Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS

A. Pengertian Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut atu lambung dan itis yang berarti inflamasi atau
peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari
beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang
sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu
helicobacter pylori.
 Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung.
 Gastritis adalah segala radang mukosa lambung.
 Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal.
 Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi
selsel radang pada daerah tersebut.
 Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung gastritis adalah inflamasi
pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster.
 Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan
berkembang dipenuhi bakteri.
Jadi gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian
mukosa. Bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis
hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi
erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa
tempat.

B. Klasifikasi Gastritis
Gastritis diklasifikasikan menjadi dua (2) yaitu gastritis akut dan gastritis kronis.
1. Gastritis Akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik adalah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan - kerusakan erosif. Disebut erosif
apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah
suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan
yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh
bakteri helicobacter pylori (Brunner dan suddart). Klasifikasi gastritis kronis
berdasarkan gambarannya yaitu hispatology dan distribusi anatomi.
Hispatology yang meliputi gastritis kronik superficial, gastritis kronik atropik,
atrofi lambung, metaplasia intestinal, dan perubahan histologi kelenjar
mukosa lambung menjadi kelenjar - kelenjar mukosa usus halus yang
mengandung sel goblet. Dan distribusi anatomi meliputu astritis kronis korpus
(gastritis tipe A) sering dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut
menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12
dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel parietal
yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun, gastritis kronik antrum
(gastritis tipe B) paling sering dijumpai dan berhubungan dengan kuman
helicobacter pylori, dan gastritis tipe AB anatominya menyebar keseluruh
gaster dan penyebarannya meningkat seiring bertambahnya usia.

C. Penyebab Gastritis
Penyebab gastritis adalah obat analgetik antiinflamasi terutama aspirin,
bahan kimia misalnya lisol, merokok, alcohol, stress fisik yang disebabkan oleh
luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernapasan, gagal ginjal,
kerusakan susunan saraf.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Penyebab lain yang
dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
 Infeksi Bakteri
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri helicobacter pylori
yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral
atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak - kanak
dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi
helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya
peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian
mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Sebagian
besar orang yang terkena infeksi helicobacter pylori kronis tidak mempunyai
kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa
ada penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini
sedangkan yang lain tidak.
 Pemakaian Obat Penghilang Nyeri Secara Terus Menerus
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan
peptic ulcer.
 Penggunaan Alkohol Secara Berlebihan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun
pada kondisi normal.
 Penggunaan Kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
 Stress Fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada
lambung.
 Kelainan Autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel - sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar - kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorbsi vitamin B - 12). Kekurangan B - 12, akhirnya, dapat
mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak
dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune
atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
 Radiasi dan Kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah
kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis
besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar - kelenjar penghasil asam
lambung.
 Penyakit Bile Reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak - lemak dalam
tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan
melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi
normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve)
akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini
tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.
D. Clinical Nursing Pathaway
Obat – obatan AINS Makanan yang merangsang Diet yang tidak baik Stress
Kuman
(analgetik & Antiinflamasi) (pedas, asam, & mengandung gas)
(helicobacter pylori)

Menghambat prostaglandin Menghambat sel epitel lambung Lambung kosong Merangsang nervus
vagus Menyerang mukosa

lambung

Vasodilatasi dilapisan mukosa Peningkatan produksi HCL Peradangan


mukosa lambung

Produk mucus lambung turun Iritasi dinding lambung

Proteksi lapisan mukosa turun

Peradangan lapisan mukosa lambung

Gastritis Akut
HCL meningkat Peradangan oleh helicobacter
pylori

Sensasi kenyang Iritasi Menekan refleks muntah Destruksi kelenjar mukosa


Metaplasma dengan desquamosn

Anoreksia Eksfeliasi (pengupasan) Mual Kerusakan pembuluh darah Elastistas


lambung turun

Penurunan nafsu Erosi lapisan mukosa


Mk : Kekurangan
Kekakuan volume cairan Mk : nyeri

makan
Gangguan

Perdarahan pada lambung


Mk : kebutuhan
pencernaan
nutrisi kurang Mk :
Gangguan
Gangguan perfusi jaringan
istirahat tidur
Pendarahan pada lambung

Mk : Cemas
Sumber : http://askep.blogspoe.com/2008/10/asuhan-keperawatan-klien-gastritis.html
E. Tanda dan Gejala
Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, tanda dan gejala
penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala - gejala tersebut antara
lain :
 Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi
lebih baik atau lebih buruk ketika makan.
 Mual.
 Muntah.
 Kehilangan selera makan.
 Perut kembung.
 Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan.
 Kehilangan berat badan.
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan
sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara
bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian
atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis
tidak menyebabkan apapun.
Terkadang gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, akan
tetapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi
borok pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah
darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.
Karena gastritis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit pencernaan
dengan gejala - gejala yang mirip antara satu dengan yang lainnya, menyebabkan
penyakit ini mudah dianggap sebagai penyakit lainnya seperti :
 Gastroenteritis, juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang biasanya
terjadi akibat infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare, kram pada
perut dan mual atau muntah, juga ketidaksanggupan untuk mencerna. Gejala
dari gastroenteritis sering hilang dalam satu atau dua hari sedangkan untuk
gastritis dapat terjadi terus menerus.
 Heartburn, rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang dada ini
biasanya terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam lambung naik dan
masuk ke dalam esophagus (saluran yang menghubungkan antara tenggorokan
dan perut). Heartburn dapat juga menyebabkan rasa asam pada mulut dan
terasa sensasi makanan yang sebagian sudah dicerna kembali ke mulut.
 Stomach ulcers, jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus menerus
dan parah, maka hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya borok dalam
lambung. Stomach (peptic) ulcer atau borok lambung adalah luka terbuka
yang terjadi dalam lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang
menjadi semakin parah ketika malam hari atau lambung sedang kosong.
Gastritis dan stomach ulcers mempunyai beberapa penyebab yang sama,
terutama infeksi helicobacter pylori. Penyakit ini dapat mengakibatkan
terjadinya gastritis dan begitu juga sebaliknya.
 Nonulcer dyspepsia, merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait pada
penyakit tertentu. Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi stress dan
terlalu banyak mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau makanan
berlemak diduga dapat mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya adalah sakit
pada perut bagian atas, kembung dan mual.

F. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Biodata meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan, dan
suku bangsa.
2. Status Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya apakah klien pernah menderita penyakit gastritis dengan
keluhan nyeri pada ulu hati, rasa tidak nyaman di abdomen setelah makan.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pada penyakit gastritis adalah nyeri pada ulu hati,
adanya nyeri tekan pada epigastrium, perut terasa kembung, dan mual –
muntah.
c. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pada riwayat penyakit saat ini yang menjadi focus yaitu keluhan yang
dirasakan saat itu juga.
3. Aktivitas Hidup Sehari – Hari
a. Nutrisi
Adanya penurunan masukan diet penurunan BAB, adanya mual muntah.
b. Pola Eliminasi
Kaji adanya distensi abdomen, penurunan saluran urin.
c. Aktivitas
Pada penyakit gastritis pada pola aktivitas timbul keluhan cepat lelah,
lemah, dan badan terasa lemah.
d. Istirahat dan Tidur
Kaji gangguan tidur (insomnia) pada klien dan cenderung tidur.
e. Personal Hygine
Yang meliputi pemeriksaan diri klien seperti mandi, menggosok gigi,
keramas, dan menggati baju.
f. Psikologis
Yang meliputi emosi, persepsi, dan adaptasi.
g. Neurosensori
Rasa berdenyut pusing atau sakit kepala, kelemahan.
h. Status Mental
Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi (bingung) sampai pingsan, koma (tergantung sirkulasi /
oksigenasi).
i. Nyeri Kenyamanan
Apakah nyeri sangat berat, berat, sedang, ringan, sangat ringan. tajam,
nyeri hebat tiba - tiba dapat diserta perforasi.
j. Keamanan
Alergi terhadap obat atau sensitif misal ASA.

G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekuat.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit.
H. Intervensi Keperawatan

Ganngguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa


lambung.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama diharapkan nyeri dapat


berkurang.

Kriteria Hasil : Skala nyeri 1 – 3 (ringan) dan keluhan nyeri berkurang.

Intervensi Rasional

Kaji faktor – faktor yang dapat Menunjukkan dengan tepat factor


meningkatkan atau menghilangkan pencetus terjadinya gastritis dan
nyeri. mengidentifikasi terjadinya komplikasi.

Ajarkan pada klien posisi yang Menurunkan tegangan abdomen dan


nyaman. meningkatkan rasa kontrol.

Kaji derajat nyeri. Meningkatkan kenyamanan dan


mengurangi keuhan nyeri.
Instrusikan untuk menghindari Menurunkan resiko iritasi lambung dan
makanan dan minuman yang mencegah serangan berulang.
mrngiritasi mukosa lambung.

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang


tidak adekuat.

Tujuan : Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan.

Kriteria Hasil :

Haluaran urine adekuat, tanda - tanda vital stabil, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat (capilarirefil time < 3 detik).
Intervensi Rasional

Hindari makanan yang banyak Mengurangi rasa nyaman.


mengandung gas.

Ukur intake makanan dan timbang Observasi kebutuhan nutrisi.


berat badan.

Observasi dan catat respon terhadap Mengkaji toleransi makanan.


pemberian makanan.

Izinkan klien memilih makanan. Dapat mempengaruhi proses


pencernaan.

Jauhkan perhatian selama waktu makan Meningkatkan nafsu makan klien.


bila klien menolak untuk makan.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


penyakit.

Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui dan memahami tentang penyakitnya.

Kriteria Hasil :

Klien dan keluarga mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit.

Intervensi Rasional

Tinjau ulang pengetahuan klien dan Memberikan dasar pengetahuan dimana


keluarga. pasien dan keluarga dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.

Libatkan keluarga dalam proses Klien dan keluarga dapat melakukan


penyembuhan. perawatan sepulang dari rumah sakit.

Anjurkan klien untuk menghindari Aktivitas yang berat dapat


aktivitas yang berat. memperparah keadaad.

Kaji ulang proses penyakit, factor Pengetahuan dasar yang akurat


penyebab terjadinya. memberikan kesempatan pasien untuk
membuat pilihan tentang masa depan.

I. Pemeriksaan Diagnostik
Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan
tersebut meliputi :
 Pemeriksaan darah, tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi
helicobacter pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa
pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi
itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
 Pemeriksaan pernapasan, tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi
oleh bakteri helicobacter pylori atau tidak.
 Pemeriksaan feces, tes ini memeriksa apakah terdapat helicobacter pylori
dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal
ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
 Endoskopi saluran cerna bagian atas, dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat
dari sinar X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil
yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati
rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien
merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang
terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua
jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi
adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
 Rontgen saluran cerna bagian atas, tes ini akan melihat adanya tanda - tanda
gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.

J. Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers
dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat
meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus
menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel - sel di dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel
- sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat
infeksi helicobacter pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat
helicobacter pylori adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissue)
lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem
kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila
ditemukan pada tahap awal.

K. Terapi
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin
memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus yang
jarang, pembedahan untuk mengobatinya. Terapi terhadap asam lambung, asam
lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan menyebabkan
sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar tipe
gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam
lambung seperti :
 Anatsida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan
merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.
Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit
akibat asam lambung dengan cepat.
 Penghambat asam, ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung
yang diproduksi.
 Penghambat pompa proton, cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam
lambung adalah dengan cara menutup pompa asam dalam sel - sel lambung
penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari pompa - pompa ini. Yang termasuk obat golongan ini
adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat - obat
golongan ini juga menghambat kerja helicobacter pylori.
 Cytoprotective agents, obat - obat golongan ini membantu untuk melindungi
jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke
dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat - obat AINS
secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk
meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah
bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas helicobacter pylori.
 Terapi terhadap helicobacter pylori, terdapat beberapa regimen dalam
mengatasi infeksi helicobacter pylori. Yang paling sering digunakan adalah
kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang
ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk
membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan
rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas
antibiotic. Terapi terhadap infeksi helicobacter pylori tidak selalu berhasil,
kecepatan untuk membunuh helicobacter pylori sangat beragam, bergantung
pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat
tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka
waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga
tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan helicobacter pylori
sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi
dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua
jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya
helicobacter pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif
selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri
tersebut sudah hilang.

L. Penatalaksanaan
Walaupun infeksi helicobacter pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut
beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
 Makan Secara Benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam,
gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis
makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya.
Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan
santai.
 Hindari Alkohol
Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam
lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
 Berhenti Merokok
Penelitian telah manunjukkan bahwa merokok menurunkan sekresi bikarbonat
dari pankreas ke dalam duodenum. Sebagia akibatnya, keasaman duodenum
lebih tinggi bila seseorang merokok. Penelitian menunjukkan bahwa merokok
terus – menerus dapat menghambat secara bermakna perbaikan ulkus. Oleh
karena itu, pasien sangat dianjurkan untuk berhenti merokok.
 Olahraga Secara Teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat
menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah
makanan dari usus secara lebih cepat.
 Kendalikan Stress
Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga
meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan
pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka
kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang
bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
 Modifikasi Diet
Tujuan diet untuk pasien dengan gastritis adalah untuk menghindari sekresi
asam yang berlebihan dan hipermotilitas saluran GI. Hal ini dapat
diminimalkan dengan menghindari suhu ekstrim dan stimulasi berlebihan
makan ekstrak, alcohol, dan kopi (termasuk kopi dekafein, yang juga
merangsang sekresi asam). Selain itu, upaya dibuat untuk menetralisasi asam
dengan makan tiga kali sehari makanan biasa. Makan sedikit tapi sering tidak
diperlukan selama antasida atau penyekat histamine digunakan.
 Ganti Obat Penghilang Nyeri
Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat - obat golongan ini akan
menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang
sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang
mengandung acetaminophen.

1. Gastritis Akut
 Menghindari makanan dan minuman yang dapat meningkatkan sekresi
asam lambung
 Pemakaian penghambat HO2 (seperti ranitidin untuk mengurangi
sekresi asam, sukrafat atau antacid dapat mempercepat penyembuhan)

 Obat-obat anti muntah dapat membantu menghilangkan mual dan


muntah.

 Jika terjadi muntah perlu keseimbangan cairan dan elektrolit dengan


memberikan infus vena

 Lavare jika terjadi korosif yang luas atau berat

2. Gastritis Kronik
 Memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stres
dan memulai farmako terapi.
 Helicobacter pylori diatas dengan antibiotik (seperti tetraciklin atau
amoksilin) dengan garam bismut (peta bismut)
 Menghindari alkohol dan obat-obatan yang mengiritasi mukosa
lambung

 Vit B 12 dan terapi yang sesuai lainnya diberikan pada anemia


pernisiosa

M. Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnosa ditentukan dengan endoskopi
Gastritis tipe A dengan aklorhidria / hipklomidria (kadar asam hidroklorida
tidak ada / rendah). Gastrisis tipe B dihubungkan dengan hiperklohidria
(kadar tinggi dail asam hidroklorida)

2. Pemeriksaan sinar x G.I atas


3. Pemeriksaan Histologis
4. Tes serologis dan tes pernafasan untuk mendeteksi H. pylori untuk
mendapatkan antibody terahadap antigen H. Pylori
5. Gastroskopi
6. Hb, Ht
7. Serum gastrin menurun atau normal
8. Serum vitamin B12
9. Analisis cairan lambung
10. Biopsi mukosa
11. Biopsi lambung
12. Endoskopi
N. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji.
1) Masalah Keperawatan yang muncul pada kasus gastritis
a. Gangguan nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya nafsu makan, nausea, muntah, nyeri.
c. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake cairan,
muntah, perdarahan.
2) Data yang perlu dikaji
- Biodata : nama, umur, jenis kelamin, agama, ras, suku bangsa, dan lain-
lain
- Riwayat kesehatan / data subyektif
- Keluhan pada sistem pencernaan
 Anoreksia
 Nausea
 Vomitus
 Hematemesis ( frekuensi, durasi, lokasi )
- Kebiasaan makan / pola makan
- Riwayat penggunana obat

- Tingkat stress yang meningkat

- Gaya hidup : perokok, alkohol, kafein

- Psikososial : Kaji kecemasan, pola tidur dan istirahat

- Keluhan ketidak nyamanan pada epigastrik / adbominal, tenderness

- Pemeriksaan fisik
 Keterbatasan aktivitas
 Perubahan TTV
 Tanda-tanda distensi : merintih kesakitan, keletihan
 Pemeriksaan abdomen :
- Tenderness, diare, epigastrik
- Bising usus meningkat
- Distensi
 Status nutrisi :
- Berat badan
- Warna kulit
- Turgor kulit
 Anemia
O. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya nafsu makan, nausea, muntah, nyeri.

c. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake cairan,


muntah, perdarahan
P. Rencana Tindakan Keperawatan
1 Gangguan nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.

Kriteria Hasil:

- Klien akan menunjukkan perasaan nyaman


- Nyeri berkurang / hilang
Intervensi :

1. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya intensitas nyeri (skala


0 – 10)
2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

3. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan


ketidaknyamanan.

4. Bantu latihan ROM pasif dn aktif.

5. Berikan perawatan oral dan tindakan kenyamanan misalnya pijatan


punggung, perubahan posisi.
6. Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi

- Analgesik misal morfin sulfat


- Asetaminofen

- Antasida

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


menurunnya nafsu makan, nausea, muntah, nyeri.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi


secara adekuat.

Kriteria Hasil:

- Klien akan menunjukkan intake makan melalui keseimbangan diet


- Menunjukkan prilaku mempertahankan pola nutrisi yang adekuat
Intervensi :

1. Buat jadwal masukan tiap jam, anjurkan mengukur cairan dan minum
sedikit demi sedikit atau makan dengan perlahan.
2. Timbang berat badan setiap hari

3. Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien

4. Berikan diet dan makanan ringan dengan tambahan makanan yang


disukai bila ada kolaborasi.

5. Gunakan susu biasa dari pada susu krim, bila susu dimungkinkan.

6. Berikan obat sesuai indikasi : siprofeptadin (periactin)


3. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake cairan,
muntah, perdarahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan dan


elektrolit akan terpenuhi..

Kriteria Hasil :

- TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 80 - 100x/mnt, S : 36


-370C, RR : 16-20x/mnt.

- Membran mukosa lembab, turgor kulit elastis.

- Pengisian kapiler cepat

Intervensi :

1. Catat karakteristik muntah


2. Observasi tanda-tanda vital, bandingkan dengan hasil normal pasien
sebelumnya.

3. Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan misal


perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat.

4. Catat tanda perdarahan baru setelah berhentinya perdarahan awal.

5. Berikan cairan / darah sesuai indikasi


Daftar Pustaka

Brunner and Saddart, (2001). Buku Ajar Keperawatran medikal Bedah Vol. II.
RGC: Jakarta.
Marilynn E.Doenges dkk., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Sylvia A.Price dkk., (1994), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,


EGC,

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai