Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

OLEH:
Yuni Nor Ahda
NPM. 1814401110025

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan fisiologis yang digunakan
untuk alat transportasi zat nutrisi, elektrolit dan sisa metabolisme, sebagai
komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh yang lainnya
sebagai pengatur suhu tubuh dan seluler. (Maryunani, Anik. (2015). Kebutuhan
Dasar Manusia. Bogor: In Media).

2. Fisiologi Kebutuhan Cairan Tubuh


cairan tubuh terdiri dari 3 bagian, yaitu intrasel (CIS) dan ekstrasel (plasma darah,
intertisial) untuk memahami, cairan intrasel berada didalam sel dan ekstrasel berada
didalam sel. Cairan ekstrasel (CES) dibagi dua yaitu cairan intravaskuler (berada
dalam pembuluh darah) dan cairan intertisial berada diluar sel dan diluar pembuluh
darah

3. Etiologi
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
antara lain :
3.1 Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan
dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
3.2 Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

3.3 Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
3.4 Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
3.5 Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan
darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering
di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi
secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses
absorbsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute
(proses) yaitu :
3.1 Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam
pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat
maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
3.2 IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
3.3 Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
3.4 Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
4. Pathway

8. Komplikasi
Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan)
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES), penipisan volume cairan ekstraseluler (CES), kekurangan
cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler (CES)
4.1 Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)
Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito,
2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES
yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi
yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal
ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang
pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth.
2002).
4.2 Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab tubuh
akan berusaha memenuhi kebutuhan calcium dengan mengambilnya dari
tulang. Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar calcium pada cairan extrasel,
kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada
akhirnya menimbulkan flaksiditas.
4.3 Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan.
Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan
masalah ginjal.
4.4 Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi ini dapat
muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat
dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hiperfosfatemia yaitu
peningkatan kadar ion fosfat dalam serum, kondisi ini dapat muncul pada kasus
gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun.

4. Pemeriksaan Penunjang
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Manfaat
Natrium : 135-145 mEq/L
Memantau keseimbangan cairan
Kalium : 3,5-5,3 mEq/L
1 Serum elektrolit didalam tubuh/fungsi fiologis yg
Klorida : 95-105 mEq/L
stabil
Ion bikarbonat : 22-26 mEq/L
Anion Gap; (Na + K – (Cl Mengetahui adanya gangguan
2 11 – 17 mEq/l
+HCO3) metabolic (asidosis/alkalosis)
Laki-laki 40 – 54%
3 Hematokrit (Ht) Wanita 37 – 47% Mengukur jumlah sel darah merah
Anak-anak 34 – 47%
Pria : 13.5 – 17.5 (13 – 16) (g/dl) Indeks kapasitas pembawa oksigen
5 Hemoglobin (Hb)
Wanita : 12 – 15 (g/dl) darah (indikator anemia)
Osmolalitas serum = Indokator konsentrasi serum (↑
6 2 Na + Glukosa darah + BUN 275 – 295 mOsm/kg air hemokonsetrasi &
8 28 dehidrasi;hemodilusi)
Pemeriksaan urine
- Osmolalitas urine Laki-laki: 390-1090 mOsm/kg air
Mengetahui jumlah partikel terlarut
8 Wanita: 300-1090 mOsm/kg air
dalam urin
Bayi: 213 mOsm/kg air
- pH 6 (4.6 – 8)

5. Diagnosa Keperawatan
5.1 Kekurangan Volume Cairan
Definisi :
kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko
memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.
Batasan Karakteristik :
a Ketidak cukupan asupan cairan per oral.
b Balanc negative antara asupan dan haluaran.
c Penurunan berat badan.
d Kulit/membrane mukosa kering ( turgor menurun).
e Peningkatan natrium serum.
f Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
g Urine pekat atau sering berkemih.
h Penurunan turgor kulit.
i Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes
insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan
cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase
abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang
berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.
f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau
keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet.
h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri
akibat nyeri mulut.
5.2 Kelebihan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban
cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik :
a. Edema
b. Kulit tegang, mengkilap.
c. Asupan melebihi haluaran.
d. Sesak napas
e. Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat
gagal jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan
curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit
katup jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang
rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis,
asites, dan kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises
vena, thrombus, imobilitas, flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan
kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi.
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat
imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam
waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat
mastetomi.
5.3 Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan kadar kalium.
b. Aritmia
c. Kram tungkai
d. Mual
e. Hipotensi
f. Bradikardia
g. Kesemutan
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas.
b. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare.
c. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat
kerusakan ginjal.
d. Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/ rendah-kalium.

6. Perencanaan
NOC NIC
1. Kekurangan volume cairan - Kaji cairan yang disukai klien dalam batas
Tujuan : diet.
Menyeimbangkan volume cairan sesuai - Rencanakan target pemberian asupan cairan
dengan kebutuhan tubuh untuk setiap sif, mis : siang 1000 ml, sore 800
Kriteria Hasil : ml dan malam 200 ml.
- Terjdi peningkatan asupan cairan min. - Kaji pemahaman klien tentang alasan
2000ml/hari (kecuali terjadi kontraindikasi). mempertahankan hidrasi yg adekuat.
- Menjelaskan perlu-nya meningkatkan asupan - Catat asupan dan haluaran.
cairan pada saat stress/cuaca panas. - Pantau asupan per oral, min. 1500 ml/ 24
- Mempertahankan berat jenis urine dalm batas jam.
normal. - Pantau haluaran cairan 1000-1500ml /24jam.
- Tidak menunjukan tanda-tanda dehidrasi. Pantau berat jenis urine.

2. Kelebihan volume cairan - Kaji asupan diet dan kebiasaan yg


Tujuan : mendorong terjadi-nya retensi cairan.
Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi - Anjurkan klien untuk menurunkan konsumsi
sesuai dengan kebutuhan tubuh klien garam.
Kriteria Hasil : - Anjurkan klien untuk:
- Klien akan menyebutkan faktor penyebab & 1. Menghindari makanan gurih, makanan
metode pencegahan edema. kaleng & makanan beku.
- Klien mperlihatkan penurunan edema 2. Mengkonsumsi mkann tnpa garam dan
menambahkan bumbu aroma.
3. Mggunakan cuka pengganti garam utk
penyedap rasa sop, rebusan dll.
- Kaji adanya tanda venostasis dan bendungan
vena pada bagian tubuh yang mengantung.
- Untuk drainase limfatik yang tidak adekuat:
1. Tinggikan ekstremitas dengan
mnggunakn bantal, imobilitas, bidai/
balutan yang kuat, serta berdiri/duduk dlm
waktu yg lama
2. Jngn memberikan suntikan/infuse pd
lengan yang sakit.
3. Ingatkan klien untuk menghindari
detergen yang keras, membawa beban
berat, memegang rokok, mencabut
kutikula/ bintil kuku, me-nyentuh kompor
gas, memgenakan perhiasan atau jam
tangan.
4. Lindungi kulit yg edema dari cidera.

3. Ganguan keseimbangan elektrolit (kalium) Penurunan kadar kalium


Tujuan :
Klien memiliki keseimbangan cairan, - Observasi tanda dan gejala hipokalemia
elektrolit dan asam- basa dalam 48 jam. (vertigo, hipotensi ariotmia, mual, muntah,
Kriteria Hasil : diare, distensi abdomen ,pnurunn peristaltis,
- Klien menjelaskan diet yang sesuai utk kelemahan otot, dan kram tungkai).
mmpertahnkan kadar kalium dlam batas - Catat asupan dan haluaran.
normal. - Tentukan status hidrasi klien bila terjadi
- Klien berpartipasi untuk melaporkan tanda – hipokalemia.
tanda klinis hipokalemia/hiper-kaenia. - Kenali perubahan tingkah laku yang
- Kadar kalium dlam batas normal/dapat merupakan tanda- tanda hipokalemia.
ditoleransi. - Anjurkan klien dan keluarga untuk
mngkonsmsi makan-an tinggi kalium (mis.
Buah-buahan, sari buah, buah kering, syur,
daging, kacang-kacangan, teh, kopi, dan
kola).
- Laporkan perubahan EKG; segmen ST yg
memanjang, depresi.
- Encerkan suplemen kalium per oral
sedikitnya dalam 113,2 gram air/sari buah utk
mngurangi resiko iritasi mukosa lambung.
- Pantau nilai kalium serum pada klien yang
mendapat obat diuretic dan steroid.
- Kaji tanda dan gejala toksisitas digitalis jika
klien tengah mendapat obat golongan
digitalis dan diuretik atau steroid.
Peningkatan Kadar Kalium
- Observasi tanda dan gejala hiperkalemia
(mis.Bradikardia, kram abdomen, oliguria,
ksemutan& kebas pd ekstremtas)
- Kaji haluaran urin. Sedikitnya 25ml/jam atau
600 ml/ hari.
- Laporkan nilai kalium serum yang melebihi
5mEq/l batasi asupan kalium jika perlu.
- Pantau EKG

Daftar Pustaka
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan. Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Saputra, Lyndon. (2013). Catatan Ringkasan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:


Binarupa Aksara Publisher

Pembimbing Akedemik Pembimbing Klinik

(………………………….) (………………………..)

Anda mungkin juga menyukai