Disusun Oleh:
Nuria Adeliani
523065
A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Gastritis adalah peradangan lambung baik lokal atau menyebar pada mukosa
lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain (Reeves. J. Charlene). Umumnya gastritis dibedakan
menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut adalah proses
peradangan jangka pendek yang terkait dengan konsumsi agen kimia atau makanan
yang mengganggu dan merusak mukosa gastrik. Agen semacam ini mencakup
bumbu, rempah-rempah, alkohol, obat-obatan, radiasi, kemoterapi dan
mikroorganisme inefektif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan
mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosive. Erosif karena
perlukaan hanya pada bagian mukosa. Gastritis kronik adalah suatu peradangan
bagian permukaan mukosa lambung yang menahun..inflamasi lambung yang lama
dapat disebabkan oleh ulkus benigna dan maligna dari lambung atau oleh bakteri
Helicobacter pylory (H. pylory). Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe
A dan tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari
perubahan sel pariental yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Anemia
pernisiosa berkembang dengan proses ini dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) mempengaruhi antrum
dan pilorus (ujung bawah lambung dekat duodenum).Ini dihubungkan dengan
bakteri H. pylory yang menimbulkan ulkus dinding lambung.Juga dikenal tiga
bentuk gastritis kronik gastritis kronik superfisialis, gastritis kronik hipotrofik atau
atrofi gaster dan gastritis kronik hipertrofikans.
2. ETIOLOGI
A. Gastritis Akut
- Obat analgetik anti inflamasi (aspirin)
- Bahan kimia (lysol)
- Merokok
- Alkohol
- Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma pembedahan, dll
- Refluks usus lambung
- Endotoksin
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat
yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Pembentukan
jaringan parut dapat terjadi, yang mengakibatkan obstruksi pilorus. Gastritis juga
merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut.
Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan perfusi
mukosa lambung terganggu sehingga timbul daerah-daerah infark kecil. Disamping
itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan
kimia, obat, mucosal barier rusak menyebabkan difusi balik ion H + meningkat.
Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat mucosal barier
oleh cairan usus.
B. Gastritis Kronik
- Pada umumnya belum diketahui
- Sering dijumpai bersama dengan penyakit lain (anemia penyakit adisson dan
gondok)
- Ulkus lambung kronik atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory)
- Beberapa peneliti menghubungkan dengan proses imunologi
3. PATOFISIOLOGI
A. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual,
muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel
dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena
proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah
perdarahan.
B. Gastritis Kronis
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi
tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel
pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi
HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akanmenurun dan dinding lambung
juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa
respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia.
yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa
yang lebih kuat.Karena sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga
berkurang.
karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada
menimbulkan perdarahan.
4. PATHWAY
Gastritis
Nyeri Neusea
Risiko Hipovolemia
5. MANIFESTASI KLINIS
A. Gastritis Akut
- Muntah kadang disertai darah
- Nyeri epigastrium
- Nausea dan rasa ingin vomitus
6. KLASIFIKASI
Menurut (Ardiansyah, 2012), jenis-jenis gastritis adalah sebagai berikut :
A. Gastritis akut, merupakan peradangan pada mukosa lambung yang
menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah terpapar
pada zat iritan erosi tidak mengenai lapisan otot lambung.
B. Gastritis kronik, merupakan suatu peradangan pada mukosa lambung yang
sifatnya menahun dan berulang. Peradangan tersebut terjadi dibagian mukosa
lambung dan berkepanjangan yang bisa disebabkan karena bakteri
Helicobackter Hyplori. Gastritis ini pula dapat terkait dengan atropi mukosa
gastrik, sehingga produksi asam klorida menurun dan menimbulkan tukak
pada saluran pencernaan.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut (Ardiansyah, 2012), pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada
pasien gastritis adalah :
a. Cek darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemis.
b. Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya
defisiensi B12.
c. Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
d. Analisa gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCI lambung
Achlorhria menunjukkan adanya gastritis atropi.
e. Tes antibody serum bertujuan untuk mengetahui adanya anti body sel parietal
dan factor intrinsic lambung terhadap helicobactery pylori
f. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada
kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
g. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.
8. PENATALAKSANAAN
A. Gastritis Akut
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan yang mengganggu dan merusak mukosa gastrik sampai
gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung
gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaannya serupa dengan prosedur
yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali,
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
- Untuk menetralisir asam digunakan antasida (mis, aluminium
hidroksida) ; untuk menetral alkali digunakan jus lemon encer atau cuka
encer.
- Bila korosi luas atau berat, emetic dan lavase dihindari karena bahaya
perforasi.
- Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida
serta cairan intravena. Endoskopi fiber-optik mungkin diperlukan.
Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren
atau jaringan perforasi. Gastrojejenostomi atau reseksi lambung mungkin
diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus.
B. Gastritis Kronis
Gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan
istirahat, mengurasi stress dan memulai farmakoterapi.H. pylory dapat
diatasi dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam
bismut (pepto-bismol). Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami
malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap
faktor intrinsik.
9. KOMPLIKASI
A. Gastritis Akut
- Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena, dapat
berakhir sebagai syok hemoragik.
- Terjadi ulkus --> hebat
- Jarang terjadi perforasi
B. Gastritis Kronik
- Perdarahan saluran cerna bagian atas
- Ulkus
- Perforasi
- Anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12
- Penyempitan daerah antrum pylorus
- Dihubungkan dengan ca lambung
BAB II
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
2017).
2. Anamnesa
a. Pengkajian
Pada tahapan dalam pengkajian terdiri dari:
1) Identitas pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomer register, tanggal masuk RS 25, dan
diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Menggambarkan alasan seseorang masuk dan dirawat di RS.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Menggambarkan perjalanan penyakit yang dialami. Berisi mengenai kapan
mulai merasakan keluhan, upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi
masalah yang dialami tersebut.
3. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan pasien, cara berbicara, tinggi badan, berat badan, dan tanda-
tanda vital
c. Sistem integumen
Pada pemeriksaan ini dapat dilihat kondisi turgor kulit, ada tidaknya luka atau
ulkus.
d. Sistem pernafasan
Mengkaji apakah ada rasa sesak nafas, adanya sputum, dan nyeri dada.
e. Sistem kardiovaskular
kardiomegali.
f. Sistem gastrointestinal
g. Sistem urinari
h. Sistem muskuloskeletal
i. Sistem neurologis
e. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
f. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya), nilai GCS: ≤ 3.
A. Diagnosa Keperawatan
Analisa data diperlukan kemampuan dalam mengkaitkan data dan hubungan data
tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan dalam membuat kesimpulan
menentukan masalah keperawatan yang muncul. Setelah dilakukan pengumpulan data
kemudian akan dianalisis dan digolongkan menjadi data subjektif dan data objektif
sesuai dengan masalah keperawatan yang timbul (Rohmah & Wahid, 2016). Diagnosa
keperawatan merupakan sebuah penilaian secara klinis tentang respon individu, keluarga
atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan sacara aktual ataupun
potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan guna mencapai hasil dimana
perawat bertanggungjawab. Diagnosa keperawatan anak adalah suatu pernyataan dimana
menggambarkan respon anak dan keluarganya terhadap masalah kesehatan sebagai
penentuan intervensi keperawatan secara pasti untuk mencapai tumbuh kembangnya
secara normal dan menjaga status kesehatan (Setiawan, 2017).
B. Intervensi Keperawatan
C. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan atau implementasi merupakan tindakan yang sudah
direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan
mandiri atau independen dan tindakan kolaborasi. Agar lebih jelas dan akurat dalam
melakukan implementasi diperlukan perencanaan keperawatan yang spesifik dan
operasional. Bentuk implementasi keperawatan seperti pengkajian untuk
mengidentifikasi masalah baru atau mempertahankan masalah yang ada, pengajaran
atau pendidikan masalah kesehatan pada pasien untuk membantu menambah
pengetahuan tentang kesehatan pasien, konsultasi atau merujuk dengan tenaga
professional secara spesifik atau tindakan untuk memecahkan masalah kesehatan dan
membantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri (Doenges, 2013).
D. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hasil membandingkan dari suatu tindakan
keperawatan dengan nilai normal atau kriteria hasil yang sudah disusun dalam
dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan pada saat akhir shift dengan metode
1) S (Subjektif)
Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan pasien biasanya data ini
berhubungan dengan kriteria hasil.
2) O (Objektif)
Data berdasarkan hasil observasi atau pengukuran perawat secara langsung pada
pasien dengan memperhatikan yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
3) A (Assesment/analisa)
Menjelaskan apakah masalah kebutuhan pasien terpenuhi atau tidak.
4) P (Plan/rencana)
Rencana tindak lanjut yang dilakukan (intervensi) terhadap pasien berhubungan
dengan masalah pasein yang belum terpenuhi.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2.
(terjemahanMonica Ester). Jakarta: EGC
Jhonson, L., & Leny, R. (2010). Keperawatan Keluarga: plus contoh askep keluarga.
Rahma, M., Ansar, J., Rismayanti. (2012). Faktor Risiko Kejadian Gastritis Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa.