Disusun Oleh
Kelompok 6
1. Ayunita Triananda
2. Melinda Tri Putri
3. Nabela Casera
Pada pasien kritis, pemberian nutrisi hendaknya diberikan dini 24-48 jarn pertama dan
tidak saat pasien masih berada dalam fase ebb/syok/resusitasi. Kebutuhan kalori diberikan
bertahap untuk menjaga toleransi penerimaan usus pada pemberian nutrisi enteral dan untuk
menjaga agat keseimbangan nitrogen tidak terlalu negatif pada pemberian nutrisi parenteral.
Pada hari pertama dapat diberikan l/3 kebutuhan kalori, hari kedua % '213 kalori, dan pada
hari ketiga dapat diberikan dukungan nutrisi penuh. (Kresnoadi, 2017)
Makanan enteral formula rumah sakit (FRS) diproduksi dalam bentuk cair dengan
menggunakan bahan-bahan makanan segar seperti telur ayam, susu sapi, minyak, gula dan
jeruk. Pemenuhan kebutuhan makanan enteral dalam bentuk siap seduh/bubuk (terutama jam
malam), menggunakan formula enteral komersial. FRS yang berbentuk cair lebih ekonomis
dan enak, tetapi osmolaritasnya berubah-ubah, mudah terkontaminasi, dan masa kadaluwarsa
yang pendek sehingga jarang digunakan. (Ibnu et al., 2017)
Pemberian melalui selang nasoenterik dianjurkan bila nutrisi enteral hanya diberikan
kurang atau sama dengan 6 minggu. Bila nutrisi enteral tidak dapat diberikan melalui mulut
selama lebih dari 6 minggu, maka dianjurkan pemberian melalui selang enterostomi (gastro
duodenostomi).
Makanan/nutrisi enteral formula rumah sakit (blenderized): Makanan ini dibuat dari
beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan menggunakan blender.
Konsistensi larutan, kandungan zat-zat gizi, dan osmolaritas dapat berubah pada setiap kali
pembuatan dan dapat terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde yang
besar, rasanya enak, dan harganya relatif murah. Contoh : a). Makanan cair tinggi energi dan
tinggi protein. Bahan: susttfull crearu, susu skim, susu rendah laktosa, telur, glukosa, gula
pasir, tepung beras, minyak kacang, dan sari buah; b). Makanan cair rendah laktosa. Sesuai
toleransi Bahan: susu rendah laktosa, telur gula pasir, maizena, dan minyak kacang; c).
Makanan cair tanpa susu (bebas laktosa). Bahan: telur, kacang hijau, wortel. jeruk tepung
beras, dan gula pasir; d). Makanan khusus: untuk penyakit hati, rendah protein untuk penyakit
ginjal, rendah purin untuk penyakit gout, diet diabetes. Makanan/nutrisi enteral formula
komersial : Formula komersial ini berupa bubuk yang siap dicairkan atau berupa cairan yang
dapat segera diberikan. Nilai gizinya bermacam-macam sesuai kebutuhan, konsistensi dan o
smo laritasny a tetap, pr al(contoh: nefrisol), dan tinggi protein (contoh: peptisol); d). Diet
enteral tinggi serat (contoh: indovita). (Tuna, M., et al, 2013).
Pasien yang ditugaskan pada kelompok awal menerima larutan glukosa intravena 20%;
Dengan target untuk asupan energi total adalah 400 kkal per hari pada ICU hari 1 dan 800
kkal per hari pada hari ke-2 .Pada hari ke-3, nutrisi parenteral (OliClinomel atau Clinimix,
Baxter) dimulai, dengan target dosis 100% dari sasaran kalori melalui penggabungan nutrisi
enteral dan parenteral (kecuali jika dokter memperkirakan bahwa pasien akan mentoleransi
dengan cukup nutrisi enteral atpada hari ke-3). Jumlah nutrisi parenteral dihitung per hari
sebagai perbedaan antara pemasukan total energy yang efektif yang dihasilkan dari nutrisi
enteral dan penjumlahan sasaran kalori. (Guideline, n.d.)
Perhitungan mengenai sasaran kalori termasuk energi protein dan didasarkan pada
koreksi berat badan yang ideal, usia, dan sex .Sasaran kalori maksimum untuk semua pasien
adalah 2.880 kkal per hari. Ketika nutrisi enteral dipenuhi 80% dari tujuan kalori yang
dihitung atau ketika pasien itu dinilai dapat melanjutkan nutrisi oral, nutrisi parenteral
dikurangi dan akhirnya dihentikan. Nutrisi parenteral dimulai kembali saat asupan enteral
atau oral turun menjadi kurang dari50% dari kebutuhan kalori yang dibutuhkan. (Guideline,
n.d.)
Pasien yang ditugaskan pada kelompok inisiasi akhir menerima larutan glukosa 5%
dalam volume yang sama dengan pemberian nutrisi parenteral dalam kelompok awal-inisiasi
untuk memberikan hidrasi yang adekuat, dengan menghasilkan volume nutrisi enteral yang
diperhitungkan. Jika nutrisi enteral adalah cukup setelah 7 hari di ICU, nutrisi parenteral
dimulai pada hari ke8 untuk mencapai tujuan kalori. Semua pasien yang tidak mampu untuk
makan pada hari ke 2 mendapatkan nutrisi enteral (terutama Osmolite, Abbott), ketika
sementara waktu dipelihara dalam posisi setengah beraring (table 4 dalam Lampiran
Tambahan) kecuali kontraindikasi secara medis. Urutan penghentian untuk semua pasien
dengan nutrisi enteral menetapkan peningkatan laju infuse 2 kali sehari untuk nutrisi enteral,
penggunaan agen prokinetik dan duodenal feeding tube. (Guideline, n.d.)
Pasien dalam kedua kelompok penelitian menerima elemen parenteral, mineral (kalium,
fosfat, dan magnesium), dan vitamin pada awal tinggal di ICU. Disamping untuk mencegah
permasalahan karena penurunan mikronutrien pada refeeding. Sebuah system manajemen
data pasien (MetaVision, iMDsoft) digunakan untuk menghitung volume nutrisi enteral dan
parenteral per hari yang diberikan kepada setiap pasien, sesuai dengan protokol. Manajemen
nutrisi setelah keluar dari ICU adalah kebijaksanaan para dokter. Infuse insulin yang
berkelanjutan telah disesuaikan untuk memperoleh tingkat glukosa darah 80-110 mg per
desiliter (4,4 menjadi 6,1 mmol per liter). Tingkat glukosa darah arteri dipantau dengan
analisis kimia dan dilakukan setiap 1 sampai 4 jam pada analisa gas darah (Radiometer ABL
715 dan 725, Radiometer Medical) dan dikoreksi sesuai kebutuhan. Pedoman untuk
penghentian ventilator diikuti oleh semua partisipan ICU. (Guideline, n.d.)
Daftar Pustaka
Guideline. (n.d.). Nutrisi Parenteral Awal Dibandingkan Nutrisi Parenteral Akhir Pada
Pasien Dewasa Dengan Penyakit yang Kritis Metode. 110.
Ibnu, I., Budipratama, D., & Maskoen, T. (2017). Terapi Nutrisi pada Pasien ICU. Medica
Hospitalia : Journal of Clinical Medicine, 2(3), 140–148.
https://doi.org/10.36408/mhjcm.v2i3.185
Kresnoadi, E. (2017). Pemberian Nutrisi Enteral Secara Dini pada Pasien Sakit Kritis di Icu.
Jurnal Kedokteran Unram, 6(3), 32–35.
Wiryana, M. (2007). Nutrisi Pada Penderita Sakit Kritis. Journal of Internal Medicine, 8(2),
176–186.
Klinik, Kepaniteraan, Ilmu Penyakit, Universitas Kristen, and Krida Wacana. 2011. “BAB I.”
1–17