Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN GIZI

PENYAKIT HATI
April 2021
Hati ■ Hati merupakan organ yang penting dalam
metabolisme, penyimpanan dan distribusi zat
■ Merupakan organ saluran cerna. gizi.

■ Berperan penting dalam proses ■ Pada penyakit hati baik akut maupun kronis,
pencernaan dan metabolisme zat gizi. perlu diperhatikan pemberian gizi yang
optimal.
■ Gangguan yang terjadi pada organ ini
akan berdampak terhadap status gizi ■ Pengelolaan gizi yang optimal akan
seseorang menurunkan komplikasi dan memperbaiki
morbiditas dan mortalitas pada penyakit hati
■ Hati merupakan kelenjar ■ Tempat sintesa dari komponen
terbesar dalam tubuh manusia. protein, pembekuan darah,
■ Bertekstur lunak, lentur. kolesterol, ureum & zat-zat
■ Terletak di rongga perut kanan lain yang sangat vital.
atas di bawah kerangka iga bagian ■ Mempunyai tempat
atas cavitas abdominalis tepat di
bawah diaphragma,
pembentukan dan penyaluran
asam empedu,
■ Berat 1,2 – 1,8 kg (2-3% berat
badan). ■ Pusat detoksifikasi racun dan
■ Hati mempunyai peran penting penghancuran (degradasi)
karena merupakan regulator dari hormon-hormon thyroid (misal
semua metabolisme karbohidrat, estrogen)
protein & lemak.
FUNGSI HATI
■ Hati berperan penting dalam Pada metabolisme lemak,
metabolisme karbohidrat, asam-
asam amino, protein, kolesterol ■ Hati berfungsi mengoksidasi asam
dan asam empedu. lemak untuk menyuplai energi bagi
fungsi tubuh yang lain,
Pada metabolisme Karbohidrat,
■ Membentuk sebagian besar
■ Hati berfungsi menyimpan kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein,
glikogen dalam jumlah besar,
■ Serta membentuk lemak dari protein
■ Mengkonversi galaktosa dan dan karbohidrat.
fruktosa menjadi glukosa,
Pada metabolisme asam empedu,
■ Proses Glukoneogenesis dan
■ Hati berfungsi mentransformasi
■ Membentuk banyak senyawa kolesterol menjadi
kimia yang penting dari hasil 7hydroxycholesterol asam kolat dan
perantara metabolisme asam kenodeoksikolat.
karbohidrat.
lanjutan
Pada metabolisme heme, Pada metabolisme vitamin,
■ Heme dioksidasi menjadi ■ Hati berperan dalam pembentukan
asetil CoA dari asam pantotenat,
biliverdin, yang kemudian hidroksilasi vitamin D untuk 25-
dikurangi untuk bilirubin; OH D3,
■ Bilirubin diangkut ke hati ■ Pembentukan 5-metil Asam
di mana akan dikonversi tetrahydrofolic (THFA),
menjadi diglucuronide ■ Metilasi niacinamide, fosforilasi
bilirubin untuk dibuang pyridoxine, defosforilasi thiamin
dengan pigmen empedu serta
■ Pembentukan koenzim B12.
Jenis-Jenis Penyakit Hati

Banyak jenis penyakit hati, di antaranya


adalah
■ Hepatitis virus akut,
■ Hepatitis fulminan,
■ Hepatitis kronik,
■ Hepatitis alkoholik dan
■ Sirosis.
HEPATITIS VIRUS AKUT

■ Hepatitis virus adalah penyakit ■ Berikut manifestasi klinis secara umum pada
hati yang disebabkan adanya penyakit hati :
Inflammasi atau peradangan 1. Penderita dapat mengalami jaundice
hati. (berwarna kuning pada kulit, kuku atau
sklera mata), urin berwarna gelap
■ Penyebab peradangan adalah seperti teh, anoreksia, fatigue, sakit
virus, bakteri, toksin, obstruksi, kepala, nausea, muntah dan
parasit, dan bahan kimia. demam/panas.
■ Jenis virusnya adalah virus A, 2. Liver membesar (hepatomegali) dan pada
B, C, D, dan E. beberapa kasus limpa penderita juga
membesar (splenomegali).
■ Manifestasi klinis penyakit hati
hampir sama untuk semua jenis 3. Pemeriksaan biokimia menunjukkan adanya
peningkatan kadar bilirubin darah, enzim
Hepatitis.
alkaline phosphatase (ALT), dan enzim
alanine transferase (AST).
4 FASE MANIFESTASI KLINIS P.HATI
1. Fase Inkubasi, fase dimana
terjadi gejala malaise, hilang 3. Fase Ikterik, pada fase ini
nafsu makan, mual dan nyeri penderita mengalami jaundice
perut kanan atas. (kulit, membran mukosa dan
2. Fase Pre Ikterik (gejala tidak mata tampak kuning).
spesifik), pada fase ini 4. Fase convaslescent
penderita dapat mengalami
gejala panas badan, athralgia
/recorvery, fase dimana
(nyeri sendi), arthritis (nyeri jaundice dan gejala-gejala di
tulang), rash (ruam), dan atas mulai hilang.
angioedema (udem pada
bibir).
Tabel jenis Hevatitis, masa inkubasi virus dan gejala
JENIS MASA INKUBASI GEJALA

Hepatitis A 14-28 hari, bahkan sampai 50 hari Flu-like illness, jaundice, mual, fatigue, nyeri
abdomen, anoreksia, diare, demam

Hepatitis B Bertahan 7 hari di luar tubuh Flu-like illness, jaundice, mual, fatigue, muntah,
demam, sering tanpa gejala

Hepatitis C Rata-rata 7–9 minggu; Bertahan Sering tanpa gejala sampai sel hati rusak - flu-like
28 minggu illness, fatigue, mual, sakit kepala, nyeri abdomen

Hepatitis D Terjadi dengan adanya inveksi Flu-like illness, jaundice, mual, fatigue, muntah,
HBV demam, sering tanpa gejala

Hepatitis E 2–9 minggu Malaise, hilang nafsu makan, nyeri abdomen, nyeri
sendi, demam

■ Sumber : Sanityoso dan Christine. 2014. Hepatitis Virus Akut : Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Internal Publishing.
ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT HEPATITIS
■ Langkah pertama Asesmen gizi untuk
mengkaji masalah gizi yang mungkin 2. Penurunan berat badan
terjadi pada penderita penyakit hepatitis. yang tidak diharapkan :
■ Penderita penyakit hepatitis dengan
dapat terjadi karena
manifestasi yang ada dapat memberikan asupan oral yang
implikasi gizi sebagai berikut : inadekuat.
1. Asupan oral inadekuat : dapat terjadi 3. Defisiensi zat gizi : dapat
karena adanya gejala-gejala mual, muntah, terjadi karena asupan oral
hilang nafsu makan, nyeri abdomen, yang inadekuat.
anoreksia, demam, dll.
4. Interaksi obat dan
makanan (treatment
HCV).
■ Untuk mendapatkan data ■ Selain data asupan, juga
asupan makanan untuk dibutuhkan data biokimia dan
menentukan konsumsi data fisik klinis untuk
makanan/cairan dan yang menunjang penetapan diagnosa
dapat diterima oleh pasien, gizi (langkah kedua dari proses
■ Dilakukan dengan metode asuhan gizi terstandar).
survei konsumsi 24-hour ■ Berikut adalah contoh
recall, diet history, atau food komponen yang dikumpulkan
diary. untuk dikaji pada langkah
asesmen gizi pada pasien
dengan hepatitis, berikut
interpretasinya.
Contoh komponen yang dikaji pada hepatitis, berikut
interpretasinya.

Penilaian Hasil Interprestasi

SGPT-SGOT SGOT > 40 U/L Terjadi kerusakan sel hati


SGPT > 35 U/L

Total Serum > 18 umol/L Meningkat – liver tidak dapat membuang


Bilirubin bilirubin atau kelebihan destruksi sel darah

Berat badan Turun ≥ 5% dalam 1 bulan Penurunan berat badan yang tidak diharapkan.
atau ≥ 10% dalam 6 bulan Dampak Asupan tidak sesuai dengan kebutuhan

Penampilan fisik Kulit dan sklera mata Bilirubin meningkat- gangguan fungsi hati
berwarna kuning

Mulut Luka di bagian ujung - Defisiensi vtamin dan atau mineral


cheilosis
Beberapa contoh diagnosa gizi pada hepatitis
1. Gangguan utilisasi zat
gizi (P atau Problem) 2. Asupan oral tidak adekuat
berkaitan dengan (P atau Problem) berkaitan
hepatitis (E atau dengan mual, muntah (E
Etiologi) atau Etiologi)
ditandai/dibuktikan ditandai/dibuktikan
dengan SGOT dan dengan asupan energi
SGPT abnormal, kurang dari kebutuhan,
bilirubin tinggi, tampak penurunan berat badan,
kuning (SS atau Signs dan tampak kurus (SS atau
dan Symtomps). Signs dan Symtomps).
Intervensi Gizi
■ Tujuan intervensi gizi pada ■ Tujuan intervensi disesuaikan
penyakit hati adalah untuk: dengan masalah gizi yang ada dan
untuk mendukung regenerasi sel;
■ Mencapai status gizi ■ Memberikan makanan dan cairan
optimal atau yang terbaik;
■ Mempertahankan status ■ Memodifikasi frekuensi makan yang
gizi optimal tanpa sering dengan porsi kecil
memberatkan fungsi hati. ■ Untuk mengatasi anoreksia; dan
tidak ada pembatasan makanan
selain alkohol.
Contoh rencana intervensi gizi
Diagnosa Gizi Intervensi Gizi

Problem Gangguan utilisasi zat gizi Tujuan :


Memberikan makanan sesuai
kemampuan tubuh dengan gangguan
metabolisme zat gizi
Etiologi Penyakit hepatitis Strategi :
Pemberian terapi diet hepatitis
Sign/ SGOT dan SGPT
symtom abnormal, bilirubin tinggi,
tampak kuning
Preskripsi Diet
a. Pembatasan lemak < 30%
1. Energi tinggi untuk mencegah b. Kurangi lemak sumber Long Chain
pemecahan protein, yaitu 40-45 Triglycerides (LCT) atau lemak dengan
Kalori/kg berat badan
rantai carbon panjang dan gunakan
2. Protein agak tinggi sebagai upaya lemak sumber Medium Chain
anabolisme protein, 1.2 – 1.5 Triglycerides (MCT) atau lemak dengan
gram/kg berat badan rantai karbon sedang, karena lemak ini
tidak membutuhkan aktivasi enzim
3. Kebutuhan lemak cukup, yaitu 20- lipase dan empedu dalam
25% total energi dengan bentuk metabolismenya. Namun penggunaan
mudah cerna atau emulsi. Bila ada harus hati-hati jika ada risiko diare
gangguan utilisasi lemak (jaundice
atau steatorrhea), maka diberikan :
4. Karbohidrat, sisa total energi, dan 7. Kebutuhan cairan diberikan lebih dari
didistribusikan porsi kecil tapi sering biasa, kecuali bila ada kontraindikasi,
untuk menghindari kondisi hipoglikemia seperti udema atau asites.
dan hiperglikemia. 8. Bentuk makanan lunak (bila ada mual dan
5. Vitamin sesuai tingkat defisiensi. Bila muntah) atau bentuk makanan biasa.
perlu dengan suplemen vitamin B 9. Pemilihan bahan makanan, Bahan
kompleks, vitamin C, dan vitamin K. makanan yang dibatasi adalah bahan
6. Kebutuhan Mineral sesuai kebutuhan, makanan sumber lemak (daging
jika perlu diberikan suplemen zat besi berlemak), dan bahan makanan yang
(Fe), seng (Zn), Magnesium (Mg), mengandung gas, seperti ubi, kacang
kalsium (Ca), dan Fosfor (P). Untuk merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian,
natrium (Na) dibatasi bila ada udema nangka. Sedangkan bahan makanan yang
atau asites, yaitu 2 gram/hari. tidak dianjurkan adalah makanan dan
minuman mengandung alkohol, teh dan
kopi kental.
Monitoring dan Evaluasi Gizi

■ Tujuan langkah ini adalah untuk ■ Komponen yang dimonitor dan


melihat efektifitas intervensi gizi dan dievaluasi sesuai dengan tanda dan
progres dari tujuan perencanaan yang gejala (Sign dan Symptom atau SS)
telah dibuat. dari masalah gizi yang telah
ditetapkan, yaitu : toleransi pasien
terhadap makanan yang diberikan,
perubahan berat badan pasien,
perubahan nilai laboratorium, serta
kenyamanan pasien terutama dalam
hal makan.
Contoh monev
ND

Problem Gangguan utilisasi zat gizi Tujuan :


Memberikan makanan sesuai kemampuan tubuh
dengan gangguan metabolisme zat gizi

Etiologi Penyakit hepatitis Strategi :


Pemberian terapi diet hepatitis

Sign/ symtom SGOT dan SGPT abnormal, Rencana monev gizi :


bilirubin tinggi, tampak kuning Perbaikan nilai SGOT dan SGPT, bilirubin, hilang
penampilan tampak kuning
Sirosis Hepatis

■ Adalah penyakit hati menahun yang ■ Pasien sirosis dapat masuk dalam fase
ditandai dengan proses peradangan, dekompensasi bila terdapat 5 dari 7
nekrosis hati, penambahan jaringan gejala berikut :
ikat difus ■ Spider nevi,
■ Etiologi : hepatitis kronis, alkohol, ■ Asites,
penyumbatan saluran empedu
■ Splenomegali,
■ Gejala klinis: mual, muntah, tidak
■ Albumin menurun,
bugar, spider nevi, asites,
hematemesis melena, erithema ■ Hematemesis melena,
palmalis. ■ Erithema palmaris,
■ Vena kolateral
lever

Stadium terakhir gangguan & degenerasi hati


Jaringan dan sel hati rusak digantikan jaringan ikat
yang tdk aktif (fibrosis difus)
Sebagian sel hati mati (nekrosis)
Sel hati mengecil dan mengeras (noduler) ,
terbentuk jaringan parut
Hati kehilangan fungsi secara permanen
Tidak bisa disembuhkan
21
SIROSIS HEPATIS

Definisi :
Penyakit hati kronis, ditandai dg Etiologi :
proses peradangan, nekrosis hati, • Malnutrisi
dan penambahan jaringan ikat • Hepatitis virus
difus dengan terbentuknya • Alkohol hepatotoksis
nodul yg menganggu susunan
lobulus hati
Klasifikasi
1. Makroskopis :
•SH Makronoduler
•SH Mikronoduler
2. Gejala Klinis :
•SH Terkompensasi
•SH Dekompensasi
22
1. MAKROSKOPIS

SH Mikronoduler : SH Makronoduler :
• regenerasi nodul • Regenerasi nodul
kecil = 1 mm besar > 1 cm
• alkoholisme, • Hepatitis virus berat
• obat-obatan, or nekrosis luas
• gangguan nutrisi

Di Indonesia 30 – 40 %
penyebab sirosis hepatis
berhubungan dengan
Hepatitis virus B

23
2.GEJALA KLINIS

STADIUM LANJUT
I. STADIUM AWAL (SH Dekompensasi)
(SH Terkompensasi) • Varises esofagus
• Mual • Splenomegali
• Anoreksia • Asites, Edema
• Kembung • Ikterus
• Malaise • Spidernevi
• Urine sprt air teh • Palmaris erythema
• BB menurun
• Anemia
• Hematemesis, melena
• Encefalopati

24
Gangguan Metabolisme Zat Gizi : Pasien Sirosis Hati sering :
Protein, Karbohidrat, Lemak,
vitamin, mineral • Malnutrisi Protein dan Kalori
• Status gizi buruk, karena :
 Asupan mkn krg, disfungsi
hati dlm metab. makanan
Gangguan Fungsi Hati :  Penurunan BB, mual,
Anabolisme, Katabolisme anoreksia

25
GANGGUAN METABOLISME ZAT GIZI :

1. Gangguan Metabolisme Protein (utama)


Penggunaan AARC meningkat, shg kosentrasi AARC
( valin, isoleusin, leusin) plasma rendah, sedangkan
kosentrasi AAA (metionin, glutamin, cystin) meningkat
pembentukan neurotransmiter palsu

Terjadi penurunan deaminase (sintesis urea) , shg terjadi


hiperamonia dalam darah, hipo albumin
Rasio normal AARC : AAA = 3 – 3,5

Sirosis hati rasio AARC : AAA = 1 – 1,5


indikator risiko encefalo hepatikum

26
GANGGUAN METAB…..LANJUTAN

2. Gangguan Metabolisme Karbohidrat


 Kekurangan karbohidrat dari makanan
energi yang dihasilkan menurun
Mobilisasi protein endogenous utk energi
Cadangan lemak dikatabolisme menjadi energi.
Katabolisme lemak ini menghasilkan benda keton.

3. Gangguan metabolisme lipid


 Terjadi penurunan ester kolesterol dan HDL, peningkatan
trigliserida dan menurunnya produksi lipase.

4. Gangguan metabilisme vitamin dan mineral


 Vitamin yg disimpan dihati : vit. A, D, E dan K
Mineral yg disimpan dihati : besi( feritin), tembaga, Zn, Mg.
Zn dan Fe sering defisiensi pd keadaan malnutrisi
27
PENATALAKSANAAN :
 Medikamentosa, Terapi Nutrisi
dan Penilaian kualitas hidup.

Terapi Nutrisi
Tujuan :

Mempertahankan dan memperbaiki status gizi


Mencegah kerusakan sel hati lebih lanjut
Mencegah atau menghindari terjadinya EH

28
1. Asupan Protein :
 Ideal : 1 – 1.5 gr/kg BBI /hr
Bila dibatasi : 0.5 – 0.75 gr/kg BBI / hari

2. Asupan Energi :
 Pasien dengan edem dan
acites = 25 - 35 kkal/kg BBI/ hr atau
( 1.2 – 1.5 kali BEE Harris Benedict)
 Pasien dgn stres tinggi 40 – 50 kal/kg BBI
/hari atau 1.5 kali BEE

29
3. Asupan lemak :
 25 – 30 % dari total kalori tgt kondisi Pasien
 Bila steatore dan icterik lemak
dibatasi 20 – 50 gr / hari
 Berikan MCT/MCFA

4. Asupan mineral dan vitamin


 Ascites : batasi natrium 200 – 500 mg / hari,
batasi cairan maksimal 1 ltr / hari
 Perlu suplemen Zn oral 600 mg/hari, Fe dan
vit. B komplek dan C

5. Serat nabati perlu untuk mencegah konstipasi


dan encefalopati hepatickum
6. Mkn mdh cerna, tdk merangsang, tdk bergas, porsi
kecil ( 4 – 6 porsi sehari)

30
Sirosis hati dengan hematemesis melena

■ Menyebabkan kenaikan asam amino ■ Nutrisi diberikan secara parenteral,


aromatik puasa peroral sampai perdarahan
berhenti
ensefalopati hepatik
■ Nutrisi per oral/enteral dapat dimulai
dengan susu yang mengandung
BCAA (aminoleban, Falkamin)
bertahap ke makanan biasa
Sirosis Hati dengan Ensefalopati hepatik

■ Ditandai kesadaran menurun sampai ■ Parenteral berupa dekstrose, maltose


koma dan BCAA
■ Makanan dalam bentuk cairan yang ■ Setelah fase ensefalopati
mengandung karbohidrat sederhana, protein diberikan bertahap dimulai
sumber protein tidak diberikan dari 10-20 gr/hari dinaikan
menjadi 40 g/hari
■ Gejala ensefalopati hepatikum : ■ Pencetus ensefalopati hepatikum :
perubahan pola tidur, bicara kacau, perdarahan saluran cerna, muntah,
gelisah, sukar konsentrasi, gejala diare, infeksi, peningkatan amonia
emosi darah, toksisitas

■ Bila proses berlanjut jatuh pada koma


hepatikum
■ Definisi :
Suatu sindrom neuropsikiatris yang tdd perubahan kesadaran,
penurunan intelektual dan kelainan neurologis

■ Gejala Klinis :
Kebingungan, apati, perubahan kepribadian, kontraksi otot, flapping
tremor (asteriksis) dan hiperamonia pada setiap sirkulasi darah

34
Penyebab :
 Hati tdk bs merubah amonia mnjdi urea stlah makan protein
Hiperamonia Intoksifikasi Sistem Syaraf Pusat

 AAA meningkat pembentukkan neoro transmiter palsu

35
■ Bila ada tanda intoksikasi seperti flapping tremor, pasien sudah terancam
koma hepaticum :
 Protein diturunkan (0.5 g/kgBBI/hari)
 Berikan protein dgn nilai biologi tinggi
 Bila encefalopati berat :
Tdk diberikan protein , stlh itu dinaikan secara perlahan 10 - 15 gram/hari
sampai mencapai
1 gr/kgBB
 Pada encefalopati dianjurkan pemberian BCAA 50 % dr total protein
yang dimakan, 22 % asam amino lainnya.

36
■ BCAA mendukung perbaikan hati dgn cara :
– Promosi sintesa protein diotot
– Meningkatkan pengambilan dan menggabungkan asam amino aromatik di otot
– Menurunkan AAA tgkt intraserebral dengan bersaing sistem transpor pada blood
brain barrier
– Meningkatkan sintesa protein dihati

37
Bahan Makanan Sumber

Sumber BCAA (isoleusin, leusin dan valin):


kacang-kacangan, beras, buah-buahan
dan sayuran

Sumber asam amino bersifat aminogenik ( glisin,


serin, treonin,glutamin, glutamin , histidin, lisin dan
aspargin) : mayones, keju cedar, margarin,
bawang merah, ayam keju kacang tanah, gelatin
dan mentega

38
Syarat Diet

■ Energi tinggi diberikan bertahap ■ Lemak cukup (20-25%) (sebaiknya


(40-45 kkal/kgBB) MCT)
■ Protein tinggi (1,25 – 1,5 gr/kgBB) ■ Vitamin dan mineral diberikan sesuai
dgn tingkat defisiensi
Pada hepatitis fulminan dan
ensefalopati, protein 30 – 40 gr/hari. ■ Pada asites atau edema cairan
dibatasi
Sirosis terkompensasi diberikan
protein 1,25 g/kg BB. Protein nabati ■ Na tergantung pada tingkat edema,
dapat mengurangi ensefalopati, tetapi asites, serta obat diuretika
sering menimbulkan rasa kembung ■ Bila ada mual dan muntah
dan penuh mkn lunak
DIET HATI I : Energi + 1400 kalori, Protein + 30 gram
Kondisi: keadaan akut, EH bila prekoma bisa diatasi,
Bentuk : Cincang atau Lunak ( DH I Garam Rendah tergntg ascites)
Jenis : Makanan Padat dan Makanan Padat + Formula AARC

DIET HATI II : Energi + 2000 kalori, Protein + 50 gram


Kondisi : perpindahan DH I, SH Dekompensasi, nafsu makan cukup
Bentuk : Lunak atau biasa ( DH II Garam Rendah trgntg ascites)

DIET HATI III : Energi + 2400 kalori, Protein + 80 gram


Kondisi : perpindahan DH II, SH Terkompensasi, nafsu makan baik
Bentuk : Lunak atau biasa ( DH III Garam Rendah trgtng ascites

40
Perbedaan Diet Hati Baru dan Lama
Diet Penuntun Diet Lama Penuntun Diet Baru
DH I Cair tanpa protein Lunak rendah protein
(0,5g/kg BB/hr) 30g/hr
DH II Lunak rendah protein Lunak cukup protein (1g/kg
(0,5g/kg BB/hr) BB/hr)

DH III Lunak cukup protein (1g/kg Lunak/biasa, sirosis yang


BB/hr) nafsu makannya bagus

DH IV Lunak/biasa tinggi protein


(1,5 g/kg BB/hr)
Bahan makanan yang dibatasi:

■ Dari sumber lemak: semua ■ Bahan Makanan yang


bahan makanan dan daging tidak dianjurkan
yang banyak mengandung
lemak dan santan serta ■ Alkohol
■ Bahan makanan yang ■ Teh kental
menimbulkan gas seperti ubi, ■ Kopi kental
kacang merah, kol, sawi,
lobak, ketimun, durian, dan
nangka.
Studi Kasus
■ Seorang pasien wanita usia 24 tahun baru-baru ini masuk ke rumah sakit dengan
keluhan pusing, mual dan muntah. Pasien juga mengeluh demam tinggi pada sore
menjelang malam dan agak turun waktu pagi hari. Kondisi ini sudah berlangsung
selama satu minggu. Dokter mendiagnosa pasien dengan Hepatitis A dan pasien
dianjurkan untuk dirawat inap. Pasien berasal dari Jawa Tengah dan kost di Bandung
karena bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di suatu rumah sakit pemerintah
bersama seorang temannya. Setiap hari pasien selalu jajan untuk makan pagi, siang dan
sore di pinggir jalan sekitar kostan dan rumah sakit tempatnya bekerja. Selama ini
pasien tidak mengetahui faktor risiko makanan yang aman terhadap penyakit hepatitis
A. Hasil laboratorium menunjukkan nilai SGOT 500 U/L dan SGPT 650 U/L, Hb 13
g/dL, bilirubin 2 mg/dL. Pasien tampak lemah, pucat dan kuning. Berat badan pasien 45
kg dan tinggi badan 165 cm. Berat badan biasanya sebelum sakit adalah 50 kg. Asupan
makan pasien hanya 50% dari biasanya (asupan energi sekitar 1350 Kalori) dengan
bentuk makanan adalah bubur. Pasien mengeluh tidak ada nafsu makan, mual dan nyeri
perut bagian kanan atas. Sudah 3 hari ini pasien tidak BAB. Informasi lain dari pasien,
yang bersangkutan tidak ada alergi makanan tetapi tidak menyukai susu.

Anda mungkin juga menyukai