Rani Nurmayanti, SST., M.Gizi dan Diniyah Kholidah, SST., S.Gz., MPH.
Tahun 2016
Gambaran Umum
Sal. Cerna saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan, mengabsorbsi zat-zat
gizi, dan mengeksresikan sisa-sisa pencernaan.
Sal. Cerna Terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan
anus.
Gangguan pencernaan dan absorbsi dapat terjadi pada proses menelan, mengosongkan
lambung, absorbsi zat-zat gizi, dan proses buang air besar (defekasi).
Stenosis esofagus
Gastritis akut atau kronik
Hematemesis melena
Penyakit saluran Ulkus peptikum
cerna yang terjadi Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
antara lain : Sindroma Dumping
Divertikulosis
Inflamatory Bowel Disease (IBD)
Hemoroid, Diare, dan Konstipasi.
Diet Penyakit Saluran Cerna Atas
Diet Disfagia
Gambaran Umum
Disfagia Kesulitan menelan karena adanya gangguan
aliran makanan pada saluran cerna.
Penyebab Kelainan sistem saraf menelan, pasca
stroke, dan adanya massa atau tumor yang menutupi
saluran cerna.
Pasien memerlukan penanganan khusus tentang cara
pemberian, maupun bentuk makanannya.
Tujuan Diet Disfagia
Menurunkan risiko
aspirasi akibat masuknya
makanan ke dalam
saluran pernafasan.
Mencegah dan
mengoreksi defisiensi
zat gizi dan cairan.
Syarat Diet Disfagia
Cukup cairan.
Diberikan secara bertahap, dimulai dari makanan cair penuh atau cair kental, makanan saring, kemudian
makanan lunak.
Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersedak atau aspirasi.
Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau sonde.
Macam Diet dan Indikasi Pemberian
Syarat Diet Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama
24-48 jam untuk memberi istirahat pada lambung.
Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum
sudah tidak ada.
Gambaran Umum
Penyakit lambung/Gastrointestinal meliputi Gastritis akut dan kronis, ulkus
peptikum, pasca-operasi lambung yg sering diikuti dg Dumping Syndrome, dan
kanker lambung.
Gangguan Gastrointestinal sering dihubungkan dengan emosi atau psikoneurosis
dan/makan terlalu cepat karena kurang dikunyah, serta terlalu banyak merokok.
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dispepsia Kumpulan gejala
yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrum, kembung, nafsu makan
berkurang, dan rasa cepat kenyang.
Tujuan Diet
Memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung
serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
Diet Penyakit Lambung
Syarat Diet
Mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan.
Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya.
Lemak rendah, 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara bertahap
sesuai kebutuhan.
Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.
Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu tajam, baik secara termis, mekanis,
maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima perorangan).
Laktosa rendah apabila ada gejala intoleransi laktosa Pada umumnya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak.
Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.
Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk
memberi istirahat pada lambung.
Diet Penyakit Lambung
Lambung :
Urea amonia + CO2 (mell. Sekresi Urease oleh
H.pylori).
Gastritis erosive
Bahan erosive yg
merusak lambung.
Gastritis reflux
Berdasarkan Cairan empedu dan
etiologinya : pankreas.
Gastritis hemorrhagic
Gastritis infectious
Gastritis karena atrofi
mukosa lambung
Gastritis Akut
Gejala :
Sindroma dispepsia :
Nafsu makan berkurang (anoreksia nervosa)
Perut kembung (fullness/distended)
mual (nausea), muntah (vomiting)
Nyeri epigastrium
Flatulensi
Kadang disertai perdarahan (hematemesis,melena)
Diare, kejang
Sakit kepala, rasa tidak enak badan
Acute Gastritis
Diagnosis
Gambaran klinis
Gambaran lesi mukosa lambung
Gambaran radiologi
Komplikasi
Perdaarahan saluran cerna bagian atas, berupa hematemesis, melena yang dapat berakhir
dengan shok hemorragik
Terapi
Medikamentosa Antasid, antikolinergik, antagonis reseptor H2, sukrafal dan prostaglandin
Istirahat
Terapi diet
Gastritis Akut
Tujuan diet
Memberikan energi/zat gizi secara adekuat
Memelihara status gizi pasien
Mengurangi gejala dan keluhan pasien
Mencegah terjadinya komplikasi penyakit
Menghindari makanan pemicu penyakit
Prinsip diet
Energi sesuai kebutuhan
Rendah lemak
Tinggi cairan
Rendah serat
Gastritis Akut
Syarat diet
Energi dan zat gizi sesuai kebutuhan
Rendah lemak (<30% total kalori) / bertahap 40-50 g/hr
mengatasi sindroma dyspepsia
Tinggi cairan (2000-2500cc/hari) dehidrasi
Mempertimbangkan konsistensi dan bentuk makanan
Puasa 24-48 jam mengistirahatkan lambung
Bila perdarahan NGT (+air es) homeostasis, +TPN (24-48
jam)
Bila nyeri dan mual hilang, berikan makanan bertahap dari cair
lunak
Frekuensi makan sesuai keadaan penyakit (dporsi kecil dan sering)
Menghindari bahan makanan dan bumbu yang merangsang dan
makanan yang memperberat keluhan pasien
Gastritis Akut
Patofisiologi
Belum diketahui dengan pasti.
Etiologi
Infeksi bakteri H. pylori,
TBC, MIA dan nefritis (tidak langsung)
Atrofi gastritis dan kehilangan sel tertentu
Alkohol yang mempengaruhi kelainan mukosa
Perkembangan prognosis gastritis akut
Gejala kehilangan nafsu makan
Perut terasa penuh/kembung
Sendawa (belching)
Kadang nyeri epigastrium
Mual dan muntah
Gastritis Kronis
Diagnosis
Pemeriksaan endoskopi
Pemeriksaan histopatologi
Kultur mikoroorganisme
Rapid ureum test (CLO)
Pemeriksaan serologi H. Pyloris
Pemeriksaan serum B12
Komplikasi
Perdarahan sal. cerna bag. atas, ulkus, perforasi, anemia
B12
Gastritis Kronis
Tujuan diet :
Memberikan makanan secara adekuat
Memelihara status gizi pasien
Mengurangi gejala dan keluhan pasien
Memperbaiki pola dan kebiasaan makan
Mencegah terjadinya komplikasi penyakit
Menghindari makanan pemicu
Prinsip diet :
Energi sesuai kebutuhan
Rendah lemak
Tinggi cairan
Rendah serat
Gastritis Kronis
Patofisiologi
Mekanisme kerusakan mukosa : Gangguan keseimbangan faktor agresif faktor
defensif
Ulkus gastrikum tjd pd daerah antrum lambung dan berhubungan dg H. Pylori pd
epitelnya dg melepas pepsin >>> shg merusak mukosa
Ulkus duodenum tjd di sekitar 3 cm dari pilorus dimana keasaman lambung tinggi dgn
berbagai perubahan yg menyebabkan masuknya chime asam ke duodenum shg tdk
dpt dinetralisir.
Ulkus esofagus tjd krn esofagitis akibat regurgitasi berlebihan.
Ulkus Pepticum
Etiologi
H. pylori
Faktor predisposisi :
Kebiasaan makan dan minum yang salah
Kebiasaan merokok yang berlebihan
Kebiasaan mengkonsumsi aspirin dan NSAID
Stress fisik dan emosional
Herediter (banyak sel parietal menghasilkan HCl)
Keadaan lambung, yaitu :
Hipersekresi getah lambung (gaster juice)
Hiperaktivitas isi lambung
Refluks asam empedu dalam lambung dari duodenum
Ulkus Pepticum
Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium : HCl, plasma protein
Pemeriksaan fisik : nyeri tekan epigastrium
Gastric analisys
X-ray : pemeriksaan barium intake
Fluoroscopic
Gastroscopy : biopsi pemeriksaan histo patologi
Komplikasi
Perdarahan (hematemesis,melena)
Perforasi lambung/duodenum nyeri mendadak, ulkus baru dan akut
Stenosis pada ulkus duodenum
Degenerasi keganasan
Ulkus Pepticum
Tujuan diet
Memberikan makanan adekuat kebutuhan gizi :
dan menetralisir asam lambung
Mengistiratkan lambung <<< sekresi asam
Memelihara daya tahan thd asam lambung
Memelihara status gizi pasien
<<< Gx dan keluhan pasien
Memperbaiki pola/kebiasaan makan
Mencegah terjadinya Kx penyakit
Menghindari makanan pemicu
Prinsip diet
Energi sesuai kebutuhan
Tinggi protein
Cukup lemak,KH, serat
Ulkus Pepticum
Syarat diet
Energi dan zat gizi memenuhi kebutuhan tubuh
protein (1,5 gr BB/hr) penetralisir asam lambung mempercepat
penyembuhan
Cukup lemak (tak jenuh) menghambat sekresi lambung, hiperaktivitas
lambung
Saat perdarahan, non oral mengistirahatkan lambung
Kondisi membaik, makanan cair sampai makanan biasa
Frekuensi makan 3x makan utama, porsi kecil dan sering
Menghindari BM, bumbu merangsang
Serat menjaga pertahanan mukosa lambung/duodenum
Makan dalam suasana tenang, nyaman dan tidak tergesa-gesa
Gastroenteritis
GE terbagi :
Patofisiologi
Mekanisme dasar timbulnya GE (diare) :
Gangguan osmotik (malabsorbsi)
Makanan tidak dpt diserap tek.osmotik rongga
usus pergeseran cairan, elektrolit
Gangguan sekretorik
Rangsangan (toksin) sekresi air, elektrolit rongga
usus isi usus diare
Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik absorbsi diare
Hipoperistaltik bakteri >> iritasi diare
Gastroenteritis
Etiologi
Infeksi :
Infeksi enteral : infeksi sal.cerna oleh virus (enterovirus), bakteri (vibrio,
salmonella, E.coli, dll.) dan parasit (cacing askaris, protozoa, jamur)
Infeksi parenteral : infeksi di luar sal. cerna seperti BP, OMA, faringitis, dll.
Malabsorbsi (karbohidrat, protein, lemak, gluten) pada GE kronis
Malnutrisi
Kerusakan mukosa usus halus, perubahan pasase usus
Makanan yang terkontaminasi (intoksikasi)
Psikologis (takut, cemas)
Imunodefisiensi (IgA) pada GE kronis
Diare osmotik, diare sekretorik, diare eksudatif.
@_dieny
Gastroenteritis
Gejala
Diare berat (BAB >>>), feses cair/encer (+ lendir, darah)
Mual dan muntah, nafsu makan <<<
Anus dan sekitarnya merah, lecet
Dehidrasi (cairan dan elektrolit <<<)
Diagnosis
Pemx fisik : suhu, ekstrimitas abdomen, mata, turgor, anus, dll. Gx pasien
Pemx lab. : feses (makroskopik dan mikroskopik), pH, kadar gula, ganggauan
keseimbangan asam basa, elektrolit, darah, dll.
feses : bentuk (cair, padat), bau, adanya bahan (lemak, darah, zat tdk
tercerna), frekuensi.
@_dieny
Gastroenteritis
Komplikasi
Beberapa perubahan akibat GE adalah :
Kehilangan cairan (dehidrasi)
Perubahan keseimbangan asam dan basa
Gangg. sirkulasi darah absorbsi nutrisi <<
Gangguan gizi dan hipoglikemia
Dari segi nutrisi, GE berakibat thd kead. gizi :
Pemasukan makanan berkurang
Absorbsi makanan berkurang
Metabolisme, fungsi endokrin terganggu
Kehilangan cairan dan elektrolit
@_dieny
Gastroenteritis
Terapi
Cairan intravena dehidrasi
Antacid, anti sekresi, anti spasmodik, dll.
Bed rest (mental dan fisik)
Diet
Pada bayi dan anak (ASI, susu diencerkan, LLM,
free lactose), bubur tepung, lunak dan rendah
selulosa)
Pada dewasa (lunak, rendah selulosa, mudah cerna)
@_dieny
Gastroenteritis
Tinggi kalori
Tinggi protein
Prinsip Diet Rendah lemak
Tinggi cairan
Rendah serat
@_dieny
Gastroenteritis
Syarat Diet
Tinggi energi memenuhi kebutuhan tubuh
mencegah mobilisasi protein energi
Tinggi protein mencegah kerusakan mukosa usus
Rendah lemak (tergantung kondisi pasien)
Karbohidrat kompleks memudahkan pencernaan karbohidrat
Tinggi cairan
mengganti cairan hilang
mencegah permeabilitas usus
BM mengandung Zn dan K
Mudah cerna, rendah serat (kecuali serat larut)
Bentuk makanan sesuai kemampuan digenti dan absorbsi tubuh
@_dieny
Porsi kecil dan sering
Gastroenteritis
Fase puasa
Puasa oral 24-48 jam
Fase realiminasi
Fase Terapi Diet : Pada anak menggunakan susu
formula
Fase kembali ke makanan biasa
Diberikan suplementasi
vitamin dan mineral
@_dieny
Suatu keadaan yang menggambarkan kondisi, dimana terdapat
gejala-gejala tertentu setelah seseorang mendapat masukan
laktosa.
Etiologi
Reaksi farmakologi, seperti pada makanan yang mengandung histamin, tiramin dan
esiramin (keju, ragi, tape, makanan kalengan)
Food additive ( seperti pada MSG pada penyedap rasa, sodium nitrat pada keju)
Toksin pada makanan (aflatoksin, mercuri pada air laut)
Kelainan gastrointestinal (defisiensi enzim laktosa, maltosa, makanan berlemak)
Infeksi parasit (seperti pada makanan yang sudah basi)
Kongenital
Intolerance
Gambaran Umum
Penyakit Usus Inflamatorik merupakan peradangan terutama
pada ileum dan usus besar dengan gejala :
Diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen
Berat badan berkurang
Nafsu makan berkurang
Demam
Kemungkinan terjadi steatorea (adanya lemak dalam feses).
Penyakit ini dapat berupa Kolitis Ulseratif dan Chrons
Disease.
Diet Penyakit Usus Inflamatorik
(Inflammatory Bowel Disease)
Syarat Diet
Pada fase akut dipuasakan dan diberikan makanan secara parenteral saja.
Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari bentuk cair
(per oral maupun enteral), kemudian meningkat menjadi Diet Sisa Rendah dan Serat
Rendah.
Bila gejala hilang dapat diberikan Makanan Biasa.
Kebutuhan Gizi yaitu : Energi tinggi dan Protein tinggi, Suplemen vitamin dan mineral
antara lain Vit. A, C, D, asam folat, Vit. B12, kalsium, zat besi, magnesium, dan seng.
Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asam lemak rantai sedang
(MCT) dapat diberikan karena sering terjadi intolerasi laktosa dan malabsorbsi lemak.
Cukup cairan dan elektrolit.
Menghindari makanan yang menimbulkan gas.
Sisa rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa.
Typhus Abdominalis
Gejala :
Bed rest
Obat (antibiotika, multivitamin)
Diet
Typhus Abdominalis
TERAPI :
Obat-obatan, disesuaikan berat ringannya penyakit
Diet :
TETP
Tinggi cairan bila dehidrasi
Cukup zat gizi lain (berat,diberikan preparat besi)
Bentuk makanan lunak, mudah cerna
Pilih bhn makanan dengan kand. Serat rendah
Porsi kecil dan sering, disajikan menarik.
Colitis Non Ulcerosa/Irritable Colon Syndrome
TETP
Tinggi cairan bila dehidrasi
DIET :
Cukup zat gizi lain (berat,diberikan preparat besi)
Bentuk makanan sesuai kemampuan penderita
Pilih bhn makanan dengan kand. Serat rendah
Porsi kecil dan sering, disajikan menarik.
Konstipasi
Kebiasaan BAB bervariasi untuk tiap orang, normal 3-12 kali/mgg, dgn
massa feses 35-235 gr/sekali, 7-12 jam sesudah makan.
Penyebab Konstipasi
Kehamilan
Abnormalitas neurogenik
Konstipasi
TERAPI DIET :
Pada kondisi akut : makanan cair
Bila sudah teratasi : berangsur-angsur kembali ke makanan biasa,
tinggi serat, supaya pengeluaran sisa makanan lancar.
Haemorrhoid
Gejala :
TERAPI :
Obat-obatan, pembedahan bila kondisi memburuk
DIET :
Pada kondisi akut : diet rendah sisa, rendah serat.
Bila keadaan membaik, makanan cukup serat
Minum 8-10 gls/hari
Makan teratur, hindari makanan pedas