Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Dukungan nutrisi merupakan suatu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari manajemen
holistik terutama untuk pasien yang sakit kritis oleh karena tindakan bedah atau non
bedah. Pada banyak kasus keadaan pasien memburuk atau bisa meninggal yang bukan
disebabkan oleh penyakit utama namun sebagai komplikasi sekunder dari malnutrisi. Hal
ini penting bagi para klinisi untuk memahami perubahan metabolisme tubuh yang terjadi
pada proses tersebut. Hal penting lain yang tidak bisa dilupakan adalah bagaimana
mendukung pasien dengan nutrisi yang baik. Nutrisi enteral merupakan pilihan pertama
untuk pasien, namun jika ada kontraindikasi, harus selalu dipertimbangkan untuk
menggunakan nutrisi parenteral. Nutrisi seperti halnya oksigen dan cairan senantiasa
dibutuhkan oleh tubuh. Penderita yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus
tetap mendapat masukan nutrisi melalui cara enteral (pipa nasogastrik) atau cara parentral
(intravena). Nutrisi parenteral tidak menggantikan fungsi alamiah usus, karena itu hanya
merupakan jalan pintas sementara sampai usus berfungsi normal kembali.
Nutrisi parenteral total dapat didefenisikan sebagai cara pemberian nutrisi melalui rute
parenteral guna memenuhi kebutuhan metabolisme dan pertumbuhan (Chaudhari &
Kadam, 2006). Total Parenteral Nutrition (TPN) merupakan terapi pemberian nutrisi
secara intravena kepada pasien yang tidak dapat makan melalui mulut. Tujuannya adalah
mengganti dan mempertahankan nutrisi-nutrisi penting tubuh melalui infus intravena
ketika (dan hanya ketika) pemberian makanan secara oral bersifat kontraindikasi atau
tidak mencukupi. TPN digunakan ketika diperlukan saja dikarenakan oleh risiko yang
terkait dengan terapi ini dan tingginya biaya untuk melakukan terapi ini.
Farmasis memegang peran penting dalam memilih pasien dengan kondisi yang sesuai
untuk pemberian TPN, mengatur regimentasi dosis dan meracikkan sediaan TPN,
memonitor kondisi pasien, memberikan saran kefarmasian, dan edukasi pada pasien.

1.2 rumusan masalah


1. apa yang dimaksud dengan TPN (Total Parenteral Nutrition) ?
2. Bagaimana kegunaan dari TPN (Total Parenteral Nutrition)?
3. Bagaimana Proses pembuatan dari TPN (Total Parenteral Nutrition)?
4. Bagaimana penggunaan dari TPN (Total Parenteral Nutrition)?

1
1.3 tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan TPN (Total Parenteral Nutrition)
2. Untuk mengetahui kegunaan dari TPN (Total Parenteral Nutrition)
3. Untuk mengetahui proses pembuatan dari TPN (Total Parenteral Nutrition)
4. Untuk mengetahui penggunaan dari TPN (Total Parenteral Nutrition)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengetian TPN


Nutrisi parenteral adalah pemberian nutrien yang dibutuhkan secara parenteral
(melalui intravena). Larutan nutrisi parenteral juga disebut Total Parenteral Nutrition
(TPN) atau hyperalimentation solution (hyperal). Nutrisi parenteral digunakan untuk
pasien yang tidak dapat menelan atau mengabsorbsi nutrien melalui saluran
gastrointestinal. Nutrisi parenteral total menyuplai semua nutrien yang dibutuhkan,
sedangkan nutrisi parenteral parsial memberikan tambahan kebutuhan nutrisi pasien
jika kalori dalam jumlah yang cukup tidak dapat diberikan secara enteral (Ansel dan
Prince, 2004).
Nutrisi parenteral total atau yang lebih dikenal dengan istilah TPN (total
parenteral nutrition) digunakan untuk memberikan dukunagn nutrisi dalam jangka
waktu lama bagi pasien-pasien yang tidak mampu mengkonsumsi makan per oral dan
tidak dapat menjalani pemberian nutrisi enteral. Karena TPN merupakan cara
pemberian nutrisi yang mahal, memerlukan monitoring yang terus menerus dan
berpotensi untuk menimbulkan komplikasi infeksi, metabolic serta mekanis, tindakan
ini hanya dilakukan bila cara pemberian nutrisi yang lain (oral atau enteral) tidak
adekuat atau merupakan kontraindikasi sementara dukungan nutrisi dalam waktu yang
lama sangat dibutuhkan (Hartono, 2006).
Jenis nutrisi parenteral total terdiri atas dua yaitu nutrisi parenteral total
periferal dan nutrisi parenteral total sentral.
1. Nutrisi parenteral total periferal
Nutrisi parenteral total periferal adalah nutrisi parenteral total yang
diberikan melalui akses perifer. Nutrisi parenteral total perifer digunakan
untuk memberi nutrisi kepada pasien dalam waktu yang singkat (7-10
hari). Apabila nutrisi parenteral total dibutuhkan dalam jangka waktu yang
lebih panjang maka larutan lemak ditambahkan. Hal ini bertujuan untuk
memberikan energi lebih dan mencegah kekurangan asam lemak esensial.

3
Gambar vena perifer pada tangan

gambar vena perifer pada permukaan lengan

2. Nutrisi Parenteral Total Sentral


Pemberian melalui vena sentral bersifat lebih permanen daripada
pemberian secara perifer. Vena sentral dapat menerima larutan dengan
osmolaritas tinggi dan volume larutan yang lebih banyak dapat diberikan
pada satu waktu. Pemberian sentral menggunakan suatu tipe tube kateter
yang dipasang pada vena dibawah tulang selangka (vena jugularis atau
vena subklavian) setelah dioperasi. Apabila jarum suntik berada didalam
tubuh, di bawah kulit, selalu terdapat resiko infeksi yang memasuki darah
dan menyebabkan septisemia. Infeksi ini bersifat sangat serius. Jika infeksi
terjadi, selang infus yang dipasang harus dikeluarkan dan nutrisi pasien
dihentikan.

2.2 Kegunaan TPN


Kegunaan dari TPN (total parenteral nutrisi) yaitu sebagai berikut:
1. TPN sering digunakan dalam pengobatan neonatus pada kondisi kritis, sehingga
secara umum tersedia di Neonatal Intensive Care Unit atau NICU. Hal ini

4
dikarenakan kebanyakan neonatus yang lahir prematur maupun yang memiliki
bobot tubuh rendah (<1500 g) belum mampu untuk menerima asupan nutrisi
secara oral atau enteral karena saluran cerna yang belum
2. TPN juga diberikan pada pasien dewasa yang mengalami beberapa penyakit yang
mempersulit pasien untuk menelan makanan seperti:
- Pasien yang sangat kekurangan gizi tanpa asupan oral lebih dari 1 minggu
- Pankreatitis berat
- Radang usus berat (Crohn’s disease dan ulcerative colitis)
- Operasi usus yang ekstensif
- Obstruksi usus kecil
- Kehamilan (pada kasus mual dan muntah yang berat)
- Pasien dengan cedera di kepala
3. Kegunaan lainnya (Hartono, 2006):
- Malnutrisi berat dengan penurunan berat badan sebesar 10% atau lebih
- Kelainan saluran cerna: obstruksi, peritonitis, ganguan pencernaan dan
absorpsi, fistula enterokutaneus, muntah-muntah dan diare yang kronis, ileus
paralitik yang lama, enteritis radiasi, reseksi usus halus yang luas serta
pancreatitis akut yang berat.
- Kebutuhan suplementasi jika asupan oral tidak mencukupi pada pasien-pasien
kanker yang menjalani terapi yang agresif (terapi radiasi maupun kemoterapi).
- Sesudah pembedahan atau cedera, khususnya luka bakar yang luas, fraktur
multiple atau sepsis.
- Gagal jantung, hati, ginjal yang akut dengan perubahan kebutuhan akan asam
amino.
- Pasien penyakit AIDS (acquired immunodeficiency syndrome)
- Transplantasi sumsum tulang.

2.3 Proses Pembuatan TPN


1. Sterilisasi cairan infus
Parameter kualitas untuk sediaan cairan infus yang harus dipenuhi adalah
steril, bebas partikel dan bebas pirogen disamping pemenuhan persyaratan yang
lain. Pada sterilisasi cairan intravena yang menggunakan metoda sterilisasi uap
panas, ada dua pendekatan yang banyak digunakan, yaitu :

5
a. Overkill: Pendekatan Overkill dilakukan untuk membunuh semua mikroba,
dengan prosedur sterilisasi akhir pada suhu tinggi yaitu 121oC selama 15
menit. Dengan cara ini, hanya cairan infus yang mengandung elektrolit tidak
akan mengalami perubahan. Namun cara ini sangat berisiko dilakukan pada
cairan infus yang mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan asam amino
karena bisa jadi nutrisi tersebut pecah dan pecahannya menjadi racun.
Misalnya saja larutan glukosa konsentrasi tinggi. Pada pemanasan tinggi,
cairan ini akan menghasilkan produk dekomposisi yang dinamakan 5-HMF
atau 5-Hidroksimetil furfural yang pada kadar tertentu berpotensi
menimbulkan gangguan hati. Selain suhu sterilisasi yang terlalu tinggi, lama
penyimpanan juga berbanding lurus dengan peningkatan kadar 5-HMF ini.
b. Non-overkill (bioburden-based) :sesuai dengan perkembangan kedokteran
yang membutuhkan jenis cairan yang lebih beragam contohnya cairan infus
yang mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan asam amino serta obat-
obatan yang berasal dari bioteknologi, maka berkembang juga teknologi
sterilisasi yang lebih mutakhir yaitu metoda Non-Overkill atau disebut juga
Bioburden, dimana pemanasan akhir yang digunakan tidak lagi harus
mencapai 121 derajat, sehingga produk-produk yang dihasilkan dengan
metoda ini selain dijamin steril, bebas pirogen, bebas partikel namun
kandungannya tetap stabil serta tidak terurai yang diakibatkan pemanasan yang
terlampau tinggi. Dengan demikian infus tetap bermanfaat dan aman untuk
diberikan. (Darmawan, 2007)
2. Metode Pembuatan
Cairan infus yang dihasilkan mempergunakan pendekatan metoda Bioburden
melalui proses dan teknologi sebagai berikut :
1. Bahan baku (Material)
 Penyediaan air demineralisata (deionized water), dengan system
Reverse Osmosis yang memenuhi syarat, dan penyediaan air untuk
injeksi (water for injection) melalui unit distilasi bertahap (multi stage
distillation unit) pada suhu 121-140 oC yg bebas pirogen.
 Bahan baku dengan beban mikroba dan endotoksin (pirogen) tidak
melebihi batas yang dipersyaratkan.

6
2. Proses (Metode).
a. Proses produksi dengan semua komponen produk dan peralatan yang
berhubungan langsung dengan bahan dilakukan secara otomatis.
b. Design dan kebersihan ruang produksi memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan dipantau secara berkala
c. Pembersihan dan sanitasi peralatan serta fasilitas produksi yang
tervalidasi dan terkendali.
d. Penggunaan filter khusus untuk menjamin larutan bebas pirogen dan
filter berukuran 0.22 mikron untuk menghilangkan kontaminasi mikroba
dan partikel pada tahap pengolahan larutan infus sebelum proses
pengisian kedalam botol. (Catatan, pirogen tidak akan hilang hanya
dengan pemanasan 121 oC, dengan demikian pemanasan dengan suhu
121oC tidak memjamin bebas pirogen jika tidak difiltrasi.
e. Pembuatan botol, dengan sistem blow moulding pada suhu 1850C dan
pengisian larutan di bawah Laminar Air Flow.
f. Proses sterilisasi akhir dari kemasan dan isi di otoklaf pada suhu yang
optimal sehingga tidak merusak zat-zat yang rentan seperti dekstrosa,
asam amino, albumin dan lain-lain.
g. Pengendalian kualitas (quality control) yang ketat melalui pengujian
secara kimia, fisika, mikrobiologi untuk memastikan kualitas larutan dan
kemasan produk sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
(Darmawan, 2007)
3. Validasi TPN
a. SDM (Sumber Daya Manusia)
Pelatihan SDM penerapan higiene perorangan untuk pengelolaan produk
steril dan pemantauan kesehatan dilakukan secara berkala. Pendekatan
bioburden umumnya lebih sesuai untuk produk infus dan telah digunakan
secara luas di berbagai negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang. Dari
ulasan persyaratan yang diperlukan untuk memberikan pelayanan yang
baik dalam terapi cairan, diperlukan teknologi dan pengalaman yang
handal baik dari segi petugas kesehatan (dokter dan paramedik) dan
produsen produk infus. (Darmawan, 2007)

7
4. Komponen TPN
a. Kalori
Kebutuhan energi bagi seorang dewasa yang sehat dengan berat badan
normal dan aktivitas terbatas adalah sekitar 30 kcal/kg BB/hari. Keadaan
stress seperti demam, pembedahan, tumor, luka terbakar, trauma atau
sepsis atau peningkatan berat badan dapat meningkatkan kebutuhan kalori
hingga 50-100%. Respon pasien terhadap terapi nutrisi dapat diukur lewat
penambahan berat dan atau keseimbangan nitrogen yang positif atau
negative. Biasanya dekstrosa (bentuk glukosa yang mengandung air)
merupakan sumber utama energi yang memberikan 3,4 kcal/gram (bukan 4
kcal/gram karena kandungan airnya). Konsentrasi glukosa yang diberikan
dalam formula nutrisi parenteral dapat berkisar dari 10% hingga sekitar
25% (yaitu, dalam nutrisi parenteral total) dan tidak melebihi konsentrasi
tersebut karena baik orang dewasa maupun anak- anak tidak dapat
mengoksidasi glukosa lebih cepat dari 5 mg/kg berat badan/ menit. Jika
larutan glukosa diinfusikan terlalu cepat, maka kelebihan glukosa akan
diubah menjadi lipid. Jika seorang dewasa dengan berat badan 70kg tidak
boleh mendapatkan lebih dari sekitar 200 gram glukosa per hari sementara
kebutuhan energinya melebihi 2000 kcal, maka emulsi lipid dapa diberikan
untuk memenuhi 30% hingga 50% dari kebutuhan energinya. Pasien-
pasien yang pernafasannya tergantung pada ventilator, jumlah asupan
glukosa juga harus dibatasi (tidak melebihi 50% dari jumlah total kalori)
karena oksidasi glukosa akan lebih banyak menghasilkan karbon dioksida
dibandingkan oksidasi lemak. Demikian pula, jumlah asupan glukosa pada
pasien- pasien stroke seharusnya tidak melebihi 200 gram per hari karena
dalam keadaan iskemia, otak lebih menggunakan asam laktat ketimbang
glukosa. Hipoksemia, peningkatan karbon dioksida dan ion hidrogen juga
menyebabkan pelebaran pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan
aliran darah ke dalam otak yang akan menimbulkan edema otak dan
penekanan aktivitas SSP. Di samping itu, pada stroke yang merupakan
keadaan distres berat akan terjadi resistensi insulin sehingga penambahan
glukosa yang berlebihan ke dalam darah dapat mengakibatkan
hiperglikemia dengan konsekuensi terjadinya sembab pada dinding
pembuluh darah serta jaringan saraf.

8
b. Protein
Sumber protein pada formula nutrisi parenteral terdapat dalam bentuk
campuran asam amino esensial dan non esensial yang konsentrasinya
berkisar dari 5% hingga 15%. Jumlah total nitrogen yang diberikan harus
cukup untuk memenuhi kebutuhan harian,dan kedelapan asam amino
esensial harus terdapat dengan jumlah yang memadai serta keseimbangan
yang tepat. Jumlah asam amino yang diberikan harus bergantung pada
perkiraan kebutuhan pasien akan protein (estimated protein requiremen)
dan fungsi hati serta ginjal pasien. Biasanya pada nutrisi parenteral, jumlah
protein yang dibutuhkan berkisar 0,8-2,5 gm/kg BB untuk orang dewasa
dan 3-4 gr/kg BB untuk anak-anak. Jumlah ini bergantung pada asupan
kalorinya, keadaan stres dan simpanan protein dalam otot seperti terlihat
pada luka bakar atau enteropati. Protein tidak dapat disimpan tanpa asupan
kalori yang memadai dan aktifitas fisik. Larutan dengan rasio jumlah
kalori non protein terhadap jumlah gram nitrogen yang besarnya kurang
lebih 150:1 hingga 220:1 diperlukan dan sudah memadai bagi kebanyakan
pasien dewasa untuk meningkatkan balance nitrogen yang positif,
menggalakan sintesis protein dan menaikan berat badan disamping untuk
meminimalkan proses glukoneogenesis. Anak-anak umumnya
membutuhkan rasio yang lebih tinggi lagi,yaitu 230-300:1 agar balance
nitrogen tetap positif. Pengurangan kandungan protein dalam formula
nutrisi parenteral diperlukan pada pasien insufisiensi hati atau ginjal
karena pembarian protein yang berlebih dapat meningkatkan kadar amonia
atau ureum. Sebaliknya pasien dengan kehilangan protein yang berat
seperti pasien penyakit kanker akan membutuhkan peningkatan asupan
protein yang sangat besar. Formula parenteral dengan kandungan protein
yang khusus sudah tersedia di indonesia dengan nama dagang seperti EAS
Pfrimmer untuk gagal ginjal dan Comafusin hepar atau Aminofusin hepar
untuk gagal hati (sirosis hepatik).
c. Lemak
Sediaan bentuk emulsi lemak seperti preparat intra lipid 10%, 20%, dan
30% yang masing-masing mengandung 10, 20 atau 30 gr lemak/100ml dan
memberikan 1,1 , 2,0 atau 3,0 kcal/ml. Preparat tersedia dam volume 100
ml atau 250 ml. Dosis lazim 0,5-1 gr /kg BB/hari untuk memasok kalori

9
sebanyak 30% dari total kalori. Dianjurkan agar pemberian infuse lipid
dibatasi pada 2,5gr/kg BB/hari bagi orang dewasa dan tidak lebih dari 4
gr/kg BB/hari bagi anak-anak. Jika tujuan hanya mencegah defisiensi asam
lemak esensial diberikan selama 3-4 hari dalam 1 minggu. Cara pemberian
melalui selang infuse terpisah atau bercabang, larutan emulsi lipid lebih
mendukung pertumbuhan Candida dan banyak bakteri lainnya
dibandingkan larutan glukosa-asam amino sehingga harus diberikan
dengan teknik aseptis yang lebih cermat. Tujuan pemberian untuk
meningkatkan asupan kalori dalam keadaan ketika jumlah kalori dari
larutan karbohidrat saja tidak mencukupi kebuuhan pasien dan
untukmenghindari kemungkinan defisiensi asam lemak esensial.
Kontraindikasi penyakit hati yang berat, hiperlipidemia berat, atau riwayat
alergi yang hebat terhadap telur, aterosklerosis, kelainan pembekuan
darah, pankreasitis atau jenis-jenis penyakit paru-paru tertentu. Mekanisme
kerja dari karnitin yang merupakan derivate asam amino lisin akan
menstimulasi masuknya asam lemak rantai panjang kedalam mitokondria
sehingga asam lemak tersebut dapat dioksidasi sebagai sumber energi.
d. Vitamin dan Mineral
Konsentrat multivitamin dapat ditambahkan ke dalam formula parenteral
menurut RDA dan menurut kebutuhan pasien. Vitamin C kadang-kadang
disuntikan langsung ke dalam pembuluh vena atau lewat selang infuse.
Vitamin K dan B12 tidak bisa ditambahkan ke dalam formula parenteral
karena aktivitasnya akan hilang. Karena itu vitamin B12 harus diberikan
melalui suntikan intramuskuler sebulan sekali. Vitamin K juga bisa
disuntikan melalui suntikan intramuskuler menurut hasil pmeriksaan
waktu protrombin. Dosis pemberian vitamin K biasanya 10 mg /minggu.
Asam folat tidak dapat bercampur dengan riboflavin sehingga harus
disuntikan tersendiri dengan dosis 5mg/minggu. Pemberian cairan infuse
tertentu yang mengandung elektrolit bergantung pada hasil pemeriksaan
jasmani dan kadar elektrolit pasien. Pasien-pasien yang mendapatkan
nutrisi parenteral selama lebih dari satu bulan juga dapat mengalami
deplesi trace minerals. Untuk itu pemberian formula trace mineral
dianjurkan oleh Asosiasi medik Amerika, di Indonesia penyuntikan
preparat trace minerals masih belum lazim dilakukan.

10
5. Contoh Sediaan Total Parenteral Nutrisi
a. OTSU-D5
Kandungan: Glukosa
Indikasi : Larutan nutrisi yang memberikan 200 kKal/Liter.
Terapi cairan pengganti selama dehidrasi dan syok.
Kontraindikasi : Hiperglikemia (keadaan kadar glukosa darah yang tinggi),
diabetes insipidus, sindroma malabsorpsi glukosa-galaktosa, anuria (tidak
dibentuknya kemih oleh ginjal), perdarahan intrakranial dan intraspinal.
Perhatian : Gagal ginjal, trauma sebelum operasi atau sesudah operasi,
sepsis (reaksi umum disertai demam karena kegiatan bakteri, zat-zat yang
dihasilkan oleh bakteri atau kedua-duanya) berat.
Efek samping : Jarang : hiperglikemia, iritasi lokal, anuria, oligouria
(sekresi kemih yang berkurang dibandingkan dengan masukan cairan),
kolaps sirkulatori, tromboflebitis, udema, hipokalemia, hipomagnesia,
hipofosfatemia.
Kemasan : Infus 5 % x 100 mL.
b. Ringer Glukosa
Kandungan : Per 1000 mL Glucose 50 gram, NaCl 8,6 gram, KCl 0,3
gram, CaCl2 0,33 gram, air untuk injeksi ad 1,000 mL.
Indikasi : Menambah kalori, mengatasi dehidrasi isotonis, pengganti cairan
tubuh yang hilang dalam keadaan asam basa berkeseimbangan atau
asidosis ringan dan mengembalikan keseimbangan elektrolit.
Kontraindikasi : Hiperhidrasi, diabetes mellitus, asidosis, kelainan ginjal
parah, gangguan pemanfaatan glukosa oleh tubuh pada pasca operasi,
sindroma malabsorpsi glukosa-galaktosa.
Perhatian : Payah jantung, udem dengan retensi Natrium, gangguan ginjal,
keadaan asidosis laktat, kerusakan hati, sepsis parah, kondisi pra dan pasca
trauma.
Efek Samping : Tromboflebitis (pada pH rendah 3,5-5), panas, iritasi atau
infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis atau flebitis vena yang meluas
dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.
Kemasan : Larutan Infus 500 ml x 20
Dosis : Injeksi Intra Vena 3 mL/kg berat badan/jam atau 70 tetes/70 kg
berat badan/menit atau 210 mL/70 kg berat badan/jam.

11
c. Comafusin Hepar
Komposisi : Amino acids/Asam amino rantai cabang dosis tinggi 50 %
(Isoleucin, Leucin, Valin), Asam amino lainnya, Xylitol, vitamin, dan
elektrolit.
Indikasi : Seluruh kasus-kasus berat insufisiensi hati dengan koma
eksogenus atau prekoma hepatikum.
Kontraindikasi : Insufisiensi ginjal berat.
Perhatian : Kekurangan Kalium.
Kemasan : Infus 500 ml
Dosis: 1000-1500 ml/hari melalui infus dengan kecepatan 40-60 ml/jam
atau 15-20 tetes per menit.
d. Eas Pfrimmer
Kandungan : Per liter : 8 Asam amino esential termasuk Histidin (esensial
untuk penderita uremia) 69 gram
Indikasi : Azotemia (kehilangan urea atau senyawa nitrogen lainnya dalam
darah), gagal ginjal akut, insufisiensi ginjal kronis tingkat lanjut, setiap
selesai dialisis untuk mengganti asam amino yang hilang akibat dialisis.
Kemasan: Infus 250 ml x 1's.
Dosis: 250 ml/hari. Kecepatan infus maksimal : 20 tetes/menit.

2.4 Penggunaan atau pemberian TPN


1. Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi atas :
a. Nutrisi parenteral sentral (untuk nutrisi parenteral total) : merupakn pemberian
nutrisi melalui cairan infuse karena keadaan saluran pencernaan klien tidak
dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang
mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang mengandung
lemak seperti intralipid.
b. Nutrisi parenteral perifer (untuk nutrisi parenteral persial) merupakan
pemberin sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian kebutuhan
nutrisi harian pasien dapat dipenuhi melalui enteral. Cairannya yang biasa
digunakan dalam bentk dekstrosa atau cairan asam amino.
c. Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat melalui
vena antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena jugulais

12
interna dan eksterna dan vena femoralis. Nutrisi parenteral melalui parifer
dapat dilakukan pada sebagian vena di daerah tangan dan kaki.
2. Faktor-faktor pemberian (Darmawan, 2007) :
a. Dari sisi pasien
Dari sisi pasien yang perlu diperhatikan adalah penyakit dasar pasien, status
hidrasi dan hemodinamik, pasien dengan komplikasi penyakit tertentu, dan
kekuatan jantung. Kesemua faktor ini merupakan hal yang harus diketahui
dokter.
b. Dari sisi cairan
 Kandungan elektrolit cairan
Elektrolit yang umum dikandung dalam larutan infus adalah Na+, K+,
Cl-, Ca++, laktat atau asetat. Jadi, dalam pemberian infus, yang
diperhitungkan bukan hanya air melainkan juga kandungan elektrolit
ini apakah kurang, cukup, pas atau terlalu banyak.
 Pengetahuan dokter dan paramedis tentang isi dan komposisi larutan
infus sangatlah penting agar bisa memilih produk sesuai dengan
indikasi masing-masing.
c. Osmolaritas cairan
 Yang dimaksud dengan osmolaritas adalah jumlah total mmol
elektrolit dalam kandungan infus. Untuk pemberian infus ke dalam
vena tepi maksimal osmolaritas yang dianjurkan adalah kurang dari
900 mOsmol/L untuk mencegah risiko flebitis (peradangan vena)
 Jika osmolaritas cairan melebihi 900 mOsmol/L maka infus harus
diberikan melalui vena sentral.
d. Kandungan lain cairan
Seperti disebutkan sebelumnya, selain elektrolit beberapa produk infus juga
mengandung zat-zat gizi yang mudah diserap ke dalam sel, antara lain:
glukosa, maltosa, fruktosa, silitol, sorbitol, asam amino, trigliserida. Pasien
yang dirawat lebih lama juga membutuhkan unsur-unsur lain seperti Mg++,
Zn++ dan trace element lainnya.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nutrisi parenteral total atau yang lebih dikenal dengan istilah TPN (total
parenteral nutrition) digunakan untuk memberikan dukunagn nutrisi dalam jangka
waktu lama bagi pasien-pasien yang tidak mampu mengkonsumsi makan per oral dan
tidak dapat menjalani pemberian nutrisi enteral. Karena TPN merupakan cara
pemberian nutrisi yang mahal, memerlukan monitoring yang terus menerus dan
berpotensi untuk menimbulkan komplikasi infeksi, metabolic serta mekanis, tindakan
ini hanya dilakukan bila cara pemberian nutrisi yang lain (oral atau enteral) tidak
adekuat atau merupakan kontraindikasi sementara dukungan nutrisi dalam waktu yang
lama sangat dibutuhkan.
Kegunaan malnutrisi berat dengan penurunan berat badan sebesar 10% atau
lebih, kelainan saluran cerna: obstruksi, peritonitis, ganguan pencernaan dan absorpsi,
fistula enterokutaneus, muntah-muntah dan diare yang kronis, ileus paralitik yang
lama, enteritis radiasi, reseksi usus halus yang luas serta pancreatitis akut yang berat,
kebutuhan suplementasi jika asupan oral tidak mencukupi pada pasien-pasien kanker
yang menjalani terapi yang agresif (terapi radiasi maupun kemoterapi), sesudah
pembedahan atau cedera, khususnya luka bakar yang luas, fraktur multiple atau
sepsis, gagal jantung, hati, ginjal yang akut dengan perubahan kebutuhan akan asam
amino.

3.2 Saran
Makalah ini dengan judul TPN (Total Parenteral Nutrisi) tidak hanya
digunakan sebagai pelengkap tugas namun dapat digunakan sebagai sumber bagi para
pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H, C., Price, S, J., 2004, Kalkulasi Farmasetik Panduan untuk Apoteker, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Chaudhari, S., dan Kadam, S. (2006). Total Parenteral Nutrition in Neonates. Indian
Pediatrics, 43(11), 953–964.

Darmawan, Iyan. 2007.Terapi Cairan Parenteral.

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi Dan Diet Rumah Sakit. Ed.2. Jakarta: EGC

15

Anda mungkin juga menyukai