Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

(Perforasi Gaster)

A. Definisi
Perferasi gaster adalah suatu bentuk penetrasi yang komplek dari dinding

lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari lambung atau usus ke

jalam rongga perut. Proferasi yang terjadi dari usus mengakibatkan secara potensial

untuk terjadinya kontiminasi bakteri dalam rongga perut. Perforasi terjadi

diperkirakan disebabkan oleh berlebihannya sekresi asam dan seringkali terjadi

karena minum obat anti inflamasi nonsteroid yang mengurangi jumlah sel adenosis

trifosfat, menyebabkan rentan terhadap stres oksidan. Perbaikan sel yang tertunda ini

dapat mengakibatkan perforasi (Price Sylvia A, wilson Lorraine M. 2012)


B. Anatomi fisiologi
1. Lambung

Gaster atau lambung berada oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen

atas tepat dibawah diagfragma. Dalam keadaan kosong lambung menyerupai tabung

bentuk J, dan bila penuh berbentuk sebuah pir raksasa. Lambung adalah saluran yang

dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltikterutama di daerah epigaster

(Syaifuddin, 2014).
Bagian –bagian dari lambung:

Bagian lambung terdiri dari:


a. Fundus ventrikuli : bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri osteum

kardiak dan biasanyanya penuh berisi gas. Pada batas dengan esofagus terdapat

katup spingter kardiak.

b. Korpus ventrikuli : setinggi osteum kardiun, suatu lekukan pada bagian bawah

kurvatura minor, bagian utama dari lambung.

c. Antrum pylorus : bagian lambung berbentuk tabung, mempunyai otot yang tebal

membentuk spinter pylorus, merupakan muara bagian distal, berlanjut ke

deodenum.

d. Kurvatura minor : terdapat di sebelah kanan lambung terbentang dari osteum

kardiak sampai ke pilorus. Kurvatura minor di hubungkan ke hepar oleh

omentum minor, lipatan ganda dari peritonium.

e. Kurvatura mayor : lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi kiri

osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus

inferior. Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor

sampai ke limpa.

f. Osteum kardiakum : merupakan tempat dimana esofagus bagian abdomen masuk

ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

Lapisan lambung

a. Lapisan selaput lendir (mukosa), apabila lambung ini dikosongkan, lapisan ini

akan berlipat-lipat yang disebut rugae.

b. Lapisan otot melingkar (muskulus aurikularis), jaringan otot yang kuat.

c. Lapisan otot miring (muskulus obliqus).

d. Lapisan otot panjang (muskulus longitudinal).

e. Lapisan jaringan ikat/serosa (peritonium), melapisi lambung bagian luar.

Fungsi dari lambung adalah

a. Lambung Menampung makanan, menghancurkan makanan, menghaluskan

makanan dengan gerakan peristaltiklambung dan getah lambung. Ada 2 cara


dalam mekanisme pengelolaan makanan di lambung yaitu mekanis dimana

menyimpan, mencampu dengan sekret lambung, dan mengeluarkan kimurke

dalam usus. Yang ke dua adalah kimiawi dimana bolus di dalam lambung akan

dicampur dengan asam lambung dan enzim- enzim seperti:

1). Pepsin fungsinya, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan
pepton).
2). Asam garam (HCl) fungsinya; Mengasamkan makanan, sebagai anti
septik dan desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen
sehingga menjadi pepsin.
3). Renin fungsinya, sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk
kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).
4). Lapisan lambung. Jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak
yang merangsang sekresi getah lambung.
b. Fungsi bakterisid : oleh asam

c. Membantu proses pembentukan eritrosit : lambung menghasilkan zat faktor

intinsik bersama dengan faktor eksterinsik dari makanan, membentuk zat yang

disebut anti –anemik yang berguna untuk pertukaran eritrosit yang disimpan

dalam hati.

d. Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal proses makan. bila melihat

makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang.

Rasa makanan merangsang sekresi lambung karena kerja saraf sehingga

menimbulkan rangsangan kimiawi yang nienyebabkan dinding lambung

melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung. Getah lambung

dihalangi oleh sistem saraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan

emosi seperti marah dan rasa takut.

2. Anatomi usus

Usus halus atau intestium minor adalah bagian dari Sistem Pencernaan

Makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum panjangnya

sekitar 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan

absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari:


1. lapisan usus halus yaitu mukosa bagian dalam Lapisan melingkar (M.

sirkuler), lapisan otot memanjang (M. longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah

luar).
2. Duodenum Disebut juga usus 12 jari, panjangnya sekitar 25cm berbentuk

sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan

bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit disebut

Papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus

koledokus) dan saluran pankreas (duktus wirsungi / duktus pankreatikus).

Empedu dibuat di hati, untuk dikeluarkan ke duoedenum melalui duktus

koledokus yang berfungsi mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase.

Pankreas juga menghasilkan amylase, yang berfungsi mencerna hidrat arang

menjadi disakarida, dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam

amino atau albumin dan polipeptika. Dinding duodenum mempunyai lapisan

mukosa yang banyak mengandung kelenjar, yang disebut kelenjar-kelenjar

brunner, berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.


3. Jejunum dan Ileum, mempunyai panjang sekitar 6 m. Dua per lima bagian atas adalah

jejunum dengan panjang sekitar 2-3 m, dan ileum dengan panjang sekitar 4- 5 m.

Lekukan jejunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan

perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.


Usus besar atau intestinum mayor merupakan saluran pencernaan yang

panjangnya 1,5 – 1,7 meter dan lebarnya 5 -5 cm. Terdapat beberapa lapisan lapisan

selaput lendir (mukosa), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, lapisan

jaringan ikat. Dan berfungsi menyerap air dan elektrolit, menyimpan bahan feses,

tempat tinggal bakteri koli. Pada usus besar terdiri dari sekum, kolon asendens, kolon

transversum, kolon desendens, kolon sigmoid.

C. Etiologi
1. Cedera tembus yang mengenai dada bagian bawah atau perut (contoh: trauma

tertusuk pisau)
2. Trauma tumpul perut yang mengenai lambung. Lebih sering ditemukan pada

anak-anak dibandingkan orang dewasa.


3. Obat aspirin, NSAID, steroid. Sering ditemukan pada orang dewasa.
4. Kondisi yang mempredisposisi : ulkus peptikum, appendicitis akuta,

divertikulosis akut, dan divertikulum Meckel yang terinflamasi.


5. Infeksi bakteri: infeksi bakteri ( demam typoid) mempunyai komplikasi

menjadi perforasi usus pada sekitar 5 % pasien. Komplikasi perforasi pada

pasien ini sering tidak terduga terjadi pada saat kondisi pasien mulai membaik.
6. Benda asing (tusuk gigi) dapat menyebabkan perforasi oesophagus, gaster,

atau usus kecil dengan infeksi intra abdomen, peritonitis, dan sepsis.
D. Manifestasi klinis
1. Kesakitan hebat pada perut dan kram diperut.
2. Nyeri di daerah epigastrium.
3. Hipertermi
4. Takikardi
5. Hipotensi
6. Biasanya tampak letargik karna syok toksik.
E. Patofisiologi
Secara fisiologis, gaster relatif bebas dari bakteri dan mikroorganisme lainnya

karena keasaman yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengalami trauma abdominal

memiliki fungsi gaster yang normal dan tidak berada pada resiko kontaminasi bakteri

yang mengikuti perforasi gaster. Bagaimana pun juga mereka yang memiliki maslah

gaster sebelumnya berada pada resiko kontaminasi peritoneal pada perforasi gaster.

Kebocoran asam lambung kedalam rongga peritoneum sering menimbulkan

peritonitis kimia. Bila kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan mengenai rongga

peritoneum, peritonitis kimia akan diperparah oleh perkembangan yang bertahap dari

peritonitis bakterial. Pasien dapat asimptomatik untuk beberapa jam antara peritonitis

kimia awal dan peritonitis bakterial lanjut. Mikrobiologi dari usus kecil berubah dari

proksimal samapi ke distalnya. Beberapa bakteri menempati bagian proksimal dari

usus kecil dimana, pada bagian distal dari usus kecil (jejunum dan ileum) ditempati

oleh bakteri aerob (E.Coli) dan anaerob ( Bacteriodes fragilis (lebih banyak)).

Kecenderungan infeksi intra abdominal atau luka meningkat pada perforasi usus

bagian distal. Adanaya bakteri di rongga peritoneal merangsang masuknya sel-sel

inflamasi akut. Omentum dan organ-oragan viceral cenderung melokalisir proses

peradangan, mengahasilkan phlegmon ( biasa terjadi pada perforasi kolon). Hypoksia

yang diakibatkannya didaerah itu memfasilisasi tumbuhnya bakteri anaerob dan

menggangu aktifitas bakterisidal dari granulosit, yang mana mengarah pada


peningkatan aktifitas fagosit daripada granulosit, degradasi sel-sel, dan pengentalan

cairan sehingga membentuk abscess, efek osmotik, dan pergeseran cairan yang lebih

banyak ke lokasi abscess, dan diikuti pembesaran abscess pada perut. Jika tidak

ditangani terjadi bakteriemia, sepsis, multiple organ failure dan shock.


F. Pathway
(Lampiran)
G. Pemeriksaan penunjang
1. foto polos abdomen pada posisi berdiri.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah metode awal untuk kebanyakan kondisi akut abdomen.
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi cairan bebas dengan berbagai
densitas, yang pada kasus ini adalah sangat tidak homogen karena terdapat
kandungan lambung.
3. CT-scan
CT scan abdomen adalah metode yang jauh lebih sensitif untuk mendeteksi
udara setelah perforasi, bahkan jika udara tampak seperti gelembung dan saat
pada foto rontgen murni dinyatakan negatif. Oleh karena itu, CT scan sangat
efisien untuk deteksi dini perforasi gaster.

H. Komplikasi
1. Infeksi luka
2. Pendarahan mukosa gaster
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada proferasi gaster di perbaiki sebelum dilakukan

pembedahan atau operasi dengan pemberian cairan dan koreksi elektrolit, pemasangan

pipa nasogastrik, dan pemberian antibiotik.


J. Fokus pengkajian
1. Pemeriksaan Umum
a. Keluhan utama biasanya pada pasien dengan proferasi gaster adalah nyeri

pada ulu hati.


b. Riwayat penyakit sekarang
P : non trauma, trauma baik itu benturan benda tajam ataupun tumpul, dan

bakteri
Q : nyeri terasa ditusuk-tusuk
R : nyeri pada epigastrium
S : tidak dapat beistirahat karena nyeri
T : nyeri saat beraktifitas dan setelah mengkonsumsi makanan yang

merangsang asam lambung.


c. Riwayat keluarga
Pada penyakit perforasi gaster bukanlah penyakit turunan, teteapi

diakibatkan dari faktor-faktor lain contohnya gayah hidup.


2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Didapatkan kesadaran composmentis, terjadi kelemahan dan terjadi

gangguan pola tidur akibat nyeri yang dirasakan. Konjung tiva pucat

dicurigai adanya anemia.


b. Sistem pencernaan
Inpeksi : menyeringai kesakitan dan memegangi daerah uluh hati.
Auskultasi : Bising usus menurun
Palpasi : nyeri tekan daerah uluh hati (epigastrium)
Perkusi : suara hipertimpani
c. Sistem eliminasi
Pada eliminasi alvi terjadi gangguan defektasi dari input yang tidak

adekuat.
d. Integumen
Turgor kulit menurun akibat dehidrasi.
K. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan nyeri pada abdomen
2. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan intek makanan yang tidak adekuat


3. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
4. Kurangnya pengetahuan
L. Intervensi keperawatan dan rasional
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan nyeri pada abdomen
Tujuan : nyeri teratasi dalam waktu 1 x 24 jam setelah dilakukan perawatan
KH (NOC) :
a. Tingkat kenyamanan
b. Tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
c. Keparahan nyeri
Intervensi :
a. Minta pasien untuk menilai nyeri.

Rasional: Membantu menilai nyeri atau ketidaknyamanan


b. Lakukan pengkjian nyeri (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, keparahan nyeri, faktor presipitasi).

Rasional: Membantu membedakan nyeri.


c. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi.
Rasional: Teknik distraksi relaksasi meminimalkan tingkatan rasa

nyeri.
d. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk penggunaan anti nyeri.
Rasional : penggunaan farmakologi dapat memperin
2. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam waktu 1 x 24 jam setelah

dilakukan keperawatan.
KH (NOC) :
a. mempertahankan/ meningkatkan berat badan seperti tujuan yang

diinginkan.
b. Asupan makanan
c. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
d. Asupan makanan secara oral
e. Tidak ada tanda malnutrisi
Intervensi (NIC) :
a. Kaji/ catat pemasukan diet
Rasional :membantu dalam mengindentifikasi defisiensi dan kebutuhan

diet, kondidi fisik umum, gejala urenik( contoh mual, anoreksia,

gangguan rasa) dan pembatasan


b. Berikan makanan sedikit dan sering
Rasional : meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status

urenik/ menurunnya peristaltik.


c. Berikan informasi pasien/ orang terdekat daftar makanan/ cairan yang di

isinkan dan doron terlibat pada pemilihan menu.


Rasional : memberikan makanan yang disukai pasien dapat

meningkatkan napsu makan.


d. Kolaborasi dengan tim medis lain ahli gizi dan lainnya.
Rasional : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam

pembatasan, dan mengidentifikasi rute paling efektif dan produknya,

contohnya tambahan oral, makan selang hiperalimentasi.


3. Resiko kekurangan volume cairan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapakan tidak terjadi kekurangan cairan tubuh


KH : Tidak memiliki konsentrasi urin yang berlebih, tidak mengalami haus

yang tidak normal, memiliki keseimbangan asupan yang seimbang,

menampilkan hidrasi yang baik, memiliki asupan cairan oral yang adekuat.
Intervensi :
a. Observasi output dan input cairan setiap hari terhadap dehidrasi.

Rasional: Out put yang berlebih dapat terjadinya dehidrasi.


b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa,

penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat.

Rasional: Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan / dehidrasi.


c. Kaji tanda tanda vital.

Rasional: Hipotensi, demam, dapat menunjukkan terjadinya

kehilangan cairan.
d. Observasi terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit

(diare).
Rasional: Untuk mengevalasi kehilangan cairan.
e. Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam untuk ketidaksinambungan

cairan.
Rasional: Mengetahui jumlah cairan yang dibutuhkan.
f. Anjurkan keluarga untuk memberi minum klien 6 – 8 gelas air

putih setiap hari.


Rasional: Mengganti cairan elektrolit yang hilang melalui oral.
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan prosedur bedah/ prognosis,

program terapi, dan kebutuhan pengobatan, dan masalah.


Tujuan : memahami prosedur – prosedur seperti bedah, program terapi, dan

kebutuhan jangka panjang.


KH :
a. menyatakan pemahaman prosedur, proses penyakit/ prognosis,

pengobatan.
b. Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan, menjelaskan alasan

tindakan.
Intervensi :
a. Kaji ulang prosedur bedah dan harapan jangka panjang
Rasional : memberi pengetahuan dasar dimana pilihan informasi dapat

dibuat. Penyembuhan setelah bedah gaster sering lebih lambat daripada

dengan tipe yang mirip bedah. Perbaikan regangan dan normalisasi

parsial mungkin tidak terbukti selama 3 bulan, dan kembali penuh pada

masukan biasanya (3 kali makan normal) dapat memerlukan waktu 12

bulan penyembuhan lama ini dapat sulit untuk pasien/orang terdekat

untuk menerima dengan bila ia tidak disiapkan.


b. Diskusikan dan identifikasi situasi stres dan bagaimana menghindarinya.
Rasional : dapat mengganggu motilitas gaster, mempengaruhi pencernaan

optimal.
c. Kaji ulang kebutuhan diet
Rasional :dapat mencegah defisiensi dan meningkatkan penyembuhan

dan meningkatkan kerjasama dalam terapi.


d. Diskusikan pentingnya makan sedikit, sering dan dalam lingkungan

rileks, istirahat setelah makan, menghindai makanan terlalu panas atau

dingn membatasi makanan tinggi serat, kafein, produk susu dan alkohol,

kelebihan gula dan garam dan minum cairan antara makan, dari pada

makanan.
Rasional : tindakan ini membantu menghindari distensi gaster/iritasi dan

atau stres dalam perbaikan bedah sindrom dumping dan hipoglikemi

aktif.
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. 2014. Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan

dan kebidanan, ed. 4. Jakarta : EGC


Price Sylvia A, wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.

Jakarta : EGC

Herdman, Heather T. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.


Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar.

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Mouhouse, Alice C. Geisser 2012. Rencana asuhan
keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
Jakarta : EGC

Azer, Samy A. 2018. intestinal perforasi. Di ambil dari:


https://emedicine.medscape.com/article/195537-overview
Trauma Obat-obatan Bahan kimia Bakteri

Kerusakan mukosa barier

Pengeluaran histamin

Merangsang pengeluaran Hcl Peningkatan produksi


lambung pepsinogenpepsinogen

Peningkatan HCL lambung Medula oblongata

Degenerasi mukus System limbik

Iritasi mukosa lambung Reaksi mual muntah

Mual Penghancuran kapiler & vena kecil anoreksia

Hematemesis Pendarahan Intake makanan tidak


adequat

Anemis Perforasi Ketidak seimbangan


nutrisi kurang
Sianosis Invasibakterike peritoneum kebutuhan tubuh

Memicu pengeluaran pro


Perfusi jaringan Inflamasi peritonitis
gastrointestinal
tidakefektif Perubahan set point
Pelepaan berbagi mediator
kimiawi (histamine, bradikin)
Suhu tubuh meningkat

Merangsang saraf perasa


nyeri di cerebrum Hipertermi
Nyeri abdomen

Pergerakan abdomen Nyeri akut


tidak maksimal

Pernapasan tidak
teratur

Takipneu

Ketidak efektifan
pola napas

Anda mungkin juga menyukai