Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penderita dengan trauma yang besar, sakit berat atau sepsis mengalami
peningkatan kebutuhan energi, peningkatan katabolisme disertai kehilangan massa
tubuh yang cepat. Meskipun pemberian nutrisi konvensional mampu dengan baik
mengatasi malnutrisi biasa, bahkan hiperalimentasi ternyata gagal mengatasi
perubahan metabolik terhadap pasien-pasien seperti diatas. Penurunan berat badan,
kehilangan otot yang mengakibatkan keseimbangan nitrogen yang negatif tetap saja
terjadi, berapapun jumlah nutrisi yang diberikan. Hal ini karena respons metabolik
pada pasien sakit kritis, trauma hebat dan atau disertai tindakan operasi dan sepsis
sangat berbeda dengan dengan penderita malnutrisi/starvasi (kekurangan gizi akibat
intake yang kurang). Selama beberapa dekade terakhir ini jumlah energi yang
diberikan pada pasien sepsis atau sakit berat termasuk penderita trauma dengan SIRS
justru menurun, karena telah dibuktikan bahwa kebutuhan energi pasien tidaklah jauh
berbeda dengan pasien normal. Hipermetabolisme yang timbul pada kenyataannya
diimbangi dengan aktifitas fisik yang menurun. Oleh karena itu strategi untuk
mengatasi kehilangan otot dan keseimbangan nitrogen yang negatif adalah mengatasi
penyebab hipermetabolisme dan memberi tunjangan nutrisi yang adekwat dalam
kualitas bukan kwantitas. Pemahaman penyebab terjadinya hipermetabolisme ini
berarti adalah pemahaman yang jelas dari respons metabolik. Respons ini terkait
dengan berbagai reaksi akibat adanya trauma, seperti neuroendokrin, imunologis dan
mencakup berbagai macam mediator inflamasi.

Nutrisi seperti halnya oksigen dan cairan senantiasa dibutuhkan oleh tubuh.
Penderita yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus tetap mendapat
masukan nutrisi melalui cara enteral (pipa nasogastrik) atau cara parentral (intravena).
Nutrisi parenteral tidak menggantikan fungsi alamiah usus, karena itu hanya
merupakan jalan pintas sementara sampai usus berfungsi normal kembali.Tehnik
nutrisi parenteral memang tidak mudah dan penuh liku-liku masaalah biokimia dan
fisiologi. Juga harga relatif mahal tetapi jika digunakan dengan benar pada penderita
yang tepat, pada akhirnya akan dapat dihemat lebih banyak biaya yang semestinya
2

keluar untuk antibiotik dan waktu tinggal dirumah sakit .Contoh kesalahan yang
masih banyak ditemukan di rumah sakit yaitu Pemberian protein tanpa kalori
karbohidrat yang cukup dan Pemberian cairan melalui vena perifer dimana
osmolaritas cairan tersebut lebih dari 900 m Osmol yang seharusnya melalui vena
sentral. Jika krisis katabolisme kecil sedang tubuh mempunyai cukup cadangan tidak
timbul masalah apapun. Penderita dewasa mudah sehat dengan status gizi yang baik,
dapat menjalani pembedahan, puasa 5 7 hari setelah operasi sembuh dan pulang
dengan selamat hanya dengan kerugian penurunana berat badan. Tetapi pada
kenyataannya lebih banyak penderita yang kondisi awalnya sudah jelek ( berat badan
kurang, kadar albumin < 3,5 gr/dl), untuk penderita ini puasa pasca bedah / pasca
trauma 5 7 hari hanya mendapat infus elektrolit sudah cukup untuk mencetuskan
hipoalbuminemia, hambatan penyenbuhan luka , penurunan daya tahan tubuh
sehingga infeksi mudah menyebar. Sehingga banyak diantara penderita pasca bedah
laparotomi karena perforasi ileum ( typhus abdominalis ) , invaginasi , volvulus, atau
hernia inkarserata kemudian mengalami kebocoran jahitan usus yang menyebabkan
peritonitis atau enterofistula ke kulit . Dengan bantuan nutrisi yang baik penyulit-
penyulit fatal ini dapat dihindari.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemberian nutrisi parenteral ?
2. Apakah tujuan pemberian nutrisi parenteral ?
3. Apa sajakan indikasi dan kontraindikasi dalam pemberian nutrisi parenteral ?
4. Bagaimana metode pemberian nutrisi parenteral ?
5. Apa sajakah hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian nutrisi parenteral ?
6. Apa sajakah komplikasi yang ditimbulkan dalam pemberian nutrisi parenteral?
7. Bagaimanakan monitoring pemberian nutrisi parenteral ?
8. Apasajakah jenis dan contoh cairan itravena/parenteral ?
9. Bagaimanakan prosedur pemberian nutrisi parenteral ?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian nutrisi parenteral.
2. Untuk mengetahui tujuan pemberian nutrisi parenteral.
3. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemberian nutrisi parenteral.
4. Untuk mengetahui metode pemberian nutrisi parenteral.
5. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbukkan dari pemberian nutrisi
parenteral.
3

6. Untuk mengetahui jenis dan contoh cairan intravena/parenteral.
7. Untuk mengetahui dan memahami prosedur pemberian nutrisi parenteral.



















4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pemberian nutrisi parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa cairan infus
yang dimasukkan kedalam tubuh melalui darah vena baik sentral ( untuk nutrisi
parenteral total ) maupun vena periver (untuk nutrisi parenteral parsial) (Hidayat,
A.A, 2005).
Pemberian nutrisi parenteral berupa cairan infus/intravena tidak hanya sering
dilakukan dirumah sakit, tetapi juga makin sering dilakukan dirumah untuk
pengantian cairan, pemberian obat dan penyediaan jika tidak ada pemberian dengan
cara lain.
Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaaan (Wiryana, 2007). Nutrisi
parenteral diberikan apabila usus tidak dipakai karena suatu hal, misalnya: malformasi
kongenital intestinal, enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat.
Pemberian nutrisi parenteral dilakukan pada pasien yang tidak dapat dipenuhi
kebutuhan nutrisinya melalui oral atau enteral. Pemberian berbagai kombinasi glukosa
hipertonik atau isotonik, lipid, asam amino, elektrolit, vitamin dan elemen renik (
bitamin dan elemen renik) secara intravena levat alat pengakses vena/venous access
device (VAD) secara langsung kedalam cairan intravaskular untuk memberikan
nutrisi pada pasien yang tidak mampu menerima nutrisi yang adekuat lewat saluran
pencernaan.
Pemberian nutrisi parenteral pada setiap pasien dilakukan dengan tujuan untuk
dapat beralih ke nutrisi enteral secepat mungkin. Pada pasien IRIN, kebutuhan dalam
sehari diberikan lewat infuse secara kontinyu dalam 24 jam. Monitoring terhadap
factor biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Hal yang paling ditakutkan
pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN) melalui vena sentral adalah infeksi (Ery
Leksana, 2000).

B. Tujuan pemberian nutrisi parenteral
1. Memberikan nutrisi yang diperlukan untuk metabolisme normal, memelihara,
memperbaiki jaringan, dan kebutuhan energi.
5

2. Untuk memintas saluran pencernaan pada pasien yang tidak makan secara
oral.
3. Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan
katabolisme energy.
4. Untuk menggantikan air dan memperbaiki kekurangan elektrolit.
5. Untuk menyediakan suatu medium untuk pemberian obat secara intavena.
6. Mempertahankan kebutuhan nutrisi
C. Indikasi dan kontraindikasi pemberian nutrisi parenteral
Indikasi pemberian nutrisi parenteral antara lain :
1. Gangguan absorpsi makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia
intestinal, kolitis infektiosa, obstruksi usus halus.
2. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreatitis berat, status
preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis arteri
mesenterika, diare berulang.
3. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan, pseudo-
obstruksi dan skleroderma.
4. Kondisi dimana jalur enteral tidak dimungkinkan seperti pada gangguan
makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis
gravidarum.
Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada
kondisi-kondisi klinis sebagai berikut :
1. Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.
2. Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
3. Pankreatitis akut ringan.
4. Kolitis akut.
5. AIDS.
6. Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
7. Luka bakar.
8. Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness).
D. Metode pemberian nutrisi parenteral
1. Cara pemberian nutrisi parenteral
Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi atas :
6

a) Nutrisi Parenteral Sentral( untuk nutrisi parenteral total),
pemberian kebutuhan nutrisi melalui jalur intravena sentral ketika
kebutuhan nutrisi sepenuhnya harus dipenuhi melalui cairan infus.
Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung
karbohidrat, seperti Triofusin E1000, cairan yang mengandung asam
amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang mengandung lemak
seperti intralipit. Bahan makanan tersebut diberikan melalui
pembuluh vena sentral, yang memiliki aliran darah yang cepat, seperti
vena subklavia, vena jugularis atau pembuluh vena besar lainnya.

Nutrisi Parenteral Total (TPN). TPN adalah suatu terapi
kompleks yang dilakukan untuk memenuhi keperluan nutrisi pasien
melalui intravena. Larutan yang digunakan dalam terapi ini adalah
larutan hyperosmolar (konsentrasi tinggi). Pemberian terapi nutrisi
parenteral total bertujuan untuk memberikan kalori dalam jumlah
besar yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat,vitamin dan
mineral. Terapi ini umumnya digunakan apabila asupan makanan
secara enteral tidak memadai atau merupakan kontraindikasi. TPN
tidak diberikan pada pasien yang pencernaannya dapat berfungsi
selama 7-10 hari, pasien yang masih dapat mencerna makanan dengan
baik, pada pasien yang mengalami stres atau trauma. Terapi ini juga
tidak dianjurkan untuk pasien dengan tumor yang telah bermetastasis
(Grant,1988).

b) Nutrisi Parenteral Perifer ( untuk pemberian nutrisi parsial ) ,
pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena bagian
perifer dapat dilakukan pada vena di daerah tangan dan kaki.

Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi
tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan
pertumbuhan ( Setiati, 2000).

7

Sebagian kebututuhan nutrisi harian pasien masih dapat dipenuhi
melalui enteral. Cairan yang biasa digunakan dalam bentuk dextrosa
atau cairan asam amino.

Keuntungan dari pada pemberian melalui vena perifer antara lain :
1) Terhindar dari komplikasi kanulasi vena sentral
2) Perawatan kateter lebih mudah
3) Mengurangi biaya
4) Mencegah penundaan nutrisi parenteral oleh keterbatasan
kemampuan pemakaian vena sentral.
Pemilihan atau akses yang dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan
pemilihan cara sentral dan perifer adalah sbb :
1) Lama pemberian/dukungan nutrisi.
Apabila dukungan nutrisi diberikan tidal lebih dari 14 hari
makan dapat digunakan rute perifer, sebaliknya rute sentral
digunakan apabila NP direncanakan diberikan lebih dari 14
hari.
2) Konsentrasi larutan.
Pada akses vena sentral dimungkinkan untuk memberikan
larutan dengan konsentrasi tinggi yaitu dekstrosa 25-30% yang
merupakan larutan hipersomolar karena memberika osmolaritas
sebesar 1200-1500 mOsm/L. Sedangkan dengan akses vena
perifer konsentrasi dextrose yang ditoleransi hanya antara 5-
10% dengan osmolalitas sebesar 250-500 mOsm/L. walaupun
beberapa penelitian menunjukan bahwa konsentrasi dekstrosa
sampai 12,5% masih dapat ditoleransi.
2. Lokasi Pemberian
Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat
melalui vena antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena
jugularis interna dan eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral melalui
perifer dapat dilakukan pada vena di daerah tangan dan kaki.
Vena Jugularis Vena Subklavia
8



Vena Femoralis

E. Hal yang harus diperhatikan selama pemberian
Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III pasca-
bedah/trauma. Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka pemberian
paling cepat 24 jam pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat dilakukan
pemeriksaan kadar gula. Jika kadar gula darah < 200 mg/dl. Pada penderita non
diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai.

Nutrisi parenteral tidak diberikan pada keadaan sebagai berikut:
24jam pasca-bedah/trauma
gagal napas
shock
9

demam tinggi
brain death (alasan cost-benefit)
Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh karena pemberian
melalui vena tungkai bawah resiko flebitis dan trombosis vena dalam lebih besar.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa karbohidrat diperlukan sebagai sumber kalori.
Dalam pemenuhan kalori adalah suatu keharusan dan multak ada dekstrose, sehingga
mengurangi proses glukoneogenesis. Sebagai sumber kalori lain adalah emulsi lemak.
Jika akan diberikan emulsi lemak sebaiknya terbagi sama banyak dalam hal jumlah
kalori.
Kombinasi ini menghindari keadaan hiperosmolar dan hiperglikemia.
Pemberian emulsi lemak harus hati-hati dan sebaiknya diberikan seminggu sekali.
Lebih baik jika dilakukan pemeriksaan fungsi hepar secara teratur.
F. Komplikasi, monitoring dan penghentian nutrisi
1. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan dari pemberian nutrisi parenteral dapat
dikelompokan menjadi komplikasis sistemik dan komplikasi lokal.
a. Komplikasi sistemik, terdiri dari :
Kelebihan beban cairan, menyebabkan peningkatan tekanan darah
dan tekanan vena sentral, dyspnea berat dan sianosis. Hal ini terutama
mungkin terjadi pada pasien dengan gangguan jantung dan disebut
dengan kelebihan beban sirkulasi.
Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi
akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam
pembuluh darah. Emboli udara paling sering berkaitan dengan
kanulasi vena-vena sentral. Emboli udara dapat dicegah dengan
menggunakan adapter luer-lok pada semua jalur IV.
Septikemia,yaitu adanya substansi pirogenik baik dalam larutan infus
atau alat pemberian dapat mencetus terjadinya reaksi demam dan
septicemia. Penyebab septicemia termasuk kontaminasi pada produk
IV atau kelainan pada teknik aseptic, terutama pada pasien yang
mengalami penurunan system imun.

10

Infeksi, infeksi beragam dalam keparahannya mulai dari keterlibatan
lokaldan tempat penusukan sampai penyebaran sistemik organisme
melalui aliran darah seperti pada septicemia.
b. Komplikasi lokal, terdiri dari :
Infiltrasi,yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar
(bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati
pembuluh darah.Infiltrasi ditandai dengan adanya edema disekitar
penusukan, ketidaknyamanan, rasa dingin disekitar area infiltrasi dan
penurunan kecepatan aliran yang nyata. Segera setelah infiltrasi
terlihat, infus harus dihentikan dan IV dilepaskan.
Flebitis, yaitu inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia
maupun mekanik, ditandai dengan memerah dan hangat di sekitar
daerah penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak disertai
pembengkakkan.
Hematoma, terjadi sebagai akibat dari kebocoran darah kejaringan
sekitar tempat penusukan disebabkan karena pecahnya dinding vena
yang berlawanan selama penusukan vena jarum bergeser keluar vena
dan ketidak sesuaian tekanan.
Tromboflebitis, mengacu pada adanya bekuan ditambah lagi dengan
peradangan dalam vena. Hal ini ditandai dengan danya nyeri yang
terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat dan pembengkakan disekitar
tempat penusukan
Bekuan (Clooting), yaitu bekuan pada jarum yang disebabkan karena
selan IV tertekuk, kecepatan aliran yang terlalu lambat, kantong IV
yang kosong, dll. Jika terjadi bekuan IV harus segera di hentikan.
2. Monitoring
Parameter yang harus dipantau/monitoring meliputi: wadah cairan, selang
infus, laju pemberian, alat infus elektronik (jika digunakan), dressing, dan tempat
insersi. Frekuensi pemantauan vena perifer tergantung pada terapi yang
diresepkan, kondisi dan usia pasien. Tempat pemasangan infus harus dipantau
setiap 1 sampai 2 jam. Pasien, anak, geriatri dan kritis memerlukan penilaian lebih
sering.
Wadah Larutan Infus
11

Penilaian sistemik berawal dari wadah cairan dan berlanjut ke selang
infus sampai ke alat akses pembuluh darah dan tempat insersi. Jenis
larutan dan obat yang ditambahkan dicocokkan dengan instruksi dokter
dan informasi yang tercetak pada label wadah. Wadah harus diberi
label tanggal dan jam infus dipasang. Banyak cara bisa digunakan
untuk memberi label jam infus digantung dan laju infus. Stiker tidak
boleh ditempel menutupi informasi yang tercetak pada wadah. Wadah
tidak boleh diberi label dengan menulis dengan pena atau spidol,
karena tinta bisa menembus plastik dan bocor ke larutan intravena.
Selanjutnya perhatikan sisa larutan dalam wadah. Perawat menentukan
berapa banyak cairan seharusnya tinggal dalam wadah berdasarkan laju
pemberian yang diinstruksikan dan waktu yang ditunjukkan. Kita
harus menyadari bahwa infus set dari berbagai pabrik memiliki jumlah
tetesan berbeda setiap ml (bisa 15 atau 20 tetes per ml). Jika anda
berikan larutan infus dengan laju 20 tetes /menit menggunakan infus
set 15 tetes/ml, maka ini sesuai dengan 80 ml per jam. Tampilan juga
diperhatikan; harus jernih dan bebas dari kekeruhan dan partikel.
Larutan dalam botol kaca membutuhkan infus set dengan ventilasi atau
perlu jarum udara.Selang infus yang tepat harus dipasang dengan
wadah dan pompa infus. Bila digunakan infus set biasa, ketinggian
wadah sebaiknya antara 30 sampai 36 inci(76-100 cm) di atas pasien.
Bila wadah ditinggikan, laju aliran akan bertambah. Laju aliran juga
bisa berubah dengan perubahan posisi pasien. Jika tempat suntikan
terletak di dekat daerah fleksi, setiap pasien menekuk lengan atau
pergelangan tangan, laju aliran berubah sehingga menyebabkan
hantaran cairan dan obat tidak tepat.

Dressing infuse
Dressing dipantau untuk memastikan tetap kering, tertutup dan utuh.
Dressing yang utuh berarti pinggir-pinggirnya rapat ke kulit. Jika
dressing lembab atau integritasnya tidak baik maka harus segera
diganti. Dewasa ini ada dressing transparan dan memiliki keuntungan
cepat mendeteksi tanda dini flebitis dan infiltrasi.

12

Tempat insersi/Blanching
Tempat insersi harus dibersihkan dengan menggunakan kapas
providone-iodoine selam 2-3 menit, mulai dari tengan kearah tepi.
Tindakin ini harus diikuti dengan alcohol 70%. Blanching adalah
keputihan mengkilat pada tempat insersi. Ini merupakan petunjuk
adanya infiltrasi, atau kebocoran cairan ke jaringan. Jika ada
kebocoran pada tempat insersi, pemasangan infus harus diulang.

Pemantauan komplikasi metabolic
Komplikasi metabolik terkait dengan nutrisi parenteral bisa serius,
tetapi bisa diminimalkan dengan pemantauan adekuat. Komplikasi
metabolik akut mencakup defisiensi elektrolit, khususnya kalium,
magnesium, fosfor dan kalsium. Defisiensi elektrolit ini lazim dijumpai
namun bisa dicegah dengan pemantauan adekuat terhadap kadar
plasma.
3. Penghentian Nutrisi Parental
Penghentian nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap
untuk mencegah terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang dianjurkan adalah
melangkah mundur menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral
dinaikkan kandungan subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat
(2/3 dari jumlah kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru dapat dihentikan.
G. Jenis cairan parenteral/intavena
Ada tiga jenis cairan intravena atau yang biasa disebut infus yang digunakan
dalam pemberian nutrisi memaluiparenteral/ intravena yaitu cairan hipotonik, cairan
isotonic, dan cairan hipertonik :
1. Cairan hipotonik
Cairan yang osmolalitasnya lebih rendah dibandingkan serum/plasma
(konsentrasi ion Na
+
lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam
serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang
dituju. Tujuan lainnya adalah untuk menyediakan air bebas untuk untuk ekskresi
sampah tubuh. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya
pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
13

hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi
yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh
darah ke sel dan menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan
Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan isotonic
Cairan yang diklasifikasikan isotonic mempunyai osmolalitas total yang
mendekati cairan ekstraseluler dan tidak menyebabkan sel darah merah mengkerut
atau membengkak. Komposisi cairan ini mungkin atau mungkin juga tidak
mendekati komposisi CES. Cairan isotonik meningkatkan volume cairan ekstrasel.
Tiga liter cairan isotonic dibutuhkan untuk menggantin 1 liter darah yang
hilang.Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan
tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi. Contohnya larutan dekstrosa 5%, salin normal (0,9% natrium klorida),
larutan ringer laktat.
3. Cairan hipertonik
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan
dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema
(bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya
Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose
5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

H. Contoh cairan nurtisi parenteral/intavena
1. ASERING
a. Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis
akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik,
dehidrasi berat, trauma.
b. Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
14

Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
c. Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien
yang mengalami gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat
lebih baik dibanding RL pada neonates
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral
pada anestesi dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml
pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga
memperkecil risiko memperburuk edema serebral.
2. KA-EN 1B
a. Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui,
misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak
memadai, demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan
sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-
anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari
100 ml/jam
3. KA-EN 3A & KA-EN 3B
a. Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi
harian, pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
4. KA-EN MG3
15

a. Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi
harian, pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
5. KA-EN 4A
a. Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien
dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
b. Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
6. KA-EN 4B
a. Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3
tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko
hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
b. Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
7. Otsu-NS
a. Indikasi:
16

Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis
diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
8. Otsu-RL
a. Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
9. MARTOS-10
a. Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor,
infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
b. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
c. Mengandung 400 kcal/L
10. AMIPAREN
a. Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
11. AMINOVEL-600
a. Indikasi:
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan
pasca operasi)
Stres metabolik sedang
b. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
12. PAN-AMIN G
17

a. Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid
I. PARENTERAL ADMINISTRASI
1. Campuran obat di syrenge
Menggabungkan dua obat dalam satu jarum suntik menghindari
ketidaknyamanan dua suntikan. Biasanya obat dapat dicampur dalam jarum
suntik di salah satu dari empat cara. Mereka dapat dikombinasikan dari dua
botol multidridose (misalnya, teratur dan long-acting insulin), dari satu dosis
ganda dan ampul, dari dua ampul atau dari cartridge - sistem injeksi
dikombinasikan dengan baik dosis ganda atau ampul. Kombinasi tersebut
merupakan kontraindikasi ketika obat tidak kompatibel dan ketika dosis
gabungan melebihi jumlah solusi yang dapat diserap dari tempat suntikan
tunggal.
2. Peralatan
Obat yang diresepkan
pasien
bantalan
catatan pengobatan dan
grafik
alkohol jarum suntik dan jarum opsional: sistem injeksi cartridge dan
jarum filter.
3. Jenis dan ukuran jarum suntik dan jarum tergantung pada obat yang
diresepkan, membangun tubuh pasien dan cara pemberian. Obat-obatan yang
datang dalam kartrid prefilled memerlukan sistem injeksi cartridge.
4. Implementasi
5. Pastikan obat yang akan diberikan setuju dengan catatan obat pasien dan
urutan dokter.
6. Hitung dosis yang akan diberikan.
7. Cuci tangan Anda.
8. Mencampur obat dari dua botol multidose
9. Menggunakan pad alkohol, bersihkan stopper karet di botol pertama. Hal ini
mengurangi risiko kontaminasi obat saat Anda memasukkan jarum ke botol.
10. Tarik kembali plunger jarum suntik sampai volume udara ditarik int o jarum
suntik sama volume menjadi menarik botol obat.
11. Tanpa pembalik botol, memasukkan jarum ke bagian atas botol, pastikan
bahwa bevel ujung jarum tidak menyentuh solusi. Suntikkan udara ke dalam
botol dan menarik jarum. Ini menggantikan udara di botol, sehingga mencegah
pembentukan vakum parsial pada penarikan obat.
18

12. Ulangi langkah di atas untuk botol kedua. Kemudian, setelah menyuntikkan
udara ke dalam botol kedua, membalikkan botol, menarik dosis yang
diresepkan, dan kemudian menarik jarum.
13. Lebar sumbat karet botol pertama lagi dan memasukkan jarum, mengambil
hati jangan sampai menekan plunger. Balikkan botol, menarik dosis yang
diresepkan, dan kemudian menarik theneedle.
14. Mencampur obat dari botol mueltidose dan ampul
15. Menggunakan pad alkohol, bersihkan botol itu karet stopper.
16. Tarik kembali pada plunger jarum suntik sampai volume udara ditarik ke
dalam jarum suntik sama dengan volume yang ditarik dari botol obat.
17. Masukkan jarum ke bagian atas botol dan menyuntikkan udara. Kemudian
membalikkan botol dan menjaga perjalanan bevel jarum di bawah tingkat
solusi seperti menarik dosis yang diresepkan. Pasang penutup jarum steril
melalui jarum.
18. Bungkus kasa steril pad atau pad alkohol sekitar leher ampul untuk
melindungi diri dari cedera dalam kasus serpihan kaca. Membongkar ampul,
mengarahkan gaya menjauh dari Anda.
19. Jika diinginkan, beralih ke jarum filter pada titik ini untuk menyaring setiap
serpihan kaca.

J. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan pasien
a. Mengecek catatan medis pasien, status kesehatannya dan instruksi dokter.
b. Menyakan kesiapan pasien.
2. Persiapan alat
a. Peralatan pengakses vena sentral (Central venous acces devices/VAD): VAD
jangka panjang seperti kateter Hickman, Broviac, atau Groshung atau kaeter
sentral yang dimasukan dari perifer (jalur PICC) atau akses IV.
b. Infuser pengontrol volume
c. Filter 0,22 mikron untuk TPN (tanpa emulsi lemak)
d. Filter 3,2 mikron untuk TNA atau emulsi lemak
e. Kantung nutrisi parenteral
f. Selang dengan konektor Luer-Lock
g. Plester hipoalergic
h. Sungkup muka (opsional)
i. Sarung tangan steril
3. Persiapan lingkungan
a. Siapkan lingkungan yang nyaman
19

b. Pasang sampiran.
4. Pelaksanaan
a. Tahap Pre Interaksi
Pastika program medis untuk terapi IV pasien, periksa label larutan
dan identifikasi pasien.
Cuci tangan
Siapkan Alat
b. Tahap Orientasi
Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi
Memperkenalkan nama perawat
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
Menjelas tentang kerahasiaan
Cuci tangan
c. Tahap Kerja
1. Periksa kebutuhan nutrisi parenteral dengan melakukan penilaian
nutrisi
2. Periksa instruksi dokter mengenai metode pemberian nutrisi parenteral
(TNA, TPN, PPN, atau lipid ) serta kecepatan pemberian
3. Jelaskan prosedurnya pada pasien dan keluarganya secara etail
4. Dapatkan izin melakukan tindakan
5. Ambil peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan
6. Keluarkan kantung nutrisi parenteral dari lemari es paling tidak 1 jam
sebelum prosedur (jika di inginkan)
7. Periksa cairan apakah berbusa atau ada prubahan pada strukturnya atau
tidak
8. Cuci tangan, pakai topi, masker, jubah dn sarung tangan steril
9. Dengan menggunakan tehnik aseptik ketat, hubungkan selang (dengan
filter) ke kantung TNA dan keluarkan udara
10. Tutup semua klem pada selang yang baru dan masukan selang kedalam
infuser pengontrol volume
11. Posisikan pasien telentang dan putar kapala pasien menjauhi lokasi
penusukan / insersi (VAD)
12. Bersihkan lokasi penusukan dengan alkohol dan larutan povidon-iodin
13. Bantu dokter memasang VAD
20

14. Setelah pemasangan VAD, hubungkan selang kepusat VAD dengan
menggunakan tehnik steril dan pastikan sambungannya dikunci dengan
konektor Luer-Lock
15. Buka semua klem dan atur aliran dengan infuser pengontrol volume
16. Pantau pemberiannya setiap jam, degan memeriksa kebutuhan cairan
dan sistem pemberian serta toleransi pasien
17. Catat prosedurnya.

K. Cheklist Terlampir
















21

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Nutrisi
parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang
normal. Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric
feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna.

Nutrisi parenteral dapat diberikan melalui dua cara yaitu melalui vena sentral
untuk nutrisi parenteral total dan melalui vena perifer untuk nutrisi parsial.

Komplikasi yang ditimbulkan antara lain gangguan elektrolit, hipoglikemia,
hiperglikemia, cholestatic jaundice, defisiensi vitamin, asam lemak, asidosis
metabolic, pnemotoraks, hemotoraks, emboli udara, sepsis, flebitis dll.

Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika mengikuti pedoman yang
tepat. Karena tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan mekanisme
baru maka selama penyesuaian tersebut jangan memberi beban yang berlebihan.
Pemantauan yang baik terhadap terapi cairan dan nutrisi parenteral paling tidak sama
penting dengan pemilihan larutan intravena. Pencegahan dan pengenalan tanda dini
komplikasi lokal dan metabolik akan memfasilitasi kesembuhan dan menghindari
beban yang tidak perlu ditanggung oleh pasien.
B. Saran
Pada pemberian nutrisi parenteral, lakukan pemantauan yang tepat untuk
menghindari komplikasi. Jika fungsi pencernaan pasien sudah normal lebih baik
mencoba untuk memberikan nutrisi secara oral.



22

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. A, dkk, 2005. Buku Saku Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit : EGC
Mubarak, Wahit Iqbal, 2007. Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta : EGC.
Jacob, .A.. R, Rekha. Tarachnand, .J.S. 2014. Buku Ajar Clinical Nursing Procedures Edisi 2
Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher
Ambrose, .M.S. Margaret dkk. Bothon, Dorothy. Cantu, .D.N. 2004. NURSING
PROCEDURES-EDISI 4. Philadelphia, Baltimore, Newyork, London, Buenos Aries,
Hongkong, Sydney, Tokyo: Lippincoti Williams and Wilkins

Anda mungkin juga menyukai