PENDAHULUAN
A. Latar belakang
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang
bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus
bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hirschsprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel
ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat
menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat
berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan
isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada
Pasien dengan penyakit hirschsprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada
tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang mendeskripsikan
megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui
secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon
yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi
ganglion.
Penyakit hirsrchsprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi hisprung di Indonesia
tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah
penduduk Indonesia 200 juta dan tingkay kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan
lahir 1400 bayi dengan penyakit hisprung. Insidens keseluruhan dari penyakit hirschsprung 1: 5000
kelahiran hidup, laki-laki lebih banyak diserang dibandingkan perempuan (4:1). Biasanya, penyakit
hisprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin disertai
dengan cacat bawaan dan termasuk sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan
kardiovaskuler.
1
Selain pada anak, penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan
mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan
konstipasi faktor penyebab penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan faktor
lingkungan.
Oleh karena itu, penyakit hisprung sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan yang
dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi, rectum, manometri anorektal
dan melalui penatalaksanaan dan teraub.petik yaitu dengan pembedahan dan colostomi.
B. Rumusan Masalah
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengidenifikasi mengenai penyakit hisprung
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada
para pembaca khususnya kepada mahasiswa ilmu keperawatan mengenai penyakit hisprung.
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada mata kuliah
keperawatan anak
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
Usus besar atau kolon kira-kira 1,5 meter adalah sambungan dari usus halus dan mulai di katup
iliokolik atau ilioseikal yaitu tempat sisa makanan lewat. Reflek gastrokolik terjadi ketika makanan
masuk lambung dan menimbulkan peristaltic didalam usus besar. Reflek ini menyebabkan
defekasi. Kolon mulai pada kantong yang mekar padanya terdapat appendix vermiformis. Fungsi
serupa dengan tonsil sebagian terletak di bawah sekum dan sebagian dibelakang sekum atau
retrosekum. Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Disini
kolon naik melalui daerah daerah sebelah kanan lumbal dan disebut kolon asendens. Dibawah
hati berbelok pada tempat yang disebut flexura hepatica, lalu berjalan melalui tepi daerah
epigastrik dan umbilical sebagai kolon transvesus. Dibawah limpa ia berbelok sebagai fleksura
sinistra atau flexura linealis dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai kolon
desendens. Didaerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut flexura sigmoid dan dibentuk
kolon sigmoideus atau kolon pelvis, dan kemudian masuk pelvis besar menjadi rectum.
Rektum memiliki 3 buah valvula : superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian
distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian proksimal terletak
dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum
3
dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah
bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal,
dan, dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal ) serta otot-otot yang mengatur pasase isi
rektum ke dunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan (Irwan,
2003).
Persyarafan motorik spinkter ani interna berasal dari serabut syaraf simpatis
(n.hypogastrikus) yang menyebabkan kontraksi usus dan serabut syaraf parasimpatis
(n.splanknikus) yang menyebabkan relaksasi usus. Kedua jenis serabut syaraf ini membentuk
pleksus rektalis. Sedangkan muskulus levator ani dipersyarafi oleh n.sakralis 3 dan 4. Nervus
pudendalis mensyarafi spinkter ani eksterna dan m.puborektalis. Syaraf simpatis tidak
mempengaruhi otot rektum. Defekasi sepenuhnya dikontrol oleh n.splanknikus (parasimpatis).
Walhasil, kontinensia sepenuhnya dipengaruhi oleh n.pudendalis dan n.splanknikus pelvik (syaraf
parasimpatis) (Irwan, 2003).
Pada penderita penyakit Hirschsprung, tidak dijumpai ganglion pada ke-3 pleksus
tersebut (Irwan, 2003). Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit,
yang sudah hampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang
adalah sekitar 1500-2000 ml/hr. Berat akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200 gram, dan
80 - 90 % diantaranya adalah air.
4
Fisiologi Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel
movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari
sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang
peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum
dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi. Defekasi biasanya
dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :
yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada
kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah
anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan
bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.
kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis
ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan
meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau depan,
spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan
meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar
panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah
dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang
meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi diabaikan atau jika
defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal,
maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk
menampung kumpulan feses.
5
B. Definisi Hirschsprung
Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu
penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya
motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunyai
spinkter rectum berelkasasi.
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion
dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan. Penyakit
Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus
tersering pada neonates dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 kg, lebih
banyak laki-laki dari perempuan
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah
diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down
syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
6
Klasifikasi Hirschsprung
1. Hirschsprung segmen pendek Pada morbus hirschsprung segmen pendek daerah aganglionik
meliputi rektum sampai sigmoid, ini disebut penyakit hirschsprung klasik. Penyakit ini
terbanyak (80%) ditemukan pada anak laki-laki, yaitu lima kali lebih banyak daripada
perempuan.
2. Hirschsprung segmen panjang
Pada hirschsprung segmen panjang ini daerah aganglionik meluas lebih tinggi dari sigmoid.
3. Hirschsprung kolon aganglionik total
Dikatakan Hirschsprung kolon aganglionik total bila daerah aganglionik mengenai seluruh
kolon.
Embriologi Kolon
Dalam perkembangan embriologis normal, sel-sel neuroenterik bermigrasi dari krista
neural ke saluran gastrointestinal bagian atas kemudian melanjutkan ke arah distal. Sel-sel
saraf pertama sampai di esofagus dalam gestasi minggu kelima. Sel-sel saraf sampai di
midgut dan mencapai kolon distal dalam minggu kedua belas. Migrasi berlangsung mula-
mula ke dalam pleksus Auerbach, selanjutnya sel-sel ini menuju ke dalam pleksus submukosa.
Sel-sel krista neural dalam migrasinya dibimbing oleh berbagai glikoprotein neural atau
serabut-serabut saraf yang berkembang lebih awal daripada sel-sel krista neural.
Glikoprotein yang berperan termasuk fibronektin dan asam hialuronik, yang membentuk
jalan bagi migrasi sel neural. Serabut saraf berkembang ke bawah menuju saluran
gastrointestinal dan kemudian bergerak menuju intestine, dimulai dari membran dasar dan
berakhir di lapisan muskular.
Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri berasal
dari usus belakang. Lapisan otot longitudinal kolon membentuk tiga buah pita yang disebut
taenia yang berukuran lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga kolon berlipat-lipat dan
berbentuk seperti sakulus (kantong kecil) dan biasa disebut haustra (bejana). Kolon
7
tranversum dan kolon sigmoideum terletak intraperitoneal dan dilengkapi dengan
mesentrium.
Gangguan rotasi usus embrional dapat terjadi dalam perkembangan embriologik
sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai mesentrium yang lengkap. Keadaan ini
memudahkan terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar usus yang sama halnya dapat
terjadi dengan mesentrium yang panjang pada kolon sigmoid dengan radiksnya yang sempit.
Epidemiologi
Penyakit Hirschsprung terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran hidup dan merupakan
penyebab tersering obstruksi saluran cerna bagian bawah pada neonatus. Penyakit yang
lebih sering ditemukan memperlihatkan predominasi pada laki-laki dibandingkan perempuan
dengan perbandingan 4:1. Insidens penyakit Hirschsprung bertambah pada kasus-kasus familial
yang rata-rata mencapai sekitar 6% (berkisar antara 2-18%). Sementara untuk distribusi ras setara
untuk bayi berkulit putih dan Amerika keturunan Afrika. Penelitian yang dilakukan Iqbal dkk.
(2010) di Rumah Sakit Sheikh Zayed, Pakistan menunjukkan proporsi penyakit Hirschsprung lebih
tinggi pada anak lakilaki (70,59% ; 12 dari 17 orang) daripada anak perempuan (29,41% ; 5 dari 17
orang). Penelitian tersebut juga menunjukkan proporsi penyakit Hirschsprung lebih banyak
ditemukan pada umur < 2 tahun (58,83% ; 10 dari 17 orang) dibandingkan dengan umur > 2
tahun (41,17% ; 7 dari 10 orang).
Berdasarkan penelitian Hidayat dalam kurun waktu 3 tahun (2005-2008) di Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo terhadap 28 kasus penyakit Hirschsprung menunjukkan proporsi jenis
kelamin laki-laki adalah 42,85% (12 dari 28 kasus) dan pada perempuan adalah 57,15% (16 dari 28
kasus). Menurut penelitian Kartono yang menangani penyakit Hirschsprung di RS Cipto
bulan-1 tahun sebesar 22,85% (40 dari 175 orang). Kartono juga mencatat penderita penyakit
Hirschsprung sebanyak 131 orang (74,85%) berjenis kelamin lelaki sedangkan perempuan yang
berjumlah 44 orang (25,15%). Hasil penelitian Sari di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2005-2009
tercatat ada 50 orang anak yang menderita penyakit Hirschsprung dan dijadikan sampel
penelitian. Dari 50 orang sampel tersebut, distribusi tertinggi pada kelompok usia 0-2 tahun yaitu
sebanyak 40 orang (80%). Ada 36 orang (72%) berjenis kelamin laki-laki dan 14 orang (28%)
8
Determinan Penyakit Hirschsprung
Bayi dengan umur 0-28 hari merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena
penyakit Hirschsprung karena penyakit Hirschsprung merupakan salah satu penyebab paling
umum obstruksi usus neonatal (bayi berumur 0-28 hari).
Sekitar 12% dari kasus penyakit Hirschsprung terjadi sebagai bagian dari sindrom yang
disebabkan oleh kelainan kromosom. Kelainan kromosom yang paling umum beresiko
menyebabkan terjadinya penyakit Hirshsprung adalah Sindrom Down. 2-10% dari individu dengan
penyakit Hirschsprung merupakan penderita sindrom Down. Sindrom Down adalah kelainan
kromosom di mana ada tambahan salinan kromosom 21. Hal ini terkait dengan karakteristik fitur
wajah, cacat jantung bawaan, dan keterlambatan perkembangan anak.
Faktor Ibu
Umur
Umur ibu yang semakin tua (> 35 tahun) dalam waktu hamil dapat meningkatkan risiko
terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Bayi dengan Sindrom Down lebih sering ditemukan
pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause.
9
Ras/Etnis
disebut sebagai perkawinan hubungan darah atau incest. Perkawinan incest membawa akibat
pada kesehatan fisik yang sangat berat dan memperbesar kemungkinan anak lahir dengan
kelainan kongenital.
Prognosis
Kelangsungan hidup pasien dengan penyakit Hirschsprung sangat bergantung pada
diagnosis awal dan pendekatan operasi. Secara umum prognosisnya baik, 90% pasien dengan
penyakit Hirschsprung yang mendapat tindakan pembedahan mengalami penyembuhan dan
hanya sekitar 10% pasien yang masih mempunyai masalah dengan saluran cernanya sehingga
harus dilakukan kolostomi permanen. Angka kematian akibat komplikasi dari tindakan
Pencegahan
Pencegahan Primer
pengaruh genetik yang tidak terlepas dari pola konsumsi serta asupan gizi dari ibu hamil
sehingga ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan disarankan berhatihati
terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alcohol yang dapat memberikan pengaruh
terhadap kelainan tersebut. Pada tahap health promotion ini, sebagai pencegahan tingkat
pertama (primary prevention) adalah perlunya perhatian terhadap pola konsumsi sejak dini
terutama sejak masa awal kehamilan. Menghindari mengkonsumsi makanan yang bersifat
karsinogenik, mengikuti penyuluhan mengenai konsumsi gizi seimbang serta olah raga dan
istirahat yang cukup.
10
b. Specific Protection Pada tahap ini pencegahan dilakukan walaupun belum dapat diketahui
misalnya melakukan akses pelayanan Antenatal Care (ANC) terutama pada skrining ibu hamil
beresiko tinggi, imunisasi ibu hamil, pemberian tablet tambah darah dan pemeriksaan rutin
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan guna mengetahui adanya penyakit Hisrchsprung dan
Pada tahun 1946 Ehrenpreis menekankan bahwa diagnosa penyakit Hirschsprung dapat
ditegakkan pada masa neonatal.
pemeriksaan patologi anatomi biopsi isap rektum, diagnosis penyakit Hirschsprung pada
sebagian besar kasus dapat ditegakkan
11
C. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah
diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down
syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
D. Patofisiologi
Penyakit Hirschsprung atau megakolon konginetal adalah tidak adanya sel-sel ganglion
dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan
atau tidak adanya peristalsis serta tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu, sfingter rectum
tidak dapat berelaksasi, mencegah keluarnya feses secara normal. Isi usus terdorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan dilatasinya bagian usus yang
proximal terhadap daerah itu. Penyakit Hirschsprung diduga terjadi karena factor-faktor genetic
dan factor lingkungan, namun etiologi sebenarnya tidak diketahui. Penyakit hirschsprung dapat
muncul pada sembarang usia, walaupun paling sering terjadi pada neonatus.
E. Manifestasi Klinis
a. Pada bayi :
1. Tidak bisa mengeluarkan meconium (feses pertama) dalam 24 – 28 jam pertama setelah
lahir.
2. Tampak malas mengkonsumsi cairan.
3. Muntah bercampur dengan cairan empedu.
4. Distensi abdomen.
5. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare
6. Demam.
7. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila
telah timbul enterokolitis nikrotiskans, terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau
busuk yang dapat berdarah
b. Pada Anak-anak :
1. konstipasi
12
2. Tinja seperti pita dan berbau busuk
3. Distensi abdomen.
4. Adanya masa di fecal, dapat dipalpasi.
9. Infeksi kolon, khususnya anak baru lahir atau yang masih sangat muda, yang dapat
mencakup enterokolitis, infeksi serius dengan diare, demam dan muntah dan kadang-
F. Pemeriksaan Diagnostik
mencakup:
Foto polos abdomen dapat memperlihatkan loop distensi usus dengan penumpukan
udara di daerah rektum. Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang penting pada
penyakit Hirschsprung. Pada foto polos abdomen dapat dijumpai gambaran obstruksi usus
letak rendah, meski pada bayi sulit untuk membedakan usus halus dan usus besar. Bayangan
udara dalam kolon pada neonatus jarang dapat dibedakan dari bayangan udara dalam usus
halus. Daerah rektosigmoid tidak terisi udara. Pada foto posisi tengkurap kadang-kadang
terlihat jelas bayangan udara dalam rektosigmoid dengan tanda-tanda klasik penyakit
Hirschsprung.
13
2. Barium Enema
Pada pasien penyakit hirschprung spasme pada distal rectum memberikan gambaran
seperti kaliber/peluru kecil jika dibandingkan colon sigmoid yang proksimal. Identifikasi zona
sehingga pada gambaran radiologis terlihat zona transisi. Dilatasi bagian proksimal usus
memerlukan waktu, mungkin dilatasi yang terjadi ditemukan pada bayi yang baru lahir.
Radiologis konvensional menunjukkan berbagai macam stadium distensi usus kecil dan besar.
Ada beberapa tanda dari penyakit Hirschsprung yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan barium enema, yang paling penting adalah zona transisi. Posisi pemeriksaan dari
lateral sangat penting untuk melihat dilatasi dari rektum secara lebih optimal. Retensi dari
barium pada 24 jam dan disertai distensi dari kolon ada tanda yang penting tapi tidak
spesifik. Enterokolitis pada Hirschsprung dapat didiagnosis dengan foto polos abdomen yang
ditandai dengan adanya kontur irregular dari kolon yang berdilatasi yang disebabkan oleh
oedem, spasme, ulserase dari dinding intestinal. Perubahan tersebut dapat terlihat jelas
dengan barium enema. Nilai prediksi biopsi 100% penting pada penyakit Hirschsprung jika sel
ganglion ada. Tidak adanya sel ganglion, perlu dipikirkan ada teknik yang tidak benar dan
colon. Tidak ada zona transisi pada sebagian besar kasus dan kolon mungkin terlihat
normal/dari semula pendek/mungkin mikrokolon. Yang paling mungkin berkembang dari hari
hingga minggu. Pada neonatus dengan gejala ileus obstruksi yang tidak dapat dijelaskan.
Biopsi rectal sebaiknya dilakukan. Penyakit hirschsprung harus dipikirkan pada semua
neonates dengan berbagai bentuk perforasi spontan dari usus besar/kecil atau semua anak
kecil dengan appendicitis selama 1 tahun.
14
Tampak daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang panjangnya
bervariasi;
Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan ke arah daerah
dilatasi;
Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi
3. Anal manometri (balon ditiupkan dalam rektum untuk mengukur tekanan dalam rektum)
Sebuah balon kecil ditiupkan pada rektum. Ano-rektal manometri mengukur tekanan dari
otot sfingter anal dan seberapa baik seorang dapat merasakan perbedaan sensasi dari rektum
yang penuh. Pada anak-anak yang memiliki penyakit Hirschsprung otot pada rektum tidak
relaksasi secara normal.
Selama tes, pasien diminta untuk memeras, santai, dan mendorong. Tekanan otot
spinkter anal diukur selama aktivitas. Saat memeras, seseorang mengencangkan otot spinkter
seperti mencegah sesuatu keluar. Mendorong, seseorang seolah mencoba seperti pergerakan
usus. Tes ini biasanya berhasil pada anak-anak yang kooperatif dan dewasa. Anorectal
balon. Keuntungan metode ini adalah dapat segera dilakukan dan pasien bisa langsung
pulang karena tidak dilakukan anestesi umum. Metode ini lebih sering dilakukan pada pasien
4. Biopsi rectum
Ini merupakan tes paling akurat untuk penyakit Hirschsprung. Dokter mengambil bagian
sangat kecil dari rektum untuk dilihat di bawah mikroskop. Anak-anak dengan penyakit
Hirschsprung akan tidak memiliki sel-sel ganglion pada sampel yang diambil. Pada biopsi
hisap, jaringan dikeluarkan dari kolon dengan menggunakan alat penghisap. Karena tidak
melibatkan pemotongan jaringan kolon maka tidak diperlukan anestesi.
Jika biopsi menunjukkan adanya ganglion, penyakit Hirschsprung tidak terbukti. Jika tidak
terdapat sel-sel ganglion pada jaringan contoh, biopsi full-thickness biopsi diperlukan untuk
mengkonfirmasi penyakit Hirschsprung. Pada biopsi full-thickness lebih banyak jaringan dari
lapisan yang lebih dalam dikeluarkan secara bedah untuk kemudian diperiksai di bawah
mikroskop.
15
Tidak adanya sel-sel ganglion menunjukkan penyakit Hirschsprung. Ini merupakan “gold
standard” untuk mendiagnosis penyakit hirschprung. Pada bayi baru lahir metode ini dapat
dilakukan dengan morbiditas minimal karena menggunakan suction khusus untuk biopsy
rectum. Untuk pengambilan sample biasanya diambil 2 cm diatas linea dentate dan juga
mengambil sample yang normal jadi dari yang normal ganglion hingga yang aganglionik.
Metode ini biasanya harus menggunakan anestesi umum karena contoh yang diambil pada
mukosa rectal lebih tebal.
G. Pemeriksaan Radiologi
pemeriksaan diagnostik terpenting untuk mendeteksi penyakit Hirschsprung secara dini pada
neonatus. Pada foto polos abdomen dapat dijumpai gambaran obstruksi usus letak rendah, meski
pada bayi masih sulit untuk membedakan usus halus dan usus besar.
Pemeriksaan yang merupakan standar dalam menegakkan diagnosa penyakit
Hirschsprung adalah enema barium, dimana akan dijumpai tiga tanda khas yaitu adanya daerah
penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang panjangnya bervariasi, terdapat daerah transisi,
terlihat di proksimal daerah penyempitan ke arah daerah dilatasi, serta terdapat daerah pelebaran
lumen di proksimal daerah transisi.
Apabila dari foto barium enema tidak terlihat tanda-tanda khas penyakit Hirschsprung,
maka dapat dilanjutkan dengan foto retensi barium, yakni foto setelah 24-48 jam barium
dibiarkan membaur dengan feses. Gambaran khasnya adalah terlihatnya barium yang membaur
dengan feses ke arah proksimal kolon. Sedangkan pada penderita yang tidak mengalami
Hirschsprung namun disertai dengan obstipasi kronis, maka barium terlihat menggumpal di
daerah rektum dan sigmoid.
H. Komplikasi
16
6. Sepsis
7. Perforasi
I. Penatalaksanaan
Pembedahan :
Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap. Mulamula dilakukan
kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan
Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya antara 9 dan 10 Kg), satu dari tiga
1. Prosedur Duhamel
Umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas
Bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end
pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi. Sfinterotomi dilakukan pada
bagian posterior.
17
3. Prosedur Soave
Dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan prosedur yang paling banyak
dilakukan untuk mengobati penyakit hirsrcprung. Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan
tetap utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya
anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
J. Perawatan
perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaannya bila ketidakmampuan
terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetaui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak-anak dengan
malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. hal ini
sering kali melibatkan pengobatan simtomatik seperti enema. diperlukan juga adanya diet rendah
serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total (NPT).
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Anamnesa
Identitas klien Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
b. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
abdomen dan muntah hijau atau fekal. Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan
pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.
19
5. Riwayat Psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah
diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
Hirschsprung.
7. Riwayat Social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan
hubungan dengan orang lain.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Objektif
BB :
TB :
Untuk tambahan, lakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada bayi untuk mengetahui
Tanda-tanda Vital :
RR :
HR :
TD :
T :
2. Subjektif
20
d. Kembung pada abdomen
e. Distensi abdomen
f. Muntah (frekuensi dan karakteristik muntah)
g. Keram
h. Tendernes
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
21
kehilangan, peningkatan 1 = sangat terganggu - Distriudiksn asupan
cairan selama 24 jam
cairan tubuh, atau keduanya. 2 = banyak terganggu
1=berat
2=cukup berat
3=sedang
4=ringan
5=tidak ada
22
5 = tidak terganggu Definisi: pengrangan atau
redusi nyeri sampai pada
tingkat kenyamanan yang
2.keparahan gejala dapat diterima oleh pasien.
Aktivitas-aktivitas:
Deinisi: keparahan respon fisik,
- Lakukan pengkajian
emosi dan social yang tidak nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi,
diharapkan
karakteristik,
Skala: onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
- Intensitas gejala
intensitas atau
- Frekuensi gejala beratnya nyeri dan
actor pencetus
Nilai:
- Gali pengetahuan dan
1=berat kepercayaan pasien
mengenai nyeri
2=cukup berat
- Ajarkan prinsip-
3=sedang prinsip manajemen
nyeri
4=ringan
- Ajarkan metode
5=tidak ada farmakologi untuk
menurunkan nyeri
23
- Ketidakmampuan rentang normal - Catat tanggal BAB
makan terakhir
5=tidak menyimpang dari rentang
- Ajarkan pasien
normal. mengenai makanan-
makanan tertentu
yang membantu
2.status nutrisi:asupan makanan mendukung
keteraturan aktivitas
dan cairan
usus.
Definisi: jumlah makanan dan
Skala:
- Asupan makanan secara
oral
- Asupan makanan secara
tube feeding
- Asupan cairan secara oral
Nila:
1=tidak adekuat
2=sedikit adekuat
3=cukup adekuat
24
association for the stidy of 2=cukup berat sebelum mengobati
obat.
D.
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion
dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan. Penyakit
Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus
tersering pada neonates dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 kg, lebih
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri
adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak
dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
B. saran
penulis menyadari bahwa makalah ini masih dari kata kesempurnaan, maka dengan
adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit hisprung dengan
baik.
26
DAFTAR PUSTAKA
Media.
4. Rukhiyah Yeyeh Ani. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak Balit . Jakarta: Trans
Info Media.
5. Sodikin. 2012.Keperawatan Anak;Gangguan Pencernaan. Jakarta : EGC.
27