KONSEP DASAR
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya
HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa
mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses
regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
2. Gastritis Kronis
yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya
sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi
HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga
menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi
muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan
iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel
desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka
tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada
akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel
perdarahan.
Gastritis Kronik
a. Sebagian asimtomatik
b. Nyeri ulu hati
c. Anoreksia
d. Nausea
e. Nyeri seperti ulkus peptik
f. Anemia
g. Nyeri tekan epigastrium
h. Cairan lambung terganggu
i. Aklorhidria
Gastritis Kronik
Pemeriksaan kadar asam lambung perlu dilakukan karena berhubungan
dengan pengobatan. Pada gastritis kronik hipotropik dan atrofi gaster, kadar asam
lambung menurun, sedang pada gastritis kronik superfisialis oleh hipertrofikan,
kadar asam lambung normal atau meninggi. Foto rontgen dapat membantu yaitu
dengan melihat gejala benda-benda sekunder yaitu hipersekresi, mukosa yang
tebal dengan lipatan-lipatan tebal dan kasar, dll. Tetapi hal ini tidak memastikan
diagnosis.
Gastritis tipe A dihubungkan dengan aklorhidria atau hipoklorhidria
(kadar asam lambung klorida tidak ada atau rendah), sedangkan gastritis tipe B
dihubungkan dengan hiperklorhidria (kadar tinggi dari asam hidroklorida).
Diagnosis dapat ditegakkan dengan endoskopi, serangkaian pemeriksaan sinar-x
gastrointestinal (GI) atas dan pemeriksaan histologis. Tindakan diagnostik untuk
mendeteksi H. pylory mencakup tes serologis untuk antibody terhadap antigen H.
pylory dan tes pernapasan.
6. Penatalaksanaan
Gastritis Akut
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alkohol dan makanan yang mengganggu dan merusak mukosa
gastrik sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaannya serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila
gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali,
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
a. Untuk menetralisir asam digunakan antasida (mis, aluminium hidroksida) ;
untuk
menetral alkali digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
b. Bila korosi luas atau berat, emetic dan lavase dihindari karena bahaya
perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida
serta cairan intravena. Endoskopi fiber-optik mungkin diperlukan. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi.
Gastrojejenostomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi
obstruksi pylorus.
Gastritis Kronik
Gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien,
meningkatkan istirahat, mengurasi stress dan memulai farmakoterapi. H. pylory
dapat diatasi dengan antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam
bismut (pepto-bismol). Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami
malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor
intrinsik.
7. Komplikasi
Gastritis Akut
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena, dapat
berakhir
sebagai syok hemoragik.
b. Terjadi ulkus --> hebat
c. Jarang terjadi perforasi
Gastritis Kronik
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas
b. Ulkus
c. Perforasi
d. Anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12
e. Penyempitan daerah antrum pilorus
f. Dihubungkan dengan ca lambung
BAB II
WOC (WEB OF CAUTION)
Menurut Hirlan (2001)
Korteks
Hipotalamus Medula
Gangguan mobilitas
gastrointestinal Sekresi asam lambung
bikarbonat naik turun
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang
berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
b. Risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient
c. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111)
3. Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Intervensi
1 Nyeri Akut D.0077 Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen Nyeri (I. 08238)
Penyebab : Setelah dilakukan tindakan Observasi
a. Agen pencendera keperawatan diharapkan a. Observasi tanda-tanda vital
fisiologis (mis, masalah nyeri dapat menurun, b. Identifikasi lokasi,
inflamasi, iskeia, dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
neoplasma) a. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, dan
b. Agen pencendera b. Meringis menurun intensitas nyeri.
kimiawi (mis, terbakar, c. Sikap protektif menurun c. Identifikasi skala nyeri
bahan kimia iritan) d. Gelisah menurun d. Identifikasi respons nyeri
Agen pencendera fisik e. Kesulitan tidur menurun non verbal
(mis, abses, amputasi, Frekuensi nadi membaik e. Identifikasi pengetahuan dan
terbakar, terpotong, keyakinan tentang nyeri
mengangkat berat, f. Identifikasi pengaruh nyeri
prosedur operasi, trauma, pada kualitas hidup
latihan fisik berlebihan) g. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
h. Monitor efek samping
penggunaan analgesic
Terapeutik
a. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang
memperat rasa nyeri
membantu mengurangi rasa
nyeri pasien
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e. Anjurkan teknik
nonfarmakologis (teknik
napas dalam)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Defisit Nutrisi D.0019 Status Nutrisi L.03030 Manajemen Nutrisi L.03119
Penyebab : Setelah dilakukan tindakan
1. Ketidakmampuan keperawatan diharapkan
menelan makanan masalah status nutrisi dapat
2. Ketidakmampuan membaik, dengan kriteria
mencerna makanan hasil: Observasi
3. Ketidakmampuan a. Porsi makanan yang
mengabsorbsi dihabiskan meningkat Identifikasi
nutrient b. Pengetahuan tentang
status nutrisi
4. Peningkatan pilihan makanan yang
kebutuhan sehat meningkat
Identifikasi
metabolism c. Nyeri abdomen alergi dan intoleransi
5. Faktor ekonomi menurun makanan
(mis. Finansial tidak d. Diare menurun Identifikasi
mencukupi) e. Berat badan membaik makanan yang
6. Faktor psikologis f. Indeks massa tubuh disukai
(mis. Stress, membaik Identifikasi
keengganan untuk g. Frekuensi makan kebutuhan kalori dan
makan ) membaik jenis nutrient
Identifikasi
perlunya penggunaan
selang nasogastrik
Monitor asupan
makanan
Monitor berat
badan
Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
Fasilitasi
menentukan pedoman
diet (mis. Piramida
makanan)
Sajikan
makanan secara
menarik dan suhu
yang sesuai
Berikan makan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan
makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
Berikan
suplemen makanan,
jika perlu
Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasigastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
Ajarkan diet
yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu