DAFTAR ISI………………………………………………………………………1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
II. EPIDEMIOLOGI..........................................................................................9
III. ETIOLOGI..............................................................................................10
IV. PATOFISIOLOGI....................................................................................10
V. DIAGNOSIS...............................................................................................13
A. MANIFESTASI KLINIS.........................................................................13
B. PEMERIKSAAN RADIOLOGI.............................................................15
C. MANOMETRI ANOREKTAL...............................................................21
D. BIOPSI-ISAP REKTUM.........................................................................21
VII. PROGNOSIS...........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Gambar 1. Gambaran colon normal dan penyakit Hirschsprung10
3
BAB II
Rektum memiliki 3 buah valvula : superior kiri, medial kanan dan inferior
kiri. 2/3 bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3
bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian ini
dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana bagian anterior lebih panjang
dibanding bagian posterior.2 (Gambar 1)
4
Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi
sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal; dus, dikelilingi oleh
spinkter ani (eksternal dan internal) serta otot-otot yang mengatur pasase isi
rektum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas, medial dan
depan.2 (Gambar 2 )
5
Gambar 3. Pendarahan anorektal15
6
Gambar 4. Innervasi daerah perineum (laki-laki)15
Ga
mbar 5. Skema syaraf autonom intrinsik usus15
7
Kolon normalnya menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus perhari.
Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah diselesaikan di usus
halus maka isi yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tak
tercerna (misalnya selulosa), komponen empedu yang tidak di serap dan cairan.
Kolon mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya.Apa yang tertinggal dan
akan dikeluarkan disebut feses(tinja). Fungsi utama usus besar adalah untuk
menyimpan tinja sebelum defekasi.
Lapisan besar otot polos longitudinal luar yang tidak mengelilingi usus
besar secara penuh. Lapisan ini terdiri dari tiga pita otot longitudinal yang
terpisah, taenia coli, yang berjalan di sepanjang usus. Taenia coli ini lebih pendek
dari pada otot polos sirkuler dan lapisan mukosa dibawahnya jika kedua lapisan
ini dibentangkan datar. Karena itu, lapisan-lapisan dibawahnya disatukan
membentuk kantung atau haustra,Haustra bukan sekedar kumpulan permanen
pasif ; haustra secara aktif berganti lokasi akibat kontraksi lapisan otot polos
sirkuler.
8
Tiga atau empat kali sehari, umumnya setelah makan, terjadi peningkatan
mencolok motilitas saat segmen-segmen besar kolon asendes dan traansversum
berkontraksi secara simultan, mendorong tinja sepertiga sampai tiga perempat
panjang kolon dalam beberapa detik. Kontraksi masif ini, yang secara tepat
dinamai gerakan massa, mendorong isi kolon ke bagian distal usus besar, tempat
bahan disimpan sampai terjadi defekasi.
Jika defekasi terjadi maka biasanya dibantu oleh gerakan mengejan volunter yang
melibatkan kontraksi otot abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis tertutup
secara bersamaan. Tindakan ini sangat meningkatkan tekanan intraabdomen, yang
membantu mendorong tinja.
9
Jika defekasi ditunda terlalu lama maka dapat terjadi konstipasi (sembelit).
Ketika isi kolon tertahan lebih lama daripada normal maka H 2O yang diserap dari
tinja meningkatkan sehingga tinja menjadi kering dan keras. Variasi normal
frekuensi defekasi diantara individu berkisar dari setiap makan hingga sekali
seminggu. Ketika frekuensi berkurang melebihi apa yang normal bagi yang
bersangkutan maka dapat terjadi konstipasi. Gejalanya seperti rasa tidak nyaman
di abdomen, nyeri kepala tumpul, hilangnya nafsu makan disertai mual , dan
depresi mental. Berbeda dari anggapan umum, gejala-gejala ini tidak disebabkan
oleh toksin yang diserap dari bahan tinja yang tertahan. Meskipun metabolisme
bakteri menghasilkan bahn-bahan yang mungkin toksik di kolon namun bahan-
bahan ini normalnya mengalir melalui sistem porta dan disinkirkan oleh hati
sebelum dapat mencapai sirkulasi sistemik. Gejala-gejala yang berkaitan dengan
konstipasi disebabkan oleh distensi berkepanjang usus besar, terutama rektum;
gejala segera hilang setelah peregangan mereda.
II. EPIDEMIOLOGI
10
III. ETIOLOGI
IV. PATOFISIOLOGI
11
Absensi ganglion Meissner dan Aurbach mengakibatkan usus yang
bersangkutan tidak bekerja normal. Peristalsis tidak mempunyai daya dorong,
tidak propulsif, sehingga usus bersangkutan tidak ikut dalam proses evakuasi
feses atau pun udara. Penampilan klinis penderita sebagai gangguan pasase usus.
Tiga tanda khas: pengeluaran mekonium yang terlambat, muntah hijau dan
distensi abdomen.Penampilan makroskopik. Bagian usus yang tidak berganglion
terlihat spastik, lumen terlihat kecil. Usus di bagian proksimalnya, disebut daerah
transisi, terlihat mulai melebar lagi dan umumnya mengecil kembali mendekati
kaliber lumen usus normal.11
Pada penyakit Hirschprung, kolon mulai dari paling distal sampai pada
bagian usus yang berbeda ukuran penampangnya, tidak mempunyai ganglion
parasimpatis intramural. Bagian kolon yang aganglionik ini tidak dapat
mengembang sehingga tetap sempit dan defekasi terganggu. Akibat gangguan
defekasi ini kolon proksimal yang normal akan melebar oleh tinja yang tertimbun,
membentuk megakolon. Hirschprung segmen pendek, daerah aganglionik
meliputi rectum sampai sigmoid merupakan kelainan terbanyak , yang disebut
hirschprung klasik. Hirschprung segmen panjang, daerah aganglionik meluas
lebih tinggi dari sigmoid Bila mengenai seluruh kolon disebut kolon aganglionik
total8
12
sel neuroblast ini dalam jalurnya menuju usus bagian distal. Migrasi neuorblas
yang normal dapat terjadi dengan adanya kegagalan neuroblas dalam bertahan,
berpoliferase, atau berdifferensiasi pada segmen aganglionik distal. Distribusi
komponen yang tidak proporsional untuk pertumbuhan dan perkembangan
neuronal telah terjadi pada usus yang aganglionik, komponen tersebut adalah
fibronektin, laminin, neural cell adhesion molecule, dan faktor neurotrophic.
13
V. DIAGNOSIS
A. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala klinis penyakit hirschsprung biasanya mulai pada saat lahir
dengan terlambatnya pengeluaran mekonium dalam waktu 48 jam setelah
lahir. Penyakit hirschsprung harus dicurigai apabila seorang bayi cukup bulan
(penyakit ini tidak biasa terjadi pada bayi kurang bulan ) yang terlambat
mengeluarkan tinja. Beberapa bayi akan mengeluarkan mekonium secara
normal, tetapi selanjutnya memperlihatkan riwayat konstipasi kronis. Gagal
tumbuh dengan hipoproteinemia karena enteropati pembuang-protein sekarang
adalah tanda yang kurang sering karena penyakit hirschsprung biasanya sudah
dikenali pada awal perjalanan penyakit. Bayi yang minum ASI tidak dapat
menampakkan gejala separah bayi yang minum susu formula.
Penyakit hirschsprung pada penderita yang lebih tua harus dibedakan dari penyebab perut kembung lain dan konstipasi kronis
dari tabel dibawah. Riwayat seringkali menunjukkan kesukaran mengeluarkan tinja yang semakin berat yang mulai pada umur minggu-
minggu pertama. Massa tinja besar dapat diraba pada sisi kiri perut.tetapi pada pemeriksaan rektum biasanya tidak ada tinja. Tinja ini,
jika keluar mungkin akan seperti butir kecil, seperti pita atau konsistensi cair, tidak ada tinja yang besar. Pemeriksaan rektum
menunjukkan tonus anus normal dan biasanya disertai dengan semprotan tinja dan gas yang berbau busuk.Serangan intermitten
obstruksi intestinum akibat tinja yang tertahan mungkin disertai nyeri dan demam. 1
14
VARIABLE FUNGSIONAL(Didapat) HIRSCHSPRUNG DISEASE
Mulai
Setelah umur 2 thn Saat lahir
konstipasi
Enkopresis Lazim Sangat jarang
Gagal tumbuh Tidak lazim Mungkin
Enterokolitis Tidak Mungkin
Nyeri perut Lazim Lazim
Pemeriksaan
Perut
Jarang Lazim
Kembung
Penambahan
Jarang Lazim
BB Jelek
Tonus Anus Normal Normal
Pemeriksaan
Tinja di ampula Ampula Kosong
Rektum
Laboratorium
Manometri Rektum mengembang karena Tak ada sfingter atau relaksasi
Anorektal relaksasi sfinter interna paradoks atau tekanan naik
Tidak ada sel gangglion,
Biopsi Rektum Normal Pewarnaan acetylcholinesterase
meningkat
Jumlah tinja banyak , tidak ada Daerah peralihan, pengeluaran
Barium enema
daerah peralihan tertunda (>24 hr)
B. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1. Foto polos abdomen
Foto polos abdomen dapat memperlihatkan loop distensi usus
dengan penumpukan udara di daerah rektum. Pemeriksaan radiologi
merupakan pemeriksaan yang penting pada penyakit Hirschsprung 9,17
15
Hirscprung disease. Frontal abdominal radiograf ditandai dengan
dilatasi usus kecil tanpa gas di rectum 18
16
a. Keterlambatan pengeluaran mekonium
b. Disertai abdomen distensi
c. Muntah hijau
Tanda-tanda khas pada pemeriksaan barium enema PH, didapatkan
gambaran :
a) Segmen sempit dari sfinkter ani dengan panjang tertentu,
b) Segmen transisional yang spastik (terlihat sebagai saw-toothed
outline yang tidak beraturan)
c) Segmen yang berdilatasi 3
17
Gambaran penyakit Hirschsprung dengan segmen aganglionik di bagian atas
rektum pada seorang pria muda berusia 19 tahun. AC = ascending colon, DC =
descending colon. Segmen kolon yang lain dalam batas normal.16
Gambar Pemeriksaan double kontras barium enema tampak dilatasi bagian atas
dari rektum dan rectosigmoid junction yang terisi massa feses (pada anak
panah).16
18
barium enema dapat membantu menegakkan diagnosis . Setiap anak yang
di duga memiliki penyakit hirschsprung harusnya memeriksa biopsi dubur
untuk menetukan ada atau tidaknya sel ganglion.7
3. CT Scan
Pada orang dewasa yang menderita penyakit ini, biasanya lesi hanya
terbatas pada bagian sigmoid kolon atau rektum. Pemeriksaan yang
dilakukan pada penderita dewasa itu hampir sama seperti dengan
pemeriksaan yang dilakukan ke atas bayi, iaitu dengan pemeriksaan
barium enema. Dalam suatu studi, didapatkan pemeriksaan dengan CT
scan juga bermanfaat untuk menentukan letak zona transisi dari penyakit
ini. Hasil gambaran CT scan yang didapatkan juga sesuai dengan hasil
pemeriksaan histopatologis pada biopsi rektum. 16
19
Gambar Foto CT scan dengan kontras potongan transversal tampak dilatasi bagian
proksimal rektum serta bagian rektosigmoid yang terisi massa feses. 16
Gambar Foto CT scan kontras potongan transversal. Tampak zona transisi dan
penyempitan di bagian distal rektum.16
20
C. MANOMETRI ANOREKTAL
Manometri Anorektal mengukur tekanan sfingter ani interna saat balon
dikembangkan di rektum. Pada individu normal, penggembungan rektum
mengawali refleks penurunan tekanan sfingter interna. Pada penderita
penyakit Hirschsprung, tekanan gagal menurun, atau ada kenaikan tekanan
paradoks karena rektum dikembungkan. Ketepatan uji diagnostik ini lebih dari
90%, tetapi secara teknis sulit pada bayi muda. Respons normal pada evaluasi
manometri ini menyingkirkan diagnosis penyakit Hirschsprung; hasil
meragukan atau respons sebaliknya membutuhkan biopsi rektum.
D. BIOPSI-ISAP REKTUM
Biopsi-Isap Rektum hendaknya tidak dilakukan kurang dari 2 cm dari
linea dentata untuk menghindari daerah normal hipoganglionosis di pinggir
usus. Biopsi harus mengandung cukup sampel submukosa untuk mengevaluasi
adanya sel ganglion. Biopsi dapat diwarnai untuk asetilkolinesterase, untuk
mempermudah interpretasi. Penderita dengan aganglionosis menunjukkan
banyak sekali berkas saraf hipertrofi yang terwarnai positif untuk
asetilkolinesterase dan tidak ada sel ganglion.1
21
VI. DIAGNOSIS BANDING
Banyak kelainan usus dengan penampilan klinik obstruksi yang
menyerupai Penyakit Hirschsprung seperti atresia ileum, mekonium ileus, dan
sebagainya
VII. PROGNOSIS
Prognosis penyakit hirschsprung yang diterapi dengan bedah umumnya
memuaskan; sebagian besar penderita berhasil mengeluarkan tinja (kontinensia).
Masalah pascabedah meliputi enterokolitis berulang, striktur, prolaps, abses,
perianal, dan pengotoran tinja 1
22
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
23
1. Behrman, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 2.2000.
Jakarta: EGC.
2. Budi Irwan. Pengamatan Fungsi Anorektal Pada Penderita Penyakit
Hirscsprung Pasca Operasi Pull-Through . [cited 2012 3 november];
Available from: http://repository.usu.ac.id/
3. Arun Kumar Gupta and Bhuvnesh Guglani . Imaging of Congenital
Anomalies of the Gastrointestinal Tract . Indian J Pediatr. 2005; 72
(5) : 403-414]
4. Mettler,Essentials of Radiology, 2nd ed.2005 Elsevier.hal 697
5. Pradip R. Patel. Radiologi Edisi Kedua.2005.Jakarta.hal 242-243
6. M. William S. Pedoman Klinis Pediatri.2005. Jakarta
7. R. de Bruyn. Hirschsprung's disease and malrotation of the mid-gut.
An uncommon association. 1982. British Journal of Radiology.
554-557.
8. Ramanath N.Haricharan. Hirschsprung disease. Seminars in Pediatric
Surgery (2008). University of Alabama at Birmingham
9. J._Haller .Paediatric Radiology 3rd Edition .2005.Newyork.hal 144
10. Michelle Badash, MS, Hirschsprung's disease [cited 2012 3 november]
;Available from :http://www.empowher.com/media/reference/hirschspr
ung-s-disease
11. Sjamsuhidajat, R., de Jong, W.2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
2.Jakarta: Hipokrates
12. N.E. Diamant, M.A. Kamm, A. Wald, W.E. Whitehead, AGA technical
review on anorectal testing techniques [cited 2012 3
november]; Available from: http://www.sciencedirect.com/science/arti
cle/pii/S0016508599701952
13. Steven L Lee. Hirschsprung Disease. [cited 2012 3 november];
Available from : http://emedicine.medscape.com/article/178493-
overview
14. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem. Jakarta:
EGC 2001;688-692.
15. Netter, Frank Henry,MD,2006.Atlas of Human Anatomy.
Sauners/Elsevier hal 267, 312 , 371 , 373 ,386.
16. Kim H.J, Kim A.Y, Lee C.W, et al. Hirschprung disease and
hypoaganglionosis in adults: radiological findings and differentiation.
24
[online] May 2008 [cited 6.november.2012], Available from:
www.radiology.rsna.org.
17. Porambo,Albert, Hirschsprung disease. [cited 2012 6 november];
Available from: http://rad.usuhs.edu/medpix/include/medpix_image.ph
p3?imageid=9036
18. Skaba R. Historic milestones of Hirschsprung's disease cited 2012 6
november];Available from: http://thehealthscience.com/showthread.ph
p?169365-Hirschsprung-Disease-Imaging.
25