Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sedang kita
hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit,
yaitu disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani,
dilain pihak semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Pengobatan
penyakit tidak menular seringkali memakan waktu lama dan memerlukan
biaya besar. Penyakit tidak menular dikaitkan dengan berbagai faktor risiko
seperti kurang aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, gaya hidup yang
tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan
dengan kecelakaan dan cedera.
Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan penyakit maag
merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sering kita dengar dalam
kehidupan sehari-hari. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau
perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan kronis. Gejala
gastritis antara lain adalah rasa terbakar diperut bagian atas, kembung, sering
bersendawa, mual-mual dan muntah.
Penyakit gastritis yang merupakan penyakit pencernaan sehingga
pengaturan zat makan yang masuk merupakan faktor utama untuk
menghindari gastritis. Penyakit gastritis dapat disebabkan antara lain: kurang
memperhatikan pola makan, obat-obatan, alkohol, infeksi bakteri, kondisi
stres, penyakit, dan lain-lain. Selain itu beban kerja yang tinggi ditambah
berbagai persoalan hidup yang tak kunjung selesai membuat orang cenderung
dihinggapi penyakit gastritis. Pencegahan gastritis dilakukan dengan
memperhatikan pola makan dan zat-zat makanan yang dikonsumsi seperti
mengurangi makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung dan
kurangi stres.
Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental
yang merupakan salah satu pemicu munculnya gastritis karena dapat
menyebabkan aliran darah ke mukosa dinding lambung berkurang sehingga

1
terjadi peningkatan permeabilitas dinding lambung. Stres menyebabkan
sistem saraf diotak yang berhubungan dengan lambung mengalami kelainan
karena ketidakseimbangan. Stres juga mengakibatkan perubahan hormonal
didalam tubuh yang bisa merangsang produksi asam lambung secara
berlebihan. Selain itu stres dapat menimbulkan dampak negatif lain bagi
individu yaitu pada fisiologis berupa keluhan seperti sakit kepala, sembelit,
diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi,
kelelahan, sakit perut, maag, berubah selera makan, susah tidur dan
kehilangan semangat.
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO
didapatkan mencapai angka 40,8%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia
tahun 2010, gastritis merupakan peringkat ke lima dari 10 besar penyakit
terbanyak pasien rawat inap yaitu 24,716 kasus dan peringkat ke enam dari 10
besar penyakit terbanyak rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia yaitu
88,599 kasus (6,7). Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952
jiwa penduduk. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan
oleh Departemen Kesehatan RI dan angka kejadian gastritis tertinggi
mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti
Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Sulawesi 32,5%, Palembang
35,35%,Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2%. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatera Barat tahun 2013 dan data tahun 2014 menurut
urutan 10 besar penyakit terbanyak di Sumatera Barat gastritis menempati
urutan ke 2 (dua) dengan jumlah penderita sebesar 202.138 kasus.
Berdasarkan data rekam medis pasien rawat jalan di RSUD Syech
Yusuf gastritis mengalami peningkatan kasus baru yaitu pada tahun 2014
penderita gastritis tercatat sebanyak 175 kasus, pada tahun 2015 gastritis
meningkat tajam dengan menempati urutan pertama dari 10 besar penyakit
menonjol rawat jalan yaitu 332 kasus dan data terakhir dari bulan januari
sampai bulan mei tahun 2016 penderita gastritis sudah tercatat sebanyak 128
kasus baru.

2
Gastritis merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat.
Penyakit ini dianggap remeh dan sering dianggap penyakit yang sederhana,
sehingga penderita cenderung mengobati sendiri. Akibat pengobatan yang
salah ataupun tidak tuntas penyakit ini kerap kambuh dan mengganggu
aktivitas sehari-hari. Dampak gastritis dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan terjadinya suatu luka dalam perut yang dapat menimbulkan
nyeri ulu hati yang sangat perih. Luka pada dinding lambung seringkali
karena peningkatan pengeluaran asam lambung selanjutnya akan
meningkatkan motilitas lambung dan jika dibiarkan lebih lanjut dapat
menyebabkan tukak lambung, pendarahan hebat, dan kanker. Kanker
lambung masih menjadi penyebab kematian akibat kanker nomor dua di
dunia. Terjadinya kanker lambung pada dasarnya di dahului terjadinya tukak
lambung atau gastritis. Apabila pertolongan terlambat dilakukan maka hal
yang fatal dapat terjadi. Akibatnya akan menurunkan kemampuan lansia
dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri oleh sebab itu kami
tertarik untuk membahas masalah tentang gastritis pada Ny. K di asrama 4
PSTW Gau Mabaji Gowa.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah
dalam adalah :
1. Apakah pengertian Gastritis?
2. Apakah Etiologi Gastritis?
3. Bagaimanakah Patofisiologi Gastritis?
4. Apa saja Manifestasi Klinis Gastritis?
5. Apakah Komplikasi Gastritis?
6. Bagaimanakah Pemeriksaan Penunjang Gastritis?
7. Bagaimanakah Penatalaksanaan Gastritis?
8. Bagaimanakah Pencegahan Gastritis?

3
3. Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adakah hubungan antara pola makan dan stres
dengan kejadian gastritis pada pasien dewasa Asrama 4 PSTW GAU
MABAJI GOWA.
1.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Pengertian Gastritis
2. Untuk mengetahui Etiologi Gastritis
3. Untuk mengetahui Patofisiologi Gastritis
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Gastritis
5. Untuk mengetahui Komplikasi Gastritis
6. Untuk mengetahui Pemriksaan Penunjang Gastritis
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Gastritis
8. Untuk mengetahui Pencegahan Gastritis.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
1. Depenisi
Gastritis merupakan suatau keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersipat akut, kronis, difus atau local. Dua
jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan
gastritis atropik kronis (Nurarif Amin Huda & Kusuma Hardi, 2015).

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.


Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung
sampai terlepasnya efitel mukosa suferpisial yang menjadi penyebab
terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan efitel dapat
merangsangsang timbulnya imfpla masi pada lambung (Sukarmin,
2011 ).

Gangguan pencernaan, oleh masyakatat umum biasa di sebut


penyakit mag tersebut tidak di gunakan dalam dunia medis kedokteran.
Istilah penyakit maag di gunakan untuk menyebut suatau gejala
penyakit yang dalam ilmu ke dokteran di kenal sebagai Peptic Ulcer.
Penyakit secara umum dapat di artikan sebagai adanya tukak atau luka
bernanah di dalam saluran pencernaan. Luka tersebut sering terjadi di
dalam lambung (Belanda: maag) dan usus dua belas jari. Teori yang di
terima oleh duni ke dokteran menyatakan bahwa penyakit maag di
sebapkan oleh adanya HCI dalam jumlah yang berlebihan di dalam
lambung (Ardian Ratu R & G. Made Adwan, 2013)

2. Etiologi
Menurut Nurarif Amin Huada & Kusuma Hardi, 2015, Gastritis di
sebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter Pylori dan pada awal infeksi
mukosa lambung memunjukkan respon inflamasi akut dan jika di abaikan
akan menjadi kronik.
Klasifikasi gastritis:

5
a. Gastritis akut
Gastritis akut tanpa pendarahan
Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis
erosive).

Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu


cepat, makan-makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit, iritasi bahan semacam alcohol,
aspirin, NSAID, lisol, serta bahan korosf lain, refluks empedu atau
cairan pangkreas.
b. Gastritis kronik
Implamasi lambung yang lama dapat di sebapkan oleh ulkus
beningna atau maligna dari lambung, atau oleh Helicibater Pylori.
c. Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang di sebut juga gastritis infektiosa, di
sebapkan oleh refluks.

3. Patofisiologi
Obat obatan, alcohol, garam empedu atau enzim enzim
pangkreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu
pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam
dan pepsin ke dalam dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan
peradangan. Respon mukosa lambung terhadap terhadap kebanyakan
penyebap iritasi tersebu adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu
gangguan gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus , jaringan menjadi meradang dan dapat
terjadi perdarahan.
Masuknya zat zat seperti asam dan basah kuat yang bersipat
korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung
(gastritis korosif), Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding
lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.
Gastritis kronik dapat menimbulkan keadaan artropi kelennjar-
kelenjar lambung dan keadan mukosa dapat bercak penebalan berwarna

6
abu-abu atau abu-abu kehijauan(gastitisatropik). Hialangnya mukosa
lambung akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya sekresi lambung
dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atropik boleh jadi merupakan
untuk pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gasrtritis kronis dapat
pula terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi
setelah tindakan gastroyeyunostomi.
Gastritis kronis dapat di klasipikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A
(sering di sebut gastritis autoimun) di akibatkan oleh perubahan sel
parietal, yang menimbulkan artropi dan infiltrasi sel. Hal ini di
hubungkan dengan penyakit autoimun, seperti anemia pernisiosa dan
terjadi pada pundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang di sebut sebagai gastritis H.pylory) ini di hubungkan
dengan bakteri H. pylory, factor diet seperti minum panas atau pedas,
penggguana abat-oabatan dan alcohol, merokok atau refluks isi usus
kedalam lambung (Nurarif Amin Huda & Kusuma Hardi, 2015).

4. Manifestasi Klinis

a. Gastritis akut
Nyeri epigastrium
Mual
Muntah
b. Gastritis kronik
Tukak lambung
Defisiensi zat besi
Anemia pernisiosa
Karsinoma lambung (Nurarif Amin Huda & Kusuma Hardi, 2015)
5. Komplikasi
a. Gastritis akut
Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gastritis akut
adalah perdahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa

7
hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai shochemoragik.
Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu di bedakan dengan tukak
peptic. Gambaran klinis yang di perlihatkan hamper sama. Namun
pada tukak peptic penyebap utamanya adalah H. Pylory, sebesar 100 %
pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diaognosis
pasti dapat di tegakkan dengan endoskopi.
b. Gastritis kronis
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, ferporasi dan enemia
karena ganggguan absorpi vitamin B12 (Nurarif Amin Huda & Kusuma
Hardi, 2015).

6. Pemriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
Tes ini di gunakan untuk memeriksa adanya antibody H. pylory
dalam darah. Hasil tes yang positip menunjukkan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada sutau waktu dalam hidupnya, tapi
itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes
darah dapat juga di lakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi
akibat pendarah lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.
pylory atau tidak.
c. Pemeriksaan peses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylory dalam peses atau
tidak. Hasi psitip dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat ketidak normalan pada saluran cerna
bagian atas yang mukin tidak terlihat oleh sinar X.

e. Ronsen saluran cerna bagian atas

8
Tes ini akan adanya melihat tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasany akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum di lakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi
saluran cernah dan akan terlihat lebih jelas jika di ronsen (Nurarif
Amin Huda & Kusuma Hardi, 2015).

7. Penatalaksanaan
a. Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet
lambung dengan porsi banyak tapi sering. Obat- obatan di tujukan
untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2,
Inhibitor pompa proton, antikolinergik dan antasid juga di tujukan
sebagai sifoprotektor berupa sukraipat dan prostaglandin.
Penatatalaksanan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap
setiap pasien dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang
mendasari dan menghentikan obat yang dapat menjadi penyebap, serta
dengan pengobatan suportip.
Pencegahan dapat di lakukan denan pemberian antasiada dan
antagonis H2 sehinngga dapat mencapai PH lambung 4. Meskipun
hasilnya masi menjadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap di
anjurkan. Pencegahan ini terutama yang menderita penyakit dengan
keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna aspirin atau anti
implamasi nonsteroid pencegahan yang terbaik adalah dengan
misaptrostol, Devipat prostaglandin.
Pentatalaksanaan medical untuk gastritis akut di lakukan dengan
menghidari alcohol atau makanan sampai gejala berkurang. Bila
gejala menetap, diperlikan cairan intravena. Bila terdapat perdarahan,
penatalaksanaan serupa dengan pada hemoragi saluran gastrointestinal
atas. Bila gastritis terjadi karena alkali kuat, gunkan jus karena adanya
bahaya perporasi.
b. Gastritis kronis

9
Faktor utama di tandai oleh kondisi progresip efitel kelenjar
disertai sel paretal dan chief chel. Dinding lambung menjadi tipis dan
mukosa mempuyai permukaan yang rata, gastritis kronik ini di
golongkan menjadi dua kategori Tipe A (Altropik atau Fundal) dan TIpe
B (Antarl).
Gastritis kronis Tipe A di sebut juga gastritis altropik atau fundal,
karena gastritis terjadi pada bagian pundus lambung. Gastritis kronis
Tipe A merupkan suatu penyakit autominum yang di sebapkan oleh
adanya autoantibodi terhadap sel parietal kelenjar lambung dan factor
intristik. Tidak adanya sel parietal dan chief cell dapat menurunkan
sekresi asam dan menyebapkan tingginya kadar gastirin.
Gastritis kronis Tipe B di sebut juga dengan gastritis antral karena
umumnya mengenai daerah antrium lambung dan paling sering terjadi
di bandigkan dengan gastritis kronis Tipe A. Penyebap utama gastritis
tipe B dalah infeksi kronis oleh Helicobacter Pylory. Faktor etioologin
gastritis lainnya adlah asupan alcohol yang berlebihan, merokok, dan
refluks yang dapat mencetuska terjadinya ulkus peptikum dan
karsinoma .
Pengobatan gastritis kronis berpariasi, tergantung pada penyakit
yang di curigai. Bila terdapat ulkus duodenum dapat di berikan
antibiotic untuk membatasi Helicobakter pylory. Namun demikian lesi
tidak selalu muncul dengan gastritis akut. Alkohol dan obat yang di
ketahui mengiritsi lambung harus di hindari. Bila terjadi anemia
difisiensi besi (yang di sebapkan oleh perdarahan kronis ), maka
penyakit ini harus di obati . Pada anemia pernisiosa harus di beri
pengobatan vitamin B12 dan terapi yang sesuai. Gastritis kronis di atasi
dengan memodipikasi diet dan meningkatkan istirahat serta memulai
farmakoterapai. Helicobacter pylory dapat di atasi dengan antibiotic
seperti tetrasiklin amoxilin) dangaram bismuth (pepto bismol). Pasien
dengan Gastritis Tipe A biasanya mengalami malabsorsi vitamin B12
(Nurarif Amin Huda & Kusuma Hardi, 2015).

10
8. Pencegahan

a. Hindari minuman beralkohol karena dapat mengiritasi lambung


sehingga terjadi inflamasi.
b. Hindari merokok karena dapat menganggu lapisan dinding lambung
sehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis dan tukak/ulkus.
Dan rokok dapat meningkatkan asam lambung dan memperlambat
penyembuhan luka.

c. Atasai stress sebaik mungkin.

d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur namun hindari sayur
dan buah yang bersipat asam .

e. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran


balik) asam lambung.

f. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercapat aliran


makanan melalui usus.

g. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara


waktu kurangi kamsumsi makanan tinggi serat.

h. Makan dalam porsi sedang (tidak banayak) tetapi sering, berupa


makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan
rireks (Nurarif Amin Huda & Kusuma Hardi, 2015).

KONSEP KEPERAWATAN

11
A. Pengkajian
Pengkajian mencangkup data yang dikumpulkan melalui wawancara
pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan diagnostik,
serta riviu catatan sebelumnya. Pengkajian merupakan tahap awal dari proses
dimana kegiatana yang dilakukan yaitu: mengumpulkan data,
mengelompokkan data, dan menganalisa data.
a. Biodata klien
b. Meliputi : nama, umur, alamat, pendidikan, agama, status kawin, suku,
pekejaan, tgl/jam masuk, tgl/jam pengkajian, ruang rawat, No. RM,
sumber informasi, diagnose medis .
c. Keluhan Utama
Biasanya klian datang dengan keluhan perasaan tidak enak badan, pusing
demam, nyeri tekan pada ulu hati, nyeri kepala, lesu dan kurang
bersemangat, nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi)
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh klien, baik yang ada
hubungannya dengan saluran cerna atau tidak. Kemudian kaji
tentang obat-obatan yang biasa dikonsumsi oleh klien, dan juga kaji
mengenai riwayat alergi pada klien, apakah alergi terhadap obat-
obatan atau makanan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh klien, misalnya nyeri
pada epigastrium, mual, muntah, peningkatan suhu tubuh, sakit
kepala atau pusing, letih atau lesu.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan klien atau penyakit gastrointestinal lainnya.

4) Riwayat psikologis

12
Kaji bagaimana keadaan suasana hati (emosional) klien dan keluarga
dalam menghadapi penyakit yang diderita, biasanya suasana hati
klien kurang baik (gelisah) dan keluarga biasanya cemas.
5) Kebiasaan sehari-hari
Kaji tentang aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan oleh klien
sebelum sakit dan saat sakit. Hai ini berguna dalam perbandingan
antara pengobatan dan perawatan pasien, biasanya mencakup :
6) Nutrisi
7) Eliminasi
8) Pola istirahat/ tidur
9) Pola kebersihan
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2) Tanda vital : Bagaimana suhu, nadi, persafasan dan tekanan darah
klien
3) Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk
kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
4) Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
5) Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak,
sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada
gangguan dalam penglihatan
6) Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada
gangguan dalam penciuman
7) Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab,
lidah kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah
ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
8) Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah
ditemukan distensi vena jugularis

13
9) Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak,
apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa
kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi
peningkatan bising usus/tidak.
10) Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut
kelamin ,warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis,
apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora,
biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.
11) Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit
kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba
panas.
12) Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik,
nyeri otot serta kelainan bentuk.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah actual dan
resiko tinggi. Diagnosa keperawatan yang timbul pada klien yaitu :
a. Nyeri akut b.d iritasi mukosa lambung.
b. Ketidak seimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d masukan nutrisi
yang tidak adekuat/mual muntah
c. Gangguan pola tidur b.d nyeri efigastrium
d. Kekurangan volume cairan b.d masukan cairan yang tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.

C. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku spesifik yang
diharapkan pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Tindakan intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam
mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan. Harapannya
adalah bahwa prilaku yang dipreskripsikan akan menguntungkan pasien dan
keluarga dalam cara yang dapat diprediksi, yang berhubungan dengan maslah

14
yang diidentifikasi dan tujuan yang telah dipilih. Intervensi ini mempunyai
maksud mengindividualkan perawatan dengan memenuhi kebutuhan spesifik
pasien serta harus menyertakan kekuatan-kekuatan pasien yang telah
diidentifikasi bila memungkingkan.

D. Implementasi
Implementasi merupakan rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan, dan mengfasilitasi koping.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian
terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil
perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan
pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi.

DAFTAR PUDTAKA

15
Nurarif Amin Huda & Kusuma Hardi.2015, Aplikasi Asuha Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 2,
Mediaction: Jogjakarta.

Sukarmin.2011, Keperawatan Pada Sistem Pencernaan, Penerbit Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.

Ardian Ratu R & G. Made Adwan.2013, Penyakit Hati, Lambung, Usus, dan
Ambeien, Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai