Hati merupakan organ yang penting dalam metabolisme, penyimpanan dan distribusi zat gizi. Gizi dan penyakit hati adalah dua kondisi yang saling berkaitan. Pada penyakit hati baik akut maupun kronis, perlu diperhatikan pemberian gizi yang optimal. Pengelolaan gizi yang optimal akan menurunkan komplikasi dan memperbaiki morbiditas dan mortalitas pada penyakit hati (Sucher and Mattfeldt- Beman, 2011). Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia. Bertekstur lunak, lentur. Terletak di rongga perut kanan atas di bawah kerangka iga bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah diaphragma, berat 1,2 – 1,8 kg (2-3% berat badan). Hati mempunyai peran penting karena merupakan regulator dari semua metabolisme karbohidrat, protein & lemak. Tempat sintesa dari komponen protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum & zat-zat lain yang sangat vital. Mempunyai tempat pembentukan dan penyaluran asam empedu, pusat detoksifikasi racun dan penghancuran (degradasi) hormon-hormon thyroid (misal estrogen). Anatomi dan Fisiologi Hati A. FISIOLOGI HATI Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, yaitu fungsi dalam metabolisme, penyimpanan dan pendistribusian zat gizi. Sirkulasi vena porta memegang peranan penting dalam fisiologi hati, terutama dalam hal metabolisme karbohidrat, protein dan asam lemak. Fungsi utama hati adalah berperan dalam pembentukan dan ekskresi empedu. Hati mengekskresi empedu sekitar satu liter ke dalam usus halus per harinya. Unsur utama dari empedu adalah air (sebanyak 97%), elekstrolit dan garam empedu. Walaupun bilirubin yang merupakan pigmen empedu adalah hasil akhir dari metabolisme dan secara fisiologis tidak memiliki peran yang aktif, tetapi pigmen empedu penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu. Hal ini dikarenakan bilirubin memberi warna pada jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya. Fungsi Hati : 1. Metabolisme zat gizi Hati berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, asam-asam amino, protein, kolesterol dan asam empedu. Pada metabolisme Karbohidrat, hati berfungsi menyimpan glikogen dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, proses Glukoneogenesis dan membentuk banyak senyawa kimia yang penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat. Pada metabolisme lemak, hati berfungsi mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein, serta membentuk lemak dari protein dan karbohidrat. Pada metabolisme asam empedu, hati berfungsi mentransformasi kolesterol menjadi 7 hydroxycholesterol asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Pada metabolisme heme, heme dioksidasi menjadi biliverdin, yang kemudian dikurangi untuk bilirubin; bilirubin diangkut ke hati di mana ia dikonversi menjadi diglucuronide bilirubin untuk dibuang dengan pigmen empedu Pada metabolisme vitamin, hati berperan dalam pembentukan asetil CoA dari asam pantotenat, hidroksilasi vitamin D untuk 25-OH D3, pembentukan 5-metil Asam tetrahydrofolic (THFA), metilasi niacinamide, fosforilasi pyridoxine, defosforilasi thiamin serta pembentukan koenzim B12. 2. Regulasi kadar gula darah Hati memproduksi dan menggunakan glukosa 3. Detoksifikasi dan eliminasi produk sisa metabolisme, seperti amonia yang beracun diubah menjadi urea untuk kemudian diekresi melalui urin; dan bahan asing seperti obat atau toksin juga kan didetoksifikasi oleh hati. 4. Pencernaan lemak Hati membantu pencernaan lemak dengan memproduksi dan ekskresi garam empedu yang akan mengemulsi lemak, sehingga dapat dicerna dengan baik. 6. Aktivasi vitamin dan mineral Hati merubah karoten menjadi vitamin A; merubah folat menjadi asam 5-methyl tetrahidrofolat, dan merubah vitamin D menjadi bentuk 25-hydroxycholecalciferol yang mudah diabsropsi. 7. Penyimpan zat gizi Hati menyimpan cadangan karbohidrat dalam bentuk glikogen, dan mineral (Fe, Zn, Co, Mg), serta vitamin B12. 8. Metabolisme Enzim Hati mensintesa enzim-enzim alkaline phosphatase, mono-amine oxidases (MAOs), acetylcholine, oxidases, cholesterol esterase, dehydrogenases, beta glucuronidase, glutamic oxalacetic transaminase (SGOT/AST), dan glutamic pyruvic transaminase (SPGT/ALT). 9. Metabolisme Heme Heme dioksidasi menjadi biliverdin kemudian diubah menjadi bilirubin; bilirubin di transportasi ke hati dan dirubah menjadi bilirubin diglucuronide untuk diekskresikan bersama dengan pigmen empedu. Tidak seperti organ padat lainnya, hati orang dewasa mempunyai kemampuan beregenerasi. Ketika kemampuan sel-sel hati untuk beregenerasi sudah terbatas, maka sekelompok sel pluropotensial oval yang berasal dari duktulus-duktulus empedu akan berproliferasi sehingga terbentuk kembali sel-sel hati (hepatosit) dan sel-sel bilier yang tetap mempunyai kemampuan untuk beregenerasi. Dari penelitian hewan ditemukan bahwa hepatosit tunggal tikus dapat mengalami pembelahan hingga sekitar 34 kali , atau memproduksi jumlah sel yang mencukupi untuk membentuk 50 hati tikus. Dengan demikian dapat dikatakan sangat mungkin untuk melakukan hepatektomi atau pemotongan hati sehingga 2/3 dari seluruh hati (Amiruddni, 2011). Hati juga mempunyai fungsi imunologi, karena hati merupakan komponen sentral sistem imun. Sel Kupffer, yang meliputi 15% dari massa hati serta 80% dari total populasi fagosit tubuh, merupakan sel yang sangat penting dalam menanggulangi antigen yang berasal dari luar tubuh kita (Amiruddni, 2011). Untuk melihat fungsi hati apakah masih normal atau sudah mengalami gangguan dapat dilakukan dengan tes fungsi biokimia hati. Pemeriksaan kimia darah digunkaan untuk mendeteksi kelainan hati, menentukan diagnosis, mengetahui berat ringanya penyakit dan mengikuti perjalanan penyakit dan penilaian hasil pengobatan, termasuk terapi diet yang diberikan. Sirkulasi darah ke hati JENIS PENYAKIT HATI Banyak jenis penyakit hati, di antaranya adalah hepatitis virus akut, hepatitis fulminan, hepatitis kronik, hepatitis alkoholik dan sirosis. Pada bab ini akan membatasi pembahasan pada hepatitis virus akut saja.
HEPATITIS VIRUS AKUT
Hepatitis virus adalah penyakit hati yang disebabkan adanya Inflammasi atau peradangan hati. Penyebab peradangan ersebut adalah virus, bakteri, toksin, obstruksi, parasit, dan bahan kimia. Jenis virusnya adalah virus A, B, C, D, dan E. Manifestasi klinis penyakit hati hampir sama untuk semua jenis Hepatitis. Berikut manifestasi klinis secara umum pada penyakit hati : 1. Penderita dapat mengalami jaundice (berwarna kuning pada kulit, kuku atau sklera mata), urin berwarna gelap seperti teh, anoreksia, fatigue, sakit kepala, nausea, muntah dan demam/panas. 2. Liver penderita membesar (hepatomegali) dan pada beberapa kasus limpa penderita juga membesar (splenomegali). 3. Pemeriksaan biokimia menunjukkan adanya peningkatan kadar bilirubin darah, enzim alkaline phosphatase (ALT), dan enzim alanine transferase (AST). Ada empat fase manifestasi klinis pada penyakit hati, yaitu : 1. Fase Inkubasi, fase dimana terjadi gejala malaise, hilang nafsu makan, mual dan nyeri perut kanan atas. 2. Fase Pre Ikterik (gejala tidak spesifik), pada fase ini penderita dapat mengalami gejala panas badan, athralgia (nyeri sendi), arthritis (nyeri tulang), rash (ruam), dan angioedema (udem pada bibir). 3. Fase Ikterik, pada fase ini penderita mengalami jaundice (kulit, membran mukosa dan mata tampak kuning). 4. Fase convaslescent /recorvery, fase dimana jaundice dan gejala-gejala di atas mulai hilang. B. ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT HEPATITIS Penderita penyakit hati mengalami berbagai masalah gizi yang dapat mempengaruhi status gizinya. Asuhan gizi bagi penderita penyakit hati akan berhasil dengan baik, jika dilakukan dengan langkah-langkah pada proses asuhan gizi terstandar. Langkah pertama adalah asesmen gizi untuk mengkaji masalah gizi yang mungkin terjadi pada penderita penyakit hepatitis. Penderita penyakit hepatitis dengan manifestasi yang ada dapat memberikan implikasi gizi. Implikasi gizi pada penderita penyakit Hepatitis adalah sebagai berikut : 1. Asupan oral inadekuat, hal ini dapat terjadi karena adanya gejala-gejala mual, muntah, hilang nafsu makan, nyeri abdomen, anoreksia, demam, dll. 2. Penurunan berat badan yang tidak diharapkan, dapat terjadi karena asupan oral yang inadekuat. 3. Defisiensi zat gizi dapat terjadi karena asupan oral yang inadekuat. 4. Interaksi obat dan makanan (treatment HCV). Untuk mendapatkan data asupan makanan untuk menentukan konsumsi makanan/cairan dan yang dapat diterima oleh pasien, dilakukan dengan metode survei konsumsi 24-hour recall, diet history, atau food diary. Selain data asupan, pada langkah asesmen gizi juga dibuthkan data biokimia dan data fisik klinis untuk menunjang penetapan diganosa gizi (langkah kedua dari proses asuhan gizi terstandar). Setelah dilakukan asesmen gizi, akan didapatkan kemungkinan-kemungkinan masalah gizi pada pasien penyakit hepatitis, yang akan disebut sebagai diagnosa gizi. Beberapa kemungkinan masalah gizi pada pasien penyakit hepatitis adalah: inadekuat asupan oral; inadekuat asupan protein dan energi; interaksi obat dan makanan; gangguan utiliasi zat gizi (perubahan kemampuan memetabolisme zat gizi dan substansi bioaktif); dan penurunan berat badan yang tidak diharapkan. Beberapa contoh diagnosa gizi pada pasien dengan hepatitis : 1. Gangguan utilisasi zat gizi (P atau Problem) berkaitan dengan hepatitis (E atau Etiologi) ditandai/dibuktikan dengan SGOT dan SGPT abnormal, bilirubin tinggi, tampak kuning (SS atau Signs dan Symtomps). 2. Asupan oral tidak adekuat (P atau Problem) berkaitan dengan mual, muntah (E atau Etiologi) ditandai/dibuktikan dengan asupan energi kurang dari kebutuhan, penurunan berat badan, dan tampak kurus (SS atau Signs dan Symtomps). Catatan : Ingat penulisan Diagnosa Gizi dengan PES. C. INTERVENSI GIZI Setelah diagnosa gizi ditetapkan, langkah selanjutnya adalah Intervensi gizi. Intervensi gizi yang direncanakan harus ada benang merahnya dengan diagnosa gizi yang telah ditetapkan. Dimana P (Problem) pada diagnosa gizi mengarahkan tujuan intervensi; dan E (Etiologi) pada diagnosa gizi menentukan strategi intervensi gizi yang terdiri dari 4 domain. Secara umum tujuan intervensi gizi pada penyakit hati adalah untuk mencapai status gizi optimal atau mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati. Tujuan intervensi disesuaikan dengan masalah gizi yang ada dan untuk mendukung regenerasi sel; memberikan makanan dan cairan yang terbaik; memodifikasi frekuensi makan yang sering dengan porsi kecil untuk mengatasi anoreksia; dan tidak ada pembatasan makanan selain alkohol. Intervensi Gizi terdiri dari 4 domain, yaitu pemberian diet, edukasi gizi, konseling gizi dan koordinasi. Pemberian diet atau preskripsi diet pada penyakit hepatitis (Penuntun Diet, 2004): 1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yaitu 40-45 Kalori/kg berat badan 2. Protein agak tinggi sebagai upaya anabolisme protein, 1.2 – 1.5 gram/kg berat badan 3. Kebutuhan lemak cukup, yaitu 20-25% total energi dengan bentuk mudah cerna atau emulsi. Bila ada gangguan utilisasi lemak (jaundice atau steatorrhea), maka diberikan : a. pembatasan lemak < 30% b. kurangi lemak sumber Long Chain Triglycerides (LCT) atau lemak dengan rantai carbon panjang dan gunakan lemak sumber Medium Chain Triglycerides (MCT) atau lemak dengan rantai karbon sedang, karena lemak ini tidak membutuhkan aktivasi enzim lipase dan empedu dalam metabolismenya. Namun penggunaan harus hati-hati jika ada risiko diare 4. Kebutuhan karbohidrat, merupakan sisa total energi, dan didistribusikan dalam satu hari dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kondisi hipoglikemia dan hiperglikemia. 5. Kebutuhan Vitamin sesuai tingkat defisiensi. Bila perlu dengan suplemen vitamin B kompleks, vitamin C, dan vitamin K. 6. Kebutuhan Mineral sesuai kebutuhan, jika perlu diberikan suplemen zat besi (Fe), seng (Zn), Magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan Fosfor (P). Untuk natrium (Na) dibatasi bila ada udema atau asites, yaitu 2 gram/hari. 7. Kebutuhan cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi, seperti udema atau asites. 8. Bentuk makanan lunak (bila ada mual dan muntah) atau bentuk makanan biasa. 9. Rute makanan disesuaikan dengan kondisi pasien. 10. Pemilihan bahan makanan, ada bahan makanan yang dibatas dan tidak dianjurkan. Bahan makanan yang dibatasi adalah bahan makanan sumber lemak (daging berlemak), dan bahan makanan yang mengandung gas, seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian, nangka. Sedangkan bahan makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan dan minuman mengandung alkohol, teh dan kopi kental. Contoh preskripsi gizi dengan tujuan memberikan makanan sesuai kemampuan tubuh dengan gangguan metabolisme zat gizi. Diet 1500 Kalori, 30 gram protein, 184 gram karbohidrat, 60 gram lemak, cairan 750 ml. Batasi bahan makanan sumber lemak dan gas dan bahan makanan yang mengandung kafein, pemberian makan dengan frekuensi 6 kali dengan porsi kecil, rute oral. Untuk intervensi gizi domain edukasi, konseling dan koordinasi gizi, dapat direncanakan sebagai berikut : 1. Edukasi gizi dengan memberi motivasi dan informasi serta bekerjasama dalam mencapai tujuan terapi diet. 2. Konseling gizi direncanakan dengan merancang bersama untuk memodifikasi diet (jumlah, jenis, dan cara pemenuhan kebutuhan zat gizi untuk mencapai status gizi yang optimal) 3. Koordinasi gizi adalah konsultasi, merujuk atau koordinasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian asuhan gizi bagi pasien hepatitis agar tercapai. D. MONITORING DAN EVALUASI GIZI Langkah terakhir dari asuhan gizi dengan Proses Asuhan Gizi Terstandar adalah Monitoring dan Evaluasi Gizi. Tujuan langkah ini adalah untuk melihat efektifitas intervensi gizi dan progres dari tujuan perencanaan yang telah dibuat. Komponen yang dimonitor dan dievaluasi sesuai dengan tanda dan gejala (Sign dan Symptom atau SS) dari masalah gizi yang telah ditetapkan, yaitu : toleransi pasien terhadap makanan yang diberikan, perubahan berat badan pasien, perubahan nilai laboratorium, serta kenyamanan pasien terutama dalam hal makan.