mengindikasikan
pasien
mengalami
anemia
b.
mikrositik.
MCV rendah dapat terjadi pada kondisi anemia kekurangan besi disebut
c.
4.
5.
Nilai klorida pasien 114 mmol/L.. Kadar normal klorida adalah 98-105
mmol/L, sehingga nilai klorida pasien diinterpretasikan tinggi (Mahan,
2008). Klorida tinggi mengindikasikan dehidrasi dengan penurunan berat
badan dan ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh karena pasca operasi
yang menyebabkan kehilangan cairan dan gangguan elektrolit meningkat
(Puri, 2011 dan Wall, 1993).
Bagaimana preskripsi diet meliputi tujuan, prinsip, dan syarat diet; kebutuhan
energi dan zat gizi; bahan makanan yang dianjurkan dan dihindari untuk
pasien? Bagaimana cara meningkatkan kadar albumin?
Tujuan Diet:
1.
pasien
mengalami
underweight
sehingga
status
gizi
harus
diketahui
memenuhi
pasien
kebutuhan
mengalami
dasar
berupa
underweight,
energi.
Diet
sehingga
perlu
diberikan
tanpa
4.
5.
Prinsip Diet:
1.
2.
terlalu lama kehilangan vitamin B12, asam folat, dan zat besi ketika pasca
operasi akan menyebabkan terjadinya homosistein darah (OKane, 2014).
3.
Tinggi kalium
Diberikan tinggi kalium karena untuk menyeimbangkan elektrolit dalam
tubuh (Bayless, 2005).
4.
Serat cukup
Diberikan serat cukup karena pada kasus ini pasien bisa menerima
makanan secara oral dan tidak ada gejala tertentu, seperti diare. Kecuali
jika masih ada gejala, pasien harus menempuh fase-fase mulai dari
dipuasakan, menerima makanan parenteral, makanan cair melalui peroral
atau enteral, kemudian meningkat menjadi diet rendah sisa atau rendah
serat. Bila gejala hilang, dapat diberikan makanan biasa (Almatsier, 2008
dan Yeatman, 2001).
5.
Tinggi vitamin C
Diberikan tinggi vitamin C untuk pembentukan kolagen bagi penyembuhan
luka yang optimal, serta membantu penyerapan zat besi.
6.
Tinggi vitamin A
Diberikan tinggi vitamin A untuk proses penyembuhan luka dan epitalisasi,
serta deposisi fibroblas dari kolagen.
7.
Tinggi zink
Diberikan tinggi zink untuk meningkatkan kekuatan tegangan (gaya yang
diperlukan untuk memisahkan tepi tepi) pada penyembuhan luka.
8.
Tinggi selenium
Diberikan tinggi selenium karena selenium diperlukan
untuk proses
Tinggi
energi,
yang
diberikan
sesuai
dengan
kondisi
pasien
untuk
Tinggi protein, yaitu 21% dari kebutuhan energi total untuk meningkatkan
kadar albumin dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien pasca
operasi.
Protein = [21% x Energi] : 4
= [21% x 1509,8] : 4
= 79,3 gr
3.
= [22% x Energi] : 9
= [22% x 1509,8] : 9
= 36,9 gr
4.
5.
6.
50
mg/hari
untuk
meningkatkan
kekuatan
tegangan
pada
8.
Diberikan dalam porsi kecil tapi sering, yaitu 2-3 jam sehari (Almatsier,
2008).
absorpsi dari zat besi Fe, sehingga dapat memperparah anemia. Contoh
makanan tinggi fitat adalah biji - bijian, sereal, sayuran seperti bayam. Contoh
makanan tinggi polifenol adalah kopi, teh, sayuran dan kacang - kacangan
(Aditian, 2009).
Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan:
- Makanan yang berbumbu tajam.
- Makanan yang beralkohol dan daging yang diawetkan karena dapat
menimbulkan senyawa karsinogenik (Almatsier, 2008 dan Yeatman, 2001).
- Seafood seperti kerang, udang, kepiting, dan cumi terdapat kandungan lemak
tinggi.
- Ikan asin diolah dari bahan tidak segar yang mengalami penguraian,
sehingga menjadi bahan alergen yang mengandung reaksi imunitas tubuh.
Akibatnya tubuh akan merasa meriang, gatal-gatal, bahkan bengkak.
- Tauge mengandung zat yang dapat mendorong pertumbuhan sel kanker.
- Sawi putih dan kangkung mengurangi efektivitas kinerja obat-obatan.
- Cabai dapat merangsang aktifitas bawah sadar sehingga menurunkan jumlah
oksigen dalam tubuh.
- Nangka dan lengkeng, terdapat zat yang mendorong pertumbuhan sel
kanker.
- Durian menghasilkan alkohol sehingga merangsang berkembangnya sel
kanker.
- Menghindari terlalu banyak teh, kopi dan alkohol, yang dapat membuat tubuh
kehilangan air dan meninggalkan haus.
- Bahan makanan bergas seperti kol, brokoli, kubis.
- Makanan dimasak dengan minyak dan bersantan (American Institute Cancer
Research, 2011; Martini, 2010; Almatsier, 2008; Sianturi, 2012).
Cara meningkatkan kadar albumin :
Pemberian suplemen oral tinggi proteinn berupa pemberian putih telur dan
untuk
menaikkan
kadar
albumin
pada
orang
dengan
12
Bagaimana cara mendesain menu secara individu untuk home made? Apa saja
syarat dan faktor yang mempengaruhi dari mendesain menu?
Cara Mendesain Menu:
1.
mendesain
menu
harus
melihat
kondisi
pasien
untuk
3.
4.
5.
5.
Bagaimana menu yang baik sesuai dengan kondisi pasien? (membuat menu
sehari dengan bentuk makanan cair kental)
13
14
MENU SEHARI
Makanan
Menu
Sup
Utama
krim
jagung
(blenderized)
Bahan
Makanan
Tepung
terigu
Vit
Vit
(mg)
(mg
(mc
g)
48,2
572
75,3
1,8
0,6
14,4
0,8
0
0,5
10,8
87,2
8,5
200
231,8
20
300
Ber
Ca
Zinc
at
(kkal
(mg
(mg
(gr)
45
163,8
4,6
0,4
34,3
0,5
6,8
0,3
400
199,8
42
24
300
324,1
9,9
3,9
747
18
39
1,5
300
77,4
2,9
6,3
870
21
123
1,9
1,2
0
0,2
0
22,5
0
0
0
2
0
37,5
150
15
11,8
95,4
0
0
0,5
12,3
415
2,5
2,5
3
0
307,
250
1,6
0,4
62,4
1,2
930
22
182
0,2
77,4
213
1481
0
2,1
72,
0
20,1
20
9
232,
0
1,5
11,
0,4
213
0
3
,8
1509
4
79,
9
215,
66,5
0,2
9
483,
0
0,6
3818
0
0
498
3
500
5
150
,8
3
91,
KH
(gr)
(gr)
(gr)
Fe
(m
g)
Telur ayam
bagian
putih
Jagung
kuning
Wortel
Kaldu ayam
Margarin
Susu skim
Snack
Kolak pisang
Pisang
(blenderized)
kepok
Gula pasir
Santan
TOTAL
KEBUTUHAN
PERSENTASE PEMENUHAN (%)
98,1
37,2
36,9
15
100,
1
108,
76,
4364
,1
87,5
500
472
13,3 99,6
32,2
5,5
50
11
15
16
2.
Interpretasi dari data antropometri, biokimia, dan fisik klinis yaitu status gizi
pasien underweight dilihat dari nilai persen LLA; albumin rendah yang
mengindikasikan malnutrisi; Hb rendah, MCH rendah, MCV rendah yang
mengindikasikan
anemia;
kalium
rendah
dan
klorida
tinggi
yang
Pemberian diet pada pasien bertujuan untuk meningkatkan status gizi hingga
mencapai normal dengan cara memberikan dan meningkatkan kebutuhan
energi tanpa memperberat kerja usus, mengganti protein dan zat besi akibat
pasca bedah dengan cara meningkatkan kebutuhan protein dan zat besi,
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara meningkatkan
kebutuhan kalium dan cairan, dan memberikan makanan sesuai daya terima
pasien. Makanan diberikan dalam porsi kecil namun sering dengan cara
memberikannya setiap 2-3 jam sehari. Semua bahan makanan dianjurkan,
namun memperhatikan jenis-jenis bahan makanan yang memiliki kandungan
fitat dan polifenol tinggi karena dapat menghambat penyerapan Fe, serta
menghindari makanan yang bergas.
4.
Desain menu dilakukan dengan cara melihat penyakit pasien terlebih dahulu
untuk
menentukan
diet
yang
digunakan.
Kemudian
menentukan
dan
menghitung kebutuhan energi dan zat gizi sesuai kondisi pasien yang
selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahan makanan yang dipakai beserta
jumlahnya. Kemudian dari bahan makanan tersebut ditentukan cara persiapan
makanannya untuk selanjutnya dikembangkan menjadi menu makanan. Faktorfaktor yang mempengaruhi desain menu adalah kebutuhan gizi pada individu
yang didasarkan pada umur, jenis kelamin, TB, serta jenis penyakit pada pasien.
Selain itu, perlu diperhatikan adanya variasi makanan, kebiasaan makan, dan
sosial budaya dari pasien, iklim atau musim, keadaan pasar, peralatan, dana
yang tersedia, teknik dan cara pemasakan serta modifikasi menu. Syarat dalam
mendesain menu adalah makanannya harus sehat, sesuai dengan kondisi
pasien dan rekomendasi untuk pasien, makanan aman dikonsumsi dan terbebas
17
Menu yang didesain untuk pasien dengan memperhatikan sosio ekonomi pasien
yang rendah dan biasanya sebagian besar orang malas untuk memasak
beberapa kali tiap kali ingin makan, sehingga kami memilih untuk membuat 1
macam menu makanan utama, yaitu sup krim jagung (blenderized) yang dibagi
3 kali makan dan 1 macam snack yaitu kolak pisang (blenderized) yang dibagi 3
kali makan. Makanan ini diberikan setiap 2-3 jam sehari, sehingga jadwal makan
pasien adalah makan utama dimulai pada pukul 07.00 WIB, kemudian dilanjut
makan snack pada pukul 09.00 WIB, dilanjutkan kembali makan utama pukul
13.00 WIB, dilanjutkan kembali makan snack pada pukul 15.00 WIB, dilanjutkan
kembali makan utama pukul 18.00 WIB, dan makan snack terakhir pada pukul
20.00 WIB.
B. REKOMENDASI
Skenario klinik pada week 5 ini mampu mengingatkan kembali dan memberikan
pengetahuan mengenai bagaimana keterkaitan kanker dengan obstruksi, cara
mendesain menu yang baik dengan memperhatikan sosial ekonomi pasien, serta
prinsip-prinsip diet sesuai kondisi pasien. Sebelumnya skenario ini cukup menjebak
mahasiswa dengan menyebutkan bagaimana ADIME untuk pasien, sehingga terkait
maksud dari skenario diharapkan dapat diperjelas kembali pada skenario week
berikutnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Aditian, Nari. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Gizi Remaja Putri
SMP 133 Di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Tahun 2009. Tidak diterbitkan,
Universitas Indonesia, Depok.
Dorland, Newman. 2009. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta : EGC.
Faradilla, Nova. 2009. Ileus Obstruksi. Tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas
Riau.
Fatmah. 2006. Persamaan (Equation) Tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula)
Berdasarkan Usia dan Etnis pada 6 Panti Terpilih di DKI Jakarta dan Tangerang
Tahun 2005. Makara Kesehatan, 10 (1): 7-16.
Food Science and Technology Strand. 2009. Diet and Planning. Technology and Living.
Gold, Michael S et al. 1999. General Surgery Board Review. USA : Lippincott Williams &
Wilkins.
Hospital For Special Surgery. 2000. Nutrition for Healing. New York : Womens Sports
Medicine Center.
HSG. 2008. Food in Hospital (National Catering and Nutrition Specification for Food and
Fluid Provision in Hospitals in Scotland). Edinburgh : The Scottish Government.
Indrayani. MN. 2014. Diagnosis dan Tata Laksana Ileus Obstruktif. Tidak diterbitkan,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Jung, MY et al. 2004. Estimating geriatric patients body weight using the knee height
caliper and mid-arm circumference in Hong Kong Chinese. Asia Pac J Clin Nutr,
13 (3): 261-264.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interprestasi Data Klinik. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Rupublik Indonesia.
__________. 2012. Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia. Jakarta : Kementrian Kesehatan
19
Republik Indonesia.
Mahan, LK dan Silvya E S. 2008. Krauses Food and Nutrition Therapy 12th Edition.
Philadelphia : Saunders Elsevier.
Martini ED. 2010. Nutrisi Penghambat Kanker Usus Besar. Tidak diterbitkan, Universitas
Indonesia, Depok.
McDowell MA, Fryar CD, Ogden CL. 2009. Antropometric Reference Data for Children and
Adults: United States, 1988-1994. USA : National Center for Health States.
Meilany, Tinuk A dkk.2012. Pengaruh Malnutrisi dan Faktor Lainnya terhadap Kejadian
Wound
Dehiscence
pada
Pembedahan
Abdominal
Anak
pada
Periode
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). 2009. Kamus Gizi, Pelengkap Kesehatan
Keluarga. Jakarta : Buku Kompas.
Puri, Prem. 2011. Newborn Surgery Third Edition. London : Hodder Education.
Rizqhan, Muhammad. 2014. Hubungan Indeks Eritrosit dan Kadar Hemoglobin
terhadap Lokasi Tumor pada Pasien Kanker Kolorektal, Studi Kasus di
RSUP Dr. Kariadi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
Sianturi, VM. 2012. Analisis Diet pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD
Sidikalang. Tidak diterbitkan, Universitas Sumatera Utara.
Supriyanta. 2012. Pengaruh Suplementasi Modisco Putih Telur terhadap Perubahan Kadar
Albumin pada Pasien Bedah dengan Hypoalbuminemia di RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Medica Hospitalia, 1 (2): 130-133.
VanBlarcom, Ahleigh. 2011. An Altered Life Process: Colorectal Cancer. College of Health
and Human Services, Saginaw Valley State University, USA.
Wall, CR et al. 1993. Osmolality Electrolyte and Carbohydrate Type and Oral Rehydration
Solutions: A Controlled Study to Compare the Efficacy of Two Commercially
Available Solutions (Osmolalities 240mmol/L and 340mmol/L).
Journal of
20
21
TIM PENYUSUN
A. KETUA
(125070301111001)
RACHMI FARICHA
(125070301111005)
C. ANGGOTA
(125070300111005)
(125070300111012)
(125070300111023)
AFRIELIA LAILY W
(125070300111032)
(125070300111043)
(125070300111047)
REDY AMUKTI
(125070300111050)
(125070301111002)
(125070307111002)
D. FASILITATOR
Adi Lukas Kurniawan
E. PROSES DISKUSI
1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI
Mampu mengarahkan berjalannya diskusi mahasiswa agar fokus pada
kompetensi dan skenario.
Mampu membantu mahasiswa dalam menggali dan memecahkan masalah
yang terdapat dalam skenario.
Mampu membantu mahasiswa untuk berpikir kritis dalam menanggapi
masalah pada skenario.
Mampu mendampingi mahasiswa dalam melakukan diskusi dengan lancar dan
mengarahkan apabila topik pembahasan mulai menyimpang.
2. KOMPETENSI/HASIL BELAJAR YANG DICAPAI OLEH ANGGOTA DISKUSI
Mahasiswa mampu memahami keterkaitan antara penyakit kanker kolon
transverssum dengan ileus obstruksi.
22
23