Anda di halaman 1dari 6

REVIEW DIETETIK JALUR MAKANAN PADA KONDISI

SAKIT
Nama : Vivid Syahputri Audry

Nim : K021171512

 NUTRISI PERORAL

Jalur peroral merupakan pemberian makanan dan minuman pada pasien secara
langsung melalui mulut. Jalur ini bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan
membangkitkan selera makan pada pasien. Adapun indikasi pemberian makan jalur
oral yaitu pasien yang tidak mampu makan secara mandiri yang disebabkan karena
sakit atau trauma tubuh. Adapun hal-hal yang perlu dikaji sebelum memberikan
makanan jalur oral yaitu: fungsi gastrointestinal, dan tipe diet yang ditoleransi oleh
pasien, kemampuan pasien dalam menelan, nafsu makan pasien, jenis makanan yang
disukai dan tidak disukai, serta adanya alergi makanan.

Pasien yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus tetap mendapat
masukan nutrisi melalui cara enteral dengan selang nasogastric (NGT) maupun
selang oralgastrik (OGT) atau cara parenteral (intravena) baik itu menggunakan vena
central maupun perifer. Yang bertujuan untuk memenuhi suplai nutrisi yang
dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi tubuh yang optimal.

 NUTRISI ENTERNAL

Nutrisi Enteral merupakan nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui
tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat
secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin (gastrostomy dan jejunum
percutaneous). Pemberian makanan melalui traktus gastrointestinal (nutrisi enteral)
lebih dipilih dibandingkan pemberian makanan intravena karena bersifat lebih
fisiologis. Nutrisi enteral memberikan gizi yang menstimulasi faktor trofik (mis.
gastrin, kolesistokinin, bombesin) yang dilepaskan dari lumen yang
mempertahankan integritas lambung (mis. tautan rapat antara sel intraepitel dan
tinggi vilus) dan aktivitas absorbsi dari usus halus.
Rute enteral sebaiknya digunakan kecuali ada kontraindikasi (obstruksi usus, luas
permukaan usus yang tidak adekuat, diare yang tidak sembuh). Jika ada
kontraindikasi dan pasien tidak kurang gizi atau stres berat, nutrisi parenteral bukan
merupakan keharusan. Nutrisi enteral yang diberikan pada pasien dengan gangguan
gastrointestinal dapat menyebabkan ketidakcukupan pemenuhan nutrisi dan berisiko
terjadi malnutrisi.

Teknik pemasangan selang untuk memberikan nutrisi secara enteral terdapat


beberapa teknik untuk memasukkan selang nasoenterik melalui nasogastric (NGT),
nasoduodenum (NDT), atau nasojejunum (NJT), namun sebaiknya menggunakan
teknik PEG (Percutaneous Endoscopic Gastrostomy) karena komplikasinya lebih
sedikit. NGT diberikan kepada pasien yang tidak memiliki gangguan pada lambung
dan usus. Keuntungan penggunakan NGT diantaranya lebih ekonomis, jalur
termudah untuk memasukkan tabung ke dalam alat pencernaan, dan juga menjaga
kenormalan fungsi usus, sedangkan kerugian penggunaan NGT adalah
meningkatkan resiko aspirasi paru-paru.

NDT diberikan kepada pasien yang memiliki gangguan pada lambung. Keuntungan
penggunaan NDT diantaranya dapat digunakan lebih cepat, yaitu 4-6 jam setelah
cedera, sedangkan kerugian penggunaan NDT adalah meningkatkan resiko
kembung, kram dan diare karena kekurangan kapasitas dalam usus. NJT diberikan
kepada pasien yang memiliki gangguan lambung, pasien yang beresiko mengalami
refluks esophagus, dan pasien yang akan dioperasi. Keuntungan penggunaan NJT
diantaranya dapat digunakan lebih cepat yaitu 4-6 jam setelah cedera dan dapat
mengurangi refluks esophagus sedangkan kerugian penggunaan NJT yaitu
meningkatkan resiko kembung, kram dan diare karena kekurangan kapasitas dalam
usus.

Metode pemberian nutrisi enteral ada 2 yaitu gravity drip (pemberian menggunakan
corong yang disambungkan ke selang nasogastric dengan kecepatan mengikuti gaya
gravitasi) dan intermittent feeding (pemberian nutrisi secara bertahap yang diatur
kecepatannya menggunakan syringe pump). Metode intermittent feeding lebih
efektif dibandingkan metode gravity drip, hal ini dilihat dari nilai mean volume
residu lambung yang dihasilkan pada intermittent feeding lebih sedikit dibandingkan
gravity drip yaitu 2,47 ml : 6,93 ml. Hal ini dikarenakan kondisi lambung yang penuh
akibat pemberian secara gravity drip akan memperlambat motilitas lambung dan
menyebabkan isi lambung semakin asam sehingga akan mempengaruhi pembukaan
spinkter pylorus. Efek dari serangkaian kegiatan tersebut adalah terjadinya
pengosongan lambung.

Makanan enteral dikelompokkan menjadi makanan enteral komersial dan makanan


enteral homemade :

1. Makanan enteral komersial adalah makanan enteral dalam bentuk bubuk, terbagi
menjadi formula polimerik, formula 8 modular, formula elemental (formula
monomerik dan oligomerik).

 Formula polimerik diberikan kepada pasien dengan penyakit kritis (critical ill).
Formulasi standar mengandung 45%-60% kalori dari karbohidrat, 12%-20%
kalori dari protein, dan 30%-40% kalori dari lemak. Formula ini mengandung
karbohidrat, lemak, dan protein dalam bentuk kompleks. Formula polimerik tidak
mengandung laktosa, karena kandungan laktosa akan menyebabkan distensi
abdomen, kram dan diare. Formula polimerik memiliki kerapatan kalori 1
kkal/mL dan bersifat isotonik.
 Formula modular adalah formula khusus yang hanya terdiri atas satu
makronutrien yaitu lemak, karbohidrat, atau protein saja.
 Formula elemental didesain untuk pasien yang mengalami gangguan penyerapan
makanan dan gangguan pencernaan seperti penyakit Chron’s dan sindrom usus
pendek. Formula elemental dibagi menjadi formula monomerik dan oligomerik.
Perbedaan kedua formula tersebut adalah sumber nitrogen, pada formula
monomerik terdiri dari asam-asam amino, sedangkan pada formula oligomerik
tersusun atas dipeptide dan tripeptida. Keduanya dikombinasikan dengan sumber
lemak yang mudah diserap yaitu MCT (Medium Chain Triglyceride), dan juga
penambahan maltodekstrin sebagai sumber karbohidrat.

2. Makanan enteral homemade dibuat dengan mengkombinasikan bahan-bahan


makanan seperti seperti susu, telur, daging, buah dan sayuran yang diblender.
Makanan enteral homemade dapat dibuat di rumah pasien atau di rumah sakit.
Makanan enteral homemade memiliki keuntungan diantaranya lebih ekonomis
dan mudah disesuaikan dengan kondisi pasien. Menurut Asosiasi Dietisien
Indonesia (2005), pembuatan formula enteral didasarkan pada perhitungan
kebutuhan zat gizi yang disesuaikan dengan syarat meliputi karbohidrat 60-70%,
protein 15-20% dan lemak 20- 25% yang terdiri dari SAFA <13%.

 NUTRISI PARENTERAL

Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Diindikasikan untuk
pasien yang tidak mampu menelan atau mencerna nutrien atau mengabsorbsinya dari
traktus gastrointestinal. Nutrisi parenteral diberikan bila asupan nutrisi enteral tidak
dapat memenuhi kebutuhan pasien dan tidak dapat diberikan dengan baik. Nutrisi
parenteral diberikan pada pasien dengan kondisi reseksi usus massif, reseksi kolon,
fistula dan pasien sudah dirawat selama 3-7 hari. Metode pemberian nutrisi
parenteral bisa melalui vena perifer dan vena central, namun risiko terjadinya
phlebitis lebih tinggi pada pemberian melalui vena perifer sehingga metode ini tidak
banyak digunakan.

Pemilihan akses apa yang dipakai didasarkan atas pertimbangan:

1. Lama dukungan nutrisi diberikan. Apabila dukungan nutrisi diberikan tidak lebih
dari 14 hari maka dapat digunakan rute perifer, sebaliknya rute central digunakan
bila nutrisi parental direncanakan diberikan lebih dari 14 hari.

2. Konsentrasi larutan. Pada akses vena central dimungkinkan untuk memberikan


larutan dengan konsentrasi tinggi yaitu dekstrosa 25-30% yang merupakan
larutan hipersomoler karena, memberikan osmolalitas sebesar 1200-1500
mOsm/L. Sedangkan dengan akses vena perifer konsentrasi dekstrosa yang
ditoleransi hanya antara 5-10% dengan osmolalitas sebesar 250-500 mOsm/L,
walaupun beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi dekstrosa
sampai 12.5% masih dapat ditoleransi.

Nutrisi parenteral yang diberikan melalui vena perifer dapat diterima ketika pasien
membutuhkan kurang dari 2000 kalori setiap harinya dan perkiraan kebutuhan
bantuan nutrisi hanya dalam waktu singkat. Vena perifer tidak mentoleransi infus
cairan dengan osmolaritas yang melebihi 750 mOsm/L (setara dengan 12,5%
glukosa) sehingga membatasi jumlah kalori yang dapat diberikan. Ketika kebutuhan
gizi lebih dari 2000 kalori per hari atau diperlukan bantuan nutrisi untuk jangka
panjang, kateter dipasang pada sistem vena sentral untuk memungkinkan infus
cairan nutrisi hipertonik (1900 mOsm/L).

Pemberian nutrisi parenteral harus berdasarkan standar yang ada agar tidak
terjadi komplikasi, diantaranya menentukan tempat insersi yang tepat (tidak boleh
digunakan untuk plebotomi dan memasukkan obat), persiapan formula nutrisi
parenteral secara steril 24 jam sebelum diberikan ke pasien dan disimpan di kulkas
serta aman dari pencahayaan agar menurunkan degradasi biokimia dan kontaminasi
bakteri. Namun sebelum diberikan ke pasien suhu formula harus disesuaikan dengan
suhu ruangan.

Zat gizi yang direkomendasikan adalah penambahan pemberian glutamin,


untuk meningkatkan toleransi pasien teerhadap nutrisi yang diberikan maka selain
pemberian enteral ditambahkan pula infus dengan volume minimal yaitu 15 ml/ jam
dengan diet semi elemental, normokalori, hipolipid, dan hiperprotein dengan
penambahan glutamine. Umumnya cairan untuk nutrisi parenteral, baik larutan asam
amino (aa), KH ataupun lipid digunakan larutan standar. Kadar larutan tergantung
pada akses yang akan digunakan. Pada beberapa keadaan klinis seperti penyakit hati
dan ginjal seringkali dibutuhkan larutan khusus terutama yang menyangkut susunan
asam aminonya.

a. Karbohidrat (KH): sebagai sumber energi di samping lemak, KH diberikan dalam


jumlah 40-45% dari kalori total. Berbagai bentuk KH yang umum digunakan
adalah dekstrosa/glukosa, maltosa (glukosa polimer) dan xilitol dengan berbagai
konsentrasi.

b. Lipid: merupakan nutrien dengan densitas kalori tinggi (9kkal/g) dan pada
penggunaan untuk nutrisi parenteral sebaiknya memasok 30-50% energi non
nitrogen. Selain sumber energi, lipid juga merupakan sumber asam lemak esensial
(ALE, yaitu as. Linoleat dan as. Linolenat)

c. Mineral dan elektrolit: pada nutrisi parenteral diperlukan kalsium (Ca), fosfor (P),
natrium (Na), kalium (K), klorida (Cl), asetat dan magnesium (Mg) dengan
perhatian khusus pada kadar Ca dan P sehubungan dengan kemungkinan
terjadinya presipitasi.
d. Vitamin : vitamin merupakan komponen nutrisi yang esensial dan berperan
sebagai ko-ensim pada berbagai reaksi metabolik. Pada pemberian vitamin,
sebagian akan hilang karena diabsorbsi atau menempel pada kantong /botol dan
slang infus yang digunakan atau rusak karena terpajan cahaya, sehingga tidak
mudah untuk menentukan dosis vitamin pada nutrisi parenteral.

Komplikasi, Nutrisi Enteral memiliki komplikasi yang lebih rendah dibandingkan


nutrisi parenteral. Namun, seringkali penggunaan EN sendirian tidak mampu
mencukupi target kalori yang dibutuhkan pasien. Oleh karena itu kombinasi
penggunaan EN dan PN merupakan strategi untuk mencegah kekurangan nutrisi.

a. Pemberian nutrisi enteral sering diberhentikan karena keluhan pasien kembung


atau distensi; muntah; residu lambung yang tinggi (biasanya 200 sampai 250 mL);
diare; abdomen yang distensi pada pemeriksaan fisis; penurunan pasase, atau
tidak adanya flatus; atau penemuan abnormal dari radiologi abdomen

b. Komplikasi NP dapat dikategorikan ke dalam 4 golongan:

 Pemberian nutrisi tidak adekuat: - under/over nutrition


 Metabolik: gangguan elektrolit, hypoglikemia, hiperglikemia, cholestatic
jaundice, defisiensi vitamin, asam lemak, asidosis metabolik dan lain lain.
 Mekanik: pneumotoraks, hemotoraks, emboli udara dan lain-lain.
 Infeksi: sepsis, flebitis dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai