Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit batu empedu atau kolelitiatis merupakan pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk
dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu. Penyakit batu

empedu merupakan masalah kesehatan yang penting di Negara Barat sedangkan di Indonesia baru

mendapatkan perhatian klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas. Resiko

penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relative kecil. Namun demikian,
sekali batu emepedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik maka resiko untuk

mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat. Batu empedu umumnya ditemukan didalam

kandung empedu, tetapi batu empedu dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran

empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut batu saluran empedu sekunder.
Batu empedu biasanya dapat diobati dengan non bedah maupun bedah, non bedah bisa diberikan

dengan obat oral atau terapi, sedangkan dengan pembedahan biasanya dokter melakukan operasi
kolesistektomi pada pasien dengan penyakit batu empedu. Kolesistektomi merupakan pengangkatan

kantung empedu melalui proses bedah, yang tekniknya dapat dilakukan secara Laparoskopi atau bedah

terbuka. Pengangkatan kantung empedu ini bertujuan mencegah terbentuknya kembali batu kantung

empedu yang bisa mencegah kekambuhan dan perjalanan penyakit yang menahun.

B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengindentifikasi konsep dasar medik pada Sistem Pencernaan

2. Mahasiswa mampu menyusun Manajemen Asuhan Keperawatan pada Gangguan system pencernaan
3. Mahasiswa mampu menerapkan Intervensi Berbasis Bukti Ilmiah Terkait Manajemen Asuhan
Keperawatan pada gangguan system pencernaan serta pengobatan non bedah atau bedah.

4. Manfaat

Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, maupun melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan gangguan Sistem Pencernaan Batu Kandung Empedu dengan pengobatan Kolesistektomi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Pencernaan

Mulut (Oris)

Merupakan organ pertama dari saluran pencernaan yang meluas dari bibir sampai isthmus faucium yaitu
perbatasan antara mulut dan faring terdiri atas vestibulum oris dan kavitas ori propia.

1. Vestibulum oris bagian di antara bibir dan pipi diluar: gusi dan gigi bagian dalam: bagian atas dan
bagian bawah vestibulum dibatasi oleh lupatan membrane mukosa bibir, pipi, dan gusi, pipi

membnetuk lateral vestubulum.


2. Kavitas ori propia : bagian di antara arkus alveolaris gusi dan gigi memiliki atap dibentuk oleh

palatum durum (palatum keras) pada bagian depan dan palatum mole (palatum lunak) pada bagian

belakang.

Tekak (Faring)
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan panjangnya kira-kira

12 cm, terbentang lurus antara basis kranii setinggi vertebrata servikalis keenam ke bawah setinggi tulang
rawan krikold. Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot melingar).

Peristiwa Menelan (Degulusio)


Menelan merupakan mekanisme kompleks faring melakukan gerakan mendorong makanan masuk ke dalam

esafagus serta mencegah masuknya makanan ke jalan pernapasan dengan cara menutupnya sementara
(hanya beberapa detik).
Munta (emesis) merupakan suatu perasaan tidak enak yang disebebkan pengosongan lambung secara
berlawanan, isi gastrointestinal keluar melalu mulut.

2
Kerongkongan (Esofagus)

Esofagus merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring, panjangnya lebih kurang 25 cm posisi
vertikel dimulai dari bagian tengah leher bawah sampai ujung bawah rongga dada di belakang trakea.
Sekresi esofagus bersifat mukoid, berfungsi memberikan pelumas untuk pergerakan makanan melalui

esofagus.
Lambung (Ventrikulus)
Merupakan sebuah kantung muscular yang letaknya antara esofagus dan usus halus sebelah kiri abdomen di
bawah diafragma bagiam depan pankrean dan limpa, merupakan saluran yang dapat mengembang karena

adanya gerakan peristaltik.

Fungsi Lambung

1. Menampung makanan yang masuk melalui esofagus, menghancurkan makanan dan menghaluskan

makanan dengan gerakan peristaltic lambung dan getah lambung dengan mekanis dan kimiawi.

2. Fungsi bakteriosid oleh asam lambung


3. membantu proses pembentukan eritrosit:lambung menghasilkan zat factor intrinsic bersama dengan

factor ektrinsik dari makanan membentuk zat yang disebut anti-anemik, berguna untuk pertukaran
eritrosit disimpan dalam hati.

sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. apabila mrlihat, mencium dan

merasakan makanan, sekresi lambung akan tergantung karena pengaruh saraf sehingga

menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormone yang

disebut sekresi getah lambung.

Gerakan Lambung apabila makanan ditelan oleh otot polos di fundus dan korpus lambung secara
reflex melemah sebelum makanan sampai di lambung sehingga volume lambung meningkat

sebesar 1,5liter tanpa peningkatan tekanan yang nyata.

Usus Halus (Intestinum Minor)


usus halus merupakan bagian dari system pencernaan makanan yang berpagkal pada pylorus dan berakhir
pada sekum. panjang usus halus lebih kurang 6m. usus halus merupakan saluran pencernaan yang paling

panjang dari tempat proses pencernaan dan absropsi pencernaan.

Fungsi Usus Halus

usus halus merupakan bagian terpenting dari saluran pencernaa n karena disini terjadi proses pencernaan
yang terbesar dan penyerapan lebih kurang 85% dari seluruh absropsi.

1. menyekresi cairan usus, untuk menyempurnakan pengolan zat makanan di usus halus.
2. menerima cairan empedu dan pancreas melalui duktus koleduktus dan duktus pankreatikus.

3. menerima makanan: getah usus dan pancreas mengandung enzim mengubah protein menjadi asam
amino, karbohidrat menjadi glukosa, lemak menajdi asam lemak dan gliserol

4. mengabsorpsi air garam dan vitamin, protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat dalam bentuk

monoksida.
3
5. menggerakkan kandungan usus sepanjang usus halus oleh kontraksi segmental pendek dan

gelombang cepat yang menggerakkan kandungan usus sepanjang usus menjadi lebih cepat.

Usus Besar (Intestinum Mayor)

Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau berdiameter besar dengan
panjang lebih kurang 1,5-1,7 meter dan penampang 5-5cm. Lanjutan dari usus halus yang tersusun seperti

huruf U terbalik mengelilingi usus halus.


Gerakan kolon terdiri dari gerakan mendorong dan mencampur.

1. Gerakan Mencampur pada tiap kontraksi kira-kira 2,5 cm. otot sirkuler kolon mengerut. kadang-
kadang dapat menyempitkan lumen dengan sempurna. Gabungan otot sirkuler dan longitudinal

menyebabkan bagian usus besar tidak terangsang mengembang keluar merupakan kantung yang

disebut haustraktion, dalam waktu 30detik.

2. Gerakan Mendorong pada kolon terjadi gerakan yang disebut mas movement ,mendorong fases

kearah anus. gerakan ini timbul beberapa hari sekali, biasanya sesudah makan pagi. pada mulanya
pergerakan terjadi bagian kolon yang terserang kemudian kolon distal tempat kongraksi kira-kira 20
cm berkontrasi serentak.

Fungsi Ususu Besar

1. menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa masa membentuk masa yang semisoid atau lembek

yang disebut fases.

2. menimpan bahan fases sampai saat defekasi. fases ini merupakan sisa makanan, serat-serat selulosa

sel-sel epitel bakteri, bahan sisa sekresi (lambung, kelenjar intestine, hati, pancreas), magnesium fosfat
dan Fe

3. tempat tinggal bakteri coli, sebagian dari kolon berhubungan dengan fungsi pencernaan dan

sebagian lagi berhubungan dengan penyimpanan.

Rektum

rectum meruoakan lanjutan dari kolon sigmoid yang menghubungkan usus besar dengan anus sepanjang 12
cm, dimulai dari pertengahan sacrum dan berakhir pada kanalis anus, terletak dalam rongga pelvis di depan

os sekrum dan os koksigis. rectum terdiri atas dua bagian yaitu rectum ptopia dan parsanalis rekti.

1. rectum propia bagian yang melebar disebut ampula rekti, jika ampula rekti terisi makanan akan

timbul hasrat defeksasi.


2. pars analis rekti, sebelah bawah ditutupi oleh serat-serat otot polos (M.sfingter ani internus) dan
serabut otot lurik (M.sfingter ani eksterna) kedua otot ini berperan pada waktu defekasi.

Anus
bagian dari saluran pencernaan dengan dunia luar terletak di dasar pelvis dan dindingnya diperkuat oleh
sfingter ani yang terdiri atas:

4
1. sfingter ani internus sebelah dalam berkerja tidak menurut kehendak

2. sfingter levator ani bagian tengah bekerja tidak menurut kehendak


3. sfingter ani eksterna sebelah luar bekerja menurut kehendak.

Defekasi adalah hasil reflex dekfekasi apabila bahan fases masuk ke dalam rectum, dinding rektumakan
meregang menimbulkan implus aferen disalurkan melalui pleksusu mesenterikus menimbulkan gelombang

peristaltic pada kolon desenden, kemudian kolon sigmoid mendorong fases kea rah anus.

B. Fisiologi Pencernaan
Sistem gastriontestinal merupakan pintuh gerbang masuknya zat makanan, vitamin, mineral dan cairan

kedalam tubuh. Vitamin, lemak, dan karbohidrat dan kompleks diuraikan menjadi unit-unit yang dapat

diserap (dicerna), terutama diusus halus. Hasil pencernaan, vitamin, mineral,dan air mineral mukosa dan

masuk kedalam limfe atau darah ( penyerapan).

Pencernaan zat makanan utama merupakan proses utama yang melibatkan kerja sejumlah besar enzim

pencernaan. Enzim kelenjar saliva dan kelenjar lingualis mencernah karbohidrat dan lemak; dan enzim yang

berasal dari eksokrin pankreas mencernah karbohidrat, protein, lemak, DNA dan RNA. Enzi-enzim lainnya
yang melengkapi proses pencernaan ditemukan dimembran luminal dan sitoplasma sel dinding usus halus.
Kerja bagian enzim tersebut dibutukan oleh asam hidroklorida yang di sekresikan lambung dan empedu

yang disekresikan oleh hepar.

KARBOHIDRAT

Karbohidarat utama yang didalam makanan adalah polisakarida, disakarida, dan monosakarida. zat

tepung ( polimer glukosa ) dan derivat nya merupakan satu-satunya polisakarida yang dicerna didalam

saluran cerna manusia. Dalam glikogen,melekul glukosa kebanyakan berbentuk rantai panjang ( melekul

glukosa dadlam ikatan 1 :4α ), tetapi beberapa percabangan rantai dihasilkan oleh ikatan 1 :6α

PROTEIN & ASAM NUKLEAT

Pencernaan protein dimulai didalam lambung, tempet pepsin menguraikan beberapa ikatan peptida.

Seperti banyak enzim lain yang berperan menceerna protein, pepsin disekresi dalam bentuk prekursor inaktif

( proenzim ) dan di aktif kan didalam saluran cerna. Prekursor pepsin disebut pepsinogen dan diaktifkan oleh
asam hidroklorida lambung. Mukosa lambung manusia mengandung sejumlah pepsinogen yang saling

berhubungan, yang dapat dibagi menjadi dua kelompok yang berbeda secara histoimunokimia, yakini

pepsinogen I dan pepsinogen II. Pepsinogen I hanya ditemukan didaerah menyekresi asam, sedangkan
pepsinogen II juga ditemukan didaerah pilorus. Sekresi asam secara maksimal berkorelasi dengan kadar
pepsinogen I.

Pepsin menghidrolisis ikatan antara asam amino aromatik seperti fenilalanin atau tirosin atau asam amino
kedua sehingga hasil pencernaan pepsin adalah polipeptida dengan berbagai ukuran. Gelatinase yang
5
mencairkan glatin juga ditemukan dilambung. Kimosin, yakni enzim lambung penggumpal susu yang juga

dikenal sebagai rennin, ditemukan dalam lambung hewan mudah, tetapi mungkin tidak dijumpai pada
manusia.

Karena pH optimum untuk pepsin adalah 1,6-3,2, kerja enzim ini terhenti bila isi lambug bercampur
dengan getah pangkreas yang alkalis di duodenum dan jenunum. pHisi usus halus dibagikan superior

duodenum adalah 2,0-4,0, tetapi pada bagian lain nya adalah sekalian 6,5

Di usus halus, polipeptida yang terbentuk melalui pencernaan dilambung dicerbah lebih lanjut oleh
enzim-enzim proteolitik kuat yang berasal dari pankreas dan mukosa usus halus.enzim lipase lindah diskresi

oleh kelenjar ebner di permukaan dorsal lindah, dan lambung juga mensekresi lipase. Lipase lambung tidak

begitu penting kecuali pada insufisiensi pankreas, tetapi lipase lindah menjadi aktif dilambung dan dapat

mencerna sebanyak 30% trigliserida makanan.

Kebanyakan pencernaan lemak berawal di duodenum, yang melibat kan salah satu enzim terpenting,

yakni lipase pankreas. Enzim ini menghidrolisis ikatan -1 dan -3 trigliserida ( triasigliserol ) dengan relatif

muda, tetapi bekerja pada ikatan-2 dengan kecepatan yang sangat rendah sehingga hasil utama kerjanya
adalah asam lemak bebas dan 2-monogliserida ( 2-monoasilgliserol ). Enzim ini bekerja pada lemak yang
telah diemulsikan. Aktifitas enzim ini di fasilitasi bila heliks amfipatik yang menutupi sisi aktifnya yang

menyerupai suatu penutup dibengkokkan kebelakang. Kolipase, protein dan berat melekul sekitar

11.000,juga disekresikan dalam getah pankreas, dan jika melekul ini mengikat ranah terminal –COOH lipase

pankreas. Tutup tersebut menjadi mudah dibuka. Kolipase disekresi dalam bentuk perkursor inaktif dan

diaktifkan dan diaktifkan di luman usus halus oleh tripsin.

Saat ini, di pankreas berhasil ditemukan lipase yang diaktifkan oleh garam empedu. Lipase berbobot 100,000-

kDa ini membentuk sekitar 4% dari protein total dalam getah pankreas. Pada orang dewasa, lipase pankreas

memiliki aktivitas 10-60 kali lebih aktif, lipase yang diaktifkan oleh garam empedu,tidak sepertilipase

pankreas, mengatalisis hidrolisis ester kolesterol, ester vitamin larut-lemak, dan fosfolipid, seperti trigliserida.
Enzim yang sangat mirip juga ditemukan di air susu manusia.

Pengaturan Fungsi Saluran Cerna

Susunan

Susunan struktur-struktur yang dimembentuk dinding saluran cerna mulai dari faring posterior sampai
anus dapat dilihat pada. Terdapat beberapa variasi setempat, tetepi pada umumnya terdapat empat lapisan

dari luman ke arah luar: mukosasubmukosa, muskularis, dan serosa. Terdapat serabut-serabut obat poros
submukosa ( muskularis, mukosa ) dan dua lapisan otot poros di muskularis, yakni lapisan longitudinal diluar
dan sirkular di didalam. Seluruh dinding saluran pencernaan dilapisi oleh mukosa dan, kecuali pada esofagus
dan rektum distal, diliputi oleh serosa. Serosa tersebut berlanjut kemesenterium, yang mengandung serabut

saraf, pembuluh limfe, dan pembuluh darah yang mendarahi seluran cerna.
6
Hormon Gastrointestinal

Polipeptida biologik aktif yang disekresi oleh sel saraf dan sel kelenjar dimukosa bekerja dengan cara
parakrin tetapi peptida ini juga memasuki sirkulasi. Penelitian mengenai berbagai polipeptida tersebut
danpengukuran kosentrasi dalam darah dengan radioimmuoassay berhasil mengidentifikasi berbagai hormon
gastriontestinal pada pengaturan sekresi dan motilitas seluruh cerna.

Bila hormon-hormon ini diberikan dalam dosis besar, kerjanya akan tumpang tindih. Namun, tampaknya
efek fisiologi hormon tersebut relatif jelas. Berdasarkan kemiripan struktural dan kemiripan fungsi (sempai

tempat tertentu), beberapa hormon tersebut digolongkan didalam satu dari dua kelompok : klompok gastrin,

dengan anggota utama gastrin dan kolesistokinin (CCK); dan kelompok sekretin dengan anggota utama

sekretin, glukagon, glisentin (GLI), VIP, dan gastric inhibitory polipeptid (GIP). Terdapat hormon lain yang

tidak mudah digolongkan ke dalam kelompok-kelompok ini.

Mulut dan esofagus

Didalam mulut,makanan tercampurdengan saliva dan didorong kedalam esofagus. Gelombang peristaltik

diesofagus menggerakan makanan kedalam lambung.

Pengunyahan

Pengunyahan memecahkan partikel makanan besar dan mencampurkan makanan dengan sekresi.

Kelenjar liur. Pembasahan dan homogenisasi ini membantu proses menelan dan pencernaan selanjutnya.

Partikel makanan besar dapat dicernakan,umum menyebabkan kontraksi esofagus yang terasa kuat dan

sering menyakitkan. Partikel yang kecil cendrung menyebarkan apabila tidak ada air liur dan juga
menyebabkan proses menelan sulit karena partikel partikel tersebut tidak membentuk bolus. Jumlah

pengunyahan yang optimal bergantung pada makanan,tetapi biasanya berkisar dari 20-25 makanan.

Penderita tak bergigi biasanya dibatasi untuk memakan lunak dan sukar memakan makanan kering.

Kelenjar Saliva

Dikelenjar saliva (liur). Granula sekretonik(zimogen)yang mengandung enzim enzim saliva dikeluarkan dari

sel sel asinar kedalam duktus karakteristik ketiga pasang kelenjar saliva manusia.

7
Sekitar 1500 mL air liur disekresi perhari.pH saliva saat kelenjar istirahat sedikit lebih rendah dari 7,0 tetapi

selama sekresi aktif,pHnya mencapai 8.0 air liur mengandung dua enzim pencernaan:lipase lingual,yang
disekresikan oleh kelenjar kelenjar saliva juga mengandung musin,yaitu glikoprotein yang melumasi

makanan,mangikat bakteri,dan melindungi mukosa mulut. Saliva juga mengandung iminoglobin sekretorik

IgA lisozim,yang menyerang didnding kuman,laktoferin,yang kaya protein yang melindungi email gigi dan

mengikat latin yang toksik.

Saliva mempunyai sejumlah fungsi penting anatar lain memudahkan kita menelan mempertahakan stuktur

kelenjar submandibula (dikenal juga sebagai kelenjar submaksila).perhatikan bahwa sel disini mukosa
mempunyai nukleus basal yang pipih,sedangkan sel sel disini serosa memliki nekleus basal yang

pipih,sedangkan sel sel disini serosa memliki nekleus bundar dan sejumlah granula sekretorik zimogen

diaspeknya duktus interkalaris bermuara ke duktus striatus,yang sel selnya dikhususkan untuk transpor ion.

Menelan

Menelan adalah suatu proses refleks yang dicetuskan oleh impuls aferen dinervus

trigerminus,glosofaringues,dan vagus impuls impuls ini terintegrasi dineklus traktus solitarius dan nekleus

ambigus. Serabut serabut afero berjalan keotot faring dan lidah melalui nervus trigeminum.falisis dan

hipoglosus. Menelan diawali dengan kerja volunter,yakni mengumpulkan isi mulut dilidah dan

mendorongnya kebelakang menuju faring yang mendorong kebelakang menuju faring. Hal ini menentukan
serangkain gelombang kontraksi involister pada otot faring yang mendorong makanan kedalam esofagus
merupakan bagian dari repon refleks ini terjadi suatu kontraksi peristaltik berbentuk cincin dari otot

esofagus. Inhibisi pernapsan dan penutupan glotis merupakan bagian dari rekpon refleks ini.terjadi suatu
kontriksi berbentuk cincin dari otot esofagus dibelakang,yang kemudian menyapu makanan menuruni
8
esofagus dengan kecepatan sekitar 4 cm/detik. Jika manusia berada pada posisi tegak,cairan dan makanan

setengah padat umumnya jatuh oleh gaya tarik bumi keesofagus bawah,yang mendahului gelombang
peristaltik.

Sfingter Esofagus Bawah


Tidak seperti bagian lain otot pada perbatasan lambung dengan esofagus bersifat tonik aktif tetapi

melemas sewaktu menelan. Aktifitas tonik SEB antara waktu makan mencegah refleks isi lambung kedalam
esofagus.SEB terdiri dari tiga komponen otot polos esofagus lebih menonjol diperbatasan denga lambung

(sfingter intirintik). Serabut dari bagian crus diafragma,yang berupa otot rangka,mengelilingi esofagus
didaerah ini (sfingter ekstrintik)dan menimbulkan efek yang menyerupai penjepit selang esofagus.

Selain itu,serat oblik dinding lambung membentuk suatu katup flp yang membantu menutup

perbatasanesofagus lambung dan mencegah regurgitasi apabila tekanan intragastik meningkat.

9
C. Biokimia

a. Pencernaan Karbohidrat

Gambar 1.1 Pencernaan karbohidrat

Pencernaan dalam mulut merupakan proses pencernaan karbohidrat di mulai dalam mulut. Makanan

mengalami penguyahan oleh gigi makanan lebih halus permukaan makanan menjadi luas kontak enzim lebih

banyak mudah dicerna. Pencernaan dalam mulut melalui proses pencernaan karbohidrat di mulai dalam

mulut. Makanan mengalami penguyahan oleh gigi menjadi makanan lebih halus menyebabkan permukaan

makanan menjadi luas sehingga kontak enzim lebih banyak serta mudah dicerna. Saliva di produksi oleh3
Pasang Kelenjar besar (glandula salivarius/kelenjar liur) yaitu kelenjar parotis, kelenjar submaxilaris dan

kelenjar sublingualis. Kelenjar kecil (dalam mukosa mulut) yaitu terdapat lingualis, Buccalis, Palatum. Produksi
+ 1,5 L/hari (dewasa), saliva terdiri dari 99,5% air, pH sekitar 6,8. Fungsi saliva yaitu sebagai pelumas pada

waktu mengunyah dan menelan makanan. Pada makanan kering dg penambahan air akan memberikan
media untuk melarutkan molekul makanan. Pada media yang terlarut, enzim hidrolase memulai proses

pencernaan. Alat untuk ekskresi obat-obat/ zat-zat yang toxis seperti morphine, alkohol, ionion anoragik (K+

, Ca 2+ , HCO - , tiosianat (SCN), serta yodium dan imunoglobulin (IgA). Gerakan mengunyah berfungsi

memecah makanan dengan meningkatkan kelarutannya dan memperluas bidang permukaan untuk aktivitas
enzim. Dalam saliva terdapat amilase dan lipase. Amilase salivarius menghidrolisis pati dan glikogen menjadi
maltose. pH optimm amilase 6,6, tidak aktif (terhenti) pada pH < 4. Lipase disekresi permukaan dorsal lidah

(kel Ebner), pada manusia tidak berperan, kecuali tikus/mencit. Proses hidrolisis pati, melalui tahapan proses

starch/amilum/pati, soluble starch, amylodextrin, erythrodextrin, achrodextrin, maltose. Komposisi Saliva


terdiri atas 99,3% air, 0,7% zat padat (solid) yaitu 0,5% zat organik (0,4% mucin, albumin, globulin dan 0,1%
tdd urea, asam urat, kolestero dan vitamin); 0,2% zat anorganik (Ca+ , Cl- , HCO3- ,K-SCN); zat-zat

10
mikroskopik (sel epitel, leukosit, bakteri), saliva normal tidak mengandung glukosa dan pH 6- 7,9. Stimulasi

sekresi saliva melalui stimulasi saraf simpatis (mencium bau dan melihat makanan), adanya makanan/zat
dalam mulut; rasa asam/pahit (makanan yang ditolak) dan mucin.

b. Pencernaan Protein

Gambar 1.2 Pencernaan protein

Pencernaan dalam lambung melalui perangsangan sekresi getah lambung, psychic phase/cephalic phase
yaitu rangsangan susunan saraf bila melihat, merasakan, mencium makanan, Gastric phase bila adanya

makanan dalam lambung oleh hormon gastrin (gastric secretin). Zat-zat luar tubuh yang merangsang getah
lambung (gastric secretagogue). Pada sel kelenjar dalam lambung pada chief cells (satu baris sel) pleh pepsin

dan parietal cells (sel berlapis) oleh HCl. Komposisi getah lambung, pada kondisi normal berwarna jernih,

kekuningan, asam (0.2- 0,5% HCl), Bj +1,007, pH +1; mengandung 99% air, 1% zat padat, anorganik (HCl,

NaCl, KCl, Ca/mg Fosfat), organik yaitu mucin, pepsin, lipase, rennin. Pembentukan HCl, HCl dikeluarkan oleh
sel parietal dalam lambung, di dalam lambung kerja enzim amilase sudah dihentikan dengan adanya HCL,

dengan pH 1 amilase liur tidak bekerja lagi.

Tugas HCl mengaktifkan pepsinogen oleh pepsin, denaturasi protein dalam hal ini protein mudah dihidrolisis
dan di cerna. HCl membunuh mikroorganisme yang masuk bersama makanan karena bersifat asam. Mucin
bergabung dan konyugated dengan protein, sifat tidak dicerna oleh pepsin. Hasil hidrolisis menghasilkan

asam sulfat, asam asetat, glukosamin, glukoronat. HCL berfungsi melindungi sel mukosa lambung dari
keaktifan pepsin, pepsin dapat menyebabkan kerusakan sel-sel mukosa lambung. HCl mengurangi kelarutan

dari asam kuat HCl. Enzim pencernaan dalam lambung antara lain pepsin, rennin/chymosin dan lipase. Pepsin
dikeluarkan oleh sel-sel mukosa lambung (Chief cells) dalam bentuk pepsinogen (tidak aktif). Pengaktifan

pepsinogen melalui HCl dan pepsin sendiri (autokatalisis). Pepsin memecah protein proteosa dan pepton
(molekul besar). Protein yang sukar dicerna oleh pepsin : keratin (rantai peptida molekul tertutup) dan
Protamin (sedikit tirosin & fenilalanin). pH pepsin berkisar 1-2,5 (rantai asam). Rennin atau chymosin penting
pada pencernaan bayi dalam proses koagulasi susu, dapat lebih lama dalam lambung karena pencernaan

11
usus halus bayi belum bekerja dengan sempurna. Dewasa tidak terdapat rennin berfungsi memecah kasein

menjadi parakasein serta penambahan Ca2+ membentuk Ca-paracaseinat (gumpalan yang tidak larut). pH
optimum 6-6,5 dan suhu optimum 45°C.

Lipase terdapat dalam lidah, getah lambung (non-aktif) dan pancreas, pH optimum +8 (alkalis), pada suasana
asam (5,8-6,4) aktivitas menjadi lambat. Lipase lambung tidak bekerja pada lemak rantai panjang kecuali

tributirat. Getah lambung berfungsi membantu diagnosa penyakit lambung, pengukuran keasaman lambung,
Free Acidity (HCl bebas), total acidity (HCl bebas dan asam-asam organik lainnya) dan combine acidity (total

acidity – free acidity).

c. Pencernaan dalam Usus

Chyme atau kimus merupakan bahan makan dari lambung konsistensi padat dan asam di usus bertahap

sedikit demi sedikit dinetralkan oleh getah pankreas dan empedu alkalis. Rangsangan pada sekresi getah
pancreas. Hormon sekretin akan dihasilkan oleh duodenum dan jejenum akibat rangsang HCl, fat, protein,

karbohidrat, chime. Pengangkutan melaui darah, pancreas, hati, kandung empedu dan usus halus. Komponen
aktif sekretin akan merangsang sekresi getah pancreas, sedikit mengandung enzim menjadi polipeptida dg

27 asam amino. Pancreozymin akan merangsang sekresi kelenjar pankreas terdapat banyak enzim (pekat).

Hepatokinin akan merangsang sekresi getah empedu dari hati. Cholecystokinin akan merangsang kontraksi

dan pengosongan kandung empedu. Enterocrinin dapat merangsang sekresi getah usus halus (succus

entericus). Proses sekresi getah usus halus, dalam lambung makanan bercampur sempurna, massa homogen

dan halus, asam (kimus) dan keluar sedikit-sedikit ke dalam usus 12 jari, sehingga makanan bercampur dg

empedu dan enzim pankreas yang alkalis serta pH meningkat. Getah usus dihasilkan kelenjar Brunner dan
Lieberkum terdiri atas mucin dan enzim. Enzim pencernaan dalam usus halus antara lain proteolitik,

sakaridase/oligosakaridase spesifik, fosfatase, polinukleotidase, nukleosidase dan fosfolipase. Proteolitik

meliputi aminopeptidase atau eksopeptidase enzim pada ikatan peptida pada peptida dengan asam amino
terminal, peptidase. Sakaridase/oligosakaridase spesifik, L-glukosidase (maltose) menghidrolisis maltosa

menjadi 2 glukosa (L 1-4), isomaltase yang menghidrolisis isomaltosa menjadi 2 glukosa (  1-6),  -

galaktosidase (laktase) yang menghidrolisis laktosa menjadi glikogen & galaktosa, Sukrase yang
menghidrolisis sukrosa dengan glukosa dan fruktosa. Fosfatase melepas fosfat dari fosfat organik tertentu

yaitu heksosa fosfat, gliserolfosfat dan nukleotida yang berasal dari makanan & asam nukleat.

Polinukleotidase (DNAse dan DNAse), memecah asam nukleat (polinukleotida) menjadi mononukleotida,

nukleotida menjadi nukleosida dan fosfat, Nukleosida menjadi basa purin/pirimidin dan gula pentose.
Nukleosidase merubah purin nukleodidase perubahan basa purin menjadi adenin dan guanine, pirimidin

nukleosidase dirubah menjadi basa pirimidin selanjutnya menjadi sitosin dan urasil/timin. Fosfolipase
menghidrolisis fosfolipid menjadi gliserol, asam lemak, asam fosfat, kolin.

12
d. Pencernaan Lemak

Getah pankreas bersifat menjadi cair, jernih, tidak berwarna, pH sekitar 8, tidak beku - 0,47°C, Bj 1,007

dan disekresi ½ L sehari, Komposisi terdiri 98,7% air, 1,3% zat padat dan anorganik : NaCl, bikarbonat, K+ ,
Ca++, HpO4 2- dan SO42- . Enzim getah pancreas terdiri atas tripsin dan Kimotripsin (inaktif). Proses

pengaktifan meliputi enzim tripsinogen menjadi tripsin (enterokinase, pH 5,2- 6), tripsinogen menjadi tripsin
(tripsin pH 7-9) dan kimotripsinogen menjadi kimotripsin (tripsin pH 8).

Gambar 1.5 Reaksi autokatalisis pepsin

Gambar 1.6 Lokasi pemotongan pepsin

Enzim getah pankreas, terdiri atas peptidase yaitu karboksipeptidase (dari pankreas), aminopeptidase

(dari usus halus) dan dipeptidase (dari usus halus). Produk akhir asam amino bebas sehingga mudah diserap
mukosa usus. Enzim getah pankreas terdiri atas amilase, pH optimum 7,1; menghidrolisis amilum, glikogen

atau dekstrin menjadi maltosa, matotriosa, oligosakarida bercabang, glukosa. Lipase pankreas (steapsin)
menghirolisis ikatan ester dari triasilgliserol menjadi asam lemak bebas, gliserol, monoasilgliserl dan

diasilgliserol. Penting bila terganggu lipid akan membungkus makanan lain sehingga sulit dicerna enzim
pencernaan lain. Cholestryl ester hydrolase (chlesterol esterase) akan menghidrolisis cholesterol menjadi
asam lemak dan cholesterol ester (bolak balik). RNAse dan DNAse menghidrolisis RNA dan DNA menjadi

13
mononukleotida. Phopolipase yang menghidrolisis ikatan ester sekunder dari gliserfosfolipid. Getah empedu

dihasilkan oleh hati, kandung empedu/fesica felea/gall bladder suatu kantong yg melekat pada duktus
hepatikus berfungsi menampung getah empedu dari hati antara 2 waktu makan yang akan berkontraksi dan
mengalirkan empedu ke usus halus. Komposisi : air, mucin dan pigmen, cholesterol, asam lemak, garam

anorganik, pH 7,1-7,3. Stimulasi Kandung empedu melalui hormon cholesystokinin dan syaraf nervus fagus,
yang menstimulasi getah empedu cholagogues pada garam empedu (dehidrocholat), calomel, garam inggris
(MgSO4), curcuma, daging, lemak, lemak, asam dan buah-buahan. Inhibitor berupa CO. Normal : 200-500
mg/hari. Asam empedu bila bergabung dengan glisin membentuk glikolat dan glikohenodeoxycholat dan

bila bergabung dengan taurin menjadi taurocolat dan taurochenodeoxycholat. Fungsi sistem empedu

mengemusikan lemak, garam empedu akan menurunkan tegangan permukaan air serta membantu

pencernaan & absorpsi lemak serta vitamin larut lemak, menetralkan asam yaitu menetralkan kimus yang

bersifat asam. Ekskresi obat-obatan, toxin, pigmen empedu & zat anorganik (Cu, Zn, Hg) serta melarutkan

dan mengeluarkan kolesterol. Dieksresi kolesterol dalam empdu dan diubah menjadi asam empedu.
Penderita batu empedu dapat dinetralkan dengan cenodeoxycholat.

Absorpsi yaitu penyerapan makanan oleh sel-sel muosa usus melalui sel absorpsi. Absorpsi

sempurna bila terjadi dalam lumen usus cukup bahan makanan, permukaan dinding usus luas dan sel absorsi
utuh dan sehat, cukup waktu kontak antar bahan makanan dan sel mukosa usus. Tempat absorpsi makanan

dapat di lambung, usus halus (9% bahan makanan), usus besar (kolon) berupa air. Mekanisme absorpsi yaitu

melalui difusi, transport aktif, phagositosis/phirositosis/sitopemsis dan perbsorpsi Difusi terjadi diaman zat-

zat yang molekul kecil (BM 150) dengan bantuan enzim/protein carier dari sel absorbsi dalam proses kimiawi

dalam darah (dalam hal ini sel mengalami kelelahan akan diganti sel baru selama 34 jam).

Phagositosis/phirositosis/sitopemsis melalui proses pengambilan makanan melalui vakuola pada zat molekul

besar serta dikeluarkan dari sel. Perbsorpsi pada sela-sela sel absorpsi melalui gerakan otot-otot usus dan

kristal-kristal. Akan meningkat pada keaadaan tidur dan pemberian obat-obatan yaitu kafein, nikotin. Aakn
menurun pada pemberian atropin dan lebih besar pada orang muda daripada tua. Hasil zat hasil absorpsi
melalui pembuluh darah ke ginjal (urin), cairan serebrospinal, empedu, plasenta dan dirusak sel-sel

makrofag/mikrofag. Penyerapan Karbohidrat/lipid/protein pada bentuk molekul sederhana melalui transport

aktif glukosa, inhibitor quabain dan phlorizin inhibitor pada pompa Na+ .

Gangguan pencernaan antara lain defisiensi lactase, inherited defisiensi lactase, aktivitas laktase

rendah primer, aktivitas laktase rendah sekunder, defisiensi sukrase, disacchariduria dan monosacharida
malabsorpsi. Pembusukan atau putrefaction yaitu zat yang tidak dapat di cerna di dalam kolon akan dirubah
oleh enzim dari bakteri. Hasil Gas : CO2 , CH4 , NH3 , N2 ,H2S. Asam asam asetat, asam laktat, asam butirat
dan amina toksik (ptomain). Pembusukan atau putrefaction, contoh dekomposisi lesitin menjadi kolin dan

toksik amin (neurine dan muscarine), pembusukan asam amino melalui reaksi dekarboxilasi yaitu ptomaine,
deaminasi menjadi NH3 dan reaksi lain yaitu asam amino dirubah menjadi ptomaine dan CO2 (dekarbolsilasi

14
oleh bakteri). Asam aminonya antara lain ornitin, lisin, arginin, tirosin dan histidin. Ptomain meliputi putresin,

cadaverin, agmatin, tiramin dan histamin.

Deaminasi dirubah menjadi NH3, menghasilkan asam α-keto dan NH3 (amoniak) pada sistem portal

yaitu melalui hati menjadi urea, bila hati terganggu menyebabkan intoksikasi amonia yaitu coma hepaticum
(contoh cirrhosis hati), dapat dihindari bila diit rendah protein dan bila hemorragia tractus digestivus melalui

oral antibiotik (neomysin) dapat membunuh bakteri usus menjadi NH3 berkurang. Reaksi lain yaitu triptofan
menjadi indol dan skatol dan asam amino mengandung S (sistein, sistin) dalam merkaptan.

Pembusukan karbohidrat akan menghasilkan asam-asam organik yaitu asam laktat, asam asetat.

Tinja/Faeces mengandung 25% dari berat kering tinja berupa flora usus, bakteri usus bersifat herbivoradapat

memecah selulosa menjadi glukosa, mensintesis asam amino esensial dan mensintesis vitamin. Flora usus

pada manusia dapat mensintesis vitamin K dan Bkompleks Detoksikasi (Protective synthesis), detoksikasi
(hati, ginjal, usus & jar.lain) yaitu reaksi kimia dalam tubuh melalui perubahan zat-zat kimia yang sifatnya
berbahaya dalam tubuh menjadi tidak berbahaya dalam alat pembuangan (Ekskretoris). Reaksi yang terjadi

oksidasi, reduksi dan konjugasi. Contoh yaitu obat procain dihidrolisis oleh enzim esterase menjadi

paraamino benzoid (PABA) atau dietil amino etanol. Triptofan menjadi indol konjugasi dengan sulfat menjadi
indikan, melalui urin dapat tes reaksi obermeyer. Detoksikasi dengan reduksi jarang terjadi yaitu dari asam

pikrat menjadi asam pikramat yaitu 2-nitrobenzaldehid menjadi p-aminobenzoat dan nitrobenzen menjadi p-

amino fenol. Detoksikasi dengan konyugasi pada asam amino, sulfat, asam glukoronat, asetat (asetilasi) dan

gugus metil. Detoksikasi dengan konyugasi pada asam amino glisin yaitu para-amino benzoat menjadi para

amino hipurat, asam salisilat menjadi urat salisilat, asam nikotinat menjadi urat asam nikotin. Konjugasi
dengan Sistein (S) yaitu brom benzen menjadi p-brom-fenil-merkapturat membentuk brom fenol konjugasi

dengan Sulfat dan glukoronat. Detoksikasi dengan konyugasi sulfat, sulfat sumber sistein/metionin menjadi

sulfokinase dan indol, fenol, hormon steroid menjadi ikatan kondroitin sulfat dalam belerang (urin).

Detoksikasi dengan konyugasi menjadi glukoronat dimana karboksil/hidroksil (contoh asam benzoat menjadi
benzoil glukuronida, fenol menjadi fenol glukorunida, asam salisilat menjadi salisilat glukuronida).

Detoksikasi dengan konyugasi asam asetat, asam asetat (asetilasi) memerlukan KoASH, ATP, transasetilase,
contoh pada reaksi p-amino benzoat (PABA) menjadi p-asetil-amino benzoat dan sulfanilamida menjadi

pasetil-aminobenzulfonamide. Detoksikasi dengan konyugasi pada gugus metil. Sumber gugus metil dapat
berasal dari metionin, kolin, betain serta vitamin dengan inti piridin menjadi asam nikotinat dan niasinamida.

D. Biofisika

Proses pencernaan pertama kali terjadi di dalam rongga mulut. Di dalamrongga mulut, makanan
dikunyah dan dihancurkan oleh gigi, dibantu oleh lidah.Dalam rongga mulut juga ada enzim yang membantu
pencernaan yaitu enzim amilase.

15
Lidah juga membantu pencernaan makanan di dalam mulut. Dengan adanyalidah, dapat mengecap rasa

manis, asin, asam, dan pahit.


Lidah berfungsi dalammembantu proses menelan dan pencampuran makanan dalam mulut. Setelah dicerna
di dalam mulut, makanan akan masuk ke dalamkerongkongan.. Makanan didorong oleh otot kerongkongan menuju

lambung.Gerakan otot ini disebut gerak peristaltik. Gerak peristaltik inilah yang menyebabkanmakanan
terdorong hingga masuk ke lambung.Di pangkal leher, terdapat dua saluran,yaitu batang tenggorok dan
kerongkongan. Batang tenggorok merupakan saluran pernapasan, sedangkan kerongkongan merupakan
saluran makanan. Kedua saluran inidipisahkan oleh sebuah katup. Jika sedang makan, katup akan menutup.

Ketika bernapas, katup akan terbuka.

Dari kerongkongan, makanan masuk ke lambung. Di dalam lambung,makanan dicerna secara kimiawi dengan bantuan

enzim yang disebut pepsin. Pepsin berperan mengubah protein menjadi pepton. Di dalam lambung terdapat

asam klorida yang menyebabkan lambung menjadi asam. Asam klorida dihasilkan oleh dindinglambung.

Asam klorida berfungsi untuk membunuh kuman penyakit dan mengaktifkan pepsin. Ketika proses
pencernaan terjadi di lambung, otot-otot dinding lambung berkontraksi. Hal tersebut menyebabkan

makanan akan tercampur danteraduk dengan enzim serta asam klorida. Secara bertahap, makanan akan
menjadi berbentuk bubur. Kemudian, makanan yang telah mengalami pencernaan akan bergerak sedikit

demi sedikit ke dalam usus halus. Di dalam usus halus terdapat dua proses pencernaan, yaitu pencernaan

secarakimiawi dan proses penyerapan sari makanan . Usus penyerapan adalah tempat penyerapan sari-sari

makanan. Sari makanan adalah makanan yang telah dicernasecara sempurna. Di dalam usus penyerapan

terdapat bagian yang di sebut vili. Vili banyak mengandung pembuluh darah. Vili inilah yang dapat menyerap sari-

sarimakanan. Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana basa. Prosesnya
sebagai berikut :

1. Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan oleh bikarbonat dari

pancreas.

2. Makanan yang kini berada di usus halus kemudian dicerna sesuai kandunganzatnya. Makanan dari
kelompok karbohidrat akan dicerna oleh amylase pancreas menjadi disakarida. Disakarida kemudian

diuraikan oleh disakaridasemenjadi monosakarida, yaitu glukosa. Glukaosa hasil pencernaan

kemudiandiserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah.

3. Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton,maka pepton akan
diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsinmenjadi asam amino. Asam amino kemudian
diserap usus dan diedarkan keseluruh tubuh oleh peredaran darah

4. Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama akan dilarutkan (diemulsifikasi)oleh cairan empedu
yang dihasilkan hati menjadi butiran-butiran lemak (dropletlemak). Droplet lemak kemudian
diuraikan oleh enzim lipase menjadi asamlemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol kemudian
diserap usus dandiedarkan menuju jantung oleh pembuluh limfe

16
Setelah melewati usus halus, sisa makanan masuk ke usus besar. Di dalamusus besar, sisa makanan

mengalami pembusukan. Pembusukan ini dibantu oleh bakteri Escherichia coli. Air dan garam mineral dari
sisa makanan tersebut, akandiserap oleh usus kembali. Setelah itu, sisa makanan dikeluarkan melalui anus
dalam bentuk tinja (feses).

Mineral juga dibutuhkan oleh tubuh dan hanya dalam jumlah yang sedikit.Sherman (1952) mencoba
mengelompokkan unsure mineral sebagai berikut :
1. Unsur mineral yang ikut membentuk jaringan keras seperti tulang dan gigi Cadan Phospat.
2. Unsur mineral yang turut membentuk jaringan lunak seperti kelenjar, saraf,garam organik,

yang mengandung unsur Na, K, Mg, S, P, Cl dan juga ada dalam protoplasma.

3. Unsur mineral yang membentuk cairan tubuh, terutama garam-garam anorganik yang dapat larut.

Adapun fungsi mineral antara lain sebagai pembentuk jaringan, pemeliharadan pengatur sistem

koloidal, pertukaran cairan tubuh, viskositas, pemeliharakeseimbangan asam basa tubuh, dan sebagai

aktivator enzim dan sistem biologis.


E. Etiologi

Umumnya kolesistitis disebabkan oleh batu empedu yang menyebabkan sumbatan pada duktus sistikus sehingga

terjadi distensi kandung empedu dan gangguan aliran darah dan limfa. Faktor yang mepengaruhi timbulya serangan kolesistitis
akut adalah satatis cairan empedu,infeksi kuman, dan iskemi pada dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis akut

adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan statis cairan empedu, sedangkan

sebagian kecil kasus timbul tanpa batu empedu (kolesistisis akutakalkulus). Bagaimana statis di duktus sistikus dapat menyebabkan

kolesistitis akut belum jelas. Diperkirakan banyak fakor yang berpengaruh, seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin

dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti reaksi inflamasi dan supurasi. Kolesistitis akut

akalkulus akan timbul pada pasien yang dirawat cukup lama dan mendapat nutrisi secara parenteral pada sumbatan karena

keganasan pada kandung empedu, batu di saluran kandung empedu, atau merupakan salah satu komplikasi penyakit lain seperti

demam tifoid dan diabetes mellitus. Batu didalam kandung empedu sebagian besar tersususn dari pigmen-pigmen empedu dan
kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium, dan protein. Macam-macam batuyang terbentuk antara lain :

1. Batu empedu kolestrol terjadi karena kenaikan sekresi kolestrol dan penurunan produksi empedu. Faktor lain yang
berperan dalam pembentukan batu ialah infeksi pada kandung empedu, usia yang bertambah, obesitas, wanita,

kurang makan sayur, obat-obatan untuk menurunkan kadar kolestrol.


2. Batu pigmen empedu ada dua macam yaitu :

a. batu pigmen hitam, terbentuk kandung empedu dan disertai hemolysis kronik/sirosis hati tanpa infeksi.
b. batu pigmen coklat, bentuk lebih besar, berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu disertai
bendungan dan infeksi.
3. Batu saluran empedu, sering dihubungkan dengan diverticula duodenum di daerah arteri. ada dugaan bahwa

kelainan anatomi atau pengisian diverticula oleh makanan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koleduktus
dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.

17
Penyebab ;ain dari kolesistitis selain dari adanya batu empedu dapat berupa, antara lain :

a. Obtruksi duktus sistikus dengan distensi dan iskemia vesika bilaris. Sumbatan batuempedu pada duktus sistikus
dapat menyebabkan distensi kandung empedu dangangguan aliran darah dan limfe, bakteri komensal kemudian

akan berkembang biak.


b. Kolestiasis terdapat lebih dari 80%

c. Cedera kimia (empedu) dan atau mekanik (batu empedu) pada mukosa.
d. Infeksi bakteri dan kuman seperti E. coli, slmonela typhosa, cacing akaris, ataukarena pengfaruh enzim-emzim

pangkreas.

F. Patofisiologi

Batu empedu terbentuk ketika beberapa factor berinteraksi: kompesisi empedu abnormal, stasis

empedu, dan inflamasi kantung empedu. sebagian besar batu empedu (80%) terutama terdiri dari kolestrol:

sisanya terdiri atas kompenen empedu. kolestrol yang berlebihan pada empedu dikaitkan dengan obesitas,

diet, tinggi kalori dan tinggi kolestrol, serta obat yang menurunkan kadar kolestrol serum. Ketika empedu

mengalami supersaturasi dengan kolestrol, maka akan mempresipitasi pembentukan batu. Stesis empedu,
atau pengosongan kandung empedu secara lambat, berkontribusi terhadap kolelitiasis. Batu tidak terbentuk
ketika kandung kemih menggosongkan diri secara komplit sebagai respon terhadap stimulasi hormonal.

Pengosongan yang lambat atau tidak komplit memungkinkan kolestrol untuk menjadi pekat dan

meningkatkan resiko pembentukan batu. Akhirnya, inflamasi kandung kemihmemungkinkan reabsopsi air

dan garam empedu secara berlebihan, meningkatkan resiko litiasis. sebagian besar batu empedu dibentuk

dalam kandung empedu. Batu empedu kemudian tersebut akan berpindah ke dalam duktus, menyebabkan

kolangitis (inflamasi duktus). Meskipun beberapa orang yang mengalami kolelitiasis tidak mengalami gejala.

G. Manifestasi Klinis

Hanya 20-25% pasien dengan batu empedu yang menunjukkan gejala klinia. Biasa batu empedu

dijumpai ketika dilakukan pemeriksaan USG dan dijumpai asimtomatik pada 80% pasien

(Paumgartner&Greenberger, 2006).

1. Kolik bilier
Kolik yang diakibatkan oleh obstruksi transien dari batu empedu merupakan keluhan utama pada

70-80% pasien. Nyeri kolik disebabkan oleh spasme fungsional di sekitar lokasi obstruksi. Nyeri kolik
mempunyai karakteristik spesifik; nyeri yang dirasakan bersifat episodik dan berat, lokasi di daerah

epigastrium, dapat juga dirasakan di daerah kuadran kanan atas, kuadran kiri, prekordium, dan
abdomen bagian bawah. Onset nyeri tiba-tiba dan semakin memberat pada 15 menit pertama dan

18
berkurang hingga tiga jam berikutnya. Resolusi nyeri lebih lambat. Nyeri dapat menjalar hingga

region interskapular, atau ke bahu kanan (Cuschieri, 2003).


2. Kolesistitis kronik
Diagnosis yang tidak pasti yang ditandai dengan nyeri perut atas kanan yang bersifat intermiten,

distensi, flatulens, dan intoleransi makanan berlemak, atau apabila mengalami kolesistitis episode
ringan yang berulang. (Cuschieri, 2003).
3. Kolesistitis obstruktif akut
Ditandai dengan nyeri konstan pada hipokondrium kanan, pireksia, mual , dapat atau tidak disertai

dengan jaundice, Murphy sign positif (nyeri di kuadran atas kanan), leukositosis (Cuschieri, 2003).

4. Kolangitis

Ditandai dengan nyeri abdominal, demam tinggi, obstruktif jaundice (Charcot’s triad), nyeri hebat

pada kuadran atas kanan. (Cuschieri, 2003).

5. Jaundice obstruktif

Ditandai nyeri abdominal atas, warna feses pucat, urin berwarna gelap seperti teh pekat, dan adanya
pruritus. Jaundice obstruktif dapat berujung ke kolangitis bila saluran bersama tetap terjadi obstruksi

(Cuschieri, 2003).

H. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic dilakukan untuk mengidentifikasikan keberadaan dan lokasi batu,

mengidentifikasi kemungminan komplikasi, dan memabntu membedakan penyakit kandung empedu dari
penyakit yang lain.

1. Bilirubin serum diperiksa. Peningkatan bilirubin direk (terkonjungsi) dapat mengindikasikan

obstruksi aliran empedu dalam system duktus empedu.


2. Hitung darah lengkap dapat menunjukkan kenaikan hitung sel darah putih ketika terjadi inflamasi
dan infeksi
3. Amilase dan Lipase serum diperiksa unutk mengidentifikasi kemungkinan pankreatitits terkait

obstruksi duktus komunis

4. Ultrasonografi pada kandung empedu merupakan pemeriksaan non-invasif yang dapat secara
akurat mendiangnosis kolelitiasis dengan keakuratan lebih dari 95%. Pemeriksaan ini dapat
digunakan juga unutk mengkaji pengosongan kandung empedu
5. Rontgen Abdomen (bagian abdomen yang datar) dapat menunjukkan batu empedu yang memiliki
kandungan kalsium yang tinggi
6. Scan Kandung empedu (mis, scan HIDA , DIDA, atau DISIDA ) menggunakan larutan radioaktif via
intravena yang secara cepat diekstrasi dari darah dan diekskresi ke dalam percabangan empedu

unutk mendiagnosis obstrusi saluran sistik dan kolesistitis akut atau kronik.
19
I. Penatalaksanaan / Terapi
Penatalaksanaan Non Bedah

a. Penatalaksanaan pendukung dan diet


Kurang lebih 80% dari pasien yang mengalami inflamasi akut kandung empedu sembuh

dengaan istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik, dan antibiotik. Intervensi bedah
harus ditunda sampai gejala akut mereda dan evalusi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika

kondisi paisen memburuk.


Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein. Pemasangan pipa lambung bila terjadi

distensi perut. Observasi keadaan umum dan vital sign.

Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok. Pemeberian antibiotik

sistemik dan vitamin K ( anti koagulpati ).

b. Disolusi medis
Oral Disolution Therapy adalah car penghancuran batu dengan pemberian obat-obatan herbal.
Ursodeoxycholic acid lebih dipilih dalam pengobatan daripada chenodeoxycholic, karena efek
samping yang lebih banyak pada penggunaan chenodeoxycholic, seperti terjadinya diare,

peningkatan aminotransfrase dan hiperkolesterolemia sedang.

Gambar Obat Oral Ursodiol

c. Disolusi kontak

Terapi contact dissolution adalah suatu cara untuk menghancurkan batu kolesterol dengan
memasukkan suatu cairan pelarut ke dalam kandung empedu melalui kateter perkutaneus melalui
hepar atau alternatfi lain melalui kateter nasobilier. Larutan yang dipakai adalah methyl terbutyl eter.

Larutan ini dimasukkan dengan suatu alat khusus ke dalam kandung empedu dan biasanya mampu
menghancurkan batu kandung empedu dalam 24 jam.

Kelemahan teknik ini hanya digunakan untuk kasus dengan batu kolesterol radiolusen. Larutan yang

digunakan dapat menyebabkan iritasi mukosa, sedasi ringan dan adanya kekambuhan terbentuknya
kembali batu kandung empedu.

20
d. ESWL/ litotrispi gelombang elektrosyok

Prosedur non invasive ini menggunakan gelombang kejut berulang (repeated shock wave) yang
diarahkan pada batu empedu didalam kandung empedu atau duktus koledukus dengan memecah
batu tersebut menjadi beberapa sejumlah fragmen.

ESWL sangat populer digunakan beberapa tahun lalu. Manfaat pada saat ini memperlihatkan bahwa
prosedur ini hanya terbatas pada pasien yang telah benar-benar dipertimbangkan untuk menjalani
terapi ini..
e. ERCP

Pada ERCP, suatu endoskop dimasukkan melalui mulut, kerongkongan, lambung, dan ke dalam usus

halus. Zat kontras radioopak massuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah selang didalam

sfingter oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga batu empedu yang

menyumbay saluran akan berpindah ke usus halus. ERCP dan sfingterotomi telah berhasil dilakukan

pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000 penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami
komplikasi, sehingga prosedur ini lebih aman dibandingkan pembedahan perut. ERCP saja biasanya

efektif dilakukan pada penderita batu saluran empedu yang lebih tua, yang kandung empedunya
telah diangkat.

Penatalaksanaan Bedah

Laparoskopi Kolesistektomi

Gambar operasi pembedahan Kolesistektomi

Indikasi Laparoskopi Kolesistektomi telah menjadi pilihan pengobatan penyakit kandung empedu

simtomatik. Prosedur yang cocok untuk kebanyakan klien, bahkan dengan kolesistitis akut, karena trauma
minimal terhadap dinding dada. Hal ini memungkinkan untuk klien pulang dalam 24 jam setelah prosedur

21
dan kembali berkerja dalam beberapa hari-minggu, sebagian kasus dengan kolesistektomi yang dilakukan

dengan insisi perut.

Klien di bawahan anestesi umum CO2 digunakan untuk membuat pneumperitoneum melalui jarum yang

dimasukkan dekat umbilicus. Dekat umblikus endoskop dimasukkan melalui insisi kecil untuk melihat
kandung empedu dan menentukan kemungkinan kesuksesan prosedur ini. Tiga insisi kecil lain dibuat:

satu untuk memegang kandung empedu, satu untuk pengisapan dan irigasi, dan satu untuk instrument
pemotong dan pemakai jepitan.

Kontraindikasi. Kontraindikasi Laparoskopi kolesistektomi jika batu dikatahui ada di dalam duktus utama

empedu. Laparoskopi endoskopi tidak mengijinkan eksplorasi dan membuang batu dari duktus utama.

Komplikasi kemungkinan komplikasi pembedahan dan anestesi termasuk pneumonia atau atelectasis,

trombosisi vena dalam atau emboli paru, dan kerusakan bilier serta perdarahan. Keuntungannya, luka

kecil dan tinggal di RS dalam waktu singkat, namun dipengaruhi ahli bedah unutk memilih prosedur ini

lebih sering. Klien yang menjalani prosedur ini paling tidsk berisiko karena rawat jalan dan biasanya hanya

perlu analgesic oral. oleh karena CO2 menekan diafragma, mua, muntah dan nyeri lebih sering jika kepala
dan tubuh dinaikkan terlalu segera setelah pembedahan.

Hasil yang di harapkan Banyak klien pulang pada hari pembedahan atau sehari setelahnya. Banyak kasus,
dapat mulai aktivitas normal dan kembali berkeja setelah 3-4 hari.

Kolesistektomi

Indikasi Kolesistektomi terdiri atas eksisi kandung empedu dan dinding posterior hati dan meligasi duktus

kistik, vena dan arteri. Ahli bedah biasanya mendekati kandung empedu melalui insisi parameida

kananatau atas tengah atas. Jika perlu, duktus utama mungkin dieksplorasi melalui insisi ini. Jika batu
dicurigai didalam duktus utama. kolongiografi saat operasi mungkin dilakukan (jika tidak perintah

sebelum operasi). Ahli bedah mungkin melebarkan duktus utama jika tidak lebar sebagai akibat proses
patologik. Pelebaran memfasilitasi pembuangan batu. Ahli bedah memasukkan instrument kecil ke dalam

duktus untuk mengumpulkan batu, utuh maupun pecahan batu.

Setelah mengeksplorasi duktus utama, ahli bedah biasnaya memasukkan slang T untuk menjamin

drainase empedu adekuat selama penyembuhan duktus (Koledokstomi). Slang T juga memberikan jalan
bagi pascaoperasi kolongiografi atau pelarut batu.

Kolesistektomi terbuka konvensional diindikasikan ketika laparoskopi kolesistekstomi tidak

memungkinkan bagi penemu batu di dalam duktus utama empedu dan ketika fisik klien tidak
memungkinkan mencapai kandung empedu. Ada kalanya, ketika klien sangat gemuk atau obesitas,
kandung empedu tidak dapat diambil melaui alat laparoskopi. Selanjutnya, ahli bedah mungki kesulitan

22
mencapai kandung empedu orang dewasa dengan badan kecil dan mungkin perlu melakukan

kolesistektomi terbuka konvensional.

Kontraindikais. Kondisi fisik klien mungmin tidak mampu menahan stress pembedahan, termasuk

kehilangan cairan dan elektrolit dan stress anestesi. Kolesistektomi, insisi, dan drainase kandung empedu
mungkin dilakukan sebagai sebuah prosedur alternatif.

Komplkasi setelah kolesistektomi, pantau klien untuk komplikasi pascaoperatif yang lazim, seperti

perdarahan pneumonia, tromboflebitis, retensi urine dan ileus. Resiko kebocoran empedu di dalam ruang
perut lebih mungkin pada pembedahan yang melibatkan kandung empedu. Perdarahan dan kebocoran

kandung empedu, klien merasa nyeri berat dan nyeri tekan di kuadaran kanan atas lingkar perut

meningkat, empedu dan perdarahan mungkin bocor dari luka, tekanan darah turun dan takikardi.

Hail Yang Diharapkan Kolesistektomi mengakibatkan nyeri berhenti segera pada banyak klien dan

mencegah berkembangnya komplikasi seperti kolesistitis akut, koledokolitiasis, dan kolongitis. Gejala

menetap setelah membuang kandung empedu mengidikasikan (1) kemungkinan kesalahan diagnosis

atau gangguan fungsi usus seperti esophagitis, ulkus pepetik, pankreatitis, atau irritable bowel syndrome
(IBS) (2) kesalahan teknik (3) batu duktus utama empedu kambuh atau tertahanatau (4) spasme sfingter
Oddi. Klien harus mendapat perawatan di RS selama 3 hari sebelum dipulangkan. Klien mungmin

dipulangkan dengan slang T di tempat untuk 1-2 minggu.

Perawatan Praoperasi

Persiapan mentoring dengan cermat temuan klinis awal yang mungkin mengindikasikan onset komplikasi

dari infeksi atau obstruksi. Untuk laparoskopi kolesistektomi persiapan praoperasi meliputi cara-cara yang
sama untuk klien lain yang diap operasi. persiapan termasuk (1)status NPO setelah tengah malam (2)

persiapan Kulit (cuci dengan sabun antibakteri) (3) terkadang enema unutk mengurangi peluang

inkontenensia yang mengontaminasi lapang operasi, dan (4) kadang antibiotic.

Pengkajian Pengkajian umumnya, manajemen bedah kolelitiasis adalah elektif dan tidak dilakukan dalam

situasi gawat darurat jika tidak terjadi obstruksi. konseskuensinya, meskipun klien dapat memahami

tentang prosedur dan rasionalnya, kaji pemahan klien tentang perawatan pra dan pascaoperasi
dibutuhkkan.

Hasil yang Diharapkan, klien akan mengungkapkan memahami proseudr, akan menunjukkan
kemampuan unutk batuk, napas dalam, dan latihan tungkai, dan akan mengungkapkan pengetahuan
erkaitan dengan sumber pascaoperasi segera.

Intervensi Menguatkan informasi yang diberikan ke klien tentang prosedur pembedahan. tentukan
tingkat pemahaman dan kebutuhan pembelajaran klien dan orang-orang yang berpengaruh terhadap

23
klien. berikan materi yang dapat dibava atau dilihat oleh klien sendiri. berikan instruksi lisan dan
demonstrasikan untuk menjamin bahwa klien dapat melakukan latihan pascaoperasi (pemutaran, batu,
napas dalam, dan balut luka) secara tepat dan dapat memahami kegunaanya. klien juga butuh
beberapa pengetahuan apakah yang diharapkan pasca operasi seperti IV, penempatan slang T dan
drainase, control nyeri dan aktivitas. Penelitian tlah menunjukkan bahwa edukasi klien praoperasi
mengurangi resiko perkembangan komplikasi pascaoperasi.

Prosedur Operasi Kolesistektomi Laparoskopi

Pasien terlebih dahulu akan diganti pakaiannya dengan pakaian khusus rumah sakit. Setelah itu, dokter

akan memasang selang infus untuk menyalurkan obat yang diperlukan selama operasi. Selama tindakan,
pasien tidak akan merasakan apa-apa karena akan diberikan obat anestesi umum (bius total).

Operasi angkat kandung empedu dengan laparoskopi dimulai dengan membuat 4 sayatan kulit pada

perut pasien sebesar lubang kunci, dekat dengan kandung empedu. Melalui irisan kulit ini, alat
laparoskopi yang berupa selang berkamera dimasukkan ke dalam perut, untuk menampilkan gambaran

kondisi di sekitar kandung empedu melalui video. Kemudian akan dimasukkan gas ke dalam rongga
perut pasien sehingga menggembung, untuk memudahkan prosedur operasi. Dengan bantuan
video, dokter bedah akan memasukkan alat-alat lainnya ke dalam perut pasien.

Jika peralatan yang dibutuhkan sudah berada pada posisi yang tepat, dokter akan memotong dan

mengangkat kandung empedu. Jika ada kelainan di sekitar kandung empedu, dokter juga akan

memperbaiki kelainan tersebut. Setelah prosedur pengangkatan kandung empedu selesai, dokter akan
memeriksa kondisi kandung empedu kembali dengan menggunakan sinar Rontgen. Teknik ini

dinamakan kolangiografi. Setelah itu, dokter akan menutup kembali irisan kulit yang sudah dibuat

dengan jahitan. Pasien yang sudah selesai menjalani operasi kemudian dibawa ke ruang perawatan untuk
pemulihan.

24
Gambar 46-3 Laparoskopi Kolesistektomi (A) tempat standard 4 sisi yang digunakan dalam Laparoskopi

Kolesistektomi/ 1, sisi lateral digunakan menarik kandung empedu, 2. sisi subcostal digunakan untuk

pengisapan/irigasi, 3. sisi tengah superiordigunakan untuk memasukkan laparoskopi nantinya dalam


prosedur sambil kandung kemih ditahan di sisi umbilicus, 4.nsisi umbilicus paling seringdigunakan untuk

memasukkan laparoskopi untuk banyak prosedur dan terus digunakan untuk menahan kandung
empedu, setelah laparoskopi dipindah ke sisi tengah superior. B, persiapan kandung empedu untuk

dibuang dengan mengaitkannya dari organ lain (missal duktus kistik, arteri, vena) 1, kandung empedu

ditarik dari sisi lateral. 4, laparoskopi dimasukkan melalui sisi umbilicus, untuk melihat kandung empedu,
C, Membuang kandung empedu, 3. laparoskopi melalui sisi tengah superior. 4. buang kandung empedu

melalui sisi umbilkus.

Perawatan Pascaoperasi

Status pernapapasan dimonitor secara hati-hati setelah pembedahan kandung empedu atau saluran

bilier karena potensi berkembangnya atelektasus dan dan pneumonia. monitor ketat drainase dari semua

slang bilier dan tempat insisi untuk jumlah, karakter, dan warna. kaji secara seksama status kardiovaskuler

dan mani fastasi pendarahan serta syok. pendarahan, meskipun jarang, dapat terjadi jika kandung empedu

yang meradang telah lengket dengan hati.

Analgesic untuk menejemen nyeri adalan penting dan seharusnya diberikan teratur berdasarkan

peningkatan kenyamanan dan istirahat juga mempertinggi kemampuan klen batuk dan napas dalam.

25
Jaga hidrasi dan keseimbangan cairan IV sampai klen tidak lagi pada status NPO dan dapat menerima

cairan oral. ketika klien diperbolehkan asupan oral. Ketika klien diperbolehkan asupan oral, sejumlah cairan
dan makanan seharusnya menjadi cukup dan seimbang, baik untuk menjaga dungsi ginjal dan BB
(kehilangan BB minimal). klien umunya diizinkan beralih ke diet tertur, dengan lemak selama ditoleransi.

Pengkajian pascaoperasi klien adalah penting, termasuk seksama tanda-tanda vital, pernapasan, dan bising

usus, dan keadaan umum untuk memeriksa komplikasi seperti perdarahan, masalah pernepasan, atau
infeksi. Di samping itu asupan dipantau yang mencerminakan fungsi ginjal, dan luaran diukur saksama,

termasuk drainase luka, muntah atau pengisapan NG. Kaji adanya kemerahan atau pembengkakan tempat
insisi, Pantau nyeri juga lokasi, keparahan, dan keefektifan intervensi.

Setelah laparoskopi kolesisteksomi, nyeri bahu adalah pola nyeri pascaoperasi yang umum dirasakan klien.

nyeri bahu terjadi karena CO2 tidak dikeluarkan atau diserap oleh tubuh. CO2 menyebabkan iritasi saraf
frenik dan diafragma dan mungkin menurunkan kelainan pernapasan.

26
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat

Penyakit Kandung empedu mungkin tidak menunjukkan gejala (walaupun pemeriksaan ronsen
menunjukkan adanya batu empedu)

 Kolesistitis Akut
a. Awitan nyeri hebat atau menetap di region midepigastrik atau kuadran kanan atas abdomen
yang muncul tiba-tiba.
b. Nyeri yang menyebar ke punggung di antara bilah bahuatau di seluruh bilah bahu kanan
(scapula) atau hanya di area bahu
c. Serangan terjadi setelah makan makanan berlemak atau berjumlah banyak setelah puasa untuk
waktu yang lama
d. serangan terjadi di tengah malam
e. Mual, muntah, Mengigil
f. Demam derajat rendah
g. Riwayat gejala saluran cerna lebih ringan yang mendahului serangan akut: indigestif, rasa tidak
nyaman yang samar di abdomen, bersendawa, dan flatulen setelah makan atau kudapan kaya
lemak.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Objektif
1. Gelisah
2. Takikardi
3. Berkeringat
4. distensi abdomen
5. Teraba massa kuadran kanan
6. Urine gelap, pekat
7. Mual/muntah
8. Adanya penurunan berat badan
9. Demam
10. Mengigil
b. Subjektif
Klien terlihat gelisah dan meringis kesakitan.

Temuan Pemeriksaan Fisik

1. Nyeri Hebat
2. Pucat
3. Diaforesis
4. Demam derajat rendah
5. Kelelahan
6. Ikterus (kronis)
7. Urine berwarna gelap dan warna fases seperti tanah liat

27
8. Takikardia
9. Nyeri tekan pada kandung empedu, yang meningkat saat inspirasi (tanda Murphy)
10. Massa seperti sosis, yang teraba dan tidak nyeri (kandung empedu dipenuhi kalkulus tanpa
obstruksi duktus)
11. Bising usus yang hipoaktif

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Masalah Domain dan Kelas


1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasmeduktus, Domain : 12, kenyamanan
proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrisis, luka post op Kelas : 1, kenyamanan fisik

Kode Diagnosa:00132
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan substansi Domain : 11 kenyamana
kimia, billirubin meningkat Kelas : 2 cedera fisik

Kode Diagnosa : 00046


3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan Domain : 2 nutrisi
tubuh berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, Kelas : 1 makan
mual muntah, dispepsia, nyeri Kode diganosa : 00002
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan keluarnya cairan Domain : 11

empedu, adanya port de entry untuk post op laparaskopi keamanan/perlindungan

kolelitiasis Kelas : 1, infeksi

Kode diagnosis : 00266


5. Resiko defisien volume cairan berhubungan dengan Domain : 2, nutrisi
mual/muntah
Kelas : 5 hidrasi

Kode dignosa : 00028

28
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NANDA NOC NIC

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi 1. Manajemen Nyeri


keperawatan diharapkan pasien ;
Definisi : Pengalaman sensori Fungsi Gastrointestinal Definisi: Pengurangan atau reduksi
dan emosional tidak Definisi : kemampuan saluran nyeri sampai pada tingkat
menyenangkan berkaitan pencernaan untuk memasukkan dan kenyamanan yang dapat diterima
dengan kerusakan jaringan mencerna makanan, menyerap oleh pasien.
actual atau potensial, atau nutrisi dan membuang zat sisa : Aktivitas - aktivitas :
yang digambarkan sebagai a. Nyeri Perut [4] a. Lakukan pengkajian nyeri
kerusakan (International b. Warna fases [4] komprehensif yang meliputi
Association for the study of c. konsistensi fases [3] lokasi, karakteristik,
Pain); awaitan yang tiba-tiba d. regurgitasi [4] onset/durasi, frekuensi,
atau lambat dengan intensitas e. disepepsia [3] kualitas, intensitas atau
ringan hingga berat, dengan f. mual [3] beratnya nyeri dan faktor
berakhirnya dapat diantisipasi g. muntah [3] pencetus
atau diprediksi, dan dengan h. hematemesis [4] b. gunakan strategi komunikasi
durasi kurang dari 3bulan. i. penurunan berat badan [4] terapeutik untuk mengetahui
Keterangan: pengalaman nyeri dan
1 = sangat berat samppaikan penerimaan
Batasan karakteristik : 2 = berat oasien terhadap nyeri
a. Ekspresi wajah nyeri 3 = ringan c. berikan informasi mengenai
b. sikap melindungi area 4 = cukup nyeri, seperti penyebab nyeri,
nyeri 5 = tidak ada berapa lama nyeri akan
c. keluhan tentang intensitas dirasakan, dan antisipasi dari
menggunakan standar Pemulihan pembedahan : segera ketidaknyamanan akibat
skala nyeri setelah operasi prosedur.
d. focus pada diri sendiri Definisi : tingkat pencapaian fungsi d. kendalikan faktor lingkungan
fisiologis dasar individu setelah yang dapat mempengaruhi
pembedahan mayor yang respon pasien terhadap
membutuhkan anestesi : ketidaknyamanan (misalnya,
a. perdarahan [4] suhu, ruangan, pencahayaan,
b. nyeri [4] suara bising)
c. cairan merembes pada balutan e. dorong pasien unutk
[4] memonitor nyeri dan
d. pembengkakan sisi luka [4] menangani strategi
e. bising usus [4] penurunan nyeri.
Keterangan:
1 = sangat berat 2. Manajemen Saluran Cerna
2 = berat
3 = ringan Definisi: pembentukan dan
4 = cukup pemeliharaan pola yang teratur
5 = tidak ada dalam hal eliminasi saluran
cerna.

Aktivitas - aktivitas :
a. memulai program latihan
saluran cerna, dengan cara
yang tepat
b. mendorong asupan maknan
pembentuk gas, yang sesuai
c. instruksikan pasien
mengenai makanan tinggi
serat, dengan cara yang

29
tepat
d. berikan cairan hangat
setelah makan, dengan cara
yang tepat
e. evaluasi profil medikasi
terkait dengan efek
samping-efek samping
gastrointestinal

3. Pengaturan Posisi

Definisi: menempatkan pasien


atau bagian tubuh tertentu
dnegan sengaja untuk
meningkatkan kesejahteraan
fungsi fisiologis dan psikologis.
Aktivitas - aktivitas:
a. jangan memposisikan
[pasien] dengan
penenkanan pada luka
b. sangga dengan sandaran
yang sesuai
c. tinggikan anggota badan
yang terkena dampak
setinggi 20 derajat atau
lebih, lebih tinggi dari
jatung, untuk
meningkatkan aliran balik
vena
d. instruksikan pasien
bagaimana menggunakan
postur dan mekanika
tubuh yang baik ketika
beraktivitas
e. tempatkan barang secara
berkala dalam jangkauan
[pasien]
2. Gangguan Integritas Kulit Setelah dilakukan intervensi 1. Perawatan Daerah (area) sayatan
keperawatan diharapkan pasien: Definisi: membersihkan,
Definisi : kerusakan pada Kontrol Resiko:proses Infeksi memantau, dan meningkatkan
epidermis dan/atau dermis. Definisi: tindakan individu untuk proses penyembuhan luka yang
mngerti, mencegah, megiliminasi ditutup dengan dengan jahitan,
Batasan karakteristik : atau mengurangiancaman terkena klip atau steples.
a. Gangguan Integritas kulit infeksi.
b. Perdarahan a. mengidentifikasi faktor resiko Aktivitas - aktivitas :
c. Hematoma infeksi [3] a. periksa daerah sekitar
d. Kemerahan b. mengetahui konsekuensi sayatan terhadap
terkait infeksi [3] kemerahan, bengkak, atau
c. mengidentifikasi resiko infeksi tanda-tanda dehiscence atau
dalam aktifitas sehari-hari [4] eviserasi
d. mempraktekan strategi untuk b. monitor proses
mengontrol infeksi [4] penyembuhan
e. melakukan tindakan segera penyembuhan di daerah
unutk mengurangi resiko [4] sayatan
Keterangan: c. bersihkan daerah sekitar
1 = sangat berat sayatan dengan
2 = berat pembersihan yang tepat
3 = ringan d. bersihkan mulai dari area
4 = cukup yang bersih ke area yang
5 = tidak ada kurang bersih
30
e. gunakan kapas steril untuk
pembersihan jahitan benang
luka yang efisien, luka dalam
Integritas jaringan ; kulit & dan sempit, atau luka
membrane mukosa berkantong
Definisi : keutuhan struktur dan f. lepaskan jahitan, staples,
fungsifisiologis kulit dan selaput atau klip sesuai indikasi
lender secara normal. g. gunakan pakaian yan tepat
a. suhu kulit [3] untuk melindungi sayatan
b. lesi pada kulit [3] h. arahkan pasien cara merawat
c. jaringan parut [3] luka insisiselama mandi
d. penebalan kulit [3] i. arahkan pasien dan/atau
e. wajah pucat [4] keluarga cara merawat luka
f. pengerasan [kulit] [4] insisi termasuk tanda-tanda
dan gejala infeksi a.
j. arahkan pasien bagaimana
b.
meminimalkan tekanan pada
daerah insisi

2. Pencegahan Luka tekan

Aktivias - aktivitas :
a. menggunaka metode
pengukuran suhu kulit yang
tepat untuk mengetahui
resiko luka tekan, sesuai
dengan protop yang ada
b. dorong pasien untuk tidak
merokok dan menghindari
komsumsi alkohol
c. dokumuntasikan gambaran
perkembangan kulit setiap
hari mulai dari hari pertama
dirawat
d. hindari pemijatan pada area
yang menonjol
e. lembabkan kulit yang pecah-
pecah
f. hindari air panas dan
gunakan sabun yang lembut
saat mandi
g. pantau alat-alat dapat
menimbulkan tekanan dan
gesekan
h. ajarka anggota keluarga atau
yang merawat [pasien]
mengenai tanda-tanda kulit
yang tidak utuh.

3. Perawatan Luka

Definisi pencegahan komplikasi


luka dan peningkatan
penyembuhan luka.
a. ukur luas luka yang sesuai
b. berikan rawatan insisipada
luka, yang diberikan
c. berikan balutan yang sesuai
dengan jenis luka
d. perkuat balutan [luka].
31
sesuai kebutuhan
e. pertahankan teknik balutan
steril ketika melakukan
perawatan luka dengan
tepat
f. periksa luka setiap kali
perubahan balutan
g. anjurkan pasien dan
keluarga mengenai cara
penyimpanan dan
pembuangan balutan dan
pasokan/suplai
h. anjurkan pasien atau
anggota keluarga pada
prosedur perawatan luka
i. abjurkan pasien dan
keluarga unutk mengal
tanda dan gejala infeksi
j. dokumentasikan lokasi luka,
ukurna dan tampilan.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi; Setelah dilakukan intervensi 1. Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan diharapkan pasien:
Definisi: menyediakan dan
Definisi : asupan nutrisi tidak Kelelahan : Efek yang Menggangu meningkatkan intake nutrisi yang
cukup untuk memenuhi seimbang
kebutuhan metabolik. Definisi: keparahan efek gangguan
yang diamati atau dilaporkan dari Aktivitas - aktivitas :
Batasan karakteristik : kelelahan kronis terhadap fungsi a. tentukan apa yag menjadi
a. Nyeri abdomen sehari-hari : prefrensi makanan yang
b. enggan makan a. Penurunan energi [3] dimiliki pasien
c. asupan makn kurang dari b. Gangguan dengan aktivitas b. instruksikan pasien
recommended daily sehari-hari [3] mengenai kebutuhan nutrisi
allowance (RDA) c. perubahan status nutrisi [3] (yaitu: membahas pedoman
d. penurunan berat badan d. gangguan aktivitas fisik [3] diet dan piramida
dengan asupan makan e. gangguan perfoma kerja [4] makanan)
adekuat f. nafsu makan menurun [4] c. tentukan jumlah kalori dan
e. ketidakmampuan jenis nutrisi yang
mencerna makanan Keparahan mual & muntah dibutuhkan untuk
Definisi: keparahan dari tanda dan emmenuhi pesyaratan gizi
gejala mual, muntah-muntah dan d. berikan pilihan maknan
muntah : sambil menawarkan
a. frekuensi mual [3] bimbingan terhadap pilihan
b. intensitas mual [3] [makanan] yang lebih sehat,
c. kehilangan berat badan [4] jika diperlukan
d. ketidakseimbangan elektrolit e. ciptakan lingkungan yang
[4] optimal pada saat
mengkomsumi amkan
Keterangan: (misalnya, bersih,
1 = sangat berat berventilasi, santai dan
2 = berat bebas dari bau yang
3 = ringan menyengkat)
4 = cukup f. pastikan makanan disajikan
5 = tidak ada dengan cara yang menarik
dan pada suhu yang paling
cocok untuk komsumsi
secara optinal
g. monitor kalori dan asupan
makanan
h. anjurkan pasien untuk
memantau kalori dan intake
32
maknaan (misalnya, buku
harian makanna)

2. manajemen obat

Definisi : fasilitasi penggunaan


dan efektifitas resep yang
aman serta penggunaan obat
bebas.
Aktivitas - Aktivitas :
a. tentukan kemmapuan
pasien untuknmengobati
disri sendiri dengan cara
yang tepat
b. monitor efektifotas cara
pemberian obat yang
sesuai
c. monitor tanda dan gejala
toksisitas obat
d. imunitor efeksamping
obat
e. kaji ulang pasien dan tau
keluarga secara berkala
mengnai jenis dan jenis
obat yang dikonsumsi
f. monitor respons
terhadap perubahan
pengobatna dengan cara
yang tepat
g. pantau kepatuhan
mengenai regimen obat

3. Manajemen Cairan

Definisi: meningkatkan
keseimbanagn cairan dan
pencegahan komplikasi yang
dihasilkan dari tingkat cairan
tidak normal atau tidak
diinginkan
Aktivitas - aktivitas:
a. Monitor status hidrasi
(misalnya membrane
mukosa lembab, denyut nadi
adekuat dan tekanan darah
ortotastik)
b. monitor tnda-tanda pasien
c. monitor makanan atau
cairan konsumsi dan hitung
asumsi kalori harian
d. berikan cairan dengan tepat
e. konsultasikan dengan dokter
jika tnda-tanda dan gejala
kelebihan volume dan cairan
menetap atau memburuk
4. Resiko infeksi Pemulihan Pembedahan : 1. Kontrol Infeksi
Penyembuhan :
Definisi : rentan mengalami a. Hidrasi[4] Definisi : meminimalkan
invasi dan multiplikasi b. penyembuhan luka [3]
33
organisme patogenik yang c. kesadaran [3] penerimaan dan transmisi
dapat menggangu kesehatan. d. pelaksanaan perawatan luka agen infeksi
Batasan Karakterisik : yang diresepkan [4]
a. gangguan integritas kulit e. penyesuaian terhadap
b. kurang pengetahuan perubahan tubuh karena
Aktivitas-aktivitas :
untuk mengetahui pembedahan [4]
a. Alokasikan kesusaian
pemajanan pathogen f. nyeri [3]
luas ruang per pasien,
c. terpajan pada wabah g. pemulaan kembali aktivitas
seperti yang
d. penyakit kronis normal [3]
diindikasikan oleh
h. infeksi luka [3]
pedoman pusat
pengendalian dan
Pemulihan Pemebedahan: segera
pencegahan penyakit
setelah operasi
(Centeres for Disaese
a. tingkat kesadaran [3]
Control and Prevention
b. bising usus [4]
CDC)
c. pembengkakan sisi luka [3]
b. bersihkan lingkungan
d. mual [4]
dengan baik setelah
e. muntah [4]
digunakan unntuk setiap
f. urin output [3]
pasien
c. pastikan teknik
perawatan luka yang
tepat
d. dorong intake cairan
yang sesuai
e. dorong untuk
beristirahat
f. anjurkan passien untuk
meminum antibiotic
seperti yang sudah
diresepkan
g. ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi
dan kapan harus
melaporkannya kepada
penyedia perawatan
kesehatan
h. ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
bagaimana menghindari
infeksi
2. Perlindungan Infeksi

Definisi : pencegahan dan


deteksi dini infeksi pada
pasien beresiko
Aktivitas-aktivitas :
a. monitor adanya tanda
dan gejalan infeksi
sistemik dan local
b. batasi jumlah
pengunjung ysang
sesuai
c. periksa setiap kondisi
sayatan bedan dan luka
d. tungkatkan asupan
nutrisi yang cukup
e. anjurkan asupan cairan,
dengan tepat
34
f. anjurkan istirahat
g. anjurkan peningkatan
mobilitas dan latihan
dengan tepat
h. jaga penggunaan
antibiotic dengan
bijaksana
i. anjurkan pasien dan
keluarga bagaimana
menghindari infeksi
j.
3. Identifikasi Resiko
Definisi: analisis faktor resiko
potensial, pertimbangan resiko-
resikokesehatan
danmemprioritaskan strategi
pengurangan resiko bagi
individu maupun kelompok

Ativitas-aktivitas :
a. kaji ulang riwayat masa
lalu dan dokumentasikan
bukti yang menunjukkan
adanya penyakit medis
diagnose keperawatan
serta perawatannya
b. pertimbangkan
ketersediaan dan kualitas
sumber-sumber yang ada
(misalnya psikologis,
finansial, tingkat
pendidikan keluarga, dan
komunitas)
c. identifikasikan strategi
koping yang digunakan
d. pertimbangkan status
pemenuhan sehari-hari
e. instruksikan faktor resiko
dan rencana untuk
mengurangi faktor resiko
f. diskusikan dan rencanakan
aktivitas-aktivitas
pengurangan resiko
berkalaborasi dengan
individu atau kelompok
g. implementasikan aktivitas-
aktivitas pengurangn
resiko
h. rencanakan tindsk lanjut
strategi dan aktivitas
pengurangan resiko
jangka panjang.
5. Resiko kekurangan volume Hidrasi : 1. Pencegahan Perdarahan
cairan a. membrane mukosa lembab [4]
b. intake cairan [3] Definisi : pengurangan
Definisi : rentan mengalami c. output urin [3] stimulus yang dapat
penurunan volume cairan d. warna urin keruh [4] menyebabkan perdarahan
intravaskuler, interstisial, e. kehilangan berat badan [4] atau perdarahan pada pasien
dan/atau intraseluler, yang beresiko
dapat menggangu Eliminasi Urine Aktivitas-aktivitas :
35
kesehatan. a. bau urin [3] a. lindungi pasien dari
Batasan Karakterisik : b. jumlah urin [4] trauma yang dapat
a. kehilangan melalui rute c. warna urin [3] menyebabkan
abnormal- aspirasi d. kejernihan urine [4] perdarahan
nasogastric (NG), e. mengosongkan kantung kemih b. instruksikan pasien-
muntah, perubahan sepenuhnya [3] pasien yang masih bisa
koagulasi berjalan untuk selalu
b. penyimpangan yang menggnaka sepatu
mempengaruhi asupan- c. beritahu pasien untuk
asupan yang dibatasi pencegahan tindakan-
secara medis tindakan invasive, jika
tidak dapat dihindar,
monitor dengan ketat
tanda-tanda perdarahan
d. cegah konstipasi
(misalnya memotivasi
untuk meningkatkan
asupan cairan dan
mengkomsumi pelunak
fases) jika diperlukan
e. instruksikan pasien dan
keluarga untuk
memonitor tanda-tanda
perdarahan dan
mengambil tindakan
yang tepat jika terjadi
perdarahan (misalnya,
lapor kepada peraat)

2. Pengurangan Perdarahan:
Gastrointestinal

Definisi : pembatasan jumlah


kejilangan darah dari saluran
gastrointestinal bagian atas
dan bawah dan komplikasi
yang terkait
Aktivitas-aktivitas :
a. evaluasi respon pasien
terhadap perdarahan dan
persepsinya mengenai
kejadian tersebut
b. penatalaksanaan jalan
napas bila diperlukan
c. monitor tanda dan gejala
perdarahan yang terus
menerus (misalnya,
periksa semua sekresi
terhadap adanya darah)
d. monitor status cairan,
termasuk intake dan
output, jika diperlukan
e. dokumentasikn warna,
jumlah dan karakter dari
fases
f. hindari stress
g. kaji status nutrisi pasien
h. bangun hubungan yang
mendukung dengan
36
pasien dan keluarga
i. instruksikan pasien dan
keluarga untuk
menguragi atau
meningkatkan aktvitas
fisiknya
j. instruksikan pada pasien
dan keluargamengenai
prosedur (misalnya,
endoskopi, sclerosis, dan
pembedahan) jika
diperlukan

3. Pemberian Makan
Definisi : menyediakan asupan
nutrisi pada pasien yang tidak
mampu untuk makan sendiri

Aktivitas-Aktivitas :
a. sediakan pereda nyeri
yang adekuat sebelum
waktu makan, dengan
tepat
b. lakukan kebersihan
mulut sebelum makan
c. identifikasi adanya reflek
menelan, sebelum
makan
d. duduk saat memberikan
makan untuk
menunjukkan perasan
senang dan rileks
e. atur makanan sesuai
yang disenangi pasien
f. jaga posisi tegak,
dengan kepala dan leher
sedikit fleksi ke depan
selama makan
g. berikan air minum pada
saat makan, jika
diperlukan
h. bantu pasien untuk
mengidentifikasi kapan
selsai [makan] dengan
tepat
i. catat asupan, dengan
tepat
j. sediakan sedotan
minuman, sesuai
kebutuhan atau sesuai
keinginan
k. hindari mengalihkan
perhatian pasien pada
saat menelan
l. jaga perhatian pada
pasien selama
memberikan makan
m. tunda pemberian
makan, jika pasien
kelelehan
37
n. cuci muka da tangan
setelah makan
o. dorong orangtua/
keluarga untuk
menyuapi pasien.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kolelitiasis merupakan batu dikantong empedu atau pada saluran kandung empedu yang pada
umumnya kompesisi utamanya adalah kolestrol. Batu empedu adalah gabungan beberapa unsur yang
membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung emepdu. Dan penatalaksananya
sendiri dapat berupa bedan ataupun non bedah. kolesistektomi merupakan pembedahan pada batu
kandung empedu dengan penyembuhan dengan jangka waktu yang singat dan pasien yang sudah
dilakukan operasi kolesistektomi diijinkan pulang sehari setelah operasi dilaksanakan.

B. Saran

Diharapkan mahasiswa keperawatan maupun pembaca sebaiknya mengetahui manajemen asuhan

keperawatan pada gangguan pencernaan khususnya pada kasus batu kantung empedu dengan

kolesistektomi. Mahasiswa keperawatan juga diharapkan mampu mengimplementasikan bagaimana cara

melakukan pendidikan kesehatan terkait masalah tersebut, memahami asuhan keperawatannya, dan

melakukan penanganan terhadap serangan serangan asma bronkial pada pasien-pasien terkait.

38
DAFTAR PUSTAKA

Black, M Joyce dan Jane hokanson Hawks,2009, Keperawatan Medikal Bedah. ELSEVIER: Singapore
Bulechek, G. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).6th Edition. Missouri: Elseiver Mosby

Moorhead, S. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes.5thEdition.


Missouri: Elseveir Sunder

Heather, T. Herdman. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Ed.11. Jakarta: EGC

LeMone Priscillia,dkk. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. EGC:Jakarta

Syaifuddin, 2016. Ilmu Dasar Biomedik. Salemba Medika: Jakarta

Dosen Keperawatan Medika-Bedah-Indonesia. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. EGC:

Jakarta

39

Anda mungkin juga menyukai