Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN GASTRITIS DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT TGK.


ABDULLAH SYAFI’I BEUREUNUEN

DISUSUN OLEH:
SIFA RAHMATIKA

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIKes)


PROGROM STUDI PROFESI NERS
MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut (Hirlan, 2009). Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung dan
submukosa lambung yang bersifat secara akut, kronis, difus atau lokal akibat
infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga menyebabkan
kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan
tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti.

B. Klasifikasi
Menurut Wibowo (2007), gastritis diklasifikasikan menjadi :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial. Pada gastritis ditemukan sel
inflamasi akut dan neutrofil mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan
perdarahan. Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe yaitu gastritis stres akut,
gastritis erosif kronis, dan gastritis eosinofilik. Semua tipe gastritis akut
mempunyai gejala yang sama. Episode berulang gastritis akut dapat
menyebabkan gastritis kronik.
2. Gastritis kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik
bervariasi. Gastritis kronik ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar
disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung, dinding lambung
menjadi tipis dan permukaan mukosa menjadi rata. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu gastritis superfisial, gastritis atropi
dan gastritis hipertropi.
C. Etiologi
Menurut Muttaqin (2011) penyebab dari gastritis antara lain :
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin,
ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi
(mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.
3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci,
staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, dan
secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus lambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa
lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambungsehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan
mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan
respon peradangan pada mukosa lambung.

D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
1. Gastritis Akut
a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.
b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan
anoreksia. disertai muntah dan cegukan.
c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin akan
hilang selama 2 sampai 3 hari.
2. Gastritis Kronis
Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala
defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia (nafsu
makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut,
atau mual dan muntah.

E. Patofisiologi
1. Gastritis Akut.
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung.
Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
a. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung.
Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung
HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan
NaCO3.Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung.
Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka
akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
b. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus
yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL
maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi
jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada
mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh
darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan
hypovolemik.
2. Gastritis Kronik.
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi
iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang
tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel
pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi
HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung
juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa
terjadi perdarahan serta formasi ulser.

F. Pathway
Makanan yang pedas, Stress Zat kimia
panas, dan asam

Gatritis akut Penurunan


produksi
mukus oleh sel
kolumner
Merangsang Saraf
Simpatis /
Nerus Vagus
Pengelupasan sel
mukosa lambung
Peningkatan
produksi HCl
di lambung Erosi Nyeri akut

Anoreksia, mual, Perdarahan


muntah gaster

Resiko syok
Hipovolemia

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapt dilakukan menurut Nurarif & Kusuma (2015):
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri
pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa
anemia, yang terjadi akibat perdarahan lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.pylori atau
tidak.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylory dalam feces atau tidak. Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadi infeksi.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian
atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar – X .
5. Rongent saluran cerna bagian atas
Tes ini akan mengetahui adanya tanda – tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya.

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Dermawan (2010) antara lain :
1. Gastritis Akut
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis,
terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian.
b. Ulkus, jika prosesnya hebat
c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
2. Gastritis Kronik
Yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan
daerah antrum pylorus.

I. Penatalaksanaan
1. Pengobatan pada gastritis meliputi:
a. Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
b. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda,
untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
c. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
d. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
e. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
f. Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.
2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan
melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan
perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
a. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal : alumunium
hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka
encer
b. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi. terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative,
antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan.
Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau
jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin diperlukan
untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi
diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan memulai
farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau
amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ).
Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang
disebabkan oleh adanya antibody terhadap factor instrinsik.
3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
a. Tirah baring
b. Mengurangi stress
c. Diet
d. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon terhadap
diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu banyak atau
berminyak.

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a.Pengkajian Primer
1) Airway
Pada pengkajian ini hal yang perlu diketahui adalah adanya sumbatan di
kerongkongan, penumpukan sekret di tenggorokan, adanya wheezing atau
suara crakcel yang menunjukkan ketidak efektifan pertukaran gas.
2) Breathing
Pada pengkajian ini hal yang perlu diketahui adalah sesak nafas akibat
aktivitas maupun tanpa aktivitas, irama nafas dan suara nafas.
3) Circulation
Pada pengkajian ini hal yang perlu diketahui adalah tekanan darah yang
menunjukkan hipertensi, adanya edema di ekstremitas, CRT yang leboh dari 3
detik sebagai bentuk penurunan curah jantung, akral yang dingin dan output
urin yang kurang.
4) Disability
Kaji tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas. Tentukan respon Alert, Verbal,
Pain, Unresponsive. Kaji pupil dan respon pupil terhadap cahaya. Jika pasien
mengalami koma maka kaji tingkat kesadaran GCS (Glasgow Coma Scale).
5) Eksposure
Kaji adanya tanda-tanda trauma yang ada.
b. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder mengenai riwayat singkat pasien dirawat di rumah sakit.

Pengkajian ini dapat dilanjutkan ketika pasien sudah dalam keadaan stabil.

Metode yang digunakan dalam pengkajian sekunder yang meliputi:

1) Sign and Symtoms (tanda dan gejala utama yang dirasakan dan diobservasi).

2) Allergies (ada tidaknya alergi yang dipunyai klien)


3) Medications (terapi terakhir yang sudah diberikan klien dan apakah terapi

tersebut engurangi permasalahan klien atau tidak).

4) Past medical history (riwayat medis sebelum klien dirawat saat ini).

5) Last oral intake (terakhir kali pasien makan dan minum dan jenis detail dari

makanan atau minuman yang baru saja dimakan atau diminum).

6) Events prociding incident (hal-hal yang memungkinkan atau peristiwa yang


mengawali terjadinya serangan atau penyakit klien saat ini.
c. Data penunjang
1) Laboratorium : darah rutin, urin dan kimia
2) Radiologi

d. Program Terapi
Terapi obat apa yang diperoleh pasien
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan faktor pencidera fisiologis (inflamasi akut)
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dan kekurangan
intake cairan
c. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan kekurangan volume cairan.
3. Intervensi Keperawatan
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan a. Lakukan pengkajian nyeri secara
keperawatan selama ... x ... jam komperhensif
diharapkan masalah nyeri teratasi b. Observasi reaksi non verbal dari
dengan kriteria hasil : ketidaknyamanan
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu c. Control lingkungan yang dapat
penyebab nyeri, mampu mempengaruhi nyeri seperti suhu
menggunakan tehnik ruangan, pencahayaan dan
nonfarmakologi untuk mengurangi kebisingan
nyeri, mencari bantuan) d. Ajarkan teknik nonfarmakologi
b. Melaporkan bahwa nyeri e. Kolaborasi dengan dokter dalam
berkurang dengan menggunakan pemberian analgetik untuk
manajemen nyeri mengurangi nyeri
c. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
2. Setelah dilakukan tindakan a. Monitor intake dan output cairan
keperawatan selama ... x ... jam pasien serta status hidrasi
bebas dari masalah hipovolemi dengan b. Berikan intake cairan melalui IV
kriteria hasil : maupun peroral
a. Tanda – tanda vital dalam batas c. Edukasi pasien tentang pemenuhan
normal kebutuhan cairan pada pasien
b. Pasien tidak mengalami tanda – d. Kolaborasi dengan dokter dalam
tanda dehidrasi pemberian cairan IV
c. Elastisitas turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus berlebih

3. Setelah dilakukan tindakan a. Monitor TTV


keperawatan selama ... x ... jam pasien b. Monitor tanda awal syok
bebas dari resiko syok hipovolemik c. Monitor nilai laboratorium : Hb, Ht,
dengan kriteria hasil : AGD, dan elektrolit.
a. TTV dalam rentang normal d. Berikan cairan iv atau oral dengan
b. Hasil pemeriksaan laboratorium tepat
(Natrium serum, Kalium serum, e. Edukasi tentang tanda dan gejala
klorida serum, kalsium serum, datangnya syok
magnesium serum, dan pH darah f. Kolaborasi dengan dokter dalam
serum) dalam batas nomal pemberian vasodilator yang tepat

4. Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan.

5. Evaluasi
Merupakan penilaian dari hasil proses keperawatan. Evaluasi dapat menggunakan
metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, Planning) atau SOAPIER
(Subjektif, Objektif, Assessment, Planning, Implementasi, Evaluasi, Reassessment)
DAFTAR PUSTAKA

Hirlan. 2009. Gastritis Dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 5. Jakarta :
InternaPublishing
Muttaqin, A., Sari, K. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Wibowo, Y.A. 2007. Gastritis. Diambil dari
http://fkuii.org/tikidownloadwiki_attachment.php?attdl=1078&page=Yoga
%20Agua%20Wibowo. Diakses tanggal 8 April 2018.

Anda mungkin juga menyukai