ELIMINASI FEKAL
OLEH :
SUNDARI
NPM : 1814401110015
JudulLaporanPendahuluan : EliminasiFekal
JudulAsuhanKeperawatan : EliminasiFekal
Mahasiswa
Menyetujui
PembimbingKlinik PembimbingAkademik
ELIMINASI FEKAL
A. KonsepPenyakit
1.1 AnatomidanFisiologi
Organ saluran pencernaan di bagi menjadi dua bagian yaitu; organ saluran
gastrointestinal bagian atas dan organ saluran gastrointestinal bagian
bawah.Saluran gastrointestinal bagianatas.Organ saluraniniterdiriatasmulut,
faring, esophagusdanlambung.
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuknya makanan yang pertama kali untuk system
pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat pencernaan (gigi dan
lidah) serta kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan,
secara umum mulu terdiri atas dua bagian atas bagian luar (vestibula) yaitu
ruangan yang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi. Dan rongga mulut bagian
dalam yaitu rongga yang di batasi sisinya oleh tulang maksilaris, platum dan
mandibularis di sebelah belakang dan bersambung ke faring. Platum terdiri
atas platum durum (platum keras) yang tersusun tajuk-tajuk platum dari
sebelah depan tulang maksilaris dan platum mole (platum lunak) terletak di
belakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, serta
terdiri atas jaringan fibrosa dan sela[ut lendir. Rongga mulut berhubungan
dengan orofaring yang di sebut dengan faucium yang terdapat dua
lengkungan yaitu palatofaringeal dan palatoglossal. Diantara kedua
lengkungan ini terdapat jaringan limfoid yang disebut tonsil. Di rongga
mulut makanan yang masuk akan di cerna secara mekanik denagn cara di
cabik-cabik dan kunyah, serta secara kimiawi melaui peran enzim dan
saliva.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
esophagus. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kumpulan kelenjar limfa yang terbanyak mengandung limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di sini juga terletak persimapangan
antara jalan nafas dan makanan letaknya di belakang rongga mulut di depan
ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantara lubang yang di sebut ismus fausium.
c. Esofagus
Merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang 25 cm dan berdiameter 2
cm. Esofagus berbentuk separti tabung berotot yang menghubungkan
rongga mulut dengan lambung, dengan bagian posterior berbatasan dengan
faring setinggi kartilago cricoidea dan sebelah anterior berbatasan dengan
corpus vertebrae. Ketika seseorang menelan, maka sfingter akan berelaksasi
secra otomatis dan akan membiarkan makanan tau minuman masuk ke
dalam lambung.
d. Lambung
Lambung merupakan organ pencernaan yang paling fleksibel karena dapat
menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf J atau
kubah dan terletak di kuadran kiri bawah abdomen. Lambung merupakan
kelanjutan dari esophagus bagian superior dan bersambungan dengan usus
halus dengan duodenum. Fungsi utama dari lambung dalah menyimpan
makanan yang sudah bercampur cairan yang di hasilkan lambung. Lambung
terdiri atas 4 bagian besar yaitu: kardiak (bagian atas berdekatan dengan
sfingter gastroesofagus), fundus (bernbentuk kubah kontak langsung dengan
diafragma), korpus (area yang paling besar) dan pylorus (bagian lambung
yang berbentuk tabung yang mempunyai otot yang tebal membentuk
sfingter pylorus). Mempunyai dua lapisan yaitu anterior dan posterior.
3.1 Etiologi
1. Usia Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada
usia lanjut control defekasi menurun.
2. Diet Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya
makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
3. Intake cairan Intake cairan yang kurang akan menyebebkan fases menjadi
lebih keras di sebabkan oleh absorpsi cairan yang meningkat.
4. Aktivitas Tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma akan sangat
membantu proses defekasi. Gerakan peristaltik akan mempermudah bahan
feses bergerak sepanjang kolon.
5. Fisiologi Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic,
sehingga menyebabkan diare.
6. Pengobatan Beberapa jenis obat dapat menyebabkan diare dan konstipasi.
7. Gaya hidup Kebisaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara
teratur, fasilitas buang air besar dan kebiasaan menahan buang air besar.
8. Penyakit Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan
konstipasi.
9. Anastesi dan pembedahan Anastesi umumdapat menghalangi impuls
parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus
kondisi ini dapat berlangsung selama 24-48 jam.
10. Nyeri Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid,
fraktur ospubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk buang air
besar.
4.1 ManisfestasiKlinis
a. Konstipasi
- Menurunnya frekuensi BAB
- Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
- Nyeri rektum
b. Impaction
- Tidak BAB
- Anoreksia
- Kembung/kram
- Nyeri rektum
c. Diare
- BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk
- Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
- Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa.
- Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan BAB.
d. Inkontinensia fekal
- Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus
- BAB encer dan jumlahnya banyak
- Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal
cord dan tumor spingter anal eksternal
e. Flatulens
- Menumpuknya gas pada lumen intestinal
- Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram.
- Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
f. Hemorrhoid
- Pembengkakan vena pada dinding rectum
- Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
- Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
- Nyeri
5.1 Patofisiologi
1. Reflex defekasi intrinsic Reflex ini berawal dari feses yang masuk ke
rectum sehingga terjadi distensi rectum, yang kemudian menyebabkan
rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic.
Setelah feses sampai anus, secara sistematis sfingter interna relaksasi, maka
terjadilah defekasi.
2. Reflex defekasi parasimpatis Fases yang masuk ke rectum akan
merangsang saraf rectum yang kemudian diteruskan ke jaras spinal. Dari
jaras spinal kemudian di kembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan
rektumyang menyebabkan intensifnya peristaltic, relaksasi sfingter internal,
maka terjadilah defekasi. Dorongan feses juga di pengaruhi oleh kontraksi
otot abdomen, tekanan diaragma, dan kontraksi ototelevator. Defekasi di
permudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Gas yang di hasikan
dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang
terbanyak adalah CO², metana, H²S, O² dan nitrogen. Fases terdiri atas 75%
air dan 2,5% materi padat. Fases normal berwarna kuning kecoklatan karena
pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensinya lembek namun berbentuk.
6.1 Pathway
Hiperparatiroid
Hiperkalsemia
Mempengaruhi
kontraksi Hipermetaboli
saluran cerna sme
Aktivitas
Absorsi cairan
gastrointestinal
meningkat
meningkat
Penyerapan air
Feses menjadi menurun
keras
Air keluar
bersama feces
Resiko
Konstipasi Diare
7.1. PemeriksaanPenunjang
a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan foto rontgen
c. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses
8.1 Komplikasi
1. Konstipasi Gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya fases yang kering
dan keras melalui usus besar.
2. Impaksi fekal Massa fases yang keras di lipatan rektun yang di akibatkan
oleh retensi dan akumulasi material fases yang berkepanjangan.
3. Diare Keluarnya fases cairan dan meningkatnya frekwensi buang air besar
akibat cepatnya kimus melewati usus besar sehingga usus besar tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk menyerapa air.
4. Inkontinensia alvi Hilangnhya kemampuan otot uantuk mengontrol
pengeluaran fases dan gas melalui sfingter anus akibat kerusakan sfingter
atau oersarafan daerah anus.
5. Kembung Flatus yang berlebihan di daerah intenstinal sehingga
menyebabkan distensi intastinal.
6. Hemoroid Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan
tekanan daerah tertentu.
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
- Nama
- Umur
- Jenis kelamin
- Alamat
- No rekam medis
- Diagnose medis
b. Riwayat Keperawatan
- Riwayat kesehatan masa lalu
- Riwayat kesehatan saat ini
c. Pemeriksaan Fisik Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
d. Karakteristik Feses
- Warna
- Bau
- Konsistensi
- Frekuensi
e. Pemeriksaan Laboratorium
2. DiagnosaKeperawatan
- Diare berhubungan dengan malabsorpsi ( Kode Diagnosis 00013)
-Resiko konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus
gastrointestinal( Kode Diagnosis 00015)
3. AsuhanKeperawatan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Diare Setelah dilakukan Diarrhea
berhubungan asuhan Management 1. Dengan
dengan keperawatan 1. Identifikasi mengetahui
malabsorpsi selama ….x24 factor factor
jam, diharapkan penyebab penyebab
BAB klien normal diare dapat
dengan Kriteria 2. Ajarkan klien menghindarka
hasil : untuk n klien dari
Bowel menggunakan diare yang
Elimination obat anti diare lebih parah
o Pola 3. Instruksikan 2. Untuk
eliminasi pada membantu
klien teratur pasien/keluarg penghentian
o Konsistensi a untuk diare
feces Warna mencatat 3. Menunjukkan
feces klien Warna feces perkembangan
normal klien normal selama
warna, perawatan
jumlah, 4. Mengobservasi
frekuensi, dan jumlah
konsistensi makanan yang
feces dapat
4. Evaluasi dikonsumsi
intake dan dicerna
makanan yang 5. Untuk
masuk menentukkan
5. Observasi status dehidrasi
turgor kulit 6. Diare dapat
secara rutin menyebabkan
6. Monitor kulit kerusakan
disekitar integritas kulit
anus/perianal prianal
7. Ajarkan klien 7. Dengan
teknik relaksasi dapat
menurunkan membantu
stress menurunkan
tingkat
kecemasan
klien
Banjarmasin,13Januari 2020
PembimbingAkademik PembimbingKlinik