Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut,kronik difus dan lokal dan ada dua jenis gastristis yang terjadi yaitu gastristis akut dan
kronik (Suddarth, 2002). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang
paling sering terjadi adalah gastritis akut dan kronik (Sylvia, 2005). Data tahun 2005 WHO
(World Health Organization) menunjukkan data bahwa di seluruh dunia sekitar 1,82,1 juta
penduduk dunia menderita gastritis. Sementara di Indonesia angka kejadiaan gastritis
sebanyak 218.500 kasus (Wijoyo, 2009).

Penyakit gastritis yang cukup besar di masyarakat dapat menyebabkan gangguan pada
kehidupan mulai dari perorangan hingga masyarakat luas, sehingga diperlukan fungsi
perawatan keluarga dan perawat dalam meningkatkan status kesehatan di dalam keluarga.
Fungsi perawatan keluarga yaitu mengenal masalah gastritis dalam keluarga, mengambil
keputusan dalam keluarga untuk mengatasi atau mencegah terjadinya komplikasi akibat
gastritis, merawat anggota keluarga dengan gastritis, memodifikasi lingkungan yang ada dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada (Ayu, 2010).

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yaitu sebagai care
giver dimana perawat memberikan asuhan keperawatan langsung pada keluarga yang
meliputi pengkajian sampai evaluasi keperawatan, sebagai pendidik dengan memberikan
informasi kesehatan yang dibutuhkan keluarga melalui pendidikan kesehatan sesuai dengan
kemampuan keluarga, sebagai konselor yaitu mendengar keluhan keluarga secara objektif,
memberikan umpan balik dan informasi serta membantu keluarga melalui proses pemecahan
masalah sehingga keluarga menjadi lebih produktif, sebagai koordinator dengan cara
memanfaatkan sumber-sumber dan potensi yang ada baik materi maupun kemampuan
keluarga secara terkoordinasi, sebagai pembaharu dengan cara perawat mengadakan inovasi
dalam cara berpikir, bersikap, bertingkah laku serta meningkatkan keterampilan keluarga agar
menjadi sehat, sebagai kolaborator yaitu perawat dapat bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan untuk menyelesaikan masalah keluarga, sebagai role model dengan menampilkan

1
perilaku yang dapat dijadikan panutan oleh keluarga dan sebagai referral resource dengan
membuat rujukan ke pelayanan kesehatan lain sesuai dengan yang diperlukan keluarga,
sebagai pembela ditunjukkan oleh perawat yang tanggap terhadap kebutuhan komunitas dan
mampu mengkomunikasikan kebutuhan tersebut kepada pemberi pelayanan kesehatan secara
tepat, sebagai fasilitator perawat merupakan tempat bertanya bagi masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan, diharapkan perawat dapat memberikan solusi mengatasi
masalah kesehatan yang di hadapi (Ayu, 2010).

1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum :
Mahasiswa/i memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
pada keluarga dengan gastritis.

2. Tujuan Khusus :
Mahasiswa/i mampu menjelaskan konsep keluarga.
Mahasiswa/i mampu menjelaskan konsep masalah kesehatan gastritis.
Mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga dengan
gastritis.
Mahasiswa/i mampu menentukan masalah keperawatan pada keluarga dengan gastritis.
Mahasiswa/i mampu menentukan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan gastritis.
Mahasiswa/i mampu menentukan prioritas keperawatan pada keluarga dengan gastritis.
Mahasiswa/i mampu merencanakan asuhan keperawatan pada keluarga dengan gastritis.
Mahasiswa/i mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga dengan
gastritis.
Mahasiswa/i mampu melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan gastritis.
Mahasiswa/i mampu menganalisa faktorfaktor pendukung, penghambat serta mencari
solusi / alternatif pemecahan masalah pada keluarga dengan gastritis.
Mahasiswa/i mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan
gastritis.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI GASTRITIS

A. Konsep masalah kesehatan gastritis

2.1 Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.
Secara hidropaotologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik
penyakit dalam pada umumnya.
Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik.
Harus diingat bahwa walaupun dilakukan pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi
keduanya tidak saling berhubungan. Gastritis kronik bukan merupakan kelanjutan gastritis
akut.
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka-pendek yang terkait dengan konsumsi
agen kimia atau makanan yang mengganggu dan merusak mukosa gastrik. Agen semacam itu
mencakup bumbu, rempah-rempah, alkohol, obat-obatan, radiasi, kemoterapi, dan mikro-
organisme infektif.
Gastritis kronik terbagi dalam tipe A dan B. Gastritis tipe A mampu menghasilkan
imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi anti-bodi. Anemia Pernisiosa
berkembang dengan proses ini. Sedangkan gastritis tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan
dengan infeksi bakteri Helicobacterpylori, yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
Gastritis dapat juga dibagi menjadi akut dan kronik, harus diingat bahwa walaupun dilakukan
pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak sering berhubungan. Gastritis
kronik bukan merupakan kelanjutan gastritis akut.

2.2 Anatomi dan fisiologi

Saluran gastrointestinal (GI) adalah jalur panjang (panjang totalnya 23 26 kaki)


yang berjalan melalui mulut melalui esofagus, lambung dan usus sampai anus. Esofagus
terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior

3
terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25
cm (10 inci), menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal. Lambung
ditempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat dibawah
diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-
kira 1500 ml. Inlet ke lambung disebut pertemuan esofago-gastrik. Bagian ini dikelilingi oleh
cincin otot halus, disebut sfingter esofagus bawah (atau sfingter kardia), yang pada saat
kontraksi, menutup lambung dari esofagus. Lambung dapat dibagi kedalam empat bagian
anatomis : kardia (jalan masuk), fundus, korpus dan pilorus (outlet).
Lambung terdiri dari empat lapisan :
Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.
Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis, (a) serabut longitudinal, yang tidak
dalam dan bersambung dengan otot usofagus, (b) serabut sirkuler yang paling tebal
dan terletak di pilorus serta membentuk otot sfingter dan berada di bawah lapisan
pertama dan (c) serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan
berjalan dari orifisium kardiak, kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura
minor (lengkung kecil).
Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan
saluran limfe.
Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal dan terdiri atas banyak
kerutan atau rugae yang hilang bila organ itu mengembang karena berisi makanan.

Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran limfe. Semua
sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus. Permukaan mukosa ini dilintasi saluran-saluran kecil
dari kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari kelenjar lambung tubuler yang
bercabang-cabang dan lubang-lubang yang salurannya dilapisi oleh epitelium silinder.
Epitelium ini bersambung dengan permukaan mukosa dari lambung. Epitelium dari bagian
kelenjar yang mengeluarkan sekret berubah-ubah dan berbeda-beda di beberapa daerah
lambung.
Kelenjar kardia terletak paling dekat lubang yang ada di sebelah usofagus. Kelenjar di
sini berbentuk tubuler, baik sederhana maupun bercabang dan mengeluarkan
sekret mukus alkali. Kelenjar dari fundus terdahulu bekerja; kelenjarnya tubuler dan berisi
berbagai jenis sel. Beberapa sel, yaitu sel asam atau sel oxintik, menghasilkan asam yang

4
terdapat dalam getah lambung. Dan yang lain lagi menghasilkan musin. Kelenjar pilorik.
Kelenjar dalam saluran pilorik juga berbentuk tubuler. Terutama menghasilkan mukus alkali.
Otot halus sirkuler di dinding pilorus membentuk sfingter piloris dan mengontrol
lubang diantara lambung dan usus halus. Secara ringkas, fungsi lambung antara lain :
Lambung menerima makanan dan bekerja sebagai penampung untuk jangka waktu
pendek.
Semua makanan dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidrokhlorida,dan dengan
cara ini disiapkan untuk dicernakan oleh usus.
Protein diubah menjadi pepton.
Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
Pencernaan lemak dimulai dari lambung.
Faktor antianemi dibentuk.
Chime, yaitu isi lambung yang cair, disalurkan masuk duodenum.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran GI, yang jumlah panjangnya
kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Bagian ini membalik dan melipat diri yang
memungkinkan kira-kira 7000 cm area permukaan untuk sekresi dan absorbsi. Usus halus
dibagi ke dalam tiga bagian anatomik : bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut
jejenum dan bagian bawah disebut ileum. Duktus koledukus yang memungkinkan untuk
pasase baik empedu dan sekresi pankreas, mengosongkan diri ke dalam duodenum pada
ampula vater.
Pertemuan antara usus halus dan besar terletak di bagian bawah kanan duodenum. Ini
disebut sekum. Pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal, yang berfungsi untuk mengontrol
pasase isi usus ke dalam usus besar dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada
tempat ini terdapat apendiks veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi
kanan abdomen, segmen tranversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan
segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian
: kolon sigmoid dan rektum. Tektum berlanjut pada anus. Jalan keluar anal diatur oleh
jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal.

2.3 Patofisiologi

Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam
lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan
barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion

5
hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam
lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-enzim
pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi
peradangan. Inilah yang disebut gastritis. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan
penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan
tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan.
Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif mengakibatkan
peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat
mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan
peritonitis.
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan
mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan (gastitis
atropik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya sekresi
lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atropik boleh jadi merupakan
pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan
ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan gastroyeyunostomi.

2.4. Patoflow

6
2.5. Klasifikasi

Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:


Gastritis Akut
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh kesembronoan
diit, misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-makanan yang terlalu banyak
bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, fefluks
empedu dan terapi radiasi. Gastritis dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut.
Bentuk gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat aatu alkali, yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi.
Gastritis Kronis
Inflamasi yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak
maupun ganas, oleh bakteri H. Pylori . gastritis kronis mungkin diklasifikassikan sebagai
Tipe A atau Tipe B. Tipe A ini terjadi pada fundus atau korpus lambung. Tipe B (H.
Pylori)mengenai antrum dan pylorus. Mungkin berkaitan dengan bacteria H. Pylori. Faktor
diit seperti minuman panas, bumbu penyedap,penggunaan obat, alcohol, merokok atau
refluks isi usus kedalam lambung.

2.6. Etiologi

Konsumsi obat-obatan kimia digitalis (asetaminofen/aspirin, kortiko steroid).


Aseteminofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung,
NSAIDS (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs) dan kortikosteroid menghambat sintesis
prostatglandin, sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung
menjadi sangat asam dan menimbulkan iritasi lambung.
Konsumsi alkohol dapat menyebakan kerusakan mukosa gaster.
Terapi radiasi, reflux empedu, zat-zat korosif (cuka, lada) dapat menyebabkan kerusakan
mukosa gaster dan menimbulkan edema serta perdarahan.
Kondisi stress atau tertekan akan meransang peningkatan produksi HCL lambung.
Infeksi oleh bakteri, seperti Helicobacter pilori, Escerechia coli, Salmonella, dan lain-lain.
Penggunaan antibiotik, terutama untuk infeksi paru, dicurigai turut mempengaruhi
penularan kuman di komunitas, karena antibiotik tersebut mampu mengeradikasi infeksi
Helicobater pylori, walaupun presentase keberhasilanya sangat rendah.

7
Jamur dan spesis candida, seperti Histoplasma capsulaptum dan Mukonaceace dapat
menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien imunocompromezed. Pada pasien yang
sitem imunnya baik, biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur. Sama dengan jamur,
mukosa lambung bukan tempat yang mudah terkena infeksi parasit.

2.7. Manifestasi klinik

Gastritis akut :
Anoreksia ( tidak nafsu makan ), karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai
kompensasi lambung. Lambung akan meningkatkan sekresi mukosa yang berupa HCO3,
dilambung HCO3 akan berikatan dengan nAcL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.
Hasil persenyawaan tersebut akan menigkatkan asam lambung maka terjadilah mual
muntah.
Nyeri pada epigastrum, karena adanya peradangan pada mukosa lambung.Mual dan
muntah, dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehingga terjadi peningkatan
asam lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah.
Perdarahan saluran cerna ( hemetemesis melena), karena mucus gagal melindungi mukosa
lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai
pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan.
Anemia, karena terjadinya perdarahan.

Gastritis kronis :
Nyeri ulu Hati, karena adanya peradangan atau iritasi pada mukosa lambung.
Anoreksia ( tidak nafsu makan), karena peningkatan produksi HCL atau peningkatan asam
lambung.
Nausea, Lambung akan meningkatkan sekresi mukosa yang berupa HCO3, dilambung
HCO3 akan berikatan dengan nAcL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3. Hasil
persenyawaan tersebut akan menigkatkan asam lambung maka terjadilah mual muntah.

8
2.8. Komplikasi

a. Gastritis Akute
Perdarahan saluran cerna atas, hingga anemia dan kematian.
Ulkus pada lambung: Karena erosi pada area yang mengelilingi membrane mukosa
lambung. biasanya terjadi akibat keseringan menggunakan obat-obat anti-inflamasi
nonsteroid, penggunaan alcohol, dan perokok berat,juga oleh H. Pylori.
Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada
feces dan memerlukan perawatan segeraPerforasi lambung.
b. Gastritis Kronis
Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan akan terjadi
anemia pernisiosa.
Gangguan penyerapan zat besi
Penyempitan daearah fillorus.
Kanker lambung; biasanya terjadi pada individu usia 40 tahun keatas dan juga pad
individu yang lebih muda. Diit yang mengiritasi biasanya adalah factor utamanya.
(makanan yang diasap dan sedikit mengkonsumsi buah dan sayur), penyakit ini timbul
akibat gastritis yang sudah kronis, anemia pernisiosa, ulkus gastrikum.

2.9. Pemeriksaan medis

Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan tersebut meliputi :

a. Pemeriksaan darah.

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes
yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu
dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah
dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung
akibat gastritis.

b. Pemeriksaan pernapasan.

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.

9
c. Pemeriksaan feces.

Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah
dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.

d. Endoskopi saluran cerna bagian atas.

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan
(anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30
menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir
tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.

e. Ronsen saluran cerna bagian atas.

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen.
Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.

2.10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu


etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara
spesifik dapat dibedakan sebagai berikuT:
a. Gastritis Akut
Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah menjadi
diet yang tidak mengiritasi
Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.

10
Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragie yang terjadi
pada saluran gastrointestinal bagian atas.
Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan
asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor
H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer
atau cuka yang di encerkan.
Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.

b. Gastritis Kronis
Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan
garam bismuth (pepto bismol).

2.11. Pencegahan
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk
dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang
pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis
makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah
dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa
dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat
lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam
lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama
terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah,
terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang
dapat membantu untuk berhenti merokok.
Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan
dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu
mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.

11
Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,
menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit.
Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan
pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya
adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat
yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat
golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat
peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang
mengandung acetaminophen.

12
BAB III
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Asuhan Keperawatan Keluarga


3.1 Konsep keluarga

a. Definisi

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota (Ayu, 2010). Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Sudiharto, 2007).

b. Tipe Keluarga

Tipe keluarga berbeda menurut pandangan dan keilmuan serta orang yang
mengelompokkannya. Tipe keluarga dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok tradisional
dan kelompok non tradisional.

1. Kelompok tradisional dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:


Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau diadopsi atau keduanya.
The dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah
Keluarga usila adalah keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
The childless family adalah keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir atau
pendidikan yang terjadi pada wanita.

13
Keluarga besar (the extended family) adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi
yang hidup bersama dalam satu rumah.
Keluarga duda/janda (The single-parent family) adalah keluarga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
Commuter family adalah kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan.
Multigenerational family adalah keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
Kin-network family adalah beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama.
Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll.
Blended family adalah keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
The single adult family, terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan, seperti: perceraian atau ditinggal mati.

2).Kelompok non tradisional dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:


Commune family adalah dua keluarga atau lebih yang tidak memiliki hubungan
saudara hidup bersama dalam satu rumah.
The nonmarital heterosexual cohabiting family adalah keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
Gay and lesbian familiy adalah dua orang sejenis hidup bersama sebagaimana
pasangan suami-istri.
Cohibing couple adalah orang dewasa yang hidup bersama tanpa ada ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu (Komang Ayu, 2010).

14
c. Struktur Keluarga
Patrilineal merupakan keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
Matrilineal merupakan keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
Matrilokal merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ibu.
Patrilokal merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
Keluarga kawinan merupakan hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri (Ayu, 2010).

d. Peran keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,


yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peran formal yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
Peranan ayah yaitu sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah, mendidik anak-
anak, melindungi keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya dan sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
Peranan ibu yaitu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak-anaknya dan sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya
Peranan anak yaitu anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

15
Berbagai peran non formal yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

Peran ayah dan ibu sebagai anak dari kedua orang tua apabila masih tinggal bersama
orang tua.
Peran ibu dan anak sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya (Ayu,
2010).
e. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu
tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi keluarga yaitu:

1. Fungsi biologis seperti meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak


untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
2. Fungsi Psikologis seperti memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan
perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga dan memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi sosialisasi seperti membina sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma
yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada
anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi ekonomi seperti memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
papan, kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga, mencari sumber
penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga
dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga
5. Fungsi pendidikan seperti memberikan pengetahuan, ketrampilan, membentuk
perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai
tingkatan perkembangannya.
6. Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi
dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih dengan
melihat cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.
7. Fungsi perawatan kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan dalam
keluarga, mengambil keputusan dalam keluarga untuk mengatasi atau mencegah
terjadinya komplikasi dari masalah kesehatan tersebut, merawat anggota keluarga

16
yang sakit, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
(Ayu, 2010).

f. Tahap perkembangan keluarga

Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas perkembangan keluarga
untuk memberikan pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi
kesehatan keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari
satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap perkembangan keluarga tersebut sebagai berikut

1. Tahap I: keluarga pemula atau pasangan baru


Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan yang harmonis dan
kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina
hibungan dengan orang lain dengan menhubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,
merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.
2. Tahap II: keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda sebagai
sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orangtua kakek dan nenek
dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3. Tahap III: keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2 sampai 6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegritasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak yang laiinya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga dan luar keluarga, menenmkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan
kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama dan memenuhi kebutuhan bermain anak.
4. Tahap IV: keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6 sampai 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik sebagai anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat
menyelesaikan tugas sekolah.

17
5. Tahap V: keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13 sampai 20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke V yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan
perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasi dua arah.
6. Tahap VI: keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sanpai anak terakhir yang meninggalkan rumah)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VI memperluas siklus keluarga dengan


memasukkan anggota kelurga baru yang didapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan
untuk memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-
sakitan dari suami maupun istri, membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi,
memperluas hubungan keluarga dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga
setelah ditinggalkan anak.
7. Tahap VII: Keluarga usia pertengahan
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VII yaitu menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para
orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman,
merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing
pasangan dan tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.
8. Tahap VIII: Keluarga usia lanjut dan masa pensiun
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VIII yaitu mempertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan
ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami ekstensi mereka, saling
memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk
mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu (Ayu, 2010).

18
3.2 Konsep Proses Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi


secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya (Suprajitno, 2004). Pengkajian
keperawatan keluarga terdiri atas 2 tahap yaitu penjajagan I dan penjajagan II. Pengkajian
asuhan keperawatan keluarga dalam penjajagan I meliputi 7 komponen pengkajian yaitu data
umum, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi
keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga. Penjajagan II
berisi tentang pengkajian keluarga mengenai 5 fungsi perawatan kesehatan keluarga.
Penjajagan I mengenai pengkajian data dasar didalamnya meliputi identitas keluarga,
komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial
ekonomi keluarga, aktivitas rekreasi keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga,
riwayat terbentuknya keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya.
Identitas keluarga meliputi nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan dan
alamat. Tipe keluarga terdiri dari keluarga inti, keluarga besar, janda atau duda. Status sosial
ekonomi meliputi penghasilan dan pengeluaran keluarga, yaitu total pendapatan keluarga,
mencukupi atau tidaknya penghasilan untuk biaya sehari-hari, memiliki tabungan atau tidak,
anggota keluarga yang membantu perekonomian keluarga, pengelola keuangan dalam
keluarga. Aktivitas dan rekreasi meliputi kebiasaan rekreasi keluarga dan penggunaan waktu
senggang. Tahap perkembangan keluarga meliputi tahap perkembangan saat ini dan tahap
perkembangan yang belum terpenuhi.

Pengkajian lingkungan terdiri dari perumahan, denah rumah, pengolahan sampah,


sumber air, jamban keluarga, pembuangan air limbah, fasilitas sosial dean fasilitas kesehatan,
karakteristik tetangga dan komunitas, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga
dan interaksi dengan masyarakat dan sistem pendukung keluarga. Perumahan meliputi jenis
rumah, luas banguan, luas pekarangan, status rumah, atap rumah, ventilasi rumah,
pencahayaan, lantai rumah dan kondisi kebersihan rumah. Pengolahan sampah meliputi
tempat pembuangan sampah, cara mengelola sampah. Sumber air meliputi sumber air yang
digunakan keluarga dan sumber air minum yang digunakan keluarga. Jamban keluarga
meliputi memiliki WC, jenis jamban dan jarak penampungan tinja dengan sumber mata air.
Fasilitas sosial dan kesehatan meliputi perkumpulan sosial, fasilitas kesehatan dalam

19
masyarakat, pemanfaatan fasilitas kesehatan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan.
Pengkajian struktur keluarga, terdiri dari pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan
keluarga, struktur peran dan nilai norma budaya. Pola komunikasi keluarga meliputi cara dan
jenis komunikasi yang dilakukan keluarga, cara keluarga memecahkan masalah. Struktur
kekuatan keluarga meliputi respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami
masalah dan kekuatan yang digunakan keluarga. Struktur peran meliputi peran formal dan
informal.
Pengkajian fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
reproduksi dan fungsi perawatan kesehatan. Fungsi afektif meliputi bagaimana cara keluarga
mengekspresikan perasaan kasih sayang, perasaan saling memiliki, dukungan terhadap
anggota keluarga dan saling menghargai. Fungsi sosialisasi meliputi bagaimana
memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar, interaksi dan hubungan dalam
keluarga.
Fungsi perawatan kesehatan meliputi mengenal masalah kesehatan dalam keluarga,
mengambil keputusan dalam keluarga untuk mengatasi atau mencegah terjadinya
komplikasi dari masalah kesehatan tersebut, merawat anggota keluarga yang sakit,
memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Pengkajian stress dan koping keluarga meliputi stressor jangka panjang dan jangka pendek
serta kekuatan keluarga, respon keluarga terhadap stress, strategi koping yang digunakan dan
strategi adaptasi yang disfungsional. Pemeriksaan fisik meliputi tanggal pemeriksaan fisik
dilakukan, pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga dan membuat
kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik. Aspek pemeriksaan fisik meliputi:
Penjajagan II berisi tentang 5 fungsi perawatan kesehatan keluarga yang berhubungan dengan
pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya (Ayu, 2010).

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga disusun berdasarkan jenis diagnosis seperti:

1. Diagnosis Sehat atau wellness

Diagnosis sehat atau wellness, digunakan bila keluarga mempunyai potensi untuk
ditingkatkan, belum ada data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga

20
potensial hanya terdiri dari komponen problem (P) saja atau P (problem) dan S (symptom /
sign), tanpa komponen etiology (E) (Ayu, 2010).

2. Diagnosis ancaman (risiko)

Diagnosis ancaman digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, namun
sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan.
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga risiko, terdiri dari problem (P), etiology (E) dan
symptom atau sign (S) (Ayu, 2010) .

3. Diagnosis nyata atau gangguan

Diagnosis gangguan digunakan bila sudah timbul gangguan atau masalah kesehatan
keluarga didukung dengan adanya beberapa data maladaptif. Perumusan diagnosis
keperawatan keluarga nyata atau gangguan, terdiri dari problem (P), etiology (E) dan
symptom atau sign (S). Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiology (E) mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu :
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi persepsi terhadap keparahan
penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga
terhadap masalah
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan meliputi sejauhmana keluarga
mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, masalah dirasakan keluarga, keluarga
menyerah terhadap masalah yang dialami, sikap negatif terhadap masalah kesehatan,
kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan informasi yang salah.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit meliputi bagaimana
keluarga mengetahui keadaan sakit, sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan, sumber-sumber yang ada didalam keluarga dan sikap keluarga terhadap
sakit.
Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan meliputi keuntungan/ manfaat
pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi dan upaya pencegahan
penyakit.

21
Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga meliputi keberadaan
fasilitas kesehatan, keuntungan yang didapat, kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan, pengalaman keluarga yang kurang baik (Ayu, 2010).
Selanjutnya masalah kesehatan keperatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan
bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki
keluarga.

Tabel skoring
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalahh 1
Skala : Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat, harus segera ditangani 2
Ada masalah tetapi tidak perlu 1
ditangani 0
Masalah tidak dirasakan

Skoring:
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.
2. Skor dibagi angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Skor x bobot Angka Tertinggi
Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi ditentukan untuk menentukan prioritas
diagnosa keperawatan keluarga (Ayu, 2010)

22
c. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana
tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau
meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan.
Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk
memperkuat garis pertahanan sekunder dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis
pertahanan resisten.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan
jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi problem atau masalah
(P) di keluarga sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus) mengacu pada
bagaimana mengatasi etiology (E). Tujuan jangka pendek harus SMART (S=spesifik,
M=measurable/dapat diukur, A=achievable/dapat dicapai, R=reality, T=time limited/punya
limit waktu). Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar.
Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap
tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan (Ayu, 2010).

d. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan yaitu


perawat melakukan tindakan sesuai rencana. Tindakan ini bersifat intelektual, teknis dan
interpersonal berupa berbagai upaya memenuhi kebutuhan dasar klien. Tindakan keperawatan
meliputi: tindakan keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan kesehatan atau
keperawatan dan tindakan medis yang dilakukan perawat (kolaborasi). Pelaksanaan
keperawatan perlu merencanakan secara sistematis, berurutan, bertingkat berdasarkan
rencana tindakan yang telah disusun sebelum implementasi keperawatan, perawat perlu
kontrak terlebih dahulu dengan keluarga dan membuat suatu rencana kegiatan yang bertujuan
agar selama pelaksanaan keperawatan sesuai dengan waktu yang disepakati dan bahan yang
diimplementasikan mempunyai efektifitas yang tinggi. Pelaksanaan dapat dilakukan klien
sendiri (anggota keluarga atau keluarga), perawat, anggota tim perawat (kesehatan ),
keluarga lain (extended) dan orang lain yang masuk dalam jaringan kerja keperawatan
keluarga (Ayu, 2010).

23
e. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi digunakan untuk
mengetahui pencapaian tujuan yang ditetapkan dan keefektifan intervensi yang dilakukan
bagi keluarga setempat sesuai dengan kondisi dan situasi sesuai dalam mengatasi masalah
keluarga. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi program
merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai proses mendapatkan
dan menggunakan informasi sebagai dasar proses pengambilan keputusan dengan cara
meningkatkan upaya pelayanan kesehatan. Evaluasi proses difokuskan pada urutan kegiatan
yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perubahan perilaku. Evaluasi disusun
menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, Planning) secara operasional dengan
sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif (dengan proses dan
evaluasi akhir). Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain: observasi langsung,
wawancara, memeriksa laporan, dan latihan stimulasi. Penentuan keputusan pada tahap
evaluasi ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini antara lain: keluarga telah mencapai
hasil yang ditentukan dalam tujuan, keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang
ditentukan, keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan. Hasil dari evaluasi
terdiri dari 3 tujuan tercapai, tercapai sebagian atau tidak tercapai. Tujuan tercapai yaitu jika
klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, tujuan tercapai
sebagian yaitu jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang
telah ditetapkan dan tujuan tidak tercapai yaitu jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru (Ayu, 2010).

24
BAB IV
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN IBU W DENGAN GASTRITIS PADA KELUARGA BAPAK S

DI RT 03 RW XI KELURAHAN SIRING AGUNG KECAMATAN ILIR BARAT I KOTA


PALEMBANG

4.1 PENGKAJIAN

A. Data umum

1. Nama NKK : Bapak S

2. Umur : 35 Tahun

2. Alamat : Jl inspektur marzuki RT 03 RW XI Kel:Siring agung Kec: Ilir barat 1 Kota


palembang

3. Pekerjaan KK : Swasta

4. Pendidikan KK : Sma

5. Komposisi Keluarga

Nama Jenis kelamin Umur Hub. Pendidikan Pekerjaan Status


Keluraga kesehatan

Ny. W Perempuan 33 tahun Isteri SMA IRT Sakit

An. A Laki-laki 7 tahun Anak SD Pelajar Sehat

An. S Perempuan 6 tahun Anak - - Sehat

6. Genogram

35 33

7 6

25
Ket :

35 = Laki-laki (suami)

33 = Perempuan (istri)/penderita

7 = Laki-laki (anak)

6l = Perempuan (anak)

7. Tipe keluarga
Tipe keluarga Bpk S termasuk tipe keluarga inti karena di dalamnya terdiri dari ayah, ibu dan
dua orang anak.

8. Suku bangsa
Bpk. S berasal dari suku sunda sementara Ibu W berasal dari suku jawa. Jadi keluarga Bpk. S
berasal dari suku sunda dan jawa. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
indonesia.

9. Agama
Semua anggota keluarga Bpk. S beragama Islam, Ibu W jarang mengikuti pengajian
sementara An. A anak yang pertama suka mengaji.

10. Status sosial ekonomi keluarga


Sumber penghasilan keluarga adalah berasal dari Bpk. S kurang lebih sebesar Rp. 1.500.000 /
bulan.
Adapun untuk pengeluarannya yaitu :
Biaya belanja sehari-hari : Rp 600.000,- / bulan
Biaya Kontrakan : Rp 350.000,-/ bulan
Biaya jajan anak : Rp. 300. 000,-/bulan
Lain-lain (biaya tak terduga) : Rp. 250.000,-/bulan
Jumlah : Rp 1.500.000

26
11. Aktivitas dan rekreasi keluarga
Ibu W mengatakan jarang melakukan rekreasi karena kondisi keluarga yang tidak
memungkinkan. Sarana hiburan di rumah terdapat televise, keluarga biasa mengisi waktu
luang dengan berkumpul bersama dan menonton televisi pada waktu malam hari.

16. Pola kebiasaan sehari haria. Pola Makan


a. Pola makan
Ibu W mengatakan pola makan keluarga tidak teratur begitu juga dengan dirinya,
biasanya makan 3x sehari tetapi kadang-kadang lebih dari 3x sehari. Sedangkan anak-
anaknyanya makan bisa sampai 3-4x sehari. Ibu W mempunyai pantangan terhadap makanan
yang pedas dan asam. Menu makanan sehari-hari keluarga adalah nasi, tahu, tempe, sayur,
ayam, daging dan kadang-kadang makan buah jika ada.

b. Pola Minum
Keluarga Ibu W biasa minum air putih kurang lebih 7-8 gelas per hari / orang.

c. Pola Istirahat dan Tidur


Ibu W mengatakan keluarganya biasa tidur pukul 20.30 04.30 WIB. Tetapi tidak
tentu karena Ibu W harus menjaga kedua anaknya tidur terlebih dahulu. Keluarga tidak
mengalami kesulitan dalam tidur.

d. Pola Eliminasi
Ibu S mengatakan dirinya dan keluarga biasa BAB 1 sampai 2 kali sehari dan BAK
5 6 kali sehari.

e. Personal Hygiene
Ibu W mengatakan bahwa keluarganya biasa mandi dua kali sehari yaitu pagi dan
sore, mandi menggunakan sabun, keramas satu minggu tiga kali menggunakan shampo.
Gosok gigi dua kali sehari, sedangkan untuk menggunting kuku Ibu W dan keluarga tidak
tentu dengan pasti, keluarga menggunting kuku jika kuku sudah panjang.

f. Pola Aktivitas
Ibu W mengatakan sehari-harinya dia tinggal di rumah paling pagi mengantar
anaknya yang pertama ke sekolah dan menjemput anaknya sekolah. Tetapi kesahariannya Ibu

27
W jarang keluar ataupun berpergian. Di rumah biasanya nonton TV, tidur siang dan
mengasuh kedua anaknya. Sedangkan Bpk. S bekerja sebagai koki berangkat pagi pukul
04.00 14.30 WIB sedangkan jika berangkat siang pukul 10.00 20.00 WIB.

B. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Ibu W mengatakan anak pertamanya saat ini berusia 7 tahun , jadi perkembangan
keluarga saat ini adalah tahap perkembangan anak usia sekolah.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tugas perkembangan keluarga Bpk. S yang belum terpenuhi adalah perkembangan
keluarga dengan anak usia remaja dan anak dengan usia dewasa,selain itu Bpk S juga ingin
menyekolahkan anak yang pertama dan keduanya.

3. Riwayat keluarga inti


Ibu W mengatakan bahwa dirinya mempunyai penyakit gastritis. Ibu W mengalami
penyakit gastritis sudah sejak umurnya 9 tahun karena sering makan yang asem-asem. Ibu W
mengatakan jika gastritis Ibu W kambuh, Ibu W mengalami sakit melilit di perut dan pusing
kadang-kadang hingga pingsan jika sudah parah penyakit gastritisnya hingga mengeluarkan
darah, jika sakit yang dirasa belum hilang ibu W meminum obat yang dibeli di apotek tetapi
jika tidak hilang juga Ibu W pergi ke dokter atau rumah sakit. Ibu W mengatakan anak Ibu
W yang pertama dan kedua yaitu An. A berumur 7 tahun dan An. S berumur 6 tahun yang 2
minggu kemarin mengalami penyakit batuk dan flu. Jika penyakit yang di derita anaknya
tidak sembuh dengan meminum obat yang dibeli di apotek maka Ibu W langsung membawa
anaknya ke dokter.

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Ibu W mengatakan tidak terdapat penyakit menular dalam keluarganya tetapi Ibu W
mengatakan bahwa Ibunya mempunyai penyakit darah tinggi dan sudah meninggal sejak tiga
tahun yang lalu dan Bpk. Ibu W mempunyai penyakit darah tinggi, sementara Ibu Bpk. S
mempunyai penyakit diabetes melitus.

28
C. Keadaan lingkungan

1. Karakteristik Rumah.

Rumah keluarga Ibu W berukuran kurang lebih 54 meter, mempunyai satu ruang
tamu, satu kamar tidur, satu dapur dan satu kamar mandi yang dipakai secara bersama.
Rumah keluarga Ibu W merupakan tipe rumah permanen dan ngontrak.

a. Denah rumah :
` Keterangan:
d
U A : Ruang tamu
B C B : Kamar tidur
C : Dapur
D : Kamar mandi
A
: Jendela
: Pintu utama

b. Ventilasi dan Pencahayaan


Keluarga mengatakan memiliki jendela di ruang tamu, jendela jarang dibuka. Kamar
mandi mempunyai penerangan dan ventilasi yang kurang karena tidak ada ventilasinya,
sedangkan di dalam rumah sinar matahari tidak cukup menerangi seluruh bagian rumah
terutama kamar tampak kurang cahaya. Pada malam hari penerangan menggunakan listrik.

c. Sumber Air
Sumber air keluarga Ibu W berasal dari PAM yang digunakan untuk air minum,
mandi dan mencuci. Karakteristik air tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

d. Jamban keluarga dan Pembuangan Limbah


Rumah keluarga Ibu W tidak memiliki jamban sendiri dikamar mandi, jadi
pembuangan jamban di alirkan ke sungai. Sedangkan untuk mancuci pakaian dan cuci piring
di lakukan di kamar mandi dan hasil pembuangannya baik dari limbah dapur ataupun kamar
mandi di alirkan ke sungai yang berada di depan rumah.

29
e. Penataan Ruangan
Penataan rumah cukup rapi walaupun sedikit berantakan karena Ibu W memiliki anak
kecil. Penataannya teratur sesuai dengan fungsi ruangan. Pada ruang tamu dan ruang keluarga
terdapat kursi, televisi, meja makan sehingga ruang tamu dan ruang kekuarga menjadi satu.
Dapur terdapat di samping kamar tidur dan tidak begitu luas sedangkan kamar mandi berada
disamping dapur.

f. Lingkungan Sekitar Rumah


Lingkungan sekitar rumah agak kotor. Jarak antara satu rumah dengan rumah lain
berdempetan, terdapat tanaman sebagai penghijauan.

g. Pembuangan Sampah
Ibu W mengatakan biasa membuang sampah ke sungai. Ibu W mengatakan sebagian
besar penduduk sekitar membuang sampah ke sungai.

h. Sarana Transportasi
Ibu W mengatakan sarana transportasi yang di gunakan untuk berpergian adalah
angkutan umum, karena keluarga Bpk S tidak mempunyai kendaraan pribadi.

i. Fasilitas dan Sarana Kesehatan


Keluarga mengatakan jarak ke puskesmas dapat di tempuh dengan menggunakan
kendaraan umum, karena jarak cukup jauh sekitar 3 km, apabila ada anggota keluarga yang
sakit maka segera di bawa ke dokter atau rumah sakit.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas


Ibu W mengatakan sebagian besar tetangganya warga asli bogor dan berasal dari suku
sunda, sebagian kecil merupakan pendatang. Ibu W mengatakan jarang berkumpul dengan
tetangga disekitar rumah karena tetangga Ibu W walaupun tetangga Ibu W masih merupakan
saudara. Mayoritas mata pencaharian tetangga sekitar rumah Ibu W adalah sebagai
wiraswasta. Ibu W mengatakan dilingkungannya terdapat kegiatan pengajian dilakukan dua
kali dalam satu minggu. Fasilitas umum yang terdapat dilingkungan rumah Ibu W yaitu
terdapat mesjid, majlis talim, PAUD, posyandu, dan posbindu.

30
3. Mobilitas geografis keluarga
Ibu W mengatakan sudah tinggal dirumahnya yang sekarang selama 3 tahun,
sebelumnya keluarga Bpk S tinggal di kelurahan pasir kuda namun di 05.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Ibu W mengatakan jarang mengikuti kegiatan pengajian yang dilaksanakan di sekitar
daerah rumahnya. Ibu W juga sering berkumpul bersama saudara- saudaranya pada hari raya.
Interaksi yang terjalin antara Keluarga Bpk S dengan tetangganya sangat baik.

5. Sistem pendukung keluarga


Ibu W mengatakan bahwa keluarganya mempunyai kartu sehat yaitu jamsostek.

D. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga


Ibu W mengatakan keluarga biasa berkomunikasi menggunakan bahasa indonesia,
jika ada masalah di dalam keluarga maka anggota keluarga berdiskusi dan bermusyawarah
untuk mencari pemecahannya.

2. Struktur kekuatan keluarga


Ibu W mengatakan bahwa yang mengambil keputusan dalam segala hal adalah Bpk.
S, Bpk. S jarang menyelesaikan masalah sebelumnya bersama Ibu W.

3. Struktur peran
Bapak S : Sebagai kepala keluarga yaitu dalam mengambil keputusan keluarga dan
sebagai bapak dari kedua anaknya, membantu mencari nafkah untuk kebutuhan hidup
sehari-hari.
Ibu W : Sebagai ibu, mengatur dan mengurus rumah tangga dan keuangan serta
mengurus anak.
Anak A : Sebagai anak pertama adalah sebagai seorang pelajar..
Anak S : Sebagai anak kedua adalah sebagai pelajar juga, semuanya rajin dan
patuh terhadap perintah bapak serta ibunya.

31
4. Nilai dan norma budaya
Keluarga Bpk S dalam menghadapi masalah kesehatan selain membawa ke Dokter,
keluarga juga suka membawa ke rumah sakit. Dan keluarga memegang teguh nilai-nilai
agama Islam, keluarga juga ditekankan untuk menjaga silahturahmi dengan saudara-saudara
dan tetangga setempat.

E. Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif

Ibu W selalu memberikan kasih sayang pada semua anaknya dan tidak membeda-bedakan.
Diantara anggota keluarga satu sama lainnya saling menyayangi. Hubungan keluarga terlihat
harmonis dan ikatan kekeluargaan sangat erat.

2. Fungsi sosial
Seluruh anggota keluarga Bpk S dapat bersosialisasi dikeluarga dengan akrab, juga
sosialisasi dengan tetangga maupun dengan masyarakat yang ada di wilayah tempat tinggal
Bpk S.

3. Fungsi perawatan kesehatana.

a. Mengenal Masalah Kesehatan


Ibu W mengatakan tidak mengetahui banyak tentang penyakit yang dialaminya. Ibu
W hanya mengetahui bahwa gastritis adalah sakit perut dan sering pusing jika kambuh. Ibu
W juga tidak mengetahui tentang penyakit yang dialami oleh An. S dan An. A, Ibu W hanya
mengetahui bahwa anaknya dua minggu kemarin sakit batuk dan pilek.

b. Mengambil Keputusan Untuk Mengatasi Masalah Keshatan


Bila ada masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga, anggota keluarga yang lain
mencoba mengobati dengan membeli obat di apotek, bila di rasakan tidak mengalami
perubahan keluarga segera membawa anggota keluarga yang sakit ke dokter praktik yang ada
di daerahnya atau dibawa ke rumah sakit.

32
c. Kemampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga Dengan Gastritis
Keluarga mengatakan tidak mengetahui bagaimana cara merawat Ibu W dengan
Gastritis, selama ini hanya memberikan perhatian dan dukungan saja serta berdoa untuk
kesembuhan Ibu W.

d. Kemampuan keluarga Memodifikasi Lingkungan


Keluarga mampu membuat suasana menjadi tenang, lingkungan rumah tertata rapi
sesuai tempatnya sehingga menurunkan resiko cedera dan kondisi rumah yang cukup bersih.

e. Kemampuan Keluarga Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan


Ibu W jarang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, Ibu W lebih sering
membawa anak atau keluarganya jika sakit ke dokter praktek atau ke rumah sakit.

4. Fungsi Reproduksi
Ibu W mengatakan masih mnggunakan KB. KB yang digunakkan yaitu KB pil. Ibu W
sudah menggunakan KB Pil selama 3 tahun, sebelumnya Ibu W menggunakan KB suntik
namun karena tidak cocok akhirnya Ibu W memilih menggunakan KB Pil. Ibu W mempunyai
dua orang anak, satu orang laki-laki dan satu orang perempuan

5. Fungsi Ekonomi
Ibu W mengatakan dalam keluarga sumber penghasilan berasal dari Bpk S sebagai
kepala keluarga yang berkewajiban mencari nafkah.

F. Stress dan Koping Keluarga

1. Stressor jangka pendek

Ibu W mengatakan bila terasa sakit Ibu W segera meminum obat yang dibeli di apotek

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah


Ibu W mengatakan khawatir kepada anaknya yang bungsu karena anaknya baru
berumur 6 tahun takut rentang dengan penyakit.
3. Strategi koping yang digunakan
Ibu W mengatakan hanya berpasrah diri kepada Allah SWT, berdoa agar cepat
disembuhkan dari penyakit yang dideritanya, usaha menjaga kesehatan.
33
4. Strategi adaptasi disfungsional
Bila mendapatkan masalah keluarga Bpk. S tidak ada angtgota keluarga yang
mempunyai kebiasaan marah-marah, mengamuk, dan sebagainya dalam menghadapi masalah
selalu menyelesaikan dengan musyawarah segera agar masalah tidak bertumpuk.

G. Pemeriksaan fisik
N Jenis Bapak S Ibu W An. A An .S
O Pemeriksaan
1 Tanda Tanda Kesadaran Kesadaran Kesadaran Kesadaran
vital Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis
TD : 120/80 mmHg. TD : 110/80 mmHg. TD : 90/80 Td : 90/80
Nadi : 80 x/menit. Nadi : 76 x/menit. Nadi : 75 x/menit Nadi :
RR: 22 x/menit. RR : 22 x/menit. RR : 23x/menit 73x/menit
Suhu : 360 C. Suhu 36,5 0 C. Suhu : 36,40 C RR : 22x/menit
Suhu : 36,50C
2 Kepala kulit kepala tidak ada lesi Kulit kepala tidak Kulit kepala tidak Kulit kepala
dan tidak ada benjolan. ada lesi dan tidak ada lesi dan tidak tidak ada lesi
Mata tidak anemis, ada benjolan. Mata ada benjolan. dan tidak ada
telinga tidak anemis,telinga Mata benjolan. Mata
tidak ada serumen, fungsi tidak ada serumen, tidak tidak
pendengaran baik, fungsi pendengaran anemis, telinga anemis, telinga
hidung baik, hidung tidak tidak ada tidak ada
tidak ada sekret, fungsi ada sekret, fungsi serumen,fungsi serumen, fungsi
penciuman baik, gigi penciuman baik, pendengaran baik, pendengaran
tampak kuning, mukosa gigi tampak sediki hidung tidak ada baik, hidung
bibir lembab bersih,mukosa bibir sekret, fungsi tidak ada sekret,
lembab penciuman fungsi
baik, gigi tampak penciuman baik,
bersih, mukosa gigi tampak
bibir lembab bersih, mukosa
bibir lembab
3 Thorax dan Dada simetris, frekuensi Dada simetris, Dada simetris, Dada simetris,
fungsi napas 22x/menit, bunyi frekuensi napas bunyi dada bunyi dada

34
pernapasan dada vesikuler. 22x/menit,bunyi vesikuler. vesikuler.
dada vesikuler.
4 Kulit Kulit teraba Kulit teraba Kulit teraba Kulit teraba
hangat, turgor kulit hangat, turgor kulit hangat, turgor hangat, turgor
elastic elastis kulit kulit elastis
5 Ekstremitas atas Ekstremitas atas dan Ekstremitas atas Ekstremitas atas Ekstremitas atas
dan bawah bawah tampak normal, dan bawah tampak dan bawah dan bawah
tidak ada edema, fungsi normal, tidak ada tampak normal, tampak normal,
pergerakan baik edema, fungsi tidak ada edema, tidak ada
pergerakan baik fungsi pergerakan edema, fungsi
baik pergerakan baik

H. Harapan Keluarga
Ibu W berharap bisa meningkatkan derajat hidup keluarganya dan derajat
kesehatannya sehingga dapat hidup sejahtera.

4.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA

1. Analisa data

No Data Masalah (P) Penyebab (E)


1. Data Subjektif : Resiko tinggi nyeri Ketidak mampuan
Saat dikaji Ibu W mengatakan pada Ibu.W keluarga merawat
3 bulan yang lalu sakit maghnya
kambuh lagi hingga Ibu W pingsan
dan mengeluarkan darah karena
penyakitnya sudah kronis
Ibu W mengatakan beberapa
hari kemarin ulu hatinya sakit.
Ibu W mengatakan perutnya
terasa kembung dan melilit.
Ibu W mengatakan bila
perutnya terasa sakit Ibu W tidak bisa

35
melakukan apa-apa.
Ibu W mengatakan tidak
mengetahui apa yang dimaksud
dengan Gastritis, ibu W hanya
mengatakan bila perutnya nyeri,
kembung itu adalah magh.

Data Objektif :

Tanda-tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg.
Nadi : 76 x/menit.
RR : 22 x/menit.\Suhu 36,5 0

C.
1. Klien mengatakan cemas dengan sakit Cemas / ansietas Ancaman pada (
yang di deritanya saat ini tentang gejala status kesehatan )
penyakit yang di
Penyakit yang diderita Tn. H adalah derita
maag akut
2. Data Subjektif : Kurang pengetahuan Ketidakmampuan
Ibu W mengatakan tidak ibu W tentang anggota keluarga
mengetahui apa yang dimaksud penyakit gastritis mengenal masalah
dengan Gastritis, Ibu W hanya gastritis
mengatakan bila perutnya nyeri,
kembung dan perih itu adalah magh.
Ibu W mengatakan makannya
setelah terasa laper saja
Ibu W mengatakan jarang
sarapan pagi

36
Data Objektif :

Tanda-tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg.
Nadi : 76 x/menit.
RR : 22 x/menit.
Suhu 36,5 0 C.

2. Perumusan diagnosis keperawatan

Resiko tinggi nyeri pada Ibu.W berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan gastritis.
Cemas / ansietas tentang gejala penyakit yang di derita berhubungan dengan
Ancaman pada ( status kesehatan )
Kurang pengetahuan ibu W tentang penyakit gastritis berhubungan dengan
ketidakmampuan anggota keluarga mengenal masalah gastritis

3. Skoring Prioritas Diagnose Keperwatan

a. Resiko tinggi nyeri pada Ibu.W berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan gastritis.

No Kriteria Skor Penghitungan Pembenaran


1. Sifat masalah 2 Masalah resiko dapat menjadi
Tidak/kurang sehat 2 2 aktual jika tidak segera
3
1=3
ditangani.
2. Kemungkinan 2 Kemungkinan masalah untuk
masalah dapat diubah 2
3
1 = 2 diubah mudah karena dengan
Mudah pemberian pendidikan
kesehatan, kesadaran keluarga
untuk mencegah gastritis
3. Kemungkinan 2 2 2
3
1 = 3 Cukup, masalah gastritis
masalah dapat dapat diatasi dengan

37
dicegah pengobatan rutin
Cukup
4. Menonjolnya 2 2
2
1 = 1 Masalah harus segera
masalah ditangani untuk mencegah
Masalah berat, harus komplikasi yang lebih berat.
segera ditangani
Jumlah 3 4/3

b. Cemas / ansietas tentang gejala penyakit yang di derita berhubungan dengan Ancaman
pada ( status kesehatan )

NO Kriteria Perhitungan Score Pembenaran


1 Sifat masalah ancaman 2/3 x1 2/3 Tn. H kadang
kesehatan mengeluh lutut
terasa nyeri yang
merupakan
keadaan
tidak/kurang
sehat.
2 Kemungkinan masalah dapat 2/2x2 2 Ada keinginan
diubah dari keluarga
Mudah untuk mematuhi
pantangan-
pantangan yang
harus dihindari

3 Potensial masalah dapat dicegah 3/3x1 1 Terjadinya


3) Tinggi penyakit
diakibatkan
ketidak tahuan
akan hal-hal yang
tidak dianjurkan
dilakukan

38
4 Menonjolnya masalah 2/2x1 1 Keluarga
Masalah berat harus segera di menyadari
tangani keluhan ini sangat
menggangu
Total Skor 4 2/3

c. Kurang pengetahuan ibu W tentang penyakit gastritis berhubungan dengan


ketidakmampuan anggota keluarga mengenal masalah gastritis

No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Masalah kurang pengetahuan yang di
Ancaman kesehatan alami oleh Ibu W sudah terjadi.
2. Kemungkinan 2/2 x 2 2 Kemungkinan masalah untuk diubah
masalah dapat diubah mudah karena dengan pemberian
Sebagian pendidikan kesehatan, kesadaran
keluarga untuk mencegah penyakit
gastritis.
3. Kemungkinan 2/3 x 1 2/3 Dengan mendidik dan memotivasi
masalah dapat juga melatih keluarga merawat Ibu W
dicegah secara benar. Kemungkinan masalah
Cukup dapat dicegah.
4. Menonjolnya 2/2 x 1 1 Masalah kurang pengetahuan harus
masalah segera ditangani untuk mencegah
Berat harus segera komplikasi yang lebih berat
ditangani
Jumlah 4 2/3

4.3 INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Tujuan Kriteria Standar Intervensi


diagnosa
1 Tujuan umum: Respon Nyeri merupakan Diskusikan dengan

39
Setelah dilakukan tindakan kognitif tanda dan gejala keluarga mengenai
keperawatan selama 3x 30 gastritis pengertian nyeri.
menit diharapkan Nyeri Anjurkan keluarga
abdomen pada pada keluarga untuk mengungkapkan
Tn.H khususnya Ny.N teratasi. Menyebutkan 3 kembali pengertian nyeri
Respon dari 5 tanda dan Diskusikan tanda
Tujuan Khusus : verbal gejala gastritis dan gejala gastritis yang
a. Setelah penjelasan selama 30 yaitu nyeri atau biasanya terjadi pada Ny.N
menit diharapkan keluarga sakit pada ulu Anjurkan keluarga
mampu : hati, perut untuk menyebutkan
Mengenal masalah nyeri Kembung dan kembali tanda dan gejala
abdomen dengan mual muntah, gastritis
Menyebutkan 3 dari 4 nafsu makan Beri pujian positif
tanda dan gejala gastritis berkurang, saat pada keluarga
Setelah diberikan penjelasan makan terasa Identifikasi akibat
selama 15 menit diharapkan penuh. nyeri abdomen yang
keluarga mampu : dialami Ny.N yang lalu
Mengambil keputusan perdarahan pada Motivasi keluarga
untuk mengatasi masalah nyeri saluran cerna untuk mengungkapkan
abdomen Respon bagian atas atau kembali akibat nyeri
Menjelaskan akibat yang verbal bawah abdomen bila tidak diatasi
terjadi bila nyeri abdomen tidak Tidak bertambah Diskusikan dengan
diatasi parah keluarga bagaimana
Mengambil keputusan mengatasi nyeri abdomen
untuk menangani nyeri untuk mengambil
abdomen agar tidak bertambah keputusan selanjutnya
Setelah penjelasan Respon
diberikan Cara perawatan
Motivasi keluarga
selama 20 menit diharapkan kognitif gastritis yaitu
untuk memutuskan
keluarga mampu : melakukan teknik
menangani nyeri abdomen
Menjelaskan cara relaksasi
secara tepat
perawatan nyeri Beri pujian positif
Merawat keluarga atas keputusan yang
dengan nyeri abdomen diambil keluarga

40
Mendemostrasikan cara Respon Keluaraga Gali pengetahuan
perawatan nyeri abdomen psikomotor mendemostrasikan keluarga dalam mengatasi
kembali cara nyeri abdomen
perawatan nyeri Diskusikan dengan
seperti tehnik keluarga cara perawatan
relaksasi, keluarga nyeri abdomen
dapat menilai Motivasi keluarga
keberhasilan untuk mengungkapkan
tindakan yaitu kembali apa yang telah
mengontrol diri disampaikan
dengan dengan Demonstrasikan
Setelah diberikan penjelasan mengatur pola cara perawatan gastritis
selama 15 menit diharapkan makan, keluarga seperti teknik relaksasi
keluarga mampu memanfaatkan dapat menilai Motivasi keluarga
pelayanan kesehatan bila keberhasilan untuk meredemonstrasikan
gastritis berlanjut : pelaksanan Beri pujian positif
Menyebutkan manfaat tindakan yang di atas upaya keluarga dalam
fasilitas kesehatan lakukan. menilai keberhasilan yang
Memanfaatkan fasilitas dilakukan.
Respon Menjelaskan
pelayanan kesehatan Klarifikasi
verbal manfaat fasilitas pengetahuan keluarga
kesehatan yang
tentang manfaat fasilitas
dapat digunakan kesehatan.
untuk mengatasi
Diskusikan pada
gastritis berlanjut.
keluarga tentang manfaat
pelayanan kesehatan.
Respon Kunjungan
Anjurkan keluarga
psikomotor keluarga ke
untuk periksa ke pelayanan
fasilitas kesehatan
kesehatan bila gastritis
untuk berobat bila
kambuh.
gastritisnya
Tanyakan perasaan
kambuh.
keluarga setelah
mengunjungi pelayanan

41
kesehatan.
2 Tujuan umum : Verbal: Mengetahui Kaji pengetahuan
Setelah diberikan pengetahuan Keluarga tentang keluarga tentang penyakit
keluarga memahami dan dapat pengertian, maag
mengantisipasi penyakit mengerti penyebab, tanda Jelaskan penger-
berulang tentang gejala, dan tian, penyebab, tanda dan
pengertian, pencegahan gejala maag
Tujuan khusus : penyebab, berulang maag. Jelaskan bagai-
Setelah dilakukan kunjunngan dan tanda Dan Menjawab mana cara pencegahan
rumah 1 hari selama 60 menit gejala maag. pertanyaan berulang maag.
diharapakn keluarga mampu dengan baik dan
mengenal masalah maag. Dan Keluarga benar.
pencegahan berulang penyakit mampu
maag menyebutkan
bagaimana
cara
pencegahan
maag

Perilaku:
Pasien
mampu
melaksanakan
apa yang
sudah
diketahuinya
mengenai
bahaya dan
pencegahan
berulang
maag
3 Tujuan umum : Respon Gastritis adalah Kaji pengetahuan
Klien mendapatkan informasi Verbal peradangan yang keluarga tentang gastritis

42
tentang penyakitnya terjadi pada Diskusikan dengan
Respon lapisan lambung keluarga mengenai arti
Tujuan khusus 1 : Verbal atau lapisan gastritis
Setelah diberikan pendidikan lambung atau Evaluasi penjelasan
kesehatan selama 4 x 20 menit Respon lapisan dalam yang diberikan
diharapkan keluarga dapat : Verbal kantung nasi. Berikan pujian
Menyebutkan pengertian terhadap pengetahuan
gastritis Respon Penyebab gastritis keluarga
Verbal yaitu : Kaji pengetahuan
Tujuan umum 2 : Pola makan tidak keluarga tentang penyebab
Keluarga dapat Respon teratur gastritis
memutuskan tindakan Verbal Diskusikan dengan
untuk mengatasi gastritis Sering makan keluarga mengenai
Keluarga dapat Respon makanan yang penyebab gastritis

menyebutkan komplikasi Verbal asam (nanas, Evaluasi penjelasan


gastritis kedondong, rujak. yang diberikan
Respon Dll) Berikan pujian
Tujuan khusu 3: Verbal
terhadap pengetahuan
Keluarga dapat merawat Suka makan keluarga

anggota keluarga dengan Respon makanan yang


Kaji pengetahuan
gastritis Verbal pedas (sambal,
keluarga tentang tanda dan
Keluarga mampu cabai, saos. Dll
gejala gastritis
mengetahui jenis makanan yang Respon Diskusikan dengan
tidak diperbolehjan bagi pasien Verbal Suka makan
keluarga mengenai tanda
yang terkena gastritis makanan yang
dan gejala gastritis
dapat Respon banyak
Keluarga evaluasi penjelasan
menyebutkan cara yang dapat Verbal mengandung gas
yang telah diberikan
(kubis/kol, sawi,
dilakukan untuk mengatasi Berikan pujian
nangka. Dll)
gejala hipertensi terhadap pengetahuan
keluarga
Suka minum kopi
Tujuan umum 4: Kaji pengetahuan
Keluarga mampu keluarga tentang
Stress
memodifikasi lingkungan yang komplikasi gastritis

43
sesuai untuk klien hipertensi Diskusikan dengan
Suka minuman keluarga tentang koplikasi
Tujuan umum : beralkohol gastritis
Keluarga mampu evaluasi penjelasan
menggunakan fasilitas Kebiasaan yang telah diberikan
kesehatan untuk mengatasi merokok Berikan pujian
hipertensi terhadap pengetahuan
keluarga dapat Kuman keluarga
menyebutkan manfaat dan Helicobacter Memotivasi dan
kunjungan kefasilitas kesehatan pylory bantu keluarga utnuk
Keluarga dapat memutuskan tindakan yang
menyebutkan fasilitas kesehatan Tanda dan gejala dapat dilakukan untuk
apa saja yang ada dimasyarakat dari gastritis yaitu: mencegah komplikasi
Nyeri ulu Kaji pola makan
hati klien dan jenis
Mual / makananyang dikuasai
muntah Diskusikan
Tekanan mengenai menu makanan
darah menurun, yang dikonsumsi dan
pusing makanan yang perlu
Keringa dipantang
dingin diskusikan
Nadi cepat makanan yang sesuai
Kadang dengan klien
berat badan Beri pujian
menurun terhadap pengetahuan
Nafsu keluarga
makan menurun Diskusikan dengan
Perut keluarga tentang cara
terasa kembung mengatasi gejala hipertensi
Komplikasi Minta keluarga
gastritis : untuk melakukan teknik
Perdarahan pemijatan leher dan

44
saluran cerna punggung agar klien lebih
Luka pada rileks
dinding lambung Beri pujian
Kebocoran terhadap pengetahuan klien
pada dinding Kaji pengetahuan
lambung keluarga tentang
Gangguan lingkungan yang dapat
penyerapan menurunkan stress
makanan Diskusikan dengan
Kanker keluarga tentang cara
lambung mendiskusikan yang dapat
mengurangi stress
Keluarga dapat evaluasi penjelasan
mengambil yang telah diberikan
keputusan untuk Berikan pujian
mengatasi gastritis terhadap pengetahuan
Seperti pedas, keluarga
asam dan Kaji pengetahuan
makanan bergas. keluarga tentang manfaat
Cara untuk datang ke fasilitas
mengatasi kesehatan
pencegahan Diskusikan dengan
hipertensi yaitu : keluarga tentang manfaat
Istirahat datang ke fasilitas
yang cukup, kesehatan
lakukan evaluasi penjelasan
pijatan pada leher yang telah diberikan
dan pnggung,
hindari
stress, batasi
aktivitas
Lingkungan yang
dapat menurunkan

45
stress :
Bicara masalah
secara terbuka,
biasakan untuk
memendam
masalah, lakukan
rekreasi bersama
keluarga, ciptakan
lingkungan yang
tenang
Manfaat datang
kefasilitas
kesehatan yaitu:
Mendapatkan
pelayanan
kesehatan dan
pendidikan
kesehatan

Fasilitas
kesehatan yang
digunakan oleh
masyarakat yaitu :
Puskesmas,
Posyandu, Dokter
praktek swasta
dan Rumah Sakit

4.4 IMPELEMENTASI

Tgl/Jam No Dx Implementasi
07 1 Data Subjektif : Mendiskusikan dengan keluarga
Agustus Saat dikaji Ibu W mengenai pengertian nyeri.

46
2012 mengatakan 3 bulan yang Menganjurkan keluarga untuk
Pukul lalu sakit maghnya kambuh mengungkapkan kembali pengertian
14.00 lagi hingga Ibu W pingsan nyeri
WIB dan mengeluarkan darah Mendiskusikan tanda dan gejala
karena penyakitnya sudah gastritis yang biasanya terjadi pada Ny.N
kronis Menganjurkan keluarga untuk
Ibu W mengatakan menyebutkan kembali tanda dan gejala
beberapa hari kemarin ulu gastritis
hatinya sakit. Memberi pujian positif pada
Ibu W mengatakan keluarga
perutnya terasa kembung dan Mengidentifikasi akibat nyeri
melilit. abdomen yang dialami Ny.N yang lalu
Ibu W mengatakan Memotivasi keluarga untuk
bila perutnya terasa sakit Ibu mengungkapkan kembali akibat nyeri
W tidak bisa melakukan apa- abdomen bila tidak diatasi
apa. Mendiskusikan dengan keluarga
Ibu W mengatakan bagaimana mengatasi nyeri abdomen
tidak mengetahui apa yang untuk mengambil keputusan selanjutnya
dimaksud dengan Gastritis, memotivasi keluarga untuk
ibu W hanya mengatakan memutuskan menangani nyeri abdomen
bila perutnya nyeri, kembung secara tepat
itu adalah magh. memberi pujian positif atas
keputusan yang diambil keluarga
Data Objektif : menggali pengetahuan keluarga
dalam mengatasi nyeri abdomen
Tanda-tanda Vital : mendiskusikan dengan keluarga
TD : 110/80 mmHg. cara perawatan nyeri abdomen
Nadi : 76 x/menit. memotivasi keluarga untuk
0
RR : 22 x/menit.\Suhu 36,5 mengungkapkan kembali apa yang telah
C. disampaikan
mendemonstrasikan cara
perawatan gastritis seperti teknik
relaksasi

47
memotivasi keluarga untuk
meredemonstrasikan
memberi pujian positif atas upaya
keluarga dalam menilai keberhasilan
yang dilakukan.
mengklarifikasi pengetahuan
keluarga tentang manfaat fasilitas
kesehatan.
mendiskusikan pada keluarga
tentang manfaat pelayanan kesehatan.
menganjurkan keluarga untuk
periksa ke pelayanan kesehatan bila
gastritis kambuh.
menanyakan perasaan keluarga
setelah mengunjungi pelayanan
kesehatan.

07 2 Ds : Klien mengatakan Kaji pengetahuan keluarga


Agustus cemas dengan sakit yang di tentang penyakit maag
2012 deritanya saat ini Jelaskan penger-tian, penyebab,
Pukul tanda dan gejala maag
15.00 Penyakit yang diderita Tn. H Jelaskan bagai-mana cara
WIB adalah maag akut pencegahan berulang maag.

Do : Klien terlihat gelisah


dan khawatir dengan
penyakitnya
07 3 Data Subjektif : Kaji pengetahuan keluarga
Agustus Ibu W mengatakan tentang gastritis
2012 tidak mengetahui apa yang Mendiskusikan dengan keluarga
Pukul : dimaksud dengan Gastritis, mengenai arti gastritis
16.00 Ibu W hanya mengatakan Mengevaluasi penjelasan yang
WIB bila perutnya nyeri, kembung diberikan

48
dan perih itu adalah magh. Memberikan pujian terhadap
Ibu W mengatakan pengetahuan keluarga
makannya setelah terasa Mengkaji pengetahuan keluarga
laper saja tentang penyebab gastritis
Ibu W mengatakan Mendiskusikan dengan keluarga
jarang sarapan pagi mengenai penyebab gastritis
Mengevaluasi penjelasan yang
diberikan
Memberikan pujian terhadap
Data Objektif :
pengetahuan keluarga
Mengkaji pengetahuan keluarga
Tanda-tanda Vital :
tentang tanda dan gejala gastritis
TD : 110/80 mmHg.
Mendiskusikan dengan keluarga
Nadi : 76 x/menit.
mengenai tanda dan gejala gastritis
RR : 22 x/menit.
Mengevaluasi penjelasan yang
Suhu 36,5 0 C.
telah diberikan
Memberikan pujian terhadap
pengetahuan keluarga
Mengkaji pengetahuan keluarga
tentang komplikasi gastritis
Mendiskusikan dengan keluarga
tentang koplikasi gastritis
Mengevaluasi penjelasan yang
telah diberikan
Memberikan pujian terhadap
pengetahuan keluarga
Memotivasi dan bantu keluarga
utnuk memutuskan tindakan yang dapat
dilakukan untuk mencegah komplikasi
Mengkaji pola makan klien dan
jenis makananyang dikuasai
Mendiskusikan mengenai menu
makanan yang dikonsumsi dan makanan

49
yang perlu dipantang
Mendiskusikan makanan yang
sesuai dengan klien
Memberi pujian terhadap
pengetahuan keluarga
Mendiskusikan dengan keluarga
tentang cara mengatasi gejala hipertensi
Meminta keluarga untuk
melakukan teknik pemijatan leher dan
punggung agar klien lebih rileks
Memberi pujian terhadap
pengetahuan klien
Mengkaji pengetahuan keluarga
tentang lingkungan yang dapat
menurunkan stress
Mendiskusikan dengan keluarga
tentang cara mendiskusikan yang dapat
mengurangi stress
Mengevaluasi penjelasan yang
telah diberikan
Memberikan pujian terhadap
pengetahuan keluarga
Mengkaji pengetahuan keluarga
tentang manfaat datang ke fasilitas
kesehatan
Mendiskusikan dengan keluarga
tentang manfaat datang ke fasilitas
kesehatan
Mengevaluasi penjelasan yang
telah diberikan

50
4.5 EVALUASI

Hari / Tanggal No. Diag. Kep Evaluasi


07 Agustus 2012 I S:
pukul 14.30 Ny W mengatakan kalau nyeri sudah berkurang
apa bila menghindari penyebab terjadinya nyeri
O:
Klien sudah banyak memahami tentang
penyakitnya sehingga selalu mengikuti instruksi
dari dokter dan perawat.
A:
Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi

07 Agustus 2012 S:
pukul 15.30 WIB Keluarga belum mengenal akan masalah
kesehatan mengenai gastritis
O:
Ibu W tampak sering bertanya tentang
penyakitnya
A: Masalah kurang pengetahuan pasien belum
teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
07 Agustus 2012 S:
pukul 16.30 WIB
Keluarga menjawab salam dan mengerti
atas tujuan yang diberikan serta menjawab salam
petugas kesehatan

51
O:

Keluarga tampak percaya kepada petugas


kesehatan
Keluarga merasa senang dengan
kedatangan petugas kesehatan

A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi

Klien : keluarga dapat mmemahami


kedatangan petugas kesehatan
Perawata : kontrak waktu untuk
melanjutkan Tujuan Khusus 1

S:

Keluarga mengatakan sudah mengerti


tentang gastritis, penyebab, tanda dan gejala
gastritis

O:

Keluarga dapat menjawab pertanyaan


tentang pengertian gastritis
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4
penyebab gastritis
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4
tanda dan gejala gastritis

A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan intervensi

52
Klien : keluarga dapat memahami
tentang penyakit gastritis
Perawat : kontrak waktu untuk Tujuan
khusus 2

S:

Keluarga mengatakan jika Ibu S sakit,


ibu Sminum obat yang dibeli di apotek atau ke
dokter
Ibu Smengatakan ingin cepat sembuh
Keluarga dapat merawat anggota
keluarga yang sakit gastritis

O:

Keluarga dapat memutuskan untuk


membawa Ibu S periksa ketempat berobat
terdekat
Keluarga dapat merawat anggota yang
sakit
Keluarga dapat melakukan cara
mengompres perut dengan ir hangat

A:
Masalah teratasi
P:

Klien : dapat memahami bila ada


anggota keluarga yang sakit maka segera dibawa
kefasilitas kesehatan

Perawat : kontrak waktu untuk Tujuan khusus 3,


Tujuan khusus 4, Tujuan khusus 5

53
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengkajian adalah pengumpulan data untuk merumuskan suatu masalah. Pada tahap
pengkajian salah satu faktor yang harus dikaji adalah tahap perkembangan. Pada saat
melakukan pengkajian tentang tahap perkembangan pada keluarga Tn.S yaitu Penyebab
gastritis yang dialami Ny.W karena faktor makan yang tidak teratur dan makan apa adanya
dan stress. Sarana pelayanan kesehatan yang ada dilingkungan tempat Ny.N tinggal yaitu
puskesmas, posyandu dan poswindu yang letaknya cukup dekat. Pada kasus ini Ny. W tidak
membawa ke pelayanaan kesehatan dengan alasan tidak akan ke ruma sakit atau ke
puskesmas bila sakit gastritisnya tidak parah dan baru ketempat pelayanan keseahatan apabila
obat yg dibeli diapotek tidak membawa perubahan. Penulis mengatakan kepada keluarga
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut.

Diagnosa keperawatan yang diangkat berfokus pada lima fungsi keluarga dan
merupakan masalah utama yang dapat dilaksanakan oleh keluarga. Diagnosa yang diangkat
yaitu Gangguaan rasa nyaman, nyeri abdomen pada keluarga Tn,S khususnya Ny.W b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gastritis, kecemasan yang
berhubungan dengan ancaman kesehatanya, serta kurang nya pengetahuan Ny. W yang
berhubungan dengan informasi tentang penyakitnya. Dalam menyususn perencanaan perawat
merencanakan untuk memberikan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan dimulai dari
menjelaskan pengertian, tanda dan gejala gastritis serta akibat lanjut bila tidak diatasi, cara
mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam bila sakit nyeri ulu hati. Dan menyarankan
keluarga Tn.S khususnya Ny.W untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan bila gastritis tidak
segara di tangani.
Pada saat pelaksanaan keperawatan, faktor pendukung yang ditemukan yaitu kelurga
Tn.S khususnya Ny.W kooperatif sehingga dapat menyelsaikan masalah kesehatan didalam
keluarga Tn.S. Faktor penghambat yaitu Ny.W yang memiliki keterbatasan pendidikan
sehingga penulis memodifikasi dengan memberikan contoh gambar dan penjelasan secara
lisan dengan bahasa yang mudah di pahami.

54
Pada tahap evaluasi keperawatan, respon afektif keluarga Tn.S khususnya Ny.W
belum memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan, tetapi Ny.W berjajnji akan kepelayanan
kesehatan jika gastritisnya kambuh. Respon psikomotor keluarga Tn.M khususnya Ny.N
yaitu telah mampu mendemostrasikan tehnik relaksasi dan kompres hangat.

Implementasi dilakukan dengan menggunakan bahasa yang mudah dapat dimengerti


oleh keluarga, menggunakan alat bantu peraga, flipchat dan leaflet sehingga keluarga dapat
memahami apa yang telah disampaikan untuk mencapai hasil yang maksimal, memberi
kesempatan kepada keluarga untuk bertanya dan memberi pujian positif saat keluarga
berespon pada saat memberikan penyuluhan.

5.2 Saran
Bagi institusi pendidikan diharapkan mampu menyediakan media elektronik untuk
mempermudah penulis mencari refrensi melalui internet.
Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat bekerjasama dengan setiap kader dan keluarga
untuk mengadakan penyuluhan kesehatan sesuai dengan pendidikan masyarakat setempat,
untuk melakukan pendeteksian lebih dini dengan cara kontrol kesehatan setiap bulan untuk
mencegah terjadinya akibat lebih lanjut.

55
DAFTAR PUSTAKA

http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-63376-Keperawatan%20Pencernaan-
Asuhan%20Keperawatan%20Gastritis.html Diakses pada pukul 20.00 wib

Bakta, I Made, dkk.1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.

Bruner & Sudart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8. Jakarta : EGC.

Diane C. Baughman, 2000, Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilyn E. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Grace, Pierce & Borley Neil. 2007. At A Glance : Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : Erlangga.

Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag), Infeksi
Mycobacteria pada Ulser Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

http://asephermawanguntara.blogspot.com/2014/11/askep-keluarga-dengan-gastritis.html diakses pada


pukul 20.00 wib

http://alexandrio-galung.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-pada-keluarga-tnm.html
diakses pada pukul 21.00 wib

suprajitno. 2014. Asuhan keperawatan keluarga (aplikasi dalam praktik). Jakarta : EGC.

56

Anda mungkin juga menyukai