Anda di halaman 1dari 35

Kelompok 9:

1. Ayu Sri Lestari


2. Lisa Fajria
3. Rilla Tiara Dwi
Trisna
Anatomi Fisiologi sistem pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem


gastrointestinal (mulai dari
mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia
yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi
kedalam aliran darah serta
membuang bagian makanan
yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut
dari tubuh.
B. Struktur pencernan terdiri atas:

a. Mulut.
b. Tekak
c. Kerongkongan
d. Lambung
e. Usus halus
f. Usus besar
g. Rektum
h. Anus
C. Peristiwa yang terjadi dalam sistem pencernaan .

Saluran pencernaan menerima makanan dari luar dan


mempersiapkan bahan makanan untuk diserap oleh tubuh
dengan jalan proses pengunyahan, menelan dan penyerapan
dengan zat cair yang terdapat mulai dari mulut sampai ke anus.
Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan bahan zat
gizi yang sudah dicerna secara berkesinambungan untuk
didistribusikan kedalam sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur
(air, elektrolit dan zat gizi).
Proses pencernaan

a. Proses penghancuran makanan yang terjadi


dalam
mulut sampai ke lambung
b. Proses penyerapan sari-sari makanan yang
terjadi di dalam anus
c. Proses pengeluaran sisa-sisa makanan melalui
anus
Kimia
Protein, lemak dan polisakarida yang merupakan senyawa organik
dasar yang ditemukan pada makanan, akan mengalami pencernaan
kimiawi untuk mengiris bentuk polimer senyawa tersebut menjadi
bentuk monomer, sebelum dapat digunakan sebagai sumber energi
atau bahan baku untuk sintesis molekul lain.Tahap pertama
pemecahan molekul nutrisi merupakan reaksi enzimatik
ekstraselular yang dilakukan pada saluran pencernaan di luar sel,
dan reaksi enzimatik intraselular yang terjadi di dalam organel
khusus, yang disebut lisosom. Protein akan dicerna menjadi asam
amino, polisakarida menjadi glukosa, lemak menjadi asam lemak
dan gliserol. Setelah itu, masing-masing monomer akan diserap ke
dalam sitosol untuk memulai proses oksidasi.
Lanjutan
Tahap kedua adalah 10 jenjang reaksi dalam proses glikolisis yang
terjadi di dalam sitosol, termasuk pada mikroorganisme anaerob
yang tidak mendayagunakan O2 sebagai salah satu energi
penopang. Proses glikolisis terlebih dahulu mengkonversi setiap
polimer glukosa menjadi senyawa metabolit yang kemudian diiris
menjadi bentuk monomer dengan 6 atom karbon, lalu diiris lebih
lanjut menjadi dua molekul yang lebih kecil berupa asam piruvat
dengan masing-masing 3 atom karbon.Untuk setiap monomer
glukosa yang teriris, dua molekul ATP akan mengalami hidrolisis
sebagai energi pemicu reaksi, namun empat molekul ATP akan
terbentuk pada akhir reaksi. Dua elektron akan terlepas dari gugus
aldehid senyawa intermediat glukosa dengan 3 atom, gliseraldehid
3-fosfat, oleh oksidasi senyawa NAD+ yang menghasilkan dua
molekul NADH, menjadi asam 3-fosfogliserat, lalu menjadi asam
piruvat. Asam piruvat kemudian diserap dari sitosol ke dalam
mitokondria.
Biokimia
Manusia memerlukan senyawa organik antara lain
karbohidrat, lipid dan protein sebagai sumber energi yang
digunakan untuk menyelenggarakan berbagai aktivitasnya.
Makanan yang diperoleh tersebut harus dicerna oleh sistem
pencernaan yang melalui empat tahap yaitu memasukkan
makanan ke dalam tubuh (ingesti), mengubah makanan yang
kompleks menjadi sederhana (pencernaan), menyerap hasil
pencernaan serta membawanya ke dalam darah (penyerapan),
dan mengeluarkan sisa makanan yang tidak tercerna ataupun
yang tidak diserap oleh tubuh (defakasi).
Perdarahan Esofagus

Esofagus adalah bagian saluran cerna


yang menghubungkan hipofaring
dengan lambung, kira-kira 2-3 cm
dibawah diafragma.
Varises esofagus adalah penyakit yang
ditandai oleh pelebaran pembuluh darah
vena di esofagus bagian bawah. Varises
esofagus terjadi jika adanya obstruksi
aliran darah menuju hati.
Perdarahan esofagus merupakan
keadaan darurat medik, yang sering
diikuti dengan angka kematian, sekitar
20% terjadi dalam waktu 6 minggu,
meskipun telah dicapai banyak kemajuan
dan penatalaksanaannya.
Etiologi
Etiologi perdarahan esophagus adalah adanya varises
esophagus, yaitu berbagai penyakit yang terlibat dalam aliran
darah vena porta dan dapat menghasilkan peningkatan tekanan
vena porta sehingga membentuk varises esophagus. Factor yang
dapat memicu perdarahan adalah penggunaan otot pada saat
mengangkat barang yang berat; mengejan pada saat defekasi,
bersin, batu, atau muntah; esophagitis; atau iritasi pembuluh
darah akibat makan-makanan yang tidak dikunyah dengan baik
atau minum cairan yang merangsang. Salisat dan setiap obat
yang dapat menimbulkan erosi mukosa esophagus dan
mengganggu replikasi sel dapat pula menyebabkan perdarahan.
Patofisiologi
 Sirosis merupakan fase akhir dari penyakit hati kronis
yang paling sering menimbulkan hipertensi portal.
Tekanan vena porta merupakan hasil dari tahanan
vaskuler intrahepatik dan aliran darah pada portal
bed. Pada sirosis, tahanan vaskuler intrahepatik dan
aliran portal keduanya sama-sama meningkat. Bila
ada obstruksi aliran darah vena portal, apapun
penyebabnya, akan mengakibatkan naiknya tekanan
vena porta.
Lanjutan
 Tekanan vena porta yang tinggi merupakan penyebab
dari terbentuknya kolateral portosistemik, meskipun
faktor lain seperti angiogenesis yang aktif dapat juga
menjadi penyebab. Walaupun demikian, adanya
kolateral ini tidak dapat menurunkan hipertensi portal
karena adanya tahanan yang tinggi dan peningkatan
aliran vena porta. Sistem vena porta tidak mempunyai
katup, sehingga tahanan pada setiap level antara sisi
kanan jantung dan pembuluh darah splenika akan
menimbulkan aliran darah yang retrograde dan
transmisi tekanan yang meningkat.
 Bila tekanan pada dinding vaskuler sangat tinggi dapat
terjadi pecahnya varises. Kemungkinan pecahnya
varises dan terjadinya perdarahan akan meningkat
sebanding dengan meningkatnya ukuran atau diameter
varises dan meningkatnya tekanan varises, yang juga
sebanding dengan HVPG (hepatic venous pressure
gradien). Sebaliknya, tidak terjadi perdarahan varises
jika HVPG di bawah 12 mmHg. Risiko perdarahan ulang
menurun secara bermakna dengan adanya penurunan
dari HVPG lebih dari 20% dari baseline. Pasien dengan
penurunan HVPG sampai <12 mmHg, atau paling
sedikit 20% dari baseline, mempunyai kemungkinan
yang lebih rendah untuk terjadi perdarahan varises
berulang, dan juga mempunyai risiko yang lebih
rendah untuk terjadi asites, peritonitis bakterial dan
kematian.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang paling umum dari gangguan esophagus
adalah disfagia (kesulitan menelan) yang melibatkan sensasi
makanan menempel di belakang tenggorokan atau esophagus
atas. Jika menelan sakit, hal itu mengacu pada odinofagia.
Disfagia mungkin disebabkan oleh masalah obstruktif atau
motilitas esophagus. Gangguan obstruktif meliputi tumor
esophagus sementara gangguan motori dikaitkan dengan
gangguan akalasia dan neomuskular seperti diabetes mellitus,
penyakit parkinson, dan stroke. Disfagia sering disertai dengan
keraguan dalam menelan, dan pembersihan tenggorokan.
Tersedak dan muntah juga mungkin terjadi. Manifestasi lain
termasuk regurgitasi, nyeri (yang mungkin berkaitan dengan
kejang), dan nyeri ulu hati atau pirosis.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan kerongkongan
Pemeriksaan balium.
Manometri.
Pengukuran pH kerongkongan.
Uji Bernstein (tes perfusi asam kerongkongan)
Lanjutan

2. Endoskopi
 Endoskopi adalah pemeriksaan struktur
dalam dengan menggunakan
selang/tabung serat optic yang disebut
endoskop, yang dimasukan ke mulut bisa
digunakan untuk memeriksa:
kerongkongan (esofagoskopi), lambung
(gastrokopi), usus halus (endoskopi
saluran pencernaan atas).
Lanjutan

3. Intubasi
 Intubasi nasogastric.
 Intubasi naoenterik.
Lanjutan

5. Laparoskopi
 Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut
dengan menggunakan endoskopi, kemudian
dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam
rongga perut. Dengan laparoskopi dapat:
mencari tumor atau kelainan lainnya,
mengamati organ-organ di dalam rongga
perut, memperoleh contoh jaringan, dan
melakukan pembedahan.
Lanjutan
6. Rontgen
 Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut,
yang tidak memerlukan persiapakan khusus dari penderita.
Sinar X digunakan untuk menunjukkan: suatu penyumbatan,
kelumpuhan saluran pencernaan, pola udara abnormal di
rongga perut, dan pembesaran organ (misalnya hati, ginjal,
limpa).
 Pemeriksaan barium
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak
putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan,
menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung
dan usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal
menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises
kerongkongan.
Penatalaksanaan/Terapi
1. Tindakan Medis
Tindakan pertama adalah menentukan sumber
perdarahan dengan pemeriksaan esofagoskopi. Setelah
itu tindakan untuk menghentikan perdarahan dan
mengganti darah yang hilang. Beberapa tindakan yang
dapat menghentikan perdarahan :
 Lavase lambung (dapat dengan air es, namun tidak
dianjurkan)
Terapi farmakologis
Injeksi skleroterapi
Tamponade balon
Pembedahan (ligase dan pirau
Lanjutan

2. Tindakan medis
Tindakan medis meliputi :
 Tangani penyebabnya dengan mengurangi kadar ammonia
dan mencegah factor-faktor pencetus, seperti hypokalemia,
perdarahan dan hipoksia.
Obat-obat yang dapat mengurangi kadar ammonia
Makanan rendah protein
Lanjutan
3. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien ini, meliputi :
 Pemantauan terhadap pasien risiko tinggi
 Perubahan tingkah laku dan pola tidur
 Kaji perubahan pada kualitas tulisan pasien, kemampuannya
membuat gambar segiempat atau lingkaran
 Nadi, pertahankan, dan suhu tubuh
 Masa protrombin, bilirubin, dan albumin serum
 Pertahankan nutrisi
Makanan tanpa protein atau rendah protein, dan tinggi karbohidrat.
Pasien mengalami anoreksia, sehingga makanan yang diberikan
sedikit dan sering.
 Memberi asuhan jangka panjang
Pasien harus memerlukan perawatan yang cukup lama dan mungkin
selama hidupnya. Perawat perlu menerangkan kepada pasien dan
keluarganya tentang sifat gangguan ensefalopati sistemik-portal,
modifikasi makanan, efek obat-obat yang dimakannya, tanda awitan
ensefalopi sistemik-portal.
Konsep Manajemen Asuhan keperawatan
Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat
 Kelelahan
 Pusing dengan perubahan posisi
 Faktor stress akut atau kronis akibat keuangan, hubungan,
atau pekerjaan
 Perasaan tidak berdaya
 Perubahan pola defekasi yang biasa dan karakteristik feses
 Pingsan, pusing, pening atau kelemahan
 Nyeri digambarkan sebagai nyeri yang tajam, tumpul,
membakar, menggerogoti, mendadak, menyiksa (perforasi)
 Nyeri nokturnal dialami oleh banyak orang
Lanjutan
2. Temuan pemeriksaan fisik
Takipnea, hiperventilasi sebagai respon terhadap
aktivitas
Hipotensi, termasuk postural
Takikardia, disritmia terkait hipovolemia dan hipokemia
Denyut nadi perifer lemah dan hampir tidak teraba
Pengisian kapiler lambat atau tertunda akibat
vasokontriksi
Warna kulit pucat, sianosis bergantung pada jumlah
darah yang hilang
Kulit dan membrane mukosa lembab menunjukkan
diaphoresis yang mencerminkan status syok, nyeri akut,
dan kemungkinan reaksi emosional
Lanjutan
Pemeriksaan Fisik
1. INFEKSI
 Periksalah pasein dalam pencahayaan yang baik dan
lingkungan yang nyaman.
 Buatlah pasien dalam posisi telentang yang nyaman
dengan kepala disangga oleh satu atau dua bantalagar
otot-otot dinding perut rileks.
 Gunakan bantal tambahan untuk menyangga pasien
dengan kifosis atau sesak napas.
 Lihatlah kondisi gigi, mukosa bukal dan tanyakan
mengenai luka pada mulut.
 Perhatikan adakah bau tertentu, misalnya alkohol, fetor
hepaticus, uremia, melena atau keton.
 Paparkan abdomen dari xiphisternum hingga simfisis
pubis, dengan daerah dada dan tungkai bawah tetap
terlindungi pakaian.
Lanjutan
2. PERKUSI
 Pastikan tangan anda hangat.

 Jika tempat tidur rendah, berlututlah di samping tempat tidur.

 mintahlah pasien untuk menunjukkan kepada anda lokasi yang terasa


nyeri dan mintalah ia untuk mengatakan apabila terdapat nyeri tekan
yang timbul selama palpasi.
 mintalah pasien untuk meletakkan lengannya di samping tubuh untuk
menjaga relaksasi dinding abdomen.
 gunakan tangan kanan anda, jagalah tetap memutar dan kontak
dengan dinding abdomen.
 perhatikan wajah pasien untuk melihat adakah tanda-tanda
ketidaknyamanaan selama pemeriksaan berlangsung.
 mulailah dengan palpasi superfisial ringan mengikuti dari sisi yang
terasa nyeri.
 palpasi setiap area secara bergantian lalu palpasi yang lebih
mendalam.
 uji lobus otot abdomen secara ringan, buat gerakan mencelup
dengan menggunakan jari-jari anda.
Lanjutan
PERKUSI
 Mintalah pasien untuk menahan napas pada ekspirasi maksimal.
 Perkusi ke arah bawah dari sela iga kelima sebelah kanan pada
garis midklavikula dengarkan bunyi pekak yang mengindikasikan
batas atas hati.
 Ukurlah jarak dalam soptimeter di bawah batas iga pada garis
midklavikula atau dari batas atas kepekakan tepi hati yang teraba.
Untuk merasakan nyeri tekan kandung empedu (pada kolesistitis).
 Mintalah pasien untuk bernapas dalam dan secara lembut palpasi
kuadran kanan atas abdomen pada garis midklavikula. Sering
dengan penurunan hati, kandung empedu yang mengalami
inflamasi akan kontak dengan ujung jari, menyebabkan rasa nyeri
dan inspirasi mendadak tertahan (tanda murphy).
Lanjutan
 PALPASI
 Tempatkan tangan anda mendatar di kulit pada fosa iliaka
kanan.
 Arahkan jari-jari anda ke atas dengan jari telunjuk dan jari
tengahberada lateral dari otot rektus. Sehingga ujung-
ujung jari anda terletak paralel dengan selubung rektus.
Tetap perhankan tangan anda diam di tempat.
 Mintalah pasien untuk bernapas dalam melalui mulut.
 Rasakan tepi hati saat hati turun pada waktu inspirasi.
 Gerakkan tangan anda secara progresif ke arah atas
abdomen, 1 cm setiap kali, di antara setiap tarikan napas,
tempat anda mencapai batas iga atau sampai tepi hati
teraba. Mungkin terdapat pembesaran hati atau hati yang
letaknya menurun akibat hiperinflasi paru.
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Perdarahan
2. Risiko Syok
3. Ansietas
4. Nyeri Akut
5. Risiko kekurangan volume cairan
Intervensi Keperawatan
Diagnosis Keperawatan Perencanaan

NOC NIC

Risiko Perdarahan b.d 1. Keparahan Kehilangan Darah 1.Pencegahan Perdarahan


Kurang pengetahuan Definisi : keparahan tanda dan Definisi : pengurangan stimulus

tentang kewaspadaan gejala perdarahan internal atau yang dapat menyebabkan

perdarahan. eksternal. perdarahan atau pendarahan

2. Status Sirkulasi pada pasien yang berisiko.

Definisi : aliran darah yang searah 2.Pengurangan Perdarahan


dan tidak terhambat dengan Definisi : membatasi hilangnya

aliran yang tepat melalui volume darah selama episode

pembuluh darah besar sirkuit perdarahan.


sistemik dan paru. 3.Pengurangan Perdarahan :

Gastrointestinal

Definisi : pembatasan jumlah


kehilangan darah dari saluran

gastrointestinal bagian atas dan

bawah dan komplikasi yang


terkait.
Risiko Syok b.d perdarahan. 1. Keparahan Syok : Anafilaktik 1. Identifikasi Risiko

Definisi : keparahan tanda dan Definisi : analisis faktro risiko

gejala ketidakcukupan aliran potensial, pertimbangan

darah untuk perfusi jaringan risiko-risiko kesehatan dan

karena vasodilatasi permeabilitas memprioritaskan strategi

kapiler dengan serangan reaksi pengurangan risiko bagi

hipersensitif sistemik yang cepat. individu maupun kelompok.


2. Keparahan Syok : Hipovolemik 2.Terapi Oksigen

Definisi : keparahan tanda dan Definisi : pemberian oksigen

gejala ketidakcukupan aliran dan pemantauan mengenai


darah ke perfusi jaringan karena efektivitasnya.
penurunan drastis cairan 2. Pencegahan Syok
intravascular. Definisi : mendeteksi dan

mengobati pasien yang

berisiko mengalami syok.


3. Ansietas b.d kebutuhan yang 1. Status Kenyamanan 1. Pengurangan Kecemasan

tidak dipenuhi. Definisi : keseluruhan rasa definisi: mengurangi


nyaman dan keamanan individu tekanan,ketakutan,firasat,maupun

secara fisik, psikospiritual, social ketidak nyamanan terkait dengan

budaya, dan lingkungan. sumber-sumber bahaya yang

2. Status Kenyamanan : Fisik tidak teridentifikasi.

Definisi : kenyamanan fisik yang 2. Peningkatan koping


berkaitan dengan sensasi tubuh Devinisi : fasilitasi usaha kognitif
dan mekanisme homeoostatis. dan perilaku untuk mengelola

stressor yang dirasakan,


perubahan atau ancaman yang

mengganggu dalam rangka


memenuhi kebutuhan hidup dan

peran.
3. Terapi rekreasi

Definisi : penggunaan rekreasi

yang bertujuan untuk

meningkatkan relaksasi dan

keterampilan-keterampilan social.
Nyeri Akut b.d agens cedera 1. Kontrol Nyeri 1. Manajemen nyeri

fisik. Definisi : tindakan pribadi untuk Definisi: pengurangan atau

mengontrol nyeri. reduksi nyeri sampai pada

2. Tingkat Nyeri tingkat kenyamanan yang


Definisi : keparahan dari nyeri dapat diterima oleh pasien.

yang diamati atau dilaporkan. 2. manajemen sedasi

Definisi: pemberian sedative,


pementauan respon klien dan

pemberian dukungan

psikologis selama prosedur


terapo dan diagnostiK.
3. Pemberian analgesik
Definisi: penggunaan agen

farmakologi untuk mengurasi

atau menghilanggkan nyeri.


risiko kekurangan volume 1. Status Nutrisi : Asupan Makanan 1. Manajemen elektrolit/cairan

cairan b.d kehilangan cairan dan Cairan Devinisi:pengaturan dan

berlebih. Definisi : jumlah makanan dan pencegahan komplikasi dari

cairan yang masuk ke dalam perubahan cairan atau


tubuh lebih dari suatu periode 24 elektrolit.

jam. 2. Manajemen hipovolemi

2. Status Menelan Devinisi : ekspansi dari

Definisi : jalan lintasan yang aman volume cairan intrafaskular

untuk cairan atau makanan padat pada pasien yang cairannya

dari mulut sampai ke perut. berkurang

3. Monitor cairan
Devinisi: pengumpulan dan
analisis data pasien dalam

pengaturan keseimbangan

cairan7 6
Issue perddarahan esofagus/varises esofagus

 Varises Esofagus Sebabkan Hipotensi


Awalnya, penyakit varises esofagus tidak menimbulkan
gejala. Namun, jika varises pecah menyebabkan beberapa
gejala pada pengidap varises, seperti kondisi sakit perut,
muntah darah dengan jumlah darah yang cukup banyak,
feses yang berwarna hitam karena terjadi perdarahan
dalam lambung, pusing bahkan pengidap bisa kehilangan
kesadaran Sebaiknya segera minta bantuan tim medis,
apabila pengidap varises esofagus mengalami beberapa
gejala seperti penyakit kuning, yang disertai dengan
tekanan darah rendah dan detak jantung yang berdetak
lebih cepat. Jika tidak segera diatasi kondisi ini dapat
menyebabkan kematian. Hipotensi atau tekanan darah
rendah menjadi gejala yang dialami oleh pengidap
varises esofagus apalagi kondisi penyakit ini sudah cukup
parah.

Anda mungkin juga menyukai