LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung
atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut (Hirlan, 2010). Gastritis adalah peradangan pada mukosa
lambung dan submukosa lambung yang bersifat secara akut, kronis, difus atau
lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga
menyebabkan kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang menyebabkan erosi
pada lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa
dispepsia atau indigesti.
B. Klasifikasi
Menurut Wibowo (2012), gastritis diklasifikasikan menjadi :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial. Pada gastritis
ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil mukosa edema, merah dan terjadi
erosi kecil dan perdarahan. Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe yaitu
gastritis stres akut, gastritis erosif kronis, dan gastritis eosinofilik. Semua
tipe gastritis akut mempunyai gejala yang sama. Episode berulang gastritis
akut dapat menyebabkan gastritis kronik.
2. Gastritis kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik
bervariasi. Gastritis kronik ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar
disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung, dinding lambung
menjadi tipis dan permukaan mukosa menjadi rata. Gastritis kronik
1
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu gastritis superfisial, gastritis
atropi dan gastritis hipertropi.
C. Etiologi
Menurut Muttaqin (2011) penyebab dari gastritis antara lain :
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin,
ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi
(mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.
3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci,
staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, dan
secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus lambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa
lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambungsehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi
dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.
2
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
1. Gastritis Akut
a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.
b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan.
c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin
akan hilang selama 2 sampai 3 hari.
2. Gastritis Kronis
Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk
gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh
anoreksia (nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung,
rasa asam di mulut, atau mual dan muntah.
E. Patofisiologi
1. Gastritis Akut.
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung.
Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
a. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung.
Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di
lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan
HCI dan NaCO3.Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam
lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual
muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
b. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus
yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL
maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan
tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi
3
erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan
pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan
nyeri dan hypovolemik.
2. Gastritis Kronik.
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi
iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang
tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya
sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka
produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding
lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh
dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
4
F. Pathway
Makanan yang pedas, Stress Zat kimia
panas, dan asam
Resiko syok
Hipovolemia
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapt dilakukan menurut Nurarif & Kusuma
(2015):
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia, yang terjadi akibat perdarahan lambung akibat gastritis.
5
2. Pemeriksaan pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.pylori atau
tidak.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylory dalam feces atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadi infeksi.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar – X .
5. Rongent saluran cerna bagian atas
Tes ini akan mengetahui adanya tanda – tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya.
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Dermawan (2010) antara lain :
1. Gastritis Akut
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis,
terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian.
b. Ulkus, jika prosesnya hebat
c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
2. Gastritis Kronik
Yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan
penyempitan daerah antrum pylorus.
I. Penatalaksanaan
1. Pengobatan pada gastritis meliputi:
a. Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
b. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-
6
gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida
dan istirahat.
c. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
d. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
e. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
f. Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.
2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan
melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan
perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
a. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal :
alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon
encer atau cuka encer
b. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi. terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative,
antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan.
Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau
jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin
diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan
memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan
memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti
tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ).
7
Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B 12 yang
disebabkan oleh adanya antibody terhadap factor instrinsik.
3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
a. Tirah baring
b. Mengurangi stress
c. Diet
d. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon
terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu
banyak atau berminyak.
4) Disability
Kaji tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas. Tentukan respon Alert,
Verbal, Pain, Unresponsive. Kaji pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
Jika pasien mengalami koma maka kaji tingkat kesadaran GCS (Glasgow
Coma Scale).
8
5) Eksposure
Kaji adanya tanda-tanda trauma yang ada.
b. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder mengenai riwayat singkat pasien dirawat di rumah sakit.
Pengkajian ini dapat dilanjutkan ketika pasien sudah dalam keadaan stabil.
1) Sign and Symtoms (tanda dan gejala utama yang dirasakan dan diobservasi).
3) Medications (terapi terakhir yang sudah diberikan klien dan apakah terapi
4) Past medical history (riwayat medis sebelum klien dirawat saat ini).
5) Last oral intake (terakhir kali pasien makan dan minum dan jenis detail dari
d. Program Terapi
Terapi obat apa yang diperoleh pasien
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan faktor pencidera fisiologis (inflamasi
akut)
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dan
kekurangan intake cairan
c. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan kekurangan volume
cairan.
9
3. Intervensi Keperawatan
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan a. Lakukan pengkajian nyeri secara
keperawatan selama ... x ... jam komperhensif
diharapkan masalah nyeri teratasi b. Observasi reaksi non verbal dari
dengan kriteria hasil : ketidaknyamanan
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu c. Control lingkungan yang dapat
penyebab nyeri, mampu mempengaruhi nyeri seperti suhu
menggunakan tehnik ruangan, pencahayaan dan
nonfarmakologi untuk mengurangi kebisingan
nyeri, mencari bantuan) d. Ajarkan teknik nonfarmakologi
b. Melaporkan bahwa nyeri e. Kolaborasi dengan dokter dalam
berkurang dengan menggunakan pemberian analgetik untuk
manajemen nyeri mengurangi nyeri
c. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
2. Setelah dilakukan tindakan a. Monitor intake dan output cairan
keperawatan selama ... x ... jam pasien serta status hidrasi
bebas dari masalah hipovolemi dengan b. Berikan intake cairan melalui IV
kriteria hasil : maupun peroral
a. Tanda – tanda vital dalam batas c. Edukasi pasien tentang pemenuhan
normal kebutuhan cairan pada pasien
b. Pasien tidak mengalami tanda – d. Kolaborasi dengan dokter dalam
tanda dehidrasi pemberian cairan IV
c. Elastisitas turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus berlebih
10
bebas dari resiko syok hipovolemik c. Monitor nilai laboratorium : Hb, Ht,
dengan kriteria hasil : AGD, dan elektrolit.
a. TTV dalam rentang normal d. Berikan cairan iv atau oral dengan
b. Hasil pemeriksaan laboratorium tepat
(Natrium serum, Kalium serum, e. Edukasi tentang tanda dan gejala
klorida serum, kalsium serum, datangnya syok
magnesium serum, dan pH darah f. Kolaborasi dengan dokter dalam
serum) dalam batas nomal pemberian vasodilator yang tepat
4. Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan yang
telah direncanakan.
5. Evaluasi
Merupakan penilaian dari hasil proses keperawatan. Evaluasi dapat
menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, Planning) atau
SOAPIER (Subjektif, Objektif, Assessment, Planning, Implementasi, Evaluasi,
Reassessment)
11
DAFTAR PUSTAKA
Hirlan. 2009. Gastritis Dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 5. Jakarta :
InternaPublishing
Muttaqin, A., Sari, K. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Wibowo, Y.A. 2007. Gastritis. Diambil dari
http://fkuii.org/tikidownloadwiki_attachment.php?attdl=1078&page=Yoga
%20Agua%20Wibowo. Diakses tanggal 8 April 2018.
12
BAB II
dengan GASTRITIS
No.RM :-
1.1 PENGKAJIAN
1.1.1 Biodata
Nama : Tn.i
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Nyeri Perut
13
1.1.4 Riwayat penykit sekarang :
Pasien mengatakan sejak 2 hari lalu pada tanggal 22 Febuari 2021 nyeri
pada perut kanan atas yang disertai dengan rasa kram dan menjalar
punggung,nyeri pada dibagian ulu hati dirasakan hilang timbul sejak malam
tgl 21 Febuari 2021 pada pukul 22.00, nyeri berkurang setelah minum obat
lambung. Pada tanggal 22 Febuari 2021 jam 09.00 pasien datang ke poli
rawat jalan dengan nyeri ulu hati tembus ke punggung sudah 2 hari, saat
nyeri seperti perut terasa kram, nyeri pada ulu hati tembus ke punggung,
14
1.1.7 Data Psikosososial
1. Konsep diri
perawatan.
perawatan
15
1.1.8 Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Nutrisi
Makan: pasien mengatakan sering telat makan. Pasien mengatakan mampu
putih.
2. Pola Eliminasi
kuning jernih.
Mandi: pasien mandi 2x/hari dan pasien melakukan kebersihan diri dengan
mandiri
Gosok gigi: pasien menggosok gigi 2x/hari dan pasien mengatakan dapat
mengatakan rasa nyeri bertambah ketika pasien telat makan tetapi pasien
tetap mekakukan aktivitas maka nyeri akan bertambah dengan skala nyeri
16
5. Pola istirahat /tidur
Tidur siang ±1-2 jam/hari, kebiasaan tidur: 14.00-15.00
Kesadaran: Composmentis
GCS: 4-5-6.
Suhu : 36,9
RR : 20x/i
SPO2 : 98%
BB : 58 kg
Inspeksi
Warna kulit : warna kulit sawo matang, bersih, persebaran warna kulit
merata.
Palpasi
Kondisi kulit: lembab, tidak ada kemerahan, tidak terdapat ruam dan
sebagainya.
CRT: kembali < 2 detik
17
3) Pemeriksaan kepala
Inspeksi
Bentuk kepala: Normochepal
Rambut: rambut sedikit lembab, warna rambut hitam tidak terdapat
ketombe.
Massa: tidak terdapat massa pada seluruh bagian kepala.
Palpasi
Kepala: Tidak teraba benjolan pada kepala.
4) Pemeriksaan Mata
Inspeksi
Mata: simetris kiri kanan
Bola mata: normal.
Sklera: berwarna putih susu
Pupil: Isokor
Konjungtiva: berwarna merah muda
Palpasi
Mata: tidak teraba nyeri tekan di sekitar mata
5) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi: lubang hidung simetris,tidak terdapat nyeri tekan pada
hidung pasien, tidak terdapat produksi secret berlebih, septum nasi
tepat berada ditengah.
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan pada semua sinus.
6) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Daun telinga tampak simetris,kondisi lubang telinga tidak
18
7) Pemeriksaan Mulut
Inspeksi
Bibir : tampak kering, tidak terdapat luka.
Gigi : bersih.
8) Pemeriksaan Leher
Inspeksi: Warna kulit tersebar merata, tidak terdapat pembengkakan
Palpasi:
9) Pemeriksaan Thorak
Inspeksi: bentuk dada normal, pergerakan dada normal, tidak
19
10) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi :tidak tampak ictus cordis di ICS 5 midclavicula
line sinistra.
Palpasi :teraba ictus cordis pada ICS 5 midclav icula line
sinistra.
Perkusi :terdengar pekak pada batas ICS 3-5 midclavicula
line sinistra.
lapang perut
20
12) Pemeriksan Muskuloskeletal
Inspeksi: simetris kanan dan kiri, warna normal sama dengan daerah
sekitar.
Kekuatan otot: 4 5
4 5
RDW-SD 46 35 – 47
21
Nama dan dosis obat Pemberian Fungsi obat
Ranitidine 50 mg Ekstra Ranitidine
berfungsi
untuk
2. hitung jenis
mengatasi
Neutrofil H 86.0 50 – 70
gejala penyakit
Limfosit L 9.3 20 – 40
akibat
Monosit 4.4 2–8
produksi asam
Eosinofil L 0.2 1–3
lambung yang
Basofil 0.1 0–1
berlebih.
OndansentronJumlah
8 mg neitrofil
Ekstra 8 H
mg9.4 1.5Ondansentron
– 7.0
berfungsi
1.10
Terapi untuk
menetralisir
asam lambung
dan
menghilangkan
nyeri.
Lansoprazole tab 0-0-1 Lansoprazole
berfungsi
untuk
mengatasi
gangguan pada
sistem
22
pencernaan
akibat
produksi asam
2. ANALISA DATA
- P : pasien mengatakan
lalu. Ulserasi
DO :
23
- Kesadaran : Lesi pada mukosa
composmentis lambung
- GCS : 4-5-6
- Skala nyeri : 4
Nyeri akut
24/02/21 S: Gangguan kebutuhan Reasksi inflamasi
- Pasien mengatakan
nutrisi
mual,muntah
Pembengkakan
- Pasien mengatakan tidak
nafsu makan dikarenakan
mual.
Ulserasi
-
- Pasien mengatakan Badan
terasa lemas
DO :
Infeksi
- Kesadaran :
composmentis
Mengeluaran toksin
- GCS : 4-5-6
- BB: 58kg
Meningkatnya motilitas
- Pasien Tampak lemas
menghabiskan ¼ porsi
Gangguan kebutuhan
24
makanan yang disediakan nutrisi
25
3. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat
4. RENCANA KEPERAWATAN
berkurang. mengalihkan
perhatian pasien.
meningkat.
dalam mengurangi
nyeri.
24-02-2021 2. . Tujuan umum: 1 Kaji status nutrisi pasien 1 Pengkajian penting
menentukan
28
setelah dilakukan asuhan meningkatkan intake makanan dapat
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien.
dapat menentukan
intervensi
selanjutnya.
mengurangi rasa
mual.
30
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
ketidaknyamanan.
pengalaman nyeri.
dan distrakasi.
5. Mengobservasi TTV.
32
nutrisi seperti mual,muntah)
sering.
sesuai.
menyebabkan mual.
selagi hangat.
5. EVALUASI
33
- Pasien mengatakan masih nyeri pada
O :
P : Lanjutkan Intervensi
- Pemberian Analgetik
24-02-2021 2. S :
berkurang.
34
O :
- Kesadaran : Composmentis
- GCS :4-5-6
- TTV :
Nadi : 90x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
BB : 58 kg
A :
teratasi sebagian
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang saya lakukan berhasil terbukti setelah dilakukan asuhan
keperawatan 1x60 menit terbukti sekala nyari pasien saya berkurang yang awal masuk
skala nyeri 4 setelah saya lakukan asuhan keperawatan sklanya nyeri pasien saya menjadi
3
5.2. Saran
35
Saran ke depannya semoga perawat lebih kreatif dan inofatif dalam mengambangkan
asuhan keperawatan, terlebih pada pasien yang sklanya nyeri tinggi, selain dengan terapi
farmakoloki kita sebagi perawat juga harus mengembangkan terapi non farmakologi.
36
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall (1995), Buku Saku Diagnosa Keperawatan dan Dokumentasi, edisi 4,
Alih Bahasa Yasman Asih. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih Bahasa Monica
Ester, Jakarta :EGC
Daniell Jane Charett. 1995. Oncologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA Alih Bahasa
Imade Kariasa, Jakarta : EGC
Theodore R. Schrock, M. D.1992. Ilmu Bedah, Edisi 7, Alih Bahasa Drs. Med Adji Dharma,
dr. Petrus Lukmanto, Dr gunawan. Penerbit Kedokteran Jakarta : EGC
Thomas F Nelson, Jr M. D.1996. Ilmu Bedah, edisi 4, Alih Bahasa Dr. Irene Winata, dr.
Brahnu V Pendit. Penerbit Kedokteran, Jakarta : EGC
Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta :
EGC; 2001
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001
37