Sumber : S. Rolfes, K. Pinna, and E. Whitney. Understanding Normal and Clinical Nutrition, 7e, p. 770. 2006. dalam Sucher
and Mattfeldt-Beman. Diseases of the Liver, Gallbladder, and Exocrine Pancreas : Nutrition Therapy and Pathophysiology. 2e.
FUNGSI HATI
4. Pencernaan lemak
Hati membantu pencernaan lemak dengan memproduksi dan ekskresi garam
empedu yang akan mengemulsi lemak, sehingga dapat dicerna dengan baik.
5. Aktivasi vitamin dan mineral
Hati merubah karoten menjadi vitamin A; merubah folat menjadi asam 5-
methyltetrahidrofolat, dan merubah vitamin D menjadi bentuk 25-
hydroxycholecalciferol yang mudah diabsropsi.
6. Penyimpan zat gizi
Sumber : Sherwood L. Human Physiology From Cell to System. 7e. 2010. dalam Sucher and Mattfeldt-Beman. 2011. Diseases of
the Liver, Gallbladder, and Exocrine Pancreas : Nutrition Therapy and Pathophysiology. 2e. Hal. 440
JENIS PENYAKIT HATI
Sumber : Sanityoso dan Christine. 2014. Hepatitis Viral Akut : Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Internal Publishing.
IMPLIKASI GIZI PADA PENDERITA PENYAKIT
HEPATITIS
1. Asupan oral inadekuat → hal ini dapat terjadi karena adanya gejala-gejala
mual, muntah, hilang nafsu makan, nyeri abdomen, anoreksia, demam, dll.
2. Penurunan berat badan yang tidak diharapkan → dapat terjadi karena asupan
oral yang inadekuat.
3. Defisiensi zat gizi dapat terjadi karena asupan oral yang inadekuat.
4. Interaksi obat dan makanan (treatment HCV).
PENATALASANAAN DIET PENYAKIT HEPAR
• Tujuan Diet
1. Mempertahankan / `meningkatkan status gizi dengan mengoreksi keadaan
malnutrisi
2. Mencegah kerusakan sel hati lebih lanjut dan meningkatkan regenerasi sel
hati
3. Mengurangi / menghilangkan ascites
4. Mencegah terjadinya encephalopathy
KOMPONEN ASESMEN GIZI PADA PENYAKIT
HEPATITIS DAN INTERPRETASINYA
• Beberapa kemungkinan masalah gizi pada pasien
penyakit hepatitis
• Inadekuat asupan oral
• Inadekuat asupan protein dan energi
• Interaksi obat dan makanan
• Gangguan utiliasi zat gizi (perubahan kemampuan memetabolisme
zat gizi dan substansi bioaktif) dan
• Penurunan berat badan yang tidak diharapkan.
CONTOH DIAGNOSA GIZI PADA PASIEN DENGAN
HEPATITIS
1. Gangguan utilisasi zat gizi (P atau Problem) berkaitan dengan hepatitis (E atau
Etiologi) ditandai/dibuktikan dengan SGOT dan SGPT abnormal, bilirubin tinggi,
tampak kuning (SS atau Signs dan Symtomps).
2. Asupan oral tidak adekuat (P atau Problem) berkaitan dengan mual, muntah (E atau
Etiologi) ditandai/dibuktikan dengan asupan energi kurang dari kebutuhan, penurunan
berat badan, dan tampak kurus (SS atau Signs dan Symtomps).
Catatan : Ingat penulisan Diagnosa Gizi dengan PES.
INTERVENSI
• Pemberian diet
• Edukasi gizi
• Konseling gizi dan
• koordinasi.
PEMBERIAN DIET ATAU PRESKRIPSI DIET PADA
PENYAKIT HEPATITIS (PENUNTUN DIET, 2004)
1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yaitu 40-45 Kalori/kg berat badan
2. Protein agak tinggi sebagai upaya anabolisme protein, 1.2 – 1.5 gram/kg berat badan
3. Kebutuhan lemak cukup, yaitu 20-25% total energi dengan bentuk mudah cerna atau emulsi. Bila ada gangguan utilisasi lemak
(jaundice atau steatorrhea), maka diberikan :
a. Pembatasan lemak < 30%
b. Kurangi lemak sumber Long Chain Triglycerides (LCT) atau lemak dengan rantai carbon panjang dan gunakan lemak
sumber Medium Chain Triglycerides (MCT) atau lemak dengan rantai karbon sedang, karena lemak ini tidak
membutuhkan aktivasi enzim lipase dan empedu dalam metabolismenya. Namun penggunaan harus hati-hati jika ada risiko
diare
4. Kebutuhankarbohidrat, merupakan sisa total energi, dan didistribusikan dalam satu hari
dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kondisi hipoglikemia dan hiperglikemia.
5. Kebutuhan Vitamin sesuai tingkat defisiensi. Bila perlu dengan suplemen vitamin B
kompleks, vitamin C, dan vitamin K.
6. Kebutuhan Mineral sesuai kebutuhan, jika perlu diberikan suplemen zat besi (Fe), seng (Zn),
Magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan Fosfor (P). Untuk natrium (Na) dibatasi bila ada udema
atau asites, yaitu 2 gram/hari.
7. Kebutuhan cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi, seperti udema
atau asites.
8. Bentuk makanan lunak (bila ada mual dan muntah) atau bentuk makanan biasa.
9. Rute makanan disesuaikan dengan kondisi pasien.
10. Pemilihan bahan makanan, ada bahan makanan yang dibatas dan tidak dianjurkan.
• Untuk intervensi gizi domain edukasi, konseling dan koordinasi gizi, dapat
direncanakan sebagai berikut
1. Edukasi gizi dengan memberi motivasi dan informasi serta bekerjasama dalam
mencapai tujuan terapi diet.
2. Konseling gizi direncanakan dengan merancang bersama untuk memodifikasi diet
(jumlah, jenis, dan cara pemenuhan kebutuhan zat gizi untuk mencapai status gizi
yang optimal)
3. Koordinasi gizi adalah konsultasi, merujuk atau koordinasi dengan tenaga kesehatan
lain dalam pemberian asuhan gizi bagi pasien hepatitis agar tercapai.
SUMBER MAAN YANG TIDA \K BOLEH DI
BERIKAN
• Anatomi
Sumber: Hasse dan Matarese. 2017.Medical Nutrition Therapy for Hepatobiliary and Pancreatic Disorders : Krause’s. Food and
the Nutrition Care Process. 14th ed. Canada : Elsevier. Hal. 576
SEKRESI EMPEDU
Sumber : Sherwood L. Human Physiology From Cell to System. 7e. 2010. dalam Sucher and Mattfeldt-Beman. 2011. Diseases
of the Liver, Gallbladder, and Exocrine Pancreas : Nutrition Therapy and Pathophysiology. 2e. Hal. 441
SIRKULASI EMPEDU
Sumber : Sherwood L. Human Physiology From Cell to System. 7e. 2010. dalam Sucher and Mattfeldt-Beman. 2011. Diseases of
the Liver, Gallbladder, and Exocrine Pancreas : Nutrition Therapy and Pathophysiology. 2e. Hal. 441
KOLELITIASIS (BATU EMPEDU)
a. Nyeri, umumnya sebagian besar nyeri dan gejala khas berlangsung beberapa
menit sampai jam, terjadi setelah konsumsi makanan berat dan mengandung
tinggi lemak.
b. Nyeri menjalar ke bahu kanan saat mengangkat lengan.
c. Demam, mual dan muntah.
d. Jaundice (obstruksi pada kelenjar empedu).
e. Pankreatitis akut (batu empedu masuk ke saluran menuju pankreas dan menyumbatnya).
PENATALAKSANAAN KLINIS BATU EMPEDU
a. Energi diberikan sesuai kebutuhan. Jika pasien kegemukan, hindari penurunan berat
badan yang terlalu cepat.
b. Protein diberikan dalam jumlah sedang sampai tinggi, yaitu 1 sd 1.25 gram/kg berat
badan.
c. Lemak diberikan sesuai kondisi pasien
1) Keadaan akut diberikan bebas lemak.
2) Keadaan kronis diberikan 20-25% total energi.
3) Keadaan steatorea (leak feses >25 gram/24 jam) diberikan jenis MCT.
d. Suplemen vitamin A, D, E dan K jika dibutuhkan.
e. Serat diberikan tinggi dalam bentuk pektin untuk mengikat
kelebihn asam empedu.
f. Hindari bahan makanan yang menyebabkan kembung dan tidak
nyaman.
MONITORING DAN EVALUASI GIZI