Anda di halaman 1dari 36

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung
atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut (Hirlan, 2010). Gastritis adalah peradangan pada mukosa
lambung dan submukosa lambung yang bersifat secara akut, kronis, difus atau
lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga
menyebabkan kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang menyebabkan erosi
pada lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa
dispepsia atau indigesti.

B. Klasifikasi
Menurut Wibowo (2012), gastritis diklasifikasikan menjadi :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial. Pada gastritis
ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil mukosa edema, merah dan terjadi
erosi kecil dan perdarahan. Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe yaitu
gastritis stres akut, gastritis erosif kronis, dan gastritis eosinofilik. Semua
tipe gastritis akut mempunyai gejala yang sama. Episode berulang gastritis
akut dapat menyebabkan gastritis kronik.
2. Gastritis kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik
bervariasi. Gastritis kronik ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar
disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung, dinding lambung
menjadi tipis dan permukaan mukosa menjadi rata. Gastritis kronik

1
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu gastritis superfisial, gastritis
atropi dan gastritis hipertropi.
C. Etiologi
Menurut Muttaqin (2011) penyebab dari gastritis antara lain :
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin,
ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi
(mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.
3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci,
staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, dan
secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus lambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa
lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambungsehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi
dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.

2
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
1. Gastritis Akut
a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.
b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan.
c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin
akan hilang selama 2 sampai 3 hari.
2. Gastritis Kronis
Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk
gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh
anoreksia (nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung,
rasa asam di mulut, atau mual dan muntah.

E. Patofisiologi
1. Gastritis Akut.
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung.
Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
a. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung.
Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di
lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan
HCI dan NaCO3.Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam
lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual
muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
b. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus
yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL
maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan
tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi

3
erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan
pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan
nyeri dan hypovolemik.
2. Gastritis Kronik.
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi
iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang
tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya
sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka
produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding
lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh
dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

4
F. Pathway
Makanan yang pedas, Stress Zat kimia
panas, dan asam

Gatritis akut Penurunan


produksi
mukus oleh sel
kolumner
Merangsang Saraf
Simpatis /
Nerus Vagus
Pengelupasan sel
mukosa lambung
Peningkatan
produksi HCl
di lambung Erosi Nyeri akut

Anoreksia, mual, Perdarahan


muntah gaster

Resiko syok
Hipovolemia

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapt dilakukan menurut Nurarif & Kusuma
(2015):
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia, yang terjadi akibat perdarahan lambung akibat gastritis.

5
2. Pemeriksaan pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.pylori atau
tidak.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylory dalam feces atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadi infeksi.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar – X .
5. Rongent saluran cerna bagian atas
Tes ini akan mengetahui adanya tanda – tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya.

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Dermawan (2010) antara lain :
1. Gastritis Akut
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis,
terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian.
b. Ulkus, jika prosesnya hebat
c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
2. Gastritis Kronik
Yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan
penyempitan daerah antrum pylorus.

I. Penatalaksanaan
1. Pengobatan pada gastritis meliputi:
a. Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
b. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-

6
gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida
dan istirahat.
c. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
d. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
e. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
f. Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.
2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan
melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan
perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
a. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal :
alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon
encer atau cuka encer
b. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi. terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative,
antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan.
Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau
jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin
diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan
memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan
memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti
tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ).

7
Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B 12 yang
disebabkan oleh adanya antibody terhadap factor instrinsik.
3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
a. Tirah baring
b. Mengurangi stress
c. Diet
d. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon
terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu
banyak atau berminyak.

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a.Pengkajian Primer
1) Airway
Pada pengkajian ini hal yang perlu diketahui adalah adanya sumbatan di
kerongkongan, penumpukan sekret di tenggorokan, adanya wheezing atau
suara crakcel yang menunjukkan ketidak efektifan pertukaran gas.
2) Breathing
Pada pengkajian ini hal yang perlu diketahui adalah sesak nafas akibat
aktivitas maupun tanpa aktivitas, irama nafas dan suara nafas.
3) Circulation
Pada pengkajian ini hal yang perlu diketahui adalah tekanan darah yang
menunjukkan hipertensi, adanya edema di ekstremitas, CRT yang leboh
dari 3 detik sebagai bentuk penurunan curah jantung, akral yang dingin dan
output urin yang kurang.

4) Disability
Kaji tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas. Tentukan respon Alert,
Verbal, Pain, Unresponsive. Kaji pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
Jika pasien mengalami koma maka kaji tingkat kesadaran GCS (Glasgow
Coma Scale).

8
5) Eksposure
Kaji adanya tanda-tanda trauma yang ada.
b. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder mengenai riwayat singkat pasien dirawat di rumah sakit.

Pengkajian ini dapat dilanjutkan ketika pasien sudah dalam keadaan stabil.

Metode yang digunakan dalam pengkajian sekunder yang meliputi:

1) Sign and Symtoms (tanda dan gejala utama yang dirasakan dan diobservasi).

2) Allergies (ada tidaknya alergi yang dipunyai klien)

3) Medications (terapi terakhir yang sudah diberikan klien dan apakah terapi

tersebut engurangi permasalahan klien atau tidak).

4) Past medical history (riwayat medis sebelum klien dirawat saat ini).

5) Last oral intake (terakhir kali pasien makan dan minum dan jenis detail dari

makanan atau minuman yang baru saja dimakan atau diminum).

6) Events prociding incident (hal-hal yang memungkinkan atau peristiwa yang


mengawali terjadinya serangan atau penyakit klien saat ini.
c. Data penunjang
1) Laboratorium : darah rutin, urin dan kimia
2) Radiologi

d. Program Terapi
Terapi obat apa yang diperoleh pasien
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan faktor pencidera fisiologis (inflamasi
akut)
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dan
kekurangan intake cairan
c. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan kekurangan volume
cairan.

9
3. Intervensi Keperawatan
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan a. Lakukan pengkajian nyeri secara
keperawatan selama ... x ... jam komperhensif
diharapkan masalah nyeri teratasi b. Observasi reaksi non verbal dari
dengan kriteria hasil : ketidaknyamanan
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu c. Control lingkungan yang dapat
penyebab nyeri, mampu mempengaruhi nyeri seperti suhu
menggunakan tehnik ruangan, pencahayaan dan
nonfarmakologi untuk mengurangi kebisingan
nyeri, mencari bantuan) d. Ajarkan teknik nonfarmakologi
b. Melaporkan bahwa nyeri e. Kolaborasi dengan dokter dalam
berkurang dengan menggunakan pemberian analgetik untuk
manajemen nyeri mengurangi nyeri
c. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
2. Setelah dilakukan tindakan a. Monitor intake dan output cairan
keperawatan selama ... x ... jam pasien serta status hidrasi
bebas dari masalah hipovolemi dengan b. Berikan intake cairan melalui IV
kriteria hasil : maupun peroral
a. Tanda – tanda vital dalam batas c. Edukasi pasien tentang pemenuhan
normal kebutuhan cairan pada pasien
b. Pasien tidak mengalami tanda – d. Kolaborasi dengan dokter dalam
tanda dehidrasi pemberian cairan IV
c. Elastisitas turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus berlebih

3. Setelah dilakukan tindakan a. Monitor TTV


keperawatan selama ... x ... jam pasien b. Monitor tanda awal syok

10
bebas dari resiko syok hipovolemik c. Monitor nilai laboratorium : Hb, Ht,
dengan kriteria hasil : AGD, dan elektrolit.
a. TTV dalam rentang normal d. Berikan cairan iv atau oral dengan
b. Hasil pemeriksaan laboratorium tepat
(Natrium serum, Kalium serum, e. Edukasi tentang tanda dan gejala
klorida serum, kalsium serum, datangnya syok
magnesium serum, dan pH darah f. Kolaborasi dengan dokter dalam
serum) dalam batas nomal pemberian vasodilator yang tepat

4. Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan yang
telah direncanakan.
5. Evaluasi
Merupakan penilaian dari hasil proses keperawatan. Evaluasi dapat
menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, Planning) atau
SOAPIER (Subjektif, Objektif, Assessment, Planning, Implementasi, Evaluasi,
Reassessment)

11
DAFTAR PUSTAKA

Hirlan. 2009. Gastritis Dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 5. Jakarta :
InternaPublishing
Muttaqin, A., Sari, K. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Wibowo, Y.A. 2007. Gastritis. Diambil dari
http://fkuii.org/tikidownloadwiki_attachment.php?attdl=1078&page=Yoga
%20Agua%20Wibowo. Diakses tanggal 8 April 2018.

12
BAB II

Asuhan Keperawatan Pada Ny. S

dengan GASTRITIS

Tgl masuk : 24 Febuari 2021

Tgl pengkajian : 24 Febuari 2021

No.RM :-

1.1 PENGKAJIAN

1.1.1 Biodata

Nama : Tn.i

Umur : 27 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh

Diagnosa medis :Gastritis

1.1.2 Keluhan utama

Nyeri Perut

1.1.3 Riwayat alergi

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.

13
1.1.4 Riwayat penykit sekarang :

Pasien mengatakan sejak 2 hari lalu pada tanggal 22 Febuari 2021 nyeri

pada perut kanan atas yang disertai dengan rasa kram dan menjalar

kepunggung, tidak nafsu makan,pusing, badan lemas.Nyeri perut tiba-tiba

setelah telat makan seperti ditusuk-tusukdan terasa panas hingga tembus

punggung,nyeri pada dibagian ulu hati dirasakan hilang timbul sejak malam

tgl 21 Febuari 2021 pada pukul 22.00, nyeri berkurang setelah minum obat

lambung. Pada tanggal 22 Febuari 2021 jam 09.00 pasien datang ke poli

rawat jalan dengan nyeri ulu hati tembus ke punggung sudah 2 hari, saat

pengkajian pasien mengatakan nyeri perut tiba-tiba setelah telat makan,

nyeri seperti perut terasa kram, nyeri pada ulu hati tembus ke punggung,

nyeri dirasakan hilang timbul. Di dapatkanTTV TD: 140/90 N: 88x/i S: 36,8

RR:26x/i spo2: 98, BB: 58kg. Px tampak kesakitan.

1.1.5 Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan belum pernah dirawat dipuskesmas ataupu dirumah sakit.

1.1.6 Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dari keluarga

seperti Diabetes Melitus dan Hipertensi. Pasien juga mengatakan tidak

memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC dan HIV.

14
1.1.7 Data Psikosososial

1. Konsep diri

1. Gambaran diri: pasien mengatakan penyakit yang dideritanya adalah


cobaan Tuhan.
2. Harga diri: pasien mengatakan tidak merasa malu dengan dirinya saat ini.
3. Identitas diri: pasien dapat mengenali dirinya terbukti dari pasien dapat
menyebutkan nama dan tanggal lahirnya.
4. Peran diri: pasien mengatakan dirinya berperan sebagai anak
dirumahnya.
5. Ideal diri: Pasien mengatakan semoga setelah berobat di puskemas
simpur ini semoga lekas sembuh dan dapat beraktivitas seperti biasa.

2. Hubungan sosial: hubungan social pasien dengan sekitarnya baik terbukti

keluarga pasien mendampingi pasien walaupun hanya diluar ruang

perawatan.

3. Spiritual: pasien beragama budha rutin beribadah di masjid

4. Kecemasan: Pasien mengatakan tidak merasa cemas, karena sudah dalam

perawatan

5. Kehilangan: pasien saat ini dalam tahap Acceptance pasien menerima

keadaanya saat ini.

15
1.1.8 Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola Nutrisi
Makan: pasien mengatakan sering telat makan. Pasien mengatakan mampu

menghabiskan 1 porsi makannya. Jenis makanan; nasi, lauk, dan sayuran

terkadang buah-buahan.Pasien juga mengatakan bahwa menyukai makanan

pedas dan asam.Minum: pasien minum ±1500cc/hari. Jenis minuman: air

putih.

2. Pola Eliminasi

BAB1 kali sehari konsistensi lembek, warna kuning,BAK 1- 2kali warna

kuning jernih.

3. Pola Kebersihan Diri

Mandi: pasien mandi 2x/hari dan pasien melakukan kebersihan diri dengan

mandiri

Gosok gigi: pasien menggosok gigi 2x/hari dan pasien mengatakan dapat

melakukan kebersihan mulut dengan mandiri.

Keramas: pasien mengatakan keramas 2x/seminggu

4. Pola aktifitas Sehari-hari

pasien mengatakan kegiatan sehari-harinya adalah menjadi buruh atau kuli

bangunan. Pasien mengatakan nyeri pada daerah abdomen dan pasien

mengatakan rasa nyeri bertambah ketika pasien telat makan tetapi pasien

tetap mekakukan aktivitas maka nyeri akan bertambah dengan skala nyeri

16
5. Pola istirahat /tidur
Tidur siang ±1-2 jam/hari, kebiasaan tidur: 14.00-15.00

Tidur malam ± 5 jam/hari, kebiasaan tidur 12.00- 05.00

Masalah tidur: pasien mengatakan terkadang mengalami sulit tidur dan

terkadang memang sengaja begadang untuk main game

1.8.6 Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum: cukup

Kesadaran: Composmentis

GCS: 4-5-6.

TTV : TD :120/70 mmHg

Suhu : 36,9

Nadi :88 x/i

RR : 20x/i

SPO2 : 98%

BB : 58 kg

2) Pemeriksaan kulit dan kuku

Inspeksi

Warna kulit : warna kulit sawo matang, bersih, persebaran warna kulit
merata.
Palpasi

Kondisi kulit: lembab, tidak ada kemerahan, tidak terdapat ruam dan
sebagainya.
CRT: kembali < 2 detik

17
3) Pemeriksaan kepala

Inspeksi
Bentuk kepala: Normochepal
Rambut: rambut sedikit lembab, warna rambut hitam tidak terdapat
ketombe.
Massa: tidak terdapat massa pada seluruh bagian kepala.
Palpasi
Kepala: Tidak teraba benjolan pada kepala.
4) Pemeriksaan Mata

Inspeksi
Mata: simetris kiri kanan
Bola mata: normal.
Sklera: berwarna putih susu
Pupil: Isokor
Konjungtiva: berwarna merah muda
Palpasi
Mata: tidak teraba nyeri tekan di sekitar mata

5) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi: lubang hidung simetris,tidak terdapat nyeri tekan pada
hidung pasien, tidak terdapat produksi secret berlebih, septum nasi
tepat berada ditengah.
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan pada semua sinus.

6) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Daun telinga tampak simetris,kondisi lubang telinga tidak

terdapat luka, massa dan tidak terdapat produksi serumen berlebih.

Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada tragus.

18
7) Pemeriksaan Mulut
Inspeksi
Bibir : tampak kering, tidak terdapat luka.

Gigi : bersih.

Gusi : tidak terdapat perdarahan maupun stoma.

Lidah : tampak bersih, tidak terdapat stoma.

Uvula : tepat berada ditengah,tidak ada kemerahan.

Tonsil : tidak terjadi pembengkakan pada tonsil.

8) Pemeriksaan Leher
Inspeksi: Warna kulit tersebar merata, tidak terdapat pembengkakan

pada kelenjar, dan tidak terdapat luka.

Palpasi:

Kelenjar tiroid: tidak teraba massa pada kelenjar tiroid.

Vena jugularis: tidak teraba Wdistensi vena jugularis.

Trakea: tidak terdapat retraksi trakea.

Kelenjar limfe:Tidak terdapat pembekakan pada kelenjar limfe

9) Pemeriksaan Thorak
Inspeksi: bentuk dada normal, pergerakan dada normal, tidak

terdapat luka maupun massa.

Palpasi: pergerakan dada simetris.

Perkusi: terdengar sonor di kedua lapang paru dan terdengar pekak

pada ICS 2-5 sebelah kiri.

Auskultasi: tidak terdapat suara nafas tambahanpada paru.

19
10) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi :tidak tampak ictus cordis di ICS 5 midclavicula
line sinistra.
Palpasi :teraba ictus cordis pada ICS 5 midclav icula line
sinistra.
Perkusi :terdengar pekak pada batas ICS 3-5 midclavicula
line sinistra.

11) Pemeriksaan Abdomen


Inspeksi: persebaran warna kulit merata, tidak terdapat luka,

tidak terdapat acites dan massa.

Auskultasi: peristaltic usus= 12x/i

Palpasi: Terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen pasien

terutama diarea ulu hati.

Perkusi :Terdengar hypertimpani (kembung) pada daerah

lapang perut

20
12) Pemeriksan Muskuloskeletal
Inspeksi: simetris kanan dan kiri, warna normal sama dengan daerah

sekitar.

Palpasi: akral hangat.

Kekuatan otot: 4 5

4 5

1.9 Pemeriksaan Penunjang

Tanggal Pemeriksaan Hasil Normal


24-02-21 1. Darah Lengkap

Jumlah leukosit 10.91 4.0-11.0

Jumlah eritrosit H 5.08 4.00 – 5.00

Hemoglobin H 15.5 11.5 – 15.0

Hematokrit 44.6 37.0 – 45.0

Mcv 87.8 82.0 – 92.0

Mch 30.5 27.0 – 31.0

Mchc 34.8 32.0 – 37.0

Jumlah trombosit 319 150 – 400

RDW-SD 46 35 – 47

RDW-CV 14.3 11.5 – 14.5

PDW 10.6 9.0 – 13.0

MPV 9.5 7.2 – 11.1

P-LCR 20.9 15.0 – 25.0

PCT 0.300 0.150 – 0.400

21
Nama dan dosis obat Pemberian Fungsi obat
Ranitidine 50 mg Ekstra Ranitidine

berfungsi

untuk
2. hitung jenis
mengatasi
Neutrofil H 86.0 50 – 70
gejala penyakit
Limfosit L 9.3 20 – 40
akibat
Monosit 4.4 2–8
produksi asam
Eosinofil L 0.2 1–3
lambung yang
Basofil 0.1 0–1
berlebih.
OndansentronJumlah
8 mg neitrofil
Ekstra 8 H
mg9.4 1.5Ondansentron
– 7.0

Jumlah limfosit 1.0 1.0berfungsi


– 3.7

Jumlah monosit 0.48 untuk


0.16 mencega
– 1.00

Jumlah eosinofil 0.0 0 –dan


0.8 mengobati

Jumlah basofil 0.0 0 –mual


0.2 muntah

Antasida tab 200 mg Antasida

berfungsi
1.10
Terapi untuk

menetralisir

asam lambung

dan

menghilangkan

nyeri.
Lansoprazole tab 0-0-1 Lansoprazole

berfungsi

untuk

mengatasi

gangguan pada

sistem
22
pencernaan

akibat

produksi asam
2. ANALISA DATA

Nama : Tn.i No Register :-

Umur : 27 th Diagnosa : Gastritis

Tgl Data Masalah Etiologi


24/01/21 DS : Nyeri akut Reaksi inflamasi

- P : pasien mengatakan

perut dibagian kanan Pembengkakan

atas sejak 2 hari yang

lalu. Ulserasi

DO :

23
- Kesadaran : Lesi pada mukosa

composmentis lambung

- GCS : 4-5-6

- Pasien tampak meringis Iritasi pada mukosa

- TD: 120/70 mmHg lambung

- Skala nyeri : 4

Nyeri akut
24/02/21 S: Gangguan kebutuhan Reasksi inflamasi
- Pasien mengatakan
nutrisi
mual,muntah
Pembengkakan
- Pasien mengatakan tidak
nafsu makan dikarenakan
mual.
Ulserasi
-
- Pasien mengatakan Badan
terasa lemas
DO :
Infeksi
- Kesadaran :

composmentis
Mengeluaran toksin
- GCS : 4-5-6

- BB: 58kg
Meningkatnya motilitas
- Pasien Tampak lemas

- Bibir tampak kering


Absorbsi
- Pasien hanya

menghabiskan ¼ porsi
Gangguan kebutuhan

24
makanan yang disediakan nutrisi

25
3. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam lambung

2. Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat

4. RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Tn.i No Register :

Umur : 27 th Diagnosa Medis : Gastritis

Hari/tanggal No.dx Tujuan Intervensi Rasional

24-02-2021 1. Tujuan umum: 1 Lakukan pengkajian nyeri 1 Pengkajian nyeri

Nyeri pasien dapat berkurang secara komprehensif secara komprehensif

setelah dilakukan asuhan termasuk lokasi, frekuensi, dapat mengetahui

keperawatan selama 3x24 jam. kualitas, factor presipitasi. seberapa nyeri

Tujuan khusus: pasien saat ini.

Terjadi penurunan asam 2 Observasi reaksi nonverbal 2 Reaksi nonverbal

lambung setelah dilakukan dari ketidaknyamanan. menunjukan

asuhan keperawatan selama intensitas nyeri


26
1x60 menit yang dirasakan

Kriteria hasil: pasien.

a Dapat mengontrol 3 Gunakan tehnik 3 Komunikasi

nyeri (tahu penyebab komunikasi terapiutik terapiutik dapat

nyeri,dapat untuk mengetahui membuat pasien

menggunakan tehnik pengalaman nyeri. merasa tenang

nonfarmakologi untuk dan ,membantu

mengurangi nyeri) mengurangi rasa

b Melaporkan bahwa nyeri.

nyeri sudah berkurang 4 Ajarkan tentang tehnik 4 Relaksasi dan

dengan dilakukan non farmakologi dengan distraksi dapat

management nyeri. bantuan relaksasi dan membantu

c Mengatakan rasa distrakasi. mengurangi nyeri

nyaman setelah nyeri dengan

berkurang. mengalihkan

perhatian pasien.

5 Observasi TTV 5 Jika nyeri


27
bertambah nadi dan

tekanan darah akan

meningkat.

6 Kolaborasi dengan dokter 6 Pemberian obat anti

tentang pemberian obat nyeri dapat

analgetik. membantu pasien

dalam mengurangi

nyeri.
24-02-2021 2. . Tujuan umum: 1 Kaji status nutrisi pasien 1 Pengkajian penting

Kebutuhan nutrisi pasien ( ada tidaknya penghambat dilakukan untuk

dapat terpenuhi setelah pemenuhan nutrisi seperti mengetahui status

dilakukan asuhan keperawatan mual,muntah,anoreksia) nutrisi pasien

selama 1x60 menit sehingga dapat

menentukan

Tujuan khusus: intervensi yang

Asupan nutrisi pasien dapat diberikan.

sesuai kebutuhan tubuh 2 Anjurkan pasien untuk 2 peningkatan intake

28
setelah dilakukan asuhan meningkatkan intake makanan dapat

keperawatan selama 1x60 makanan seperti makan membantu

menit. dalam porsi kecil tapi mempertahankan

Kriteria Hasil: seringpemberian nutrisi kondisi klien agar

1. Nafsu makan yang sesuai dengan tetap stabil dan

bertambah kebutuhan pasien mencegahkeaadaan

2. Mual dan muntah malnutrisi.

berkurang 3 Berikan penyuluhan yang 3 Dengan

3. Makan habis 1 porsi tepat terhadap pasien memberikan

gastritis tentang kebutuhan penyuluhan kepada

nutrisi yang tepat dan pasien diharapkan

sesuai. dapat membantu

untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi

yang dibutuhkan

pasien.

4 Kaji frekuensi mual, 4 Pengkajian tentang


29
durasi, tingkat keparahan, frekuensi mual,

faktor yang menyebabkan durasi dan tingkat

mual. keparahan mual

dapat menentukan

intervensi

selanjutnya.

5 Anjurkan pasien untuk 5 Dengan

makan selagi hangat. menganjurkan

pasien untuk makan

selagi hangat dapat

mengurangi rasa

mual.

30
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama :Tn.i No Register `:

Umur : 27 th Diagnosa Medis : Gastritis

Hari/tanggal/jam No. dx Implementasi TTD


1. 1. Mengkaji skala nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi,

frekuensi, kualitas, factor presipitasi.

2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan.

3. Menggunakan tehnik komunikasi

terapiutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri.

4. Mengajarkan tentang tehnik non

farmakologi dengan bantuan relaksasi

dan distrakasi.

5. Mengobservasi TTV.

6. Berkolaborasi dengan dokter tentang

pemberian obat anti nyeri.

2. 1. Mengkaji status nutrisi pasien ( ada

tidaknya penghambat pemenuhan

32
nutrisi seperti mual,muntah)

2. Menganjurkan pasien untuk

meningkatkan intake makanan

seperti makan dalam porsi kecil tapi

sering.

3. Memberikan penyuluhan yang tepat

terhadap pasien gastritis tentang

kebutuhan nutrisi yang tepat dan

sesuai.

4. Mengkaji frekuensi mual, durasi,

tingkat keparahan, faktor yang

menyebabkan mual.

5. Menganjurkan pasien untuk makan

selagi hangat.

5. EVALUASI

Nama :Tn.i No Register :

Umur : 27 th Diagnosa Medis : Gastritis

Hari/tanggal/jam No Dx Evaluasi TTD


24-02-2021 1 S :

33
- Pasien mengatakan masih nyeri pada

perutnya tetapi sudah sedikit berkurang.

O :

- Keadaan Umum : lemas


- Kesadaran : Composmentis
- GCS :4-5-6
- Pasien tampak meringis.
- TTV :
Tekanan Darah : 120/80mmHg
Nadi : 90x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36.30C
Skala Nyeri :3
A : Nyeri akut teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

- Teknik Relaksasi Nafas Dalam

- Pemberian Analgetik

24-02-2021 2. S :

- Pasien mengatakan masih mual tetapi sudah

berkurang.

- Pasien mengatakan sudah tidak muntah

- Pasien mengatakan bisa menghabiskan ½

porsi makan yang sudah disediakan.

34
O :

- Keadaan Umum : Cukup

- Kesadaran : Composmentis

- GCS :4-5-6

- Bibir tampak lembab

- TTV :

Tekanan Darah : 120/80mmHg

Nadi : 90x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,50C

BB : 58 kg

A :

Masalah Gangguan kebutuhan nutrisi

teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 2 dan 5

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Asuhan keperawatan yang saya lakukan berhasil terbukti setelah dilakukan asuhan
keperawatan 1x60 menit terbukti sekala nyari pasien saya berkurang yang awal masuk
skala nyeri 4 setelah saya lakukan asuhan keperawatan sklanya nyeri pasien saya menjadi
3

5.2. Saran
35
Saran ke depannya semoga perawat lebih kreatif dan inofatif dalam mengambangkan
asuhan keperawatan, terlebih pada pasien yang sklanya nyeri tinggi, selain dengan terapi
farmakoloki kita sebagi perawat juga harus mengembangkan terapi non farmakologi.

36
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (1995), Buku Saku Diagnosa Keperawatan dan Dokumentasi, edisi 4,
Alih Bahasa Yasman Asih. Jakarta : EGC

Long, C. Barbara (1996). Essential Of Medical – Surgical Nursing A Nursing Process


Approcach. C.V Mosby Company St Louis, USA.

Mahadevan, S. V (2005). An Introduction to Clinical Emergency Medicine. Cambridge


University Press : New York

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth, Edisi.8


Vol.3. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih Bahasa Monica
Ester, Jakarta :EGC

Daniell Jane Charett. 1995. Oncologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA Alih Bahasa
Imade Kariasa, Jakarta : EGC

Theodore R. Schrock, M. D.1992. Ilmu Bedah, Edisi 7, Alih Bahasa Drs. Med Adji Dharma,
dr. Petrus Lukmanto, Dr gunawan. Penerbit Kedokteran Jakarta : EGC

Thomas F Nelson, Jr M. D.1996. Ilmu Bedah, edisi 4, Alih Bahasa Dr. Irene Winata, dr.
Brahnu V Pendit. Penerbit Kedokteran, Jakarta : EGC

Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta :
EGC; 2001

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998

Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih


Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994

Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001

37

Anda mungkin juga menyukai