Anda di halaman 1dari 4

Hepatitis B merupakan infeksi virus hepatitis yang sering terjadi dan melibtakan jutaan

orang di dunia. Infeksi HBV (Hepatitis-B Virus) tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat
global dengan perubahan epidemiologi karena beberapa faktor termasuk kebijakan vaksinasi dan
migrasi (European Association For The Study Of The Liver, 2017). Human Hepatitis B Virus
(HBV) adalah prototipe dari keluarga virus DNA kecil yang secara produktif menginfeksi
hepatosit, sel utama hati, dan bereplikasi dengan membalikkan transkripsi RNA virus yang
berlebihan, yang merupakan pregenom (Seeger and Mason, 2015).
Diperkirakan 240 juta orang di seluruh dunia terinfeksi secara kronis dengan virus
hepatitis B (HBV), menempatkan mereka pada peningkatan risiko pengembangan sirosis,
dekompensasi hati, dan karsinoma hepatoseluler (HCC). Meskipun sebagian besar subyek yang
terinfeksi HBV kronis tidak akan mengalami komplikasi hati, 15-40% akan mengembangkan
gejala sisa serius selama hidup mereka (Sarin, et.al., 2015). Di Asia Tenggara diperkirakan 100
juta orang hidup dengan Hepatitis B kronis dan 30 juta orang hidup dengan Hepatitis C kronis.
Setiap tahun di wilayah tersebut, Hepatits B menyebabkan hampir 1,4 juta kasus baru dan
300.000 kematian. Sementara Hepatitis C menyebabkan sekitar 500.000 kasus baru dan 160.00
kematian. Di Indonesia sendiri prevelensi penderita Hepatitis di Indonesia sebanyak 0,39%
(1.071.290 juta). Penderita Hepatitis terbanyak di Indonesia adalah Jawa Barat dengan prevelensi
0,45% (186.809). Kelompok usia terbanyak yang menderita Hepatitis berusia 15-14 tahun
sebanyak 182.338. Sebanyak 510.714 laki-laki penderita Hepatitis (Kemenkes RI, 2018).
Infeksi kronis dapat menyebabkan kerusakan hati yang dimediasi kekebalan yang
berkembang menjadi sirosis dan karsinoma hati (HCC). Mekanisme karsinogenesis tidak jelas.
Terapi antivirus dengan inhibitor analog nukleosida dari sintesis DNA menunda sekuele, tetapi
tidak dapat menyembuhkan infeksi HBV karena persistensi cccDNA dalam hepatosit (Seeger
and Mason, 2015). Pasien penderita Hepatitis-B juga dapat mengalami komplikasi penyakit,
diantaranya yaitu disfungsi hati, sirosis hepatis, fibrosis hati, dan kanker hati. Komplikasi dari
Hepatitis diawali dengan terjadinya disfungsi hati yang dapat menyebabkan defisiensi nutrisi dan
malnutrisi. Hal ini diakibatkan karena ketidakmampuan sel-sel hati yang rusak untuk
memetabolisasi vitamin tertentu dan terjadi kegagalan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein (Nurmayasari, 2019).
Pasien dengan Hepatitis juga timbul gejala klinis berupa selera makan menurun, rasa
tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai dengan nyeri
sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu muncul gejala ikterik seperti
bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh kuning, dan air seni berwarna seperti
teh. Berdasarkan gejala klinis yang timbul pada penderita Hepatitis, kebutuhan dasar yang dapat
terganggu adalah termoregulasi, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan kebutuhan
rasa aman nyaman nyeri, gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit serta gangguan integritas
kulit (Kuswiyanto, 2016).
Pada gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, disebabkan karena adanya kelainan fungsi
hati yang menyebabkan perlemakan pada hati dan adanya rangsangan mual akibat adanya
obstruksi saluran empedu yang mengakibatkan aliran balik cairan empedu di hepar dan
menyebabkan terjadinya peradangan sehingga makanan tertahan di lambung dan mengakibatkan
peningkatan rasa mual yang menyebabkan muntah (Nurmayasari, 2019). Masalah malnutrisi
pada penyakit Hepatitis ini juga disebabkan karena adanya penurunan nafsu makan. Hal ini
dikarenakan adanya pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk
yang abnormal. Dan ini juga disebabkan karena adanya peradangan pada hati yang akan
mengganggu metabolisme di hati yang memengaruhi pusat pengaturan nafsu makan
(Kuswiyanto,2016).
Penanganan yang tepat dan sedini mungkin terhadap pasien malnutrisi atau kekurangan
nutrisi pada pasien Hepatitis adalah dengan pemberian nutrisi yang adekuat dan juga berkualitas
untuk menghindari kerusakan hati yang permanen dan memperbaiki sel-sel hati yang rusak. Pada
umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi
penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet dan istirahat yang baik. Oleh
karena itu, penilaian yang akurat terhadap kebutuhan nutrisi pasien merupakan hal penting
menuju tatalaksana yang adekuat dalam mencegah terjadinya kekurangan nutrisi. Nutrisi sangat
penting bagi penyembuhan penderita Hepatitis, karena Nutrisi berfungsi untuk mempertahankan
kebutuhan metabolisme tubuh. Jika kebutuhan nutrisi tidak tercukupi, akan mengakibatkan
gangguan pada metabolisme sehingga tidak akan memberikan energi bagi tubuh untuk dapat
tumbuh dan berkembang serta memperbaiki jaringan yang rusak (Sunaryati, 2011).
Penatalaksanaan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien dengan Hepatitis B adalah
berikan penyuluhan tentang pentingnya diit. Tujuan pemberian diet pada pasien hepatitis B
adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati
dan bertujuan untuk meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut
(Tupasn, 2017). Keadaan gizi pada penderita hepatitis perlu mendapat perhatian khusus karena
gangguan gizi dapat memperberat morbiditas serta memperburuk penyakitnya. Tujuan
pemberian nutrisi pada pasien dengan Penyakit Hati dan Hepatitis adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi optimal tanpa memperberatkan fungsi hati, dengan cara :
 Menghindari atau mengurangi kerusakan hati yang permanen.
 Meningkatkan regenerasi jaringan hati dengan memberikan kalori dan protein
dalam jumlah yang memadai.
 Mempertahankan atau memperbarui simpanan nutrien dalam tubuh.
 Mengurangi gejala yang menimbulkan gangguan rasa nyaman.
 Mencegah atau mengurangi komplikasi asites, varises, esofagus dan ensefalopati
hepatik yang berlanjut dengan koma hepatik.
(Hartono, 2006)
Menurut Asosiasi Dietisien Indonesia dalam Almatsier (2010), jenis diet yang diberikan
pada psien dengan penyakit hati terdapat 3 macam yakni Diet Hati I, Diet Hati II, dan Diet Hati
III. Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila prekoma sudah dapat diatasi
dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Melihat keadaan pasien makanan diberikan
dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30g/hari) dan lemak diberikan
dalam bentuk mudah dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai cabang (Branched
Chain Amino Acid/ BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan valin dapat digunakan. Bila ada asites
dan diuresis belum sempurna pemberian cairan maksimal 1 liter/hari.Makanan ini rendah energi,
protein, kalsium, zat besi, dan tiamin, karena itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja.
Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hepatitis I Garam
Rendah. Bila ada asites hebat dan tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan diet garam
rendah I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan makanan
parenteral berupa cairan glukosa. Standar diet Hati I diberikan energi sebanayak 1500 KAL,
yaitu Protein 28 gram, Lemak 30 gram, dan karbohidrat 274 gram.
Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati I kepada pasien yang
nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau
biasa. Protein diberikan 1 g/Kg BB dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energi total)
dalam bentuk yang mudah dicerna.Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A
dan C, tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan
diberikan sebagai Diet Hati II garam rendah. Bila asites hebat dan diuresis belum baik, diet
mengikuti pola Diet Garam Rendah I. Standar diet Hati II diberikan energi sebanyak 2100 KAL,
yaitu Protein 52 gram, lemak 45 gram, dan Karbohidrat 365 gram.
Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau kepada pasien
Hepatitis Akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) yang nafsu makannya telah baik
dan telah dapat menerima protein. Dan diberikan menurut kesanggupan pasien, makanan
diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini mengandung cukup energi, protein,
lemak, mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya retensi garam atau air,
makanan diberikan sebagai Diet Hati III Garam Rendah I. Standar diet Hati III diberikan energi
sebanyak 2300 KAL, yaitu protein 74 gram, lemak 60,5 gram, dan karbohidrat 383 gram.
Sedangkan bahan makanan yang dibatasi untuk Diet Hati I, II,III adalah dari sumber
lemak, yaitu semua makanan dan daging yang banyak mengandung lemak dan santan serta bahan
makanan yang menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian,
dan nangka. Untuk bahan makanan yang tidakdianjurkan untuk Diet Hepatitis I,II, dan III adalah
makanan yang mengandung alkohol, teh, atau kopi kental.

Referensi
Almatsier, S. (2010). Penuntun Diet Edisi Baru Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisian Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
European Association For The Study Of The Liver. (2017). EASL 2017 Clinical Practice
Guidelines on the management of hepatitis B virus infection. Journal of hepatology, 67(2), 370-
398.
Hartono, A. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Kementerian Kesehatan RI, Laporan Nasional RISKESDAS,2018: 91-93.
Kuswiyanto. 2016. Buku Ajar Virologi.Jakarta: EGC
Nurmayasari, D. I. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Pada Pasien Hepatitis Di Ruang Nuri Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun
2019 (Doctoral Dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
Pratomo, W. N., Saurina, N., & Pratama, F. H. S. (2016). Aplikasi Pola Diet Untuk Penderita
Hepatitis B Usia 15-40 Tahun. JI TIK Journal, 1(2).
Sarin, S. K., Kumar, M., Lau, G. K., Abbas, Z., Chan, H. L. Y., Chen, C. J., ... & Dokmeci, A. K.
(2016). Asian-Pacific clinical practice guidelines on the management of hepatitis B: a 2015
update. Hepatology international, 10(1), 1-98.
Seeger, C., & Mason, W. S. (2015). Molecular biology of hepatitis B virus infection. Virology,
479, 672-686.
Tupan, W. H. (2017). Pengelolaan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Hepatitis B Di
RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Repositori Riset Kesehatan Nasional.
Sunaryati, S.S. 2011. 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Yogyakarta:
Buku Kita.

Anda mungkin juga menyukai