Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

Nama : Saprianto S.Kep


NIM : 03.2020.094

CI Institusi CI Lahan

Ns. Reskiyah Hoesny., S.Kep., M.Kep (...........................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2020/2021
A. Definisi Penyakit
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan
berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan
atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin, 2011).
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Sudaryat, 2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen, yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair). Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan
darah.
B. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis sangat
beragam , antara lain sebagai berikut :
1. Faktor infeksi :
a) Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan
maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli, salmonella, shigella,
V.Cholera, dan clostridium).
b) Infeksi berbagai macam virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan
rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus.
c) Jamur : candida
d) Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
2. Faktor non infeksi/ bukan infeksi :
a) Alergi makanan, misal susu, protein
b) Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
c) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
d) Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
e) Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
f) Emosional atau stress
g) Obstruksi usus
C. Manifestasi Klinis
Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
2. Suhu badan meningkat
3. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
4. Timbul diare
5. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lender
6. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
7. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
8. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot
dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat kering
9. Berat badan menurun
Pucat, lemah
D. Deskripsi patofisiologi
Berdasarkan Hasan (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
adalah:
1. Gangguan sekresi Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus.
2. Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga 19 usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika
peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Pathway

Faktor Faktor mal Faktor makanan Faktor psikologi


infeksi absorbs (makanan basi, (rasa takut dan
(karbohidrat, beracun, alergi cemas)
lemak, protein) makanan)

Penyerapan sari-sari makanan saluran


bercernaan tidak adekuat

Isi rongga usus berlebihan

Terdapatnya zat-zat Gangguan sekresi Meningkatnya


makanan tidak dapat motilitas usus
diserap
Meningkatnya
aktivitas sekresi air Kesempatan usus
Tekanan osmotik dan elektrolit menyerap makanan
meningkat berkurang

Mengeluarkan isinya
Reabsorbsi di dalam
usus terganggu

BAB sering, Inflamasi saluran


konsistensi cair pencernaan
Meningkatnya
sekresi cairan dan Tubuh bereaksi Mual
elektrolit Nyeri Akut terhadap invasi
mikroorganisme Anoreksi
Dehidrasi
Meningkatnya Defisit nutrisi
- Risiko Hipovolemia suhu tubuh

- Risiko
ketidakseimbangan Hipertermia
elektrolit
E. Tahapan / Grade/ Tingkatan Penyakit (contoh Gagal Jantung, Kanker, CKD, dll)
1. Pusing
2. Mudah lelah dan mengantuk
3. Rasa haus terus-menerus
4. Mulut kering
5. Urine berwarna pekat atau gelap
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan urine lengkap
3. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
4. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
5. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat
dianjurkan
6. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif tentang pada diare kronik.
7. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) & elektrolit
(Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
8. Pemeriksaan tinja
9. makroskopik dan mikroskopik
10. pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga
terdapat intoleransi laktosa
11. bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi (culture dan sensitivity test)
12. Pemeriksaan analisa gas darah
13. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
14. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calsium dan fosfor
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
15. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Ht meningkat, leukosit menurun
2. Feses
Bakteri atau parasit
3. Elektrolit
Natrium dan Kalium menurun
4. Urinalisa
Urin pekat, BJ meningkat
5. Analisa Gas Darah
Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)
H. Penatalaksanaan Medis/Operatif
1. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa untuk diare akut.
2. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setampat. Pada
umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan dehidrasi,
yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
a. Dehidrasi Ringan 1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg
BB /oral.
b. Dehidrasi sedang 1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg
BB /hari.
c. Dehidrasi berat 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit
(inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral 2 24 c.
Obat- obatan Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
a. Obat anti sekresi Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30
mg.Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
b. Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora,
opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras
tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk
mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotic Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari.
Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis,
bronchitis / bronkopeneumonia
I. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul dan Prioritas Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
2. Kerusakan integritas kulit b.d eksresi/BAB sering
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake
makanan
4. Resiko syok (hipovolemi) b.d kehilangan cairan dan elektrolit
J. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
Intervensi :
a. Pemantauan tanda vital
b. Manajemen cairan
c. Pemantauan cairan
2. Kerusakan integritas kulit b.d eksresi/BAB sering
Intervensi :
a. Dukungan perawatan diri
b. Edukasi perawatan kulit
c. Perawatan integritas kulit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake
makanan
Intervensi :
a. Manajemen nutrisi
b. Pemantauan cairan
c. Pemantauan nutrisi
d. Manajemen diare
e. Pemberian makanan
4. Resiko syok (hipovolemi) b.d kehilangan cairan dan elektrolit
Intervensi :
a. Pencegahan syok
b. Pemantauan cairan
c. Manajemen cairan
d. Pemantauan tanda vital
5. Nyeri akut b.d infeksi
Intervensi :
a. Pemberian analgesik
b. Pengaturan posisi
c. Pemantauan nyeri

Anda mungkin juga menyukai