Anda di halaman 1dari 42

DIET PADA KLIEN DENGAN

GANGGUANFUNGSI HEPAR DAN


EMPEDU
ANRI
• Hati merupakan organ yang penting dalam metabolisme,
penyimpanan dan distribusi zat gizi.
• Pada penyakit hati baik akut maupun kronis, perlu diperhatikan
pemberian gizi yang optimal.
• Pengelolaan gizi yang optimal akan menurunkan komplikasi dan
memperbaiki morbiditas dan mortalitas pada penyakit hati
ANATOMI HATI

Sumber : S. Rolfes, K. Pinna, and E. Whitney. Understanding Normal and Clinical Nutrition, 7e, p. 770. 2006. dalam Sucher
and Mattfeldt-Beman. Diseases of the Liver, Gallbladder, and Exocrine Pancreas : Nutrition Therapy and Pathophysiology. 2e.
FUNGSI HATI

1. Metabolisme zat gizi


Pada metabolisme Karbohidrat →hati berfungsi menyimpan glikogen dalam jumlah
besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi
glukosa
Pada metabolisme lemak → hati berfungsi mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai
energi bagi fungsi tubuh yang lain, membentuk sebagian
besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein, serta
membentuk lemak dari protein dan karbohidrat
Pada metabolisme asam empedu→ hati berfungsi mentransformasi kolesterol menjadi 7-
hydroxycholesterol asam kolat dan asam
kenodeoksikolat.
Pada metabolisme heme → heme dioksidasi menjadi biliverdin, yang kemudian dikurangi
untuk bilirubin; bilirubin diangkut ke hati di mana ia dikonversi
menjadi diglucuronide bilirubin untuk dibuang dengan pigmen
empedu
Pada metabolisme vitamin → hati berperan dalam pembentukan asetil CoA dari asam
pantotenat, hidroksilasi vitamin D untuk 25-OH D3,
pembentukan 5-metil Asam tetrahydrofolic (THFA), metilasi
niacinamide, fosforilasi pyridoxine, defosforilasi thiamin serta
pembentukan koenzim B12
2. Regulasi kadar gula darah
Hati memproduksi dan menggunakan glukosa
3. Detoksifikasi dan eliminasi produk sisa metabolism
Seperti amonia yang beracun diubah menjadi urea untuk kemudian diekresi melalui urin; dan
bahan asing seperti obat atau toksin juga kan didetoksifikasi oleh hati.

4. Pencernaan lemak
Hati membantu pencernaan lemak dengan memproduksi dan ekskresi garam
empedu yang akan mengemulsi lemak, sehingga dapat dicerna dengan baik.
5. Aktivasi vitamin dan mineral
Hati merubah karoten menjadi vitamin A; merubah folat menjadi asam 5-
methyltetrahidrofolat, dan merubah vitamin D menjadi bentuk 25-
hydroxycholecalciferol yang mudah diabsropsi.
6. Penyimpan zat gizi

Hati menyimpan cadangan karbohidrat dalam bentuk glikogen,


dan mineral (Fe, Zn, Co, Mg), serta vitamin B12
7. Metabolisme Enzim
Hati mensintesa enzim-enzim alkaline phosphatase, mono-amine
oxidases (MAOs), acetylcholine, oxidases, cholesterol esterase,
dehydrogenases, beta glucuronidase, glutamic oxalacetic transaminase
(SGOT/AST), dan glutamic pyruvic transaminase (SPGT/ALT)
8.
SIRKULASI DARAH YANG MELIBATKAN HATI

Sumber : Sherwood L. Human Physiology From Cell to System. 7e. 2010. dalam Sucher and Mattfeldt-Beman. 2011. Diseases of
the Liver, Gallbladder, and Exocrine Pancreas : Nutrition Therapy and Pathophysiology. 2e. Hal. 440
JENIS PENYAKIT HATI

• HEPATITIS VIRUS AKUT

Penyakit hati yang disebabkan adanya Inflammasi atau


peradangan hati.
Penyebab peradangan ersebut adalah virus, bakteri, toksin,
obstruksi, parasit, dan bahan kimia. Jenis virusnya adalah virus
A, B, C, D, dan E.
MANIFESTASI KLINIS SECARA UMUM PADA
PENYAKIT HATI
1. Penderita dapat mengalami jaundice (berwarna kuning pada kulit, kuku
atau sklera mata), urin berwarna gelap seperti teh, anoreksia, fatigue,
sakit kepala, nausea, muntah dan demam/panas.
2. Liver penderita membesar (hepatomegali) dan pada beberapa kasus
limpa penderita juga membesar (splenomegali).
3. Pemeriksaan biokimia menunjukkan adanya peningkatan kadar bilirubin
darah, enzim alkaline phosphatase (ALT), dan enzim alanine transferase
(AST).
ADA EMPAT FASE MANIFESTASI KLINIS PADA
PENYAKIT HATI
1. Fase Inkubasi → fase dimana terjadi gejala malaise, hilang nafsu makan, mual dan nyeri
perut kanan atas.
2. Fase Pre Ikterik (gejala tidak spesifik) → pada fase ini penderita dapat mengalami gejala
panas badan, athralgia (nyeri sendi), arthritis (nyeri tulang), rash (ruam), dan angioedema
(udem pada bibir).
3. Fase Ikterik → pada fase ini penderita mengalami jaundice (kulit, membran mukosa dan
mata tampak kuning).
4. Fase convaslescent /recorvery → fase dimana jaundice dan gejala-gejala di atas mulai
hilang.
JENIS HEPATITIS, MASA INKUBASI VIRUS DAN
GEJALANYA

Sumber : Sanityoso dan Christine. 2014. Hepatitis Viral Akut : Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Internal Publishing.
IMPLIKASI GIZI PADA PENDERITA PENYAKIT
HEPATITIS

1. Asupan oral inadekuat → hal ini dapat terjadi karena adanya gejala-gejala
mual, muntah, hilang nafsu makan, nyeri abdomen, anoreksia, demam, dll.
2. Penurunan berat badan yang tidak diharapkan → dapat terjadi karena asupan
oral yang inadekuat.
3. Defisiensi zat gizi dapat terjadi karena asupan oral yang inadekuat.
4. Interaksi obat dan makanan (treatment HCV).
PENATALASANAAN DIET PENYAKIT HEPAR

• Tujuan Diet
1. Mempertahankan / `meningkatkan status gizi dengan mengoreksi keadaan
malnutrisi
2. Mencegah kerusakan sel hati lebih lanjut dan meningkatkan regenerasi sel
hati
3. Mengurangi / menghilangkan ascites
4. Mencegah terjadinya encephalopathy
KOMPONEN ASESMEN GIZI PADA PENYAKIT
HEPATITIS DAN INTERPRETASINYA
• Beberapa kemungkinan masalah gizi pada pasien
penyakit hepatitis
• Inadekuat asupan oral
• Inadekuat asupan protein dan energi
• Interaksi obat dan makanan
• Gangguan utiliasi zat gizi (perubahan kemampuan memetabolisme
zat gizi dan substansi bioaktif) dan
• Penurunan berat badan yang tidak diharapkan.
CONTOH DIAGNOSA GIZI PADA PASIEN DENGAN
HEPATITIS
1. Gangguan utilisasi zat gizi (P atau Problem) berkaitan dengan hepatitis (E atau
Etiologi) ditandai/dibuktikan dengan SGOT dan SGPT abnormal, bilirubin tinggi,
tampak kuning (SS atau Signs dan Symtomps).
2. Asupan oral tidak adekuat (P atau Problem) berkaitan dengan mual, muntah (E atau
Etiologi) ditandai/dibuktikan dengan asupan energi kurang dari kebutuhan, penurunan
berat badan, dan tampak kurus (SS atau Signs dan Symtomps).
Catatan : Ingat penulisan Diagnosa Gizi dengan PES.
INTERVENSI

• Rencana Intervensi Gizi Diambil Dari Contoh Diagnosa Gizi


INTERVENSI GIZI TERDIRI DARI 4 DOMAIN

• Pemberian diet
• Edukasi gizi
• Konseling gizi dan
• koordinasi.
PEMBERIAN DIET ATAU PRESKRIPSI DIET PADA
PENYAKIT HEPATITIS (PENUNTUN DIET, 2004)
1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yaitu 40-45 Kalori/kg berat badan
2. Protein agak tinggi sebagai upaya anabolisme protein, 1.2 – 1.5 gram/kg berat badan
3. Kebutuhan lemak cukup, yaitu 20-25% total energi dengan bentuk mudah cerna atau emulsi. Bila ada gangguan utilisasi lemak
(jaundice atau steatorrhea), maka diberikan :
a. Pembatasan lemak < 30%
b. Kurangi lemak sumber Long Chain Triglycerides (LCT) atau lemak dengan rantai carbon panjang dan gunakan lemak
sumber Medium Chain Triglycerides (MCT) atau lemak dengan rantai karbon sedang, karena lemak ini tidak
membutuhkan aktivasi enzim lipase dan empedu dalam metabolismenya. Namun penggunaan harus hati-hati jika ada risiko
diare
4. Kebutuhankarbohidrat, merupakan sisa total energi, dan didistribusikan dalam satu hari
dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kondisi hipoglikemia dan hiperglikemia.
5. Kebutuhan Vitamin sesuai tingkat defisiensi. Bila perlu dengan suplemen vitamin B
kompleks, vitamin C, dan vitamin K.
6. Kebutuhan Mineral sesuai kebutuhan, jika perlu diberikan suplemen zat besi (Fe), seng (Zn),
Magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan Fosfor (P). Untuk natrium (Na) dibatasi bila ada udema
atau asites, yaitu 2 gram/hari.
7. Kebutuhan cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi, seperti udema
atau asites.
8. Bentuk makanan lunak (bila ada mual dan muntah) atau bentuk makanan biasa.
9. Rute makanan disesuaikan dengan kondisi pasien.
10. Pemilihan bahan makanan, ada bahan makanan yang dibatas dan tidak dianjurkan.
• Untuk intervensi gizi domain edukasi, konseling dan koordinasi gizi, dapat
direncanakan sebagai berikut
1. Edukasi gizi dengan memberi motivasi dan informasi serta bekerjasama dalam
mencapai tujuan terapi diet.
2. Konseling gizi direncanakan dengan merancang bersama untuk memodifikasi diet
(jumlah, jenis, dan cara pemenuhan kebutuhan zat gizi untuk mencapai status gizi
yang optimal)
3. Koordinasi gizi adalah konsultasi, merujuk atau koordinasi dengan tenaga kesehatan
lain dalam pemberian asuhan gizi bagi pasien hepatitis agar tercapai.
SUMBER MAAN YANG TIDA \K BOLEH DI
BERIKAN

• Sumber lemak : Semua bahan makanan yang di goreng, bahan makanan


yang mengandung lemak tinggi seperti mayonnaise, daging kambing,
daging nerlema
• Bahan makanan yang menimbulkan gas : ubi, kacang merah, kol, sawi,
lobak, durian, Nangka, ketimun
• Bumbu yang merangsang : cabe merica, cuka, jahe
• Minuman soda, Alkohol, the dan kopi kental
GIZI PADA PENYAKIT KANDUNG EMPEDU

• Anatomi

Sumber: Hasse dan Matarese. 2017.Medical Nutrition Therapy for Hepatobiliary and Pancreatic Disorders : Krause’s. Food and
the Nutrition Care Process. 14th ed. Canada : Elsevier. Hal. 576
SEKRESI EMPEDU

Sumber : Sherwood L. Human Physiology From Cell to System. 7e. 2010. dalam Sucher and Mattfeldt-Beman. 2011. Diseases
of the Liver, Gallbladder, and Exocrine Pancreas : Nutrition Therapy and Pathophysiology. 2e. Hal. 441
SIRKULASI EMPEDU

Sumber : Sherwood L. Human Physiology From Cell to System. 7e. 2010. dalam Sucher and Mattfeldt-Beman. 2011. Diseases of
the Liver, Gallbladder, and Exocrine Pancreas : Nutrition Therapy and Pathophysiology. 2e. Hal. 441
KOLELITIASIS (BATU EMPEDU)

• Pembentukan batu (calculi) dalam kandung empedu atau saluran


sistem bilier yang menimbulkan penyumbatan dan kram
• Rasa sakit terasa apabila kandung empedu berkontraksi
• Aliran empedu ke deudenum terganggu, aborbsi lemak
terganggu, makan makanan berlemak rasa tidak enak dan mual
FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PENTING
PEMBENTUKAN BATU EMPEDU

a. Terlalu banyak absorpsi air dan asam empedu di kandung


empedu.
b. Terlalu banyak absorpsi kolesterol di empedu gangguan
motilitas kamdung empedu dan usus, seperti Inflammasi
epithelium – karena infeksi kronis yang dapat merubah fungsi
mukosa menjadi abnormal.
MANIFESTASI KLINIS DARI BATU EMPEDU

a. Nyeri, umumnya sebagian besar nyeri dan gejala khas berlangsung beberapa
menit sampai jam, terjadi setelah konsumsi makanan berat dan mengandung
tinggi lemak.
b. Nyeri menjalar ke bahu kanan saat mengangkat lengan.
c. Demam, mual dan muntah.
d. Jaundice (obstruksi pada kelenjar empedu).
e. Pankreatitis akut (batu empedu masuk ke saluran menuju pankreas dan menyumbatnya).
PENATALAKSANAAN KLINIS BATU EMPEDU

a. Kolesistektomi atau mengangkat batu empedu


b. Obat-obatan, seperti ursodeoxycholic acid/ursodeoxycholic
acid) yang melarutkan batu, antibiotik untuk mengatasi
infeksi, analgesik sebagai anti nyeri dan antiemetik untuk
mengurangi gejala mual dan muntah.
KOLEDOKOLITIASIS (OBSTRUKSI SALURAN
EMPEDU)
• Obstruksi di kandung empedu, kepala pankreas, atau saluran empedu. Kondisi ini akan
berakibat pada
a. Kolik saluran empedu (nyeri kanan atas).
b. Empedu tidak di bawa ke usus.
c. Maldigesti dan malabsorbsi lemak.
d. Ekskresi pigmen empedu.
e. ke dalam urin yang menyebabkan warna urin gelap.
f. ke feses, sehingga menyebabkan feses tidak ada pigmen, warna abu-abu (clay coloured).
KOLESISTITIS( INFLAMMASI KANDUNG
EMPEDU)
• Adanya obstruksi, infeksi dan iskemia pada kantdung empedu yang dapat terjadi secara akut atau kronis.
• Manifestasi klinis inflammasi kandung empedu dapat menyebabkan infeksi hati dan sepsis. Kondisi ini dapat
memberikan komplikasi “lifethreatening” khususnya pada lansia.
• Penatalaksanaan klinis Kolesistitis adalah initial therapy :
a. Antibiotik
b. Resusitasi cairan dan
c. Koreksi pembekuan darah.
DAMPAK GANGGUAN PADA KANDUNG EMPEDU
TERHADAP GIZI
a. Penyebab endapan batu : kolesterol, terjadi karena asupan lemak yang tinggi.
b. Serangan akut pasien dengan kolangitis, nil per oral selama 12 jam menjelang
pembedahan.
c. Maldigesti dan malabsorbsi lemak, menunjukkan adanya gangguan utilisasi zat gizi.
d. Kembung, dapat menyebabkan asupan makan rendah.
e. Diare setelah pembedahan, juga dapat menyebabkan asupan makan yang rendah.
f. Perubahan status gizi, dapat menyebabkan pasien jatuh ke dalam kondisi malnutrisi.
INDIKATOR MASALAH GIZI PADA PENYAKIT
KANDUNG EMPEDU
KEMUNGKINAN MASALAH GIZI PADA
GANGGUAN KANDUNG EMPEDU
a. Asupan lemak berlebih.
b. Asupan serat rendah.
c. Asupan makanan dan minuman inadekuat.
d. Perubahan fungsi gastrointestinal.
e. Gangguan utilisasi zat gizi.
f. Interaksi obat-makanan.
g. Peningkatan kebutuhan zat gizi.
INTERVENSI GIZI

• Tujuan Intervensi Gizi


Untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal, serta mengistirahat
kandung empedu.
• Strategi Intervensi Gizi Pada Pasien Dengan Gangguan Kandung Empedu
a. Menurunkan berat badan.
b. Membatasi makanan yang menyebabkan kembung/nyeri abdomen.
c. Mengatasi absorbpsi lemak.
PEMBERIAN GIZI

a. Energi diberikan sesuai kebutuhan. Jika pasien kegemukan, hindari penurunan berat
badan yang terlalu cepat.
b. Protein diberikan dalam jumlah sedang sampai tinggi, yaitu 1 sd 1.25 gram/kg berat
badan.
c. Lemak diberikan sesuai kondisi pasien
1) Keadaan akut diberikan bebas lemak.
2) Keadaan kronis diberikan 20-25% total energi.
3) Keadaan steatorea (leak feses >25 gram/24 jam) diberikan jenis MCT.
d. Suplemen vitamin A, D, E dan K jika dibutuhkan.
e. Serat diberikan tinggi dalam bentuk pektin untuk mengikat
kelebihn asam empedu.
f. Hindari bahan makanan yang menyebabkan kembung dan tidak
nyaman.
MONITORING DAN EVALUASI GIZI

a. Daya terima makanan.


b. Bila pasien NPO (nil per oral) dan atau ada infeksi.
c. Status gizi pasien, dilihat dari perubahan berat badan dan nilai
laboratoirum terkait.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai