Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA TN. S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GASTRITIS


DI MANYAR SABRANGAN VII, KECAMATAN MULYOREJO
KOTA SURABAYA

DI SUSUN OLEH :

YOSI APRILIANI
P17220174053

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Maret, 2020
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan masalah
keperawatan Gastritis di Komplek Manyar Sabrangan VII, Kecamatan Mulyorejo Kota
Surabaya untuk memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan Keluarga yang dilakukan
pada tanggal 23 maret – 4 april 2020 oleh Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Lawang,
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang :

Nama : Yosi Apriliani

NIM : P17220174053

Telah di periksa dan di setujui

Malang, 4 April 2020

Mahasiswa

Yosi Apriliani
P17220174053

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik


LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS

A.  Konsep Medis


1.   Pengertian
Gastritis adalah peradangan lambung baik lokal atau menyebar pada
mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain (Reeves. J. Charlene). Umumnya gastritis
dibedakan menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik.
Gastritis Akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek yang terkait
dengan konsumsi agen kimia atau makanan yang mengganggu  dan merusak mukosa
gastrik. Agen semacam ini mencakup bumbu, rempah-rempah, alkohol, obat-obatan,
radiasi, kemoterapi dan mikroorganisme inefektif. Gastritis akut erosif adalah suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan
erosif. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa.
Gastritis Kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun.. inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus
benigna dan maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. pylory).
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A dan tipe B. Tipe A (sering
disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel pariental yang
menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Anemia pernisiosa berkembang dengan
proses ini dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut
sebagai gastritis H. pylory) mempengaruhi antrum dan pilorus (ujung bawah lambung
dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylory yang menimbulkan
ulkus dinding lambung. Juga dikenal tiga bentuk gastritis kronik gastritis kronik
superfisialis, gastritis kronik hipotrofik atau atrofi gaster dan gastritis kronik
hipertrofikans.
2.   Anatomi Fisiologi
Saluran gastrointestinal (GI) adalah jalur panjang (panjang totalnya 23 –
26 kaki) yang berjalan melalui mulut melalui esofagus, lambung dan usus sampai
anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang
punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis
ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci), menjadi distensi bila makanan
melewatinya.
Bagian sisa dari gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal.
Lambung ditempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh,
tepat dibawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi
dengan kapasitas kira-kira 1500 ml. Inlet ke lambung disebut pertemuan esofago-
gastrik. Bagian ini dikelilingi oleh cincin otot halus, disebut sfingter esofagus bawah
(atau sfingter kardia), yang pada saat kontraksi, menutup lambung dari esofagus.
Lambung dapat dibagi kedalam empat bagian anatomis : kardia (jalan masuk),
fundus, korpus dan pilorus (outlet).
Lambung terdiri dari empat lapisan :
a.      Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.
b.     Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis, (a) serabut longitudinal, yang tidak
dalam
dan bersambung dengan otot usofagus, (b) serabut sirkuler yang paling tebal dan
terletak di pilorus serta membentuk otot sfingter dan berada di bawah lapisan
pertama dan (c) serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan
berjalan dari orifisium kardiak, kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura
minor (lengkung kecil).
c.    Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan
saluran
limfe.
d.   Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal dan terdiri atas banyak
kerutan
atau rugae yang hilang bila organ itu mengembang karena berisi makanan.
Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran
limfe. Semua sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus. Permukaan mukosa ini dilintasi
saluran-saluran kecil dari kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari kelenjar
lambung tubuler yang bercabang-cabang dan lubang-lubang yang salurannya dilapisi
oleh epitelium silinder. Epitelium ini bersambung dengan permukaan mukosa dari
lambung. Epitelium dari bagian kelenjar yang mengeluarkan sekret berubah-ubah dan
berbeda-beda di beberapa daerah lambung.
Kelenjar kardia terletak paling dekat lubang yang ada di sebelah usofagus.
Kelenjar di sini berbentuk tubuler, baik sederhana maupun bercabang dan
mengeluarkan
sekret mukus alkali. Kelenjar dari fundus terdahulu bekerja; kelenjarnya tubuler dan
berisi berbagai jenis sel. Beberapa sel, yaitu sel asam atau sel oxintik, menghasilkan
asam yang terdapat dalam getah lambung. Dan yang lain lagi menghasilkan musin.
Kelenjar pilorik. Kelenjar dalam saluran pilorik juga berbentuk tubuler. Terutama
menghasilkan mukus alkali. Otot halus sirkuler di dinding pilorus membentuk
sfingter piloris dan mengontrol lubang  diantara lambung dan usus halus. Secara
ringkas, fungsi lambung antara lain :
a. Lambung menerima makanan dan bekerja sebagai penampung untuk jangka
waktu
pendek.
b. Semua makanan dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidrokhlorida,dan
dengan cara ini disiapkan untuk dicernakan oleh usus.
c.    Protein diubah menjadi pepton.
d.    Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
e.     Pencernaan lemak dimulai dari lambung.
f.     Faktor antianemi dibentuk.
g.     Chime, yaitu isi lambung yang cair, disalurkan masuk duodenum.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran GI, yang jumlah
panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Bagian ini membalik dan
melipat diri yang memungkinkan kira-kira 7000 cm area permukaan untuk sekresi
dan absorbsi. Usus halus dibagi ke dalam tiga bagian anatomik : bagian atas disebut
duodenum, bagian tengah disebut jejenum dan bagian bawah disebut ileum. Duktus
koledukus yang memungkinkan untuk pasase baik empedu dan sekresi pankreas,
mengosongkan diri ke dalam duodenum pada ampula vater.
Pertemuan antara usus halus dan besar terletak di bagian bawah kanan
duodenum. Ini disebut sekum. Pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal, yang
berfungsi untuk mengontrol pasase isi usus ke dalam usus besar dan mencegah
refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis.
Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen
tranversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen desenden
pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian : kolon
sigmoid dan rektum. Tektum berlanjut pada anus. Jalan keluar anal diatur oleh
jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal.

3.   Etiologi
Gastritis Akut
a.      Obat analgetik anti inflamasi (aspirin)
b.     Bahan kimia (lysol)
c.      Merokok
d.     Alkohol
e.      Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma pembedahan, dll
f.      Refluks usus lambung
g.     Endotoksin
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau
alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi.
Pembentukan jaringan parut dapat terjadi, yang mengakibatkan obstruksi pilorus.
Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut.
Faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung adalah :
a.      Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H+ meningkat
b.     Perfusi mukosa lambung terganggu
c.      Jumlah asam lambung meningkat
Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat
menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu sehingga timbul daerah-daerah
infark kecil. Disamping itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Pada gastritis refluks,
gastritis karena bahan kimia, obat, mucosal barier rusak menyebabkan difusi balik ion
H+ meningkat. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat
mucosal barier oleh cairan usus.

Gastritis Kronik
a.   Pada umumnya belum diketahui
b.   Sering dijumpai bersama dengan penyakit lain (anemia penyakit adisson dan
gondok)
c.   ulkus lambung kronik atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory)
d.   Beberapa peneliti menghubungkan dengan proses imunologi

4. Patofisiologi

1. Gastritis Akut

Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-

obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang

mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang

akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl

yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.

Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel

kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya.


Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut

tercerna.

Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi

diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang

memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi

mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat

menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan

mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat

berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan

erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya

perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat

juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam

waktu 24-48 jam setelah perdarahan.


2. Gastritis Kronis

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi

iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak

sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental

dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin

dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis

serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta

formasi ulser.
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini

menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan

muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia.

Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu

dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih

kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang.

Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi

karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya

menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa

pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah

lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.

4.   Manifestasi Klinik


Gastritis Akut
a.   Muntah kadang disertai darah
b.   Nyeri epigastrium
c.   Nausea dan rasa ingin vomitus
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti
dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superfisial, bagian ini
mensekresi sejumlah getah lambung yang mengandung sangat sedikit asam tetapi
banyak mukus. Ulserasi superfusial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi.
Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, malas, mual dan anoreksia,
sering disertai dengan muntah dan cegukan. Beberapa pasien asimtomatik.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami
gastritis. Kadang-kadang, hemoragi memerlukan intervensi bedah. Bila makanan
pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan
diare. Biasanya, pasien sembuh kira-kira sehari, meskipun napsu makan mungkin
menurun selama 2 atau 3 hari kemudian.

Gastritis Kronik
a.   Sebagian asimtomatik
b.   Nyeri ulu hati
c.   Anoreksia
d.   Nausea
e.   Nyeri seperti ulkus peptik
f.    Anemia
g.   Nyeri tekan epigastrium
h.   Cairan lambung terganggu
i.    Aklorhidria

5.   Pemeriksaan Dignostik


Gastritis Akut
a.   Anamnesis
b.   Endoscopy dilanjutkan pemeriksaan biopsy

Gastritis Kronik
Pemeriksaan kadar asam lambung perlu dilakukan karena berhubungan
dengan pengobatan. Pada gastritis kronik hipotropik dan atrofi gaster, kadar asam
lambung menurun, sedang pada gastritis kronik superfisialis oleh hipertrofikan, kadar
asam lambung normal atau meninggi. Foto rontgen dapat membantu yaitu dengan
melihat gejala benda-benda sekunder yaitu hipersekresi, mukosa yang tebal dengan
lipatan-lipatan tebal dan kasar, dll. Tetapi hal ini tidak memastikan diagnosis.
Gastritis tipe A dihubungkan dengan aklorhidria atau hipoklorhidria
(kadar asam lambung klorida tidak ada atau rendah), sedangkan gastritis tipe B
dihubungkan dengan hiperklorhidria (kadar tinggi dari asam hidroklorida). Diagnosis
dapat ditegakkan dengan endoskopi, serangkaian pemeriksaan sinar-x gastrointestinal
(GI) atas dan pemeriksaan histologis. Tindakan diagnostik untuk mendeteksi H.
pylory mencakup tes serologis untuk antibody terhadap antigen H. pylory dan tes
pernapasan.

6.   Penatalaksanaan
Gastritis Akut
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan yang mengganggu dan merusak mukosa gastrik sampai gejala
berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi
dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaannya serupa dengan prosedur yang dilakukan
untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna
makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan
penetralisasian agen penyebab.
a. Untuk menetralisir asam digunakan antasida (mis, aluminium hidroksida) ; untuk
menetral alkali digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
b.   Bila korosi luas atau berat, emetic dan lavase dihindari karena bahaya perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida
serta cairan intravena. Endoskopi fiber-optik mungkin diperlukan. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi.
Gastrojejenostomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi
obstruksi pylorus.

Gastritis Kronik
Gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan
istirahat, mengurasi stress dan memulai farmakoterapi. H. pylory dapat diatasi dengan
antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam bismut (pepto-bismol).
Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B 12 yang
disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor intrinsik.
7.   Komplikasi
Gastritis Akut
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena, dapat
berakhir
sebagai syok hemoragik.
b.   Terjadi ulkus --> hebat
c.   Jarang terjadi perforasi

Gastritis Kronik
a.   Perdarahan saluran cerna bagian atas
b.   Ulkus
c.   Perforasi
d.   Anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12
e.   Penyempitan daerah antrum pilorus
f.   Dihubungkan dengan ca lambung

B.  Konsep Asuhan Keperawatan


1.   Pengkajian
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan
gejala pada pasien. Apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual
atau muntah ? Apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah
makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi atau setelah mencerna obat
tertentu atau alcohol ? Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi,
makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat ? bagaimana gejala
hilang ? Adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung ?
Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam, akan membantu.
Riwayat lengkap sangat penting dalam membantu perawat untuk mengidentifikasi
apakah kelebihan diet sembrono yang diketahui, berhubungan dengan gejala saat ini,
apakah orang lain pada lingkungan pasien mempunyai gejala serupa, apakah pasien
memuntahkan darah dan apakah elemen penyebab yang diketahui telah tertelan.

2.   Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang
berikut :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
nutrien yang tidak adekuat
b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan  dengan masukan cairan tidak
cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah
c. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

3. Perencanaan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
nutrien yang tidak adekuat.
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan
sesuai
sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tak ada tanda malnutrisi.
Intervensi :
Mandiri
1). Timbang berat badan tiap hari
Rasional :  Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/ keefektifan terapi.
2).  Dorong tirah baring dan/ pembatasan aktivitas selam fase sakit akut.
Rasional :  Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori
dan
simpanan energi.
3).  Berikan kebersihan oral.
Rasional :  Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makan.
4).  Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan dengan
situasi
tidak terburu-buru, temani.
Rasional :  Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih
kondusif untuk
makan.
5).  Identifikasi makanan yang dapat menyebabkan iritasi gaster dan miningkatkan
asam
gaster misalnya coklat, makanan pedas, dll
Rasional :  Membatasi/ menghindari makanan ini menurunkan risiko perdarahan
gaster/
ulkus pada beberapa individu.
Kolaborasi
      1).  Tambahkan diet sesuai indikasi misalnya, cairan jernih maju menjadi
makanan yang
dihancurkan, kemudian protein tinggi, tinggi kalori dan rendah serat sesuai
indikasi.
            Rasional :  Memungkinkan saluran GI untuk mematikan kembali proses
pencernaan.
Protein perlu untuk penyembuhan integritas jaringan.  
      2).  Berikan obat sesuai indikasi, contoh :
            a).  Donnatal, natrium barbital dengan belladonna (Butibel); propantelen
bromide
(ProBanthine).
                  Rasional :  Antikolinergik diberikan 15 – 30 menit sebelum makan
memberikan
penghilangan kram, menurunkan motilitas gaster dan
meningkatkan waktu untuk absorbsi nutrien.
            b).  Besi (Imeron yang disuntikan).
                  Rasional :  Mencegah/ mengobati anemia. Rute oral untuk tambahan besi
tidak
efektif karena gangguan usus yang berat menurunkan
absorbsi.
            c).  Vitamin B12 (Crytimin, Rubisol).
                  Rasional :  Malabsorbsi Vitamin B12 akibat kerusakan lambung yang gagal
mengeluarkan secret khusus. Penggantian mengatasi depresi
sumsum tulang karena proses
inflamasi lama, meningkatkan produksi SDM/ memperbaiki
anemi.
            d).  Asam folat (Folvite).
                  Rasional :  Kekurangan folat sehubungan dengan penurunan masukan/
absorbsi,
efek terapi obat (Azulfidine).
            e).  Berikan nutrisi parenteral total. Terapi IV sesuai indikasi.
                  Rasional :  Program ini mengistirahatkan saluran GI sementara
memberikan
nutrisi penting.

b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan  dengan masukan cairan tidak


cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
      Tujuan :    Klien akan menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan.
      Intervensi :
      Mandiri
      1).  Catat karakteristik muntah dan atau drainase.
Rasional :  Membantu dalam membedakan penyebab distress gaster. Kandungan
empedu
kuning kehijauan menunjukkan bahwa pylorus terbuka. Kandungan fekal
menunjukkan obstruksi usus. Darah merah cerah menandakan adanya
atau perdarahan arterial akut, mungkin karena ulkus gaster; darah merah
gelap mungkin darah lama (tertahan dalam usus) atau perdarahan vena
dari varises. Penampilan kopi gelap diduga sebagian darah tercerna dari
area perdarahan lambat. Makanan tak tercerna menunjukkan obstruksi
atau tumor gaster.
2).  Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal pasien/ sebelumnya.
Rasional :  Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan
darah.
3). Ukur CVP, bila ada
Rasional :  Menunjukkan volume sirkulasi dan respon jantung terhadap perdarahan
dan
penggantian cairan; misal, nilai CPV antara 5 dan 20 cmH 2O biasanya
menunjukkan volume
adekuat.
4).  Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan.
Ukur
kehilangan darah/ cairan melalui muntah, penghisapan gaster/lavase dan
defekasi.
            Rasional :  Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
5).  Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi.
Jadwalkan
aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan. Hilangkan
rangsangan
berbahaya.
Rasional :  Aktivitas/ muntah meningkatkan tekanan intra-abdominal dan dapat
mencetuskan
perdarahan lanjut.
6).  Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.
Rasional :  Mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida dimana dapat menyebabkan
komplikasi paru serius.
7).  Berikan cairan jernih/ lembut bila masukan dimulai lagi. Hindari kafein dan
minuman berkabonat
Rasional :  kafein dan minuman berkarbonat merangsang produksi asam hidroklorida,
kemungkinan potensial perdarahan ulang.
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi :
1).  Antasida misal Amphojel, Maalox. Mylanta, Riopan.
Rasional :  Antasida dapat digunakan untuk mempertahankan pH gaster pada
tingkat 4,5
atau lebih tinggi untuk menurunkan risiko perdarahan ulang.
2).  Antiemetik misal, metoklopramid (Reglan); proklorperazin (Compazin)
Rasional :  Menghilangkan mual dan mencegah muntah.
3).  Tambahan vitamin B12
Rasional :  Pada gastritis atropik, factor intrinsic yang perlu untuk absorpsi B 12
dari
saluran GI tidak disekresi dan individu dapat mengalami anemia
pernisiosa.
4).  Antibiotik
Rasional :  Mungkin digunakan bila infeksi penyebab gastritis kronik
(Campilobacter
pylory) atau ulkus (Helicobacter pylory).

c. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.


      Tujuan :    Klien akan menyatakan nyeri hilang.
      Intervensi :
      Mandiri
      1).  Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0 – 10).
            Rasional :  gejala nyeri pasien dapat membantu mendiagnosa etiologi
perdarahan dan
terjadinya komplikasi.
      2).  Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
            Rasional :  Membantu dalam membuat dignosa dan kebutuhan terapi.
      3). Catat petunjuk nyeri nonverbal, contoh gelisah, menolak bergerak, berhati-hati
dengan
abdomen, takikardia, berkeringat. Selidiki ketidaksesuaian antara petunjuk
verbal dan
nonverbal.
           Rasional :  Petunjuk nonverbal dapat berupa fisiologis dan psikologis dan
dapat
digunakan dalam menghubungkan petunjuk verbal untuk
mengidentifikasi luas/ beratnya masalah.
      4).  Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.
            Rasional :  Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan
kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran
gastrin.
      5).  Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
            Rasional :  Makanan khusus yang menyebabkan distres bermacam-macam
antara
individu. Penelitian menunjukkan merica berbahaya dan kopi
(termasuk dekafein) dapat menimbulkan dyspepsia.
      6).  Bantu latihan rentang gerak aktif/ pasif.
            Rasional :  Menurunkan kekakuan sendi dan meminimalkan nyeri/
ketidaknyamanan.
      7).  Berikan peralatan oral sering dan tindakan kenyamanan, misalnya pijatan
punggung,
perubahan posisi.
            Rasional :  Napas bau karena tertahannya sekret menimbulkan tak napsu
makan dan
dapat meningkatkan mual. Gingivitis dan masalah gigi dapat meningkat.
      Kolaborasi
      1).  Berikan dan lakukan perubahan diet.
            Rasional :  Pasien mungkin dipuasakan pada awalnya. Bila masukan oral
dimungkinkan, pilihan makanan akan tergantung pada dignosa dan
etiologi perdarahan.
      2).  Gunakan susu biasa dari pada susu skim, bila susu dimungkinkan.
            Rasional :  Lemak pada susu biasa dapat menurunkan sekresi gaster; namun
kalsium
dan kandungan protein (khususnya susu skim) meningkatkannya.
      3).  Berikan obat sesuai indikasi, misalnya
            a).  Analgesik, misal morfin sulfat.
                  Rasional :  Mungkin pilihan narkotik untuk menghilangkan nyeri akut/
hebat dan
menurunkan aktivitas peristaltik.
            b).  Aseaminofen (Tylenol).
                  Rasional :  Meningkatkan kenyamanan dan istirahat.
            c).  Antasida
                  Rasional :  Menurunkan keasaman gaster dengan absorbsi atau dengan
menetralisir asam lambung.
            d).  Antikolinergik misalnya belladonna, atropine.
                  Rasional :  Diberikan pada waktu tidur untuk menurunkan motilitas gaster,
menekan produksi asam, memperlambat pengosongan gaster
dan menghilangkan nyeri nocturnal sehubungan dengan ulkus
gaster.

4. Evalusi
hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan berkurangnya nyeri
b. Menghindari makan makanan pengiritasi atau minuman yang mengandung
kafein atau alkohol serta masukan nutrisi yang adekuat.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan.
d. Mematuhi program pengobatan.
e. Melaporkan nyeri berkurang

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta :EGC.

Wilkinson, Nancy R. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG

Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta : EGC.

FORMULIR PENGKAJIAN DATA DASAR KELUARGA


A. Identitas Klien / Keluarga Peran diri dlm klg :  Tdk ada mslh
Nama : Tn.S Ada
Umur : 56
Pgmbilan Keputusan :  Tdk ada mslh
Jenis Kelamin : Laki-laki
Ada
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Tanjung 56 Nilai/norma klg :  Tdk ada mslh
Blitar Ada
No. Telp :-
D. Fungsi Keluarga

B. Riwayat Perkembangan Fungsi Afektif : Berfungsi Tdk


Keluarga Saat Ini Berfungsi

Tahap Perkembangan klg saat Fungsi Sosial :  Berfungsi Tdk

ini : Berfungsi
Fungsi Ekonomi : Berfungsi Tdk
Tugas Perkembangan Klg : Berfungsi
 Dapat Dijalankan Fungsi Perawatan Kesehatan :

Tidak dapat dijalankan - Pengetahuan tntg masalah kes :


Baik
Bila Tidak dijalankan
sebutkan : - Pencegahan Penyakit : Baik
- Perawatan Penyakit : Baik
- Pemanfaatan Layanan Kes. : Baik
E. Pola Koping Keluarga
 Efektif Tidak Efektif
C. Struktur Keluarga
Stressor yang dihadapi keluarga :
Pola Komunikasi :  Baik
____________tidak ada
Disfungsional
______________

Daftar Anggota Keluarga


No Hub. Dg Pendidika
Nama / Inisiatif Umur Gender Pekerjaan
. KK n
1 Tn. S 56 th L Kepala SMP Swasta
keluarga
2 Nn. R 30 th P Anak Diploma Perawat
3 Nn Y 26 th P Anak Diploma Perawat
4 Nn Y 21 th P Anak SMA Mahasiswa
5 An. S 11 th L Anak TK Pelajar

_________________Pusing_______
_____
Tipe Keluarga :
Keluarga Inti 
Keluarga Besar
Keluarga Campuran
Single Parent
F. Pola Aktivitas Sehari hari :
Pola Makan Kurang
Pola Minum Baik H. Spiritual
Istirahat Kurang Taat Beribadah Ya
Pola BAK Baik
Kepercayaan yg berlwnan
Pola BAB Baik
Pola Kebersihan diri Baik dgn kesehatan Ya
Olahraga Kurang Distress Spiritual Ya
Tingkat Kemandirian Baik
I. Psikososial
G. Perilaku Tidak Sehat :
Merokok Tidak Keadaan emosi saat ini :
Minum Kopi Ya - Marah Ya
Meng. Garam berlebih Ya - Sedih Tidak
- Ketakutan Tidak
Meng. Gula berlebih Ya
- Putus Asa Tidak
Minum alcohol/obat Tidak - Stress Tidak
Kurang Interaksi dg keluarga Tidak
Saran Kesehatan yang
Digunakan : Menarik diri dg lingkungan
Tidak

Keluhan utama yg dirasakan : Konflik dengan keluarga


Tidak
Penurunan harga diri - Gula Darah Puasa/2 Jam PP/Acak
Tidak _____
- HB : ________ - Asam Urat
Gangguan gambaran diri _______
Tidak - Colesterol : ______

J. Faktor Resiko Masalah Indeks masa tubuh :


Kesehatan Keadaan umum  Baik
Lemah
Tidak pernah/jrg diperiksa kes. Ya
Status Mental :
Sosial ekonomi kurang
Bingung Depresi
Tidak
Rumah/lingk. tdk sehat Ya Cemas Stress

Hubungan klg tdk harmonis Menarik Diri

Tidak Sistem Kardiovaskuler


Obesitas Aritmia
Tidak Nyeri dada
Status gizi kurang Distensi Vena Jugularis
Tidak Jantung Berdebar
Sistem Pernafasan
Stridor
Wheezing
Ronchi
Akumulasi Sputum
Sistem Integumen
Cianosis
K. Pemeriksaan Fisik
Akral dingin
Tanda Vital :
Diaporesis
TD : _130/95___ Suhu :
___36,5C____ Jaundice

RR : _21x/mnt___BB dan TB : Luka


_62 kg, 172cm_____ Mukosa mulut
Pemeriksaan Laboratorium : Kapiler refill time
Lebih 2 detik Muntah darah Flatus
Sistem Perkemihan Terpasang Sonde
Disuria Hematuria Colostomy

Frekuensi Retensi Distensi abdomen


Inkontinensia Sistem Persyarafan
Sistem Muskuloskeletal Nyeri Kepala Anastesi
Tonus otot kurang Paralisis daerahperifer

Hemiparesis Pusing Tremor


ROM Kurang Reflek pupil anisokor
Gangg. Keseimbangan Paralisis : Lengan kiri/ kanan/ kaki
Sistem Pencernaan kiri/

Intake cairan kurang Diare Riwayat Pengobatan

Mual/muntah  Alergi Obat, Sebutkan


Konstipasi ____TIDAK ADA______

Nyeri Perut  Bising Jenis yg dikonsumsi:


Usus _______PROMAG_________

Rangkuman masalah yang ditemukan dalam keluarga Tn. S


a.       Keluarga sebelumnya menganggap magh atau gastritis adalah penyakit ringan yang
bisa sembuh sendiri tanpa diobati. Selama ini Tn S juga hanya mengobati
penyakitnya dengan obat seadanya. Namun ketika mengetahui bahwa penyakit Tn S
cukup serius, keluarga menjadi khawatir dengan keadaan Tn S dan takut jika sakitnya
bertambah parah.
b.      Sebelumnya keluarga hanya membiarkan sakitnya Tn S dan hanya mengobati
sakitnya dengan obat seadanya. Keluarga hanya pernah membawa Tn S ke
Puskesmas saat sakit Tn S tidak tertahan
c.       Tn S hanya membiarkan sakitnya selama ini karena sering hilang sendiri kalau
dibiarkan dan hanya mengobatinya dengan obat biasa. Namun saat sakitnya tidak
tertahankan, Tn S pernah pergi ke Puskesmas karena jaraknya dekat.
d.      Setelah tahu tentang penyakit Tn S, keluarga berusaha sebisa mungkin mengontrol
diet Tn S dan tidak memicu keadaan atau lingkungan yang dapat memicu
peningkatan stress dari Tn S
e.       Selama ini keluarga memanfaatkan fasilitas Puskesmas yang ada di kecamatan.

ANALISA DATA / PENGKAJIAN

No. Data Fokus Penyebab Masalah


1 DS : Tn S mengatakan nyeri perut Nyeri Akut Ketidak mampuan
dan terasa lemas keluarga merawat
Tn S yang sakit

2. DS : Tn S mengatakan tidak Ketidak efektifan Kurangnya


mengetahui penyakit yang di manajemen pengetahuan
derita, hanya menganggap terapeutik pada keluarga dalam
hanya maag biasa keluarga Tn S mengenal penyakit
DO : Tn S hanya diam saat ditanya gastritis yang di
penyakit gastritis derita Tn S

3. DS : Keluarga mengatakan hanya Resiko kekambuhan Ketidak mampuan


diberikan obat dari warung jika keluarga merawat
gastritis yang diderita datang anggota keluarga
dengan tidak sesuai dosis yang sakit
DO : Tn S menyodorkan obat yang
diminum yaitu promag

4. DS : Tn S mengatakan penyakitnya Kesiapan Ketidak seimbangan


biasa,sehingga menyepelekan peningkatan nutrisi nutrisi kurang dari
tentang asupan nutrisi yang kebutuhan tubuh
harus dimakan

PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


No. Diagnosa Keperawatan Keluarga (PES)

Nyeri akut pada Tn S b/d ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga
1. yang sakit
Ketidakefektifan management terapeutik pada keluarga Tn S b/d kurangnya
2. pengetahuan keluarga dalam penyakit gastritis yang diderita Tn S

Kesiapan peningkatan nutrisi pada keluarga Tn S khususnya pada Tn S b/d nutrisi


3. kurang dari kebutuhan

Resiko kekambuhan b/d ketidakmampuan keluarga merawat Tn S yang menderita


4. gastritis

PERENCANAAN
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN / PERHITUNGAN (SKOR
TERLAMPIR)

Priorita
Diagnosa Keperawatan Keluarga Skor
s
Resiko kekambuhan b/d ketidakmampuan keluarga 4 1/2
1.
merawat Tn S yang menderita gastritis
Nyeri akut pada Tn S b/d ketidak mampuan 4 1/6
2.
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Kesiapan peningkatan nutrisi pada keluarga Tn S 3 2/3
3. khususnya pada Tn S b/d nutrisi kurang dari
kebutuhan
Ketidakefektifan management terapeutik pada 2 5/6
4. keluarga Tn S b/d kurangnya pengetahuan keluarga
dalam penyakit gastritis yang diderita Tn S
SKORING PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa Keperawatan Keluarga :
Resiko kekambuhan b/d ketidakmampuan keluarga merawat Tn S yang
menderita gastritis

KRITERIA Skor Nilai PEMBENARAN

1. Sifat masalah (Bobot 1 ) Masalah sudah terjadi dan


kekambuhan sering terjadi
Skala :
3 1
3 = actual
2 = resiko
1 = sejahtera
2. Kemungkinan masalah dapat Keluarga memberikan obat kepada Tn
diubah (bobot 2) S dari warung dan membawa Tn S ke
pelayanan kesehatan jika semakin
parah
Skala : 2 2
2 = mudah
1 = sebagian
0 = tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah Keluarga membawa Tn S ke
(bobot 1) pelayanan kesehatan jika penyakit Tn
S semakin parah
Skala : 3 1
3 = tinggi
2 = cukup
1 = Rendah
4. Menonjolnya masalah (Bobot Menonjolnya masalah tidak segera
1) ditangani karena keluarga hanya
Skala : membawa Tn S ke pelayanan
kesehatan jika penyakit Tn S semakin
1 1/2
parah
2 = Berat, segera ditangani
1 = Tidak perlu segera ditangani
0 = Tidak dirasakan
Jumlah 4 1/2
SKORING PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa Keperawatan Keluarga :
Nyeri akut pada Tn S b/d ketidak mampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit

KRITERIA Skor Nilai PEMBENARAN

1. Sifat masalah (Bobot 1 ) Tn S merasa nyeri pada daerah


abdomen
Skala :
3 1
3 = actual
2 = resiko
1 = sejahtera
2. Kemungkinan masalah dapat Kemungkinan masalah dapat diubah,
diubah (bobot 2) mudah karena membawa ke pelayanan
kesehatan
Skala : 2 2
2 = mudah
1 = sebagian
0 = tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah Masalah sudah terjadi keluarga hanya
(bobot 1) memberikan obat dari toko untuk
mencegah keparahan
Skala : 2 2/3
3 = tinggi
2 = cukup
1 = Rendah
4. Menonjolnya masalah (Bobot Pasien menganggap penyakit yang di
1) derita sudah biasa
Skala :
1 1/2
2 = Berat, segera ditangani
1 = Tidak perlu segera ditangani
0 = Tidak dirasakan
Jumlah 4 1/6
SKORING PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa Keperawatan Keluarga :
Kesiapan peningkatan nutrisi pada keluarga Tn S khususnya pada Tn S b/d
nutrisi kurang dari kebutuhan

KRITERIA Skor Nilai PEMBENARAN

1. Sifat masalah (Bobot 1 ) Tn S sibuk bekerja dari pukul 04.00


sampai 11.00 dan tidak
Skala : memperhatikan pola makan
3 1
3 = actual
2 = resiko
1 = sejahtera
2. Kemungkinan masalah dapat Tn S ada kemauan untuk makan tetapi
diubah (bobot 2) tidak ada waktu karena sibuk bekerja

Skala : 1 1
2 = mudah
1 = sebagian
0 = tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah Tn S memasak dan makan makanan
(bobot 1) sehat pada sore hari

Skala : 1 2/3
3 = tinggi
2 = cukup
1 = Rendah
4. Menonjolnya masalah (Bobot Tn S menyadari bahwa pola makan
1) yang tidak teratur adalah penyebab
Skala : sakitnya
1 1
2 = Berat, segera ditangani
1 = Tidak perlu segera ditangani
0 = Tidak dirasakan
Jumlah 3 2/3

SKORING PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


Diagnosa Keperawatan Keluarga :
Ketidakefektifan management terapeutik pada keluarga Tn S b/d kurangnya
pengetahuan keluarga dalam penyakit gastritis yang diderita Tn S

KRITERIA Skor Nilai PEMBENARAN

1. Sifat masalah (Bobot 1 ) Masalah maag sudah terjadi dan sudah


lama
Skala :
3 1
3 = actual
2 = resiko
1 = sejahtera
2. Kemungkinan masalah dapat Kemungkinan masalah dapat diubah
diubah (bobot 2) sebagian karena Tn S terkadang
menyepelekan penyakit yang di derita
Skala : 1 2
2 = mudah
1 = sebagian
0 = tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah Keluarga Tn S terlalu sibuk dengan
(bobot 1) bekerja sehingga potensial masalah
untuk di cegah rendah
Skala : 1 1
3 = tinggi
2 = cukup
1 = Rendah
4. Menonjolnya masalah (Bobot 1 1 Tn S sibuk bekerja dan tidak segera
1) menangani masalah
Skala :

2 = Berat, segera ditangani


1 = Tidak perlu segera ditangani
0 = Tidak dirasakan
Jumlah 4 1/2

FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Nama Keluarga :

No.
Tujuan umum & Khusus Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Diagnosa
1  Tujuan umum : Respon verbal 1. Jelaskan kepada
Setelah dilakukan tindakan - Pengertian gastritis ; keluarga mengenai
keperawatan selama 1 peradangan pada gastritis meliputi
minggu diharapkan keluarga mukosa lambung yang definisi, tanda
mampu untuk berperilaku dapat bersifat akut, gejala, dan
sehat untuk meningkatkan kronik, difus, atau penatalaksanaan
kesejahteraan, pemulihan, lokal 2. Gali kembali
dan rehabilitasi secara - Tanda & gejala : mual pengetahuan
optimal dan muntah, nyeri keluarga tentang
 Tujuan khusus : epigastrik, perdarahan, gastritis
- Setelah dilakukan anoreksia 3. Diskusikan dengan
pertemuan 1x30 menit - Penatalaksanaan : keluarga mengenai
diharapkan keluarga Hindari makanan yang hal yang belum
mampu mengali masalah merangsang seperti dimengerti oleh
terlalu pedas, asam, keluarga
asin dan hindari stress 4. Beri umpan balik
positif atas jawaban
benar
5. Jelaskan kepada
Respon verbal keluarga mengenai
- Setelah dilakukan - Pengambilan keputusan yang
pertemuan 1x30 menit keputusan diambil dari tepat dalam
diharapkan keluarga keseluruhan keluarga memecahkan
mampu mengambil dalam memutuskan masalah kesehatan
keputusan hal yang terbaik bagi 6. Diskusikan kembali
kesehatan keluarga dengan keluarga hal-
hal yang belum
diketahui
7. Motivasi keluarga
Respon verbal untuk memodifikasi
- Setelah dilakukan - Ciptakan lingkungan lingkungan rumah
pertemuan selama 1x30 rumah yang aman,
menit diharapkan keluarga nyaman dan bersih
mampu memodifikasi agar terhindar dari
lingkungan agar dapat penyakit
menjaga kondisi lingkungan
sekitar

FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Nama Keluarga :

No.
Diagnosi Tujuan umum & Khusus Kriteria Hasil Rencana Tindakan
s
 Tujuan umum : Respon psikomotor : 1. Ajarkan pola diet
2 - Setelah dilakukan tindakan -Keluarga mampu yang benar
keperawatan selama 1 mengatur diet untuk 2. Diskusikan dengan
minggu diharapkan keluarga Tn S keluarga cara
mampu memelihara -Keluarga mampu merawat dengan
kesehatan membantu mengatur pola diet
 Tujuan khusus : mengurangi stressor Tn S
- Setelah dilakukan 1x30 menit 3. Berikan
diharapkan keluarga kesempatan
mengetahui cara merawat keluarga untuk
dan mengatur diet Tn S bertanya hal yang
yang sedang sakit harus dilakukan
untuk mengatur
diet
- Setelah dilakukan pertemuan Respo verbal 4. Motivasi keluarga
1x20 menit diharapkan -Keluarga mampu untuk
keluarga mampu menciptakan memodifikasi
memodifikasi lingkungan lingkungan yang lingkungan rumah
rumah kondusif serta sesuai dengan
perilaku hidup bersih kemampuan
dan sehat keluarga
5. Motivasi keluarga
untuk
- Setelah dilakukan pertemuan Respon verbal menggunakan
1x30 menit keluarga mampu -Fasilitas keluarga dalam fasilitas kesehatan
menggunakan fasilitas memilih fasilitas 6. Mengajak keluarga
kesehatan yang ada kesehatan yang tepat untuk ke pelayanan
seperti : RS, kesehatan
puskesmas, dokter
praktik, klinik

FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Nama Keluarga :
No.
Diagnosi Tujuan umum & Khusus Kriteria Hasil Rencana Tindakan
s
3  Tujuan umum : Respon psikomotorik: 1. Pemberian
- Setelah dilakukan - Keluarga mampu analgesik
tindakan keperawatan melakukan / 2. Mengajarkan
selama 1 minggu, membantu teknik kepada keluarga
keluarga mampu relaksasi kepada Tn S teknik untuk
memelihara kesehatan untuk manajemen manajemen nyeri
nyeri 3. Instruksikan
 Tujuan khusus : - Keluarga mampu kepada keluarga
- Setelah dilakukan menggunakan untuk
pertemuan selama 1x60 tindakan meredakan menginformasikan
mnt keluarga mampu nyeri dengan analgesik kepada tenaga
melakukan cara yang tepat medis jika nyeri
pengendalian nyeri masih dirasakan

FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Nama Keluarga :
No.
Diagnosi Tujuan umum & Khusus Kriteria Hasil Rencana Tindakan
s
4  Tujuan umum Respon verbal : 1. Jelaskan pada
- Setelah dilakukan tindakan - Pengertian gastritis ; keluarga mengenai
keperawatan selama 1 peradangan pada gastritis
minggu diharapkan mukosa lambung yang 2. Gali kembali
keluarga mampu dapat bersifat akut, pengetahuan
memelihara kesehatan kronik, difus, atau keluarga tentang
secara efektif lokal gastritis
- Tanda & gejala : mual 3. Diskusikan dengan
 Tujuan khusus : muntah, nyeri keluarga mengenai
- Setelah dilakukan perdarahan hal yang belum
pertemuan selama 1x30 - Penatalaksanaan : dimengerti
menit diharapkan keluarga Hindari makanan yang 4. Beri umpan balik
mampu mengenal masalah merangsang seperti positif
terlalu pedas, asam, 5. Motivasi keluarga
asin dan hindari stress untuk memodifikasi
lingkungan rumah
yang sehat dan
- Setelah dilakukan Respon verbal : bersih.
pertemuan 1x30 mnt - Pengambilan
diharapkan keluarga keputusan diambil dari
mampu mengambil keseluruhan keluarga
keputusan dalam memutuskan
hal yang terbaik bagi
kesehatan keluarga

-Setelah dilakukan pertemuan Respon verbal :


selama 1x30 mnt - Ciptakan lingkungan
diharapkan keluarga rumah yang
mampu memodifikasi aman,nyaman dan
lingkungan agar dapat bersih agar terhindar
menjaga kondisi dari penyakit
lingkungan sekitar

FORMAT CATATAN KEMAJUAN KEPERAWATAN


Nama Keluarga :

No. Tanggal / Tanda


Perkembangan (SOAPIE)
Diagnosis Jam Tangan
1 1.    23/03/20 S: S : keluarga Ny. A mengatakan bahwa akan
13.00 WIB membawa Ny. A ke Puskesmas saat Ny.
2.    27/03/20 A merasakan kekambuhan penyakitnyA
15.00 WIB O : keluarga Ny. A membawa Ny. A ke
Puskesmas untuk berobat.
A : masalah teratasi sebagian
P : teruskan intervensi

S : keluarga dan klien telah paham tentang


2
1. 24/03/20 nyeri dan cara mengatasinya
12.30 WIB O : keluarga mampu membantu mengurangi
2.  28/03/20 rasa nyeri yg dirasakan Ny. A.
15.00 WIB A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

S : keluarga Ny. A telah mengerti tentang


3
25/03/20 diet yg baik bagi Ny. A
13.00 WIB O : keluarga mampu membuat jadwal makan
dan menu makanan yang tepat bagi Ny. A
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
No.
Tanggal / Jam Perkembangan (SOAPIE) Tanda Tangan
Diagnosis
4 1.    26/03/20 S : keluarga Ny. A dan khususnya
10.00 WIB Ny. A sendiri mengatakan telah
2.    29/03/20 mengerti tentang gastritis.
15.00 WIB O : keluarga mampu menentukan
langkah terbaik untuk pengambilan
keputusan bagi Ny. A
A : masalah teratasi
P: hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai