Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Bencana merupakan kejadian luar biasa yang terjadi diluar kendali manusia. Tanpa
diketahui waktu terjadinya dan seberapa besar dampak kerugian yang akan ditimbulkan.
Dampak bencana dapat berupa rusaknya lingkungan dan menyebabkan kematian masal.
Besarnya dampak tersebut membuat pentingannya perhatian seluruh masyarakat untuk
kesiapsiap-siagaan dalam menghadapi bencana (Sinaga, 2015). Indonesia merupakan salah
satu negara yang sangat rawan dengan bencana alam. Potensi bencana tersebut yaitu gempa
bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, gunung api, dan
masih banyak lagi. Pada wilayah bencana, kebutuhan layanan kesehatan dan pangan akan
meninggkat. Untuk itu penanggulangan bencana terkhusus untuk pemenuhan status gizi
penyintas bencana perlu menjadi perhatian dan prioritas dalam manajemen penanggulangan
bencana. Terpenuhnya asupan gizi penyintas bencana diharapkan mampu mencegah
terjadinya bencana selanjutnya seperti wabah penyakit akibat penurunan status gizi para
penyintas bencana.

Julukan sebagai negara dengan laboratorium bencana sudah melekat bahkan tidak
asing lagi terdengar untuk negara Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan salah satu
negara yang sangat rawan dengan bencana alam. Bukan hanya dikenal rawan bencana,
bencana alam yang sering melanda Indonesia bahkan beberapa tidak pernah terjadi atau baru
pertama kalinya terjadi di Indonesia. Potensi bencana tersebut yaitu gempa bumi, tsunami,
banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, gunung api, dan masih banyak
lagi (Oktari, 2019).

Yang hingga kini masih sering diperbincangkan yaitu bencana likuefaksi. Likuefaksi
atau peristiwa pencairan tanah, terjadi belum lama ini di Indonesia tepatnya di Kota Palu,
Sulawesi Tengah. Likuefaksi adalah fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh
kehilangan kekuatan akibat adanya getaran secara mendadak, sehingga tanah yang padat
dapat berubah wujud menjadi cair. Tidak hanya bencana alam, Indonesia juga sering dilanda
bencana nonalam seperti konflik sosial. Letak geografis, kondisi demografis serta keragaman
sosio-kultural masyarakat Indonesia menjadi salah satu potensi terjadinya gesekan yang
mengakibatkan terjadianya konflik sosial. Secara fisik bencana-bencana tersebut tentu
berdampak pada rusaknya saran dan prasarana, pemukiman, juga fasilitas umum lainnya
termasuk fasilitas kesehatan. Hal ini membuka peluang munculnya bencana baru seperti KLB
penyakit tertentu. Masalah yang sering kali luput dari perhatian ialah kecukupan gizi bagi
penyintas bencana. Penurunan status gizi pasca bencana dapat terjadi akibat layanan
kesehatan terbatas, terputusnya jalur distribusi makanan serta sanitasi yang buruk
(Kementrian Kesehatan RI, 2016)

Kebutuhan layanan kesehatan dan pangan jelas akan meninggkat pada daerah pasca
bencana. Untuk itu manajemen penanggulangan terkhusus untuk pemenuhan status gizi
penyintas bencana, perlu menjadi perhatian semua pihak. Khususnya kebutuhan nutrisi bayi,
balita, anak-anak, ibu hamil serta lansia yang rentan terserang penyakit pasca bencana terjadi
(Tumenggung, 2018).

2.2 Tujuan

Kegiatan penanganan gizi pada kedaruratan meliputi pelayanan gizi, penyuluhan gizi,
penyediaan tenaga khusus atau sumber daya manusia dibidang gizi, dan penyediaan
makanan. Tujuan umum dari kegiatan ini yaitu meningkatkan, menjaga dan mencegah
memburuknya status gizi para penyintas bencana. Sementara tujuan khususnya yaitu
memantau perkembangan status gizi para penyintas bencana (Kementerian Kesehatan RI,
2015)

Pelayanan gizi dilakukan oleh tenaga gizi yang ditempatkan khusus dilokasi
pengungsian penyintas bencana untuk menyiapkan makanan darurat. Karena pada saat
ditetapkan untuk menggungsi, para penyintas tidak mungkin menyiapkan makanannya sendiri
(Salmayati, Hermansyah and Agussabti, 2016)

Selanjutnya kegiatan penyuluhan gizi bertujuan untuk merubah perilaku dan


membangun mental penyintas untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan status
gizinya. Kegiatan ini diharakan mampu memberikan pemahaman terhadap penyintas akan
pentingnya makanan bergizi meski dalam masa darurat bencana. Dalam kedaruratan pasca
bencana juga perlu adanya tenaga khusus dibidang gizi yang diperbantukan untuk dapur-
dapur umum yang menyediakan makanan bagi para penyintas. Para tenaga gizi diharapkan
dapat memberikan perhatian terhadap kebersihan dan menu makanan yang akan diberikan
bagi para penyintas. Yang perlu diperhatikan juga pasca bencana, penyediaan bahan makanan
harus dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk memenuhi kebutuhan gizi para penyintas
(Salmayati, Hermansyah and Agussabti, 2016)

2.3 Sayrat-sayarat

Gizi dan pangan, termasuk penanggulangan masalah gizi di pengungsian, surveilans gizi,
kualitas dan keamanan pangan. Identifikasi perlu dilakukan secepat mungkin untuk
mengetahui sasaran pelayanan, seperti jumlah pengungsi, jenis kelamin, umur dan kelompok
rentan (balita, ibu hamil, ibu menyusui, lanjut usia). Data tersebut penting diperoleh,
misalnya untuk mengetahui kebutuhan bahan makanan pada tahap penyelamatan dan
merencanakan tahapan surveilans berikutnya. Selain itu, pengelolaan bantuan pangan perlu
melibatkan wakil masyarakat korban bencana, termasuk kaum perempuan, untuk memastikan
kebutuhan kebutuhan dasar korban bencana terpenuhi.

Berikut sayarat-syarat makanan saat keadaan darurat bencana:

1. Mencukupi kebutuhan gizi


2. Memanfaatkan bahan makanan lokal yang banyak tersedia
3. Bahan makanan tidak sulit didapat dan mudah didapat
4. Bahan makanan dapat dibeli dengan harga terjangkau
5. Bahan pangan yang tidak mudah atau cepat rusak

DAPUS
1. Sinaga, N. S. (2015) ‘Peran Petugas Kesehatan Dalam Manajamen Penanganan
Bencana Alam’, Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol, 1(1).
2. Kementerian Kesehatan RI (2015) Pedoman Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan
Bencana. Oktari, R. S. (2019) ‘Peningkatan Kapasitas Desa Tangguh Bencana’,
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community
Engagement), 4(2), pp. 189–197.
3. Salmayati, S., Hermansyah, H. and Agussabti, A. (2016) ‘Kajian penanganan gizi
balita pada kondisi kedaruratan bencana banjir di kecamatan sampoiniet
kabupaten aceh jaya’, Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 16(3), pp. 176–180.
4. Tumenggung, I. (2018) ‘Masalah Gizi dan Penyakit Menular Pasca Bencana’,
Journal Health And Nutritions, 3(1), pp. 1–9.

Anda mungkin juga menyukai