Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PEMBERIAN NUTRISI PADA PASIEN KRITIS DI RUANG ICU

Disusun Oleh :

Bintang Prayoga

Dede Muaidi Yasin

Ega Rahma Maulida

Eneng Hilda

Kofifah Rohmiati

Muhamad Sheva Mahesa

Rahma Salsadiana

Rizqika Intania

Siti Fajriyanti

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS FALETEHAN

2023
Kasus :

Ny. A dengan diagnose medis CHF susp Pneumonia mengalami sesak nafas, sulit menelan
makanan, makanan yang masuk selalu di muntahkan.

Penyelesaian :

Pentingnya nutrisi pada pasien kritis dengan gagal jantung. Pasien dengan gagal jantung
sering datang dengan status nutrisi yang buruk yang justru memengaruhi progres dan
prognosis penyakit. Umumnya terapi diet dan nutrisi pada pasien gagal jantung terfokus pada
pembatasan cairan dan garam. Terapi nutrisi sangat penting untuk pasien dengan gagal
jantung dan juga untuk mencegah gagal jantung.

Beberapa pola makan yang sering diterapkan pada pasien gagal jantung adalah diet DASH
(Dietary Approach to Stop Hypertension) dan diet mediterranean yang keduanya memiliki
banyak kemiripan, yaitu kaya akan buah-buahan dan sayuran, tumbuhan polong, gandum,
dan mengurangi asam lemak tersaturasi (SFA). Pola makan DASH mendukung konsumsi
kalium tinggi dan membatasi garam, asam lemak tersaturasi, dan lemak total, sedangkan diet
Mediterranean mengutamakan konsumsi asam lemak tidak tersaturasi yang terdiri atas asam
lemak tidak jenuh dan asam lemak tak jenuh ganda yang biasanya ditemukan pada lemak
ikan, minyak zaitun extra virgin (EVOO), minyak kanola, dan kacang-kacangan.(Laksono
Purwowiyoto & Trifena, 2021)

1. Pemberian Nutrisi pada pasien kritis di ruang ICU

Pasien-pasien yang dirawat di ICU banyak yang mengalami kondisi malnutrisi. Kondisi ini
dialami pasien pada saat datang ke ICU, atau merupakan hasil dari respons metabolik
terhadap kondisi sakitnya itu. Respons terhadap cedera juga dapat memicu terjadinya
perubahan komposisi tubuh dan defisiensi nutrisi yang tampak jelas secara klinis.

Pada kondisi kelaparan, tubuh menggunakan lemak dan protein sebagai sumber energi.
Penggunaan lemak untuk bahan bakar sangat penting sebagai respons adaptasi untuk bertahan
hidup, karena pada saat kelaparan glikogen sebagai cadangan glukosa hanya dapat
menyediakan 1200 kkal pada 24 jam pertama. Tubuh akan lebih banyak menggunakan
protein otot daripada protein viseral, karena protein viseral sangat dibutuhkan untuk fungsi
vital dari organ tubuh.
2. Penilaian status nutrisi pada pasien kritis
Kebutuhan dukungan nutrisi ditentukan berdasarkan keseimbangan antara cadangan energy
endogen tubuh dengan besarnya stres. penanda klinis terbaik dari stres adalah demam
lekositosis, hipoalbumin, dan keseimbangan nitrogen yang negative. Pada pasien sakit kritis
nilai normal konsentrasi albumin akan sulit tercukupi karena perpindahan cairan dalam
jumlah besar dan sintesis yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan. Malnutrisi kalori
protein dapat ditangani dengan memberikan asupan kalori yang adekuat. Malnutrisi
hipoalbumin efektif dengan terapi nutrisi dan penanganan faktor stres yang menyebabkan
kondisi kataboliknya. (Santosa et al., 2020)

3. Respon tubuh terhadap sakit kritis


Pada pasien kritis, tubuh mengalami berbagai perubahan metabolisme termasuk perubahan
penggunaan sumber energi tubuh. Hal ini terjadi karena asupan yang terganggu dan pada
keadaan tersebut terjadi suatu hipermetabolisme dan hiperkatabolisme sehingga kebutuhan
energi tubuh meningkat.
Defisiensi nutrisimengakibatkan turunnya system kekebalan tubuh, proses penyembuhan luka
yang buruk, multi organ failure, memperpanjang lama perawatan di rumah sakit serta
meningkatnya mortalitas. Karena itu, terapi nutrisi penting diberikan dan menjadi bagian dari
terapi klinis pada pasien sakit kritis.
Perubahan metabolisme tubuh yang terjadi pada pasien sakit kritis :
a. Hipermetabolisme
b. Perubahan metabolism glukosa
c. Perubahan metabolism protein
d. Perubahan metabolism lemak

4. Dukungan nutrisi pada pasien-pasien kritis


Tujuan pemberian nutrisi adalah menjamin kecukupan energy dan nitrogen, tapi menghindari
masalah-masalah yang disebabkan overfeeding atau refeeding syndrome seperti uremia,
dehidrasi hiopertonik, steatosis hati, gagal nafas hiperkarbia, hiperglisemia, koma non-
ketotik hyperosmolar dan hyperlipidemia.
5. Nutrisi Parenteral dan Nutrisi Enteral

a) Nutrisi Parenteral

Nutrisi parenteral/ Parenteral Nutrition (PN) adalah suatu bentuk pemberian nutrisi
yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan
(Yuliana, 2009). Metode pemberian nutrisi parenteral bisa melalui vena perifer dan
vena central, namun risiko terjadinya phlebitis lebih tinggi pada pemberian melalui
vena perifer sehingga metode ini tidak banyak digunakan. Nutrisi parenteral
diberikan bila asupan nutrisi enteral tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
tidak dapat diberikan dengan baik. Nutrisi parenteral diberikan pada pasien dengan
kondisi reseksi usus massif, reseksi kolon, fistula dan pasien sudah dirawat selama 3-
7 hari (Ziegler, 2009). Namun sebelum diberikan ke pasien suhu formula harus
disesuaikan dengan suhu ruangan (Ziegler, 2009). Komponen dalam pemberian
nutrisi secara parenteral sebaiknya tidak menggunakan lemak dalam minggu pertama
selama perawatan di ICU, namun penggunaan asam lemak omega-3 masih boleh
diberikan. Zat gizi yang direkomendasikan adalah penambahan pemberian glutamin
(Ziegler, 2009). Penelitian lain juga mendukung penambahan pemberian glutamin
dilakukan oleh Jonqueiraet al. (2012) yaitu untuk meningkatkan toleransi pasien
teerhadap nutrisi yang diberikan maka selain pemberian enteral ditambahkan pula
infus dengan volume minimal yaitu 15 ml/ jam dengan diet semi elemental,
normokalori, hipolipid, dan hiperprotein dengan penambahan glutamine

b) Nutrisi Enteral

Nutrisi enteral/ Enteral Nutrition (EN) adalah nutrisi yang diberikan pada pasien
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi
diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT),
atau jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin
(gastrostomy dan jejunum percutaneous) (Yuliana, 2009). Teknik pemasangan
selang untuk memberikan nutrisi secara enteral yaitu terdapat beberapa teknik untuk
memasukkan selang nasoenterik melalui nasogastric, nasoduodenum, atau
nasojejunum, namun sebaiknya menggunakan teknik PEG (Percutaneous
Endoscopic Gastrostomy) karena komplikasinya lebih sedikit. Akan tetapi, sebagian
besar pasien toleran terhadap pemasangan selang nasoenteric secara manual (Tuna,
M., et al, 2013) Metode pemberian nutrisi enteral ada 2 yaitu gravity drip (pemberian
menggunakan corong yang disambungkan ke selang nasogastric dengan kecepatan
mengikuti gaya gravitasi) dan intermittent feeding (pemberian nutrisi secara
bertahap yang diatur kecepatannya menggunakan syringe pump). Nutrisi enteral
sebaiknya diberikan pada semua pasien kritis kecuali pasien mengalami distensi
abdomen, perdarahan gastrointestinal, diare dan muntah.(Setianingsih & Anna,
2014)

6. Makro dan mikro nutrient pasien kritis


a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energy yang penting. Setiap gram karbohidrat menghasilkan
4 kalori. Asupan karbohidrat dalam diet sebaiknya 50-60% dari kebutuhan kalori. Dalam
diet, karbohidrat tersedia dalam 2 bentuk; pertama karbohidrat dapat dicerna, diabsorbsi dan
digunakan oleh tubuh dan kedua karbohidrat yang tidak dapat dicerna seperti serat.
b. Lemak
Komponen lemak dapat diberikan dalam bentuk nutrisi enteral ataupun parenteral sebagai
emulsi lemak. Pemberian lemak dapat mencapai 30%-50% dari total kebutuhan. Satu gram
lemak menghasilkan 9 kalori. Lemak memiliki fungsi sebagai sumber energy, absorbs
vitamin yang larut, menyediakan asam lemak esensial dan melindungi organ internal,
membantu regulasi suhu tubuh dan melumasi jaringan jaringan tubuh. Pemberian kalori
dalam bentuk lemak akan memberikan keseimbangan energy dan menurunkan insiden dan
beratnya efek samping akibat pemberian glukosa dalam jumlah besar.
c. Protein
Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk protein adalah 0,8g/kgbb/hari atau kurang
lebih 10% dari total kebutuhan kalori. Para ahli merekomendasikan pemberian 150kkal
untuk setiap gram nitrogen (6,24 gram protein dengan 1 gram nitrogen). Kebutuhan ini
didasarkan pada kebutuhan minimal yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan
nitrogen. Dalam sehari kebutuhan nitrogen untuk kebanyakan populasi pasien di ICU
direkomendasikan sebesar 0.15-0.2 gram/kgbb/Hari. Ini sebanding dengan 1-1.25 gram
protein kgbb/hari.
d. Mikronutrien
Pasien sakit kritis membutuhkan vitamin A,E, K, B1,B3,B6,C asam pantotenat dan asam
folat yang lebih banyak dibandingkan kebutuhan normal. Kusus tiamin (B1) asam folat dan
vitamin K mudah terjadi defisiensi pada TPN. Dialisis ginjal bisa menebabkan kehilangan
vitamin-vitamin yang larut dalam air. Selain defisiensi besi yang sering terjadi pada pasien
sakit kritisdapat juga terjadi defisiensi selenium, zink, mangan dan copper.
Daftar Pustaka

Laksono Purwowiyoto, S., & Trifena, G. (2021). DIET DAN NUTRISI PASIEN GAGAL
JANTUNG: TINJAUAN MINI BAGI PRAKTISI KLINIS Diet and nutrition in heart
failure patients: mini review for clinical practice. Arsip Gizi Dan Pangan). 2021, 6(2),
111–121. https://doi.org/10.22236/argipa.v6i2.7187

Santosa, B., Suwarman, & Pradian, E. (2020). Terapi Nutrisi Pasien Di Intensive Care Unit
(Icu). Jurnal Komplikasi Anestesi, 7(3), 97–105.

Setianingsih, & Anna, A. (2014). Perbandingan Enteral Dan Parenteral Nutrisi Pada Pasien
Kritis. Prosiding Seminar Nasional & Internasional, 1(1), 1–7.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1230

Anda mungkin juga menyukai