Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada Capsullar Pattern Akibat Osteoatritis Lutut
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan pengaruh penambahan Long axis
oscillated traction pada intervensi MWD dan TENS terhadap penurunan nyeri pada
kondisi capsullar pattern akibat osteoatritis lutut. Penelitian ini dilaksanakan di unit
Fisioterapi RSAL MINTOHARDJO Bendungan Hilir, Jakarta. Dimulai pada tanggal 11 Juli
sampai 20 Agustus 2005. Penelitian bersifat Quasi eksperimental dan mengunakan teknik
perposive sampling. Osteoatritis adalah suatu patologi yang mengenai kartilago hialin
dari sendi lutut, kondisi ini berpengaruh pada pengerasan jaringan subchondral, rawan
sendi mengeras, pemendekan capsulligament, spasme otot dan terjepitnya saraf poli
modal yang berada di sekitar sendi oleh osteofite maka keluhan yang dapat timbul yaitu
berupa nyeri. Pemberian intervensi MWD, TENS dan long axis oscillated traction
memberikan pengaruh yang sangat bermakna pada penurunan nyeri akibat osteoatritis
lutut. Hal ini disebabkan karena efek terapetik dari MWD dan TENS melalui level sensoris
dan level spinal serta efek traksi pada jaringan sekitar sendi. Hasil uji Mann-Whitnay
selisih nilai VAS akhir pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukan nilai P
= 0,001, terdapat perbedaan pengaruh yang sangat signifikan pada kedua kelompok.
Peneliti menyimpulkan bahwa penambahan long axis oscillated traction pada intervensi
MWD, TENS berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada capsullar pattern akibat
osteoatritis lutut. Dengan demikian pemilihan salah satu metoda dapat digunakan
sebagai solusi dan juga kombinasi kedua intervensi tersebut dapat digunakan untuk
mendapatkan hasil yang optimal.
hipertropi, secara klinis sendi mengalami 3. Osteofit tumbuh karena rangsagan serpihan
deformitas. rawan sendi yang menimbulkan sinofitis. Hal
Tulang rawan hialin memiliki fungsi ini akan menimbulkan osteofit pada tepi
sebagai shock-absorber dan kegagalan sendi atau tempat perlekatan tendon atau
fungsinya dapat memperberat kerja tulang ligamen dengan tulang. Bila osteoathritis
rawan. Pada awal proses patolgi kemungkinan berjalan lambat, osteofit dapat tumbuh
terjadi gangguan aktivitas metabolisme dan sangat besar, sebaliknya bila osteoatritis
pada proses lanjutan fungsi kondrosit meng- berjalan cepat, osteofit yang berbentuk kecil
alami kegagalan dan aktivitasnya menurun. atau tidak berbentuk sama sekali.
Keadaan ini menyebabkan kekurangan Proteo-
glikan, dimana akan terjadi kekakuan yang
mudah merobek tulang rawan hialin karena Mekanisme Timbulnya Nyeri Pada OA
tekanan mekanis. Lutut
Permukaan kolagen menjadi kasar dan Pada osteoatritis, kerusakan awal di
berpartikel, yang akan pulih setelah diserap mulai dari hyalin cartilago sendi lutut, dimana
oleh jaringan sinovial. Dapat pula terjadi terjadi pembentukan osteofit pada rawan sendi
penimbunan kristal (calsium pyrophospatte dan dan jaringan subchondaral yang menyebabkan
hydroxyapatite) diantara persendian. Kedua penurunan elastisitas dari sendi. Selain per-
faktor diatas dapat menimbulkan reaksi ra- mukaan sendi (tulang rawan sendi), juga
dang. mengenai daerah-daerah sekitar sendi seperti:
Tulang subkhondral aktivitasnya juga tulang subchondral, capsulligament yang mem-
abnormal, dengan bertambahnya kepadatan bungkus sendi dan otot-otot yang melekat
tulang dan timbulnya sejumlah sel baru. Maka berdekatan dengan sendi. Perubahan-peru-
bentuk tulang baru (osteofit) pada tepian sendi bahan yang terjadi pada permukaan sendi
dapat menghambat gerakan sendi. Menurut (hyalin cartilago) berkenaan dengan perubahan
Dandy 1993, “Microfraktur dapat terjadi di biokimiawi di bawah permukaan kartilago yang
mana penyembuhannya dalam bentuk kalus meningkatkan sintesa timidin dan glisin. Lesi
yang membuat tulang lebih keras, lebih padat permulaan ini disusul oleh proses pemusnahan
dan kurang lentur. Cairan sendi dapat masuk kartilago secara progresif. Akibat dari ketidak-
kedalam celah-celah tulang dan bisa mem- seimbangan antara regenerasi dengan dege-
bentuk kiste subkondral”. Bila penyakit berlan- nerasi tersebut maka akan terjadi pelunakan,
jut sendi lebih tidak teratur dengan penyem- perpecahan dan pengelupasan lapisan rawan
pitan permukaan sendi, adanya osteofit, sendi yang akan terlepas sebagai corpus libera
instabilitas dan deformitas. yang dapat menimbulkan penguncian ketika
Hubungan terbentuknya osteofit sendi bergerak.
dengan proses degenerasi rawan sendi pada Pada tulang subchondral terjadi reparasi
osteoatritis tidak seluruhnya dapat di terang- berupa sclerosis. Dengan peningkatan aktivitas
kan. Meskipun merupakan gambaran radio- tulang dan pembentukan spur pada tepi sendi
logis klasik osteoatritis, tetapi bukan karak- yang dapat membatasi gerakan. Tulang di
teristik, karena osteofit juga bisa di temukan bawah kartilago menjadi keras dan tebal serta
karena proses usia tanpa di sertai kerusakan terjadi perubahan bentuk dan kesesuaian dari
rawan sendi. permukaan sendi. Jika kerusakan berlangsung
Proses terbentuknya osteofit: terus berlanjut maka, bentuk sendi tidak
1. Osteofit terjadi sebagai akibat proliferasi beraturan dengan adanya penyempitan celah
pembuluh darah pada tempat di mana sendi, osteofit, ketidakstabilan dan deformitas.
rawan sendi berdegenerasi. Dengan terbentuknya osteofit maka akan
2. Osteofit tumbuh karena kongesti vena yang mengiritasi membrana sinovialis dimana ter-
di sebabkan perubahan sinusoid sumsum dapat banyak reseptor-reseptor nyeri dan ini
yang tetekan oleh krista subkondral. akan menimbulkan hydrops. Karena terpa-
parnya ujung-ujung saraf poli-modal yang
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 6 No. 1, April 2006 27
Beda Pengaruh Penambahan Long Axis Oscillated Traction Pada Intervensi MWD Dan TENS
Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada Capsullar Pattern Akibat Osteoatritis Lutut
Efektifitas TENS dapat diterangkan lewat teori accumbens, amiglada, hubenula, termasuk
gerbang kontrol (Melzack P and Wall PD). nucleus arcuatus hipotalami yang di kenal
sebagai mesozombic loop of analgesic
sehingga terjadi central pain relief.
Mekanisme Penurunan Nyeri Pada Oa Perangsangan hipotalamus juga mengha-
Oleh Tens silkan releasing factor yang akan merang-
Pengaruh TENS dalam menurunkan sang pelepasan endorhine dari hipofisis dan
nyeri didapat melalui saraf halus tidak ACTH. Endorphine dan hipofisis ini
bermyelin yang mengelilingi jaringan dan dilepaskan oleh sirkulasi sistemik dan kem-
pembuluh darah. TENS dapat merangsang bali ke otak serta medula spinalis setelah
pelepasan endorphine dependent sistem dan menembus blood brain barrier untuk
serotonin dependent oleh tubuh. Pelepasan selanjutnya berikan dengan reseptor opiat
endorpine dependent sistem dirangsang oleh disusunan saraf pusat ACTH akan merang-
TENS frekuensi rendah dengan merangsang sang pelepasan kortisol untuk menekan
reseptor sensorik. Impuls rangsang selanjutnya reaksi inflamasi. Jalur kedua ini disebut juga
melakukan: TENS afferent pathway. Disamping penga-
1. Level spinal ruh pada syaraf juga pada otot oleh
Bila diberikan TENS dengan bentuk arus pumping action. Terjadi vasodilatasi
simetris bolak-balik maka akan diperoleh cutaneus pada area aplikasi dengan inten-
pengurangan nyeri melalui enkefalin sitas yang kuat. Hal ini akan menstimulasi
dependen sistem pada level ini, sesuai saraf sensoris yang menyebabkan aktivasi
dengan teori Melzack Wall. Perangsangan vasodilatasi arteriol dan kemudian terjadi
subtansia grisea perialkuaduktus mengha- pelepasan histamin (Wadsworth dan
silkan enkefalin yang selanjutnya akan Chanmugan, 1980).
mengaktifkan nucleus raphe dan nucleus
retikular magnoseluler. Dari kedua nucleus
itu dikirimkan impuls penghambat nyeri ke Dosis
medula spinalis melalui jaras caudal Kondisi osteoathritis menggunakan
reticuler. Jaras caudal-retikuler yang ber- TENS konvensional dengan pulsa pendek
asal dari nucleus raphe adalah serabut sekitar 50 s pada 40-150 Hz, dengan
sirotinergik, sedang yang berasal dari frekuensi tinggi dan intensitas rendah berdurasi
nucleus retikuler magnoseluler adalah sera- 200 msec. Tipe konvensional dapat mengurangi
but norepinefrnergik. Di medula spinalis nyeri dalam waktu 10–15 menit dengan lama
kedua jenis serabut saraf tersebut bersinaps pemberian antara 30 menit. Intensitas rendah
dengan serabut enkefalinergik yang juga akan menstimulasi serabut A untuk menginhi-
melakukan penghambat presineptik melalui bisi nyeri dengan pain gate mechanism.
penghambatan pelepasan substansi P oleh
serabut saraf halus tak bermyelin. Jalur
pertama ini disebut juga TENS efferent Long Axis Oscillated Traction
patway. Merupakan suatu teknik mobilisasi
2. Level supraspinal dimana dilakukan penarikan sepanjang aksis
Bila digunakan TENS dengan bentuk arus tulang tibia, dilakukan pada posisi keterbatasan
asimetris bolak–balik atau searah maka ROM, baik dalam keadaan fleksi maupun
akan menimbulkan pengaruh pengurangan ekstensi (CPP). serta dilakukan gerakan pasif
nyeri pada sistem endorfine dependen dengan amplitudo besar atau kecil.
system yaitu supra spinal level sesuai Penarikan ini terjadi pada sendi tibio-
dengan teori Satto Smith. Perangsangan femoral, yaitu sendi tulang tibia yang konkav
hipotalamus menghasilkan endorphine yang terhadap tulang femur yang konveks. Menurut
berkaitan dengan reseptor opiat di Maitaind, gerakan oscillasi adalah suatu bentuk
substansia grisea periakuaduktus, nucleus gerakan pasif pada sendi yang dengan ampli-
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 6 No. 1, April 2006 29
Beda Pengaruh Penambahan Long Axis Oscillated Traction Pada Intervensi MWD Dan TENS
Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada Capsullar Pattern Akibat Osteoatritis Lutut
tudo besar atau kecil diaplikasikan pada semua inhibisi persepsi rangsangan nyeri dengan
jarak gerakan dan dapat dilakukan ketika per- stimulasi mechano-receptor yang repetitive
mukaan sendi di distraksi atau dikompresi. untuk memblok alur nyeri dari spinal cord
Pengaruh gerakan Oscilasi meng- atau pada tingkat brain stem. Gerakan
akibatkan terjadinya depolarisasi (peningkatan yang tidak disertai dengan stertch ini
potensial aksi) mecha-nosensor I dan II yang membantu gerakan sinovial fluid untuk
berada di dalam capsul sendi. Akibatnya meningkatkan suplay nutrisi pada kartilago.
menghambat modulasi nyeri pada serabut Grade III dan IV digunakan pada
afferent myelin besar terutama yang berada osteoathitis primer disertai dengan stret-
pada level spinal melalui proses adaptasi ching. Variasi kecepatan gerakan oscillasi
ambang rangsang (Wyke, 1988). adalah untuk membedakan efek seperti
Gerakan oscillasi yang diaplikasikan pada gerakan dengan amplitudo yang
pada sendi bertujuan untuk membloking rendah dan kecepatan yang tinggi bertu-
pengiriman informasi noci-sensoris level spinal juan untuk menginhibisi nyeri atau gerakan
dan supra spinal serta menghilangkan tahanan dengan kecepatan yang rendah adalah
dan spasme otot (Cranenburgh, 1988). untuk relaksasi otot.
Dosis dan derajat gerakan:
1) Dosis Gambar 1
a. Derajat I: Oscillasi secara ritmik dengan Grade oscillasi
amplitudo kecil yang dilakukan pada awal
derajat gerakan. I
b. Derajat II: Oscillasi secara ritmik dengan II ---------
amplitudo besar yang dilakukan dalam III -------------
lingkup gerakan tetapi tidak mencapai IV -------------------------- Stretch
batas keterbatasan gerakan. V ------------------------------
c. Derajat III: Oscillasi secara ritmik dengan
amplitudo besar yang dilakukan sampai Awal Tissue Anatomi
gerakan resistance limit Resistence
mencapai batas keterbatasan gerakan
yang memugkinkan.
Sumber: Therapeutic Exercise Foundations and
d. Derajat IV: Oscillasi secara ritmik dengan
techniques, Kisner Colby (Thrie Edition)
amplitudo kecil yang dilakukan sampai
mencapai batas keterbatasan gerakan
Teknik pelaksanaan oscillasi manual terapi
yang memungkinkan.
adalah:
e. Derajat V : Oscillasi yang dilakukan
1) Untuk tulang panjang (femur, tibia fibula),
dengan amplitudo kecil, gerakan men-
pegangan bagian proksimal pada tulang
dorong dengan kecepatan tinggi yang
yang akan digerakan.
dilakukan untuk melepaskan perleng-
2) Lakukan oscilasi sesuai gerak yang dike-
ketan pada batas gerakan yang memung-
hendaki hingga nyeri yang dirasakan pasien
kinkan.
menjadi berkurang atau hilang.
2) Kecepatan, ritme dan durasi gerakan
a. Dilakukan secara perlahan, oscillasi yang
beraturan 2 atau 3 kali perdetik selama Pengaruh Gerakan Long Axis Oscil-
1 sampai 2 menit.
lated Traction Pada Nyeri OA Lutut
b. Kecepatan oscillasi yang bervariasi
Mobilisasi long axis oscillated traction
sesuai dengan efek yang diharapkan.
merupakan teknik mobilisasi yang digunakan
3) Penggunaan
untuk mengontrol dan penurunan nyeri yang
Pada grade I dan II digunakan pada osteo-
dilakukan secara ritmik dan lemah-lembut atau
athritis primer untuk mengatasi keter-
untuk meregangkan.
batasan gerak sendi yang dilakukan oleh
Nyeri yang timbul pada osteoatritis
rasa nyeri. Gerakan oscillasi dapat meng-
sangat komplek penyebabnya, dan salah satu
30 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 6 No. 1, April 2006
Beda Pengaruh Penambahan Long Axis Oscillated Traction Pada Intervensi MWD Dan TENS
Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada Capsullar Pattern Akibat Osteoatritis Lutut
dari penyebab nyeri adalah diakibatkan oleh Penggabungan teknik mobilisasi berupa
terjepitnya saraf poli modal pada membrana long axis oscillated traction diharapkan dapat
sinovialis, Yaitu saraf A-delta dan C yang meru- menurunkan nyeri pada kasus osteoatritis.
pakan saraf penghantar nyeri.
Dalam teknik mobilisasi ini terjadi pere-
gangan jaringan capsul ligamenter yang diha- Metode
silkan oleh teknik long axis traction serta Posisi ekstensi dan posisi fleksi pada
terjadinya efek sedatif, sirkulasi daerah sekitar pembatasan ROM (closed packed position)
menjadi lebih baik dan juga terjadinya
peregangan pada submaksimal stretch yang
berpengaruh pada pengontrolan dan penu- Posisi ekstensi
runan nyeri. Pengaruh yang ditimbulkan oleh a. Berikan penjelasan pada pasien sebelum
gerakan long axis oscillated traction pada melakukan terapi.
penurunan nyeri didapat dari gerakan oscilasi b. Pasien tidur terlentang
dan traksi pada sepanjang axis tulang tibia c. Terapist berada didekat tungkai yang akan
yang mengakibatkan terjadinya penguluran di terapi
atau peregangan otot-otot, ligament-ligament d. Kedua tangan terapist memegang bagian
dan meniscus disekitar sendi serta terjadinya proksimal tungkai bawah dengan mengapit
peregangan dari permukan sendi. Pada saat tungkai bawah distal dengan siku dan
meregang akan memberi kesempatan pada badan.
sinovial fluid untuk meningkatkan suplai nutrisi e. Kemudian lakukan tarikan lurus searah axis
pada cartilago. Nutrisi yang berupa cairan longitudinal tibia dan dibatas akhir tarikan.
tersebut, masuk ke dalam permukaan sendi f. Lakukan traksi oscillasi, setelah itu berikan
menjadi mudah, dan dengan demikian diharap- istirahat kemudian lakukan traksi oscillasi
kan dapat memperbaiki kartilago dan tulang kembali.
subchondral yang rusak, dengan menghambat
terbentuknya osteofit-osteofit baru, sehingga
mengurangi nyeri. Kemudian terjadinya pele- Posisi fleksi
baran jarak antara permukaan sendi a. Berikan penjelasan sebelum melakukan
diharapkan akan mengurangi penekanan traksi.
ujung-ujung saraf sensoris polimodal yang b. Pasien tidur telungkup
berada disekitar sendi sehingga akan mengu- c. Terapist berada di samping tungkai yang
rangi nyeri. akan di terapi.
Depolarisasi (peningkatan potensial d. Kemudian posisikan tungkai pasien sesuai
aksi) mechanosensor I dan II yang berada keterbatasan ROM fleksi.
dalam kapsul sendi yang mengakibatkan peng- e. Kedua tangan terapist memegang bagian
hambatan modulasi nyeri pada serabut afferen distal tungkai bawah, proksimal tulang
myelin besar terutama yang berada pada level maleolus, kemudian lakukan tarikan lutut ke
spinal melalui proses ambang rangsang. arah axiz longitudinal tibia dan dibatas akhir
Intinya, gerakan oscilasi dapat menginhibisi tarikan.
persepsi rangsangan nyeri dengan stimulasi f. Lakukan traksi oscillasi, setelah itu berikan
mechano-reseptors yang repetitive untuk istirahat kemudian lakukan traksi oscillasi
memblok alur nyeri dari spinal cord atau pada kembali.
tingkat brain stem. Gerakan yang disertai
stretch ini dapat membantu gerakan sinovial
fluid untuk meningkatan suplai nutrisi pada Hasil
kartilago dan gerakan dengan kecepatan yang Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta,
rendah mempengaruhi pada relaksasi otot. dengan sampel dalam penelitian ini diambil dari
pasien yang datang dan terapi di instalasi
Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh pemberian Tabel 4
intervensi MWD, TENS dan Long axis oscilated Nilai Pengukuran Skala Nyeri VAS Kelompok
traction, terhadap penurunan nyeri pada cap- Control
sullar pattern akibat osteoatritis lutut, maka Nilai VAS Kelompok
dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Sampel Kontrol Selisih
Wilcoxon. Sebelum Sesudah
1 64 49 15
2 28 14 14
Tabel 3 3 53 41 12
Nilai Pengukuran Skala Nyeri VAS Kelompok 4 49 36 13
Perlakuan 5 53 31 22
Nilai VAS Kelompok 6 62 38 24
Sampel Perlakuan Selisih 7 39 21 18
Sebelum Sesudah 8 58 26 32
1 58 31 27 9 28 6 22
2 61 30 31 10 45 29 16
3 52 23 29 Mean 47,90 29,10 18,8
4 42 17 25 SD 12,88 12,93 6,21
5 70 25 45 Sumber: Data Primer di RSAL Mintohardjo
6 65 20 45
7 54 25 29 Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon
8 38 12 26 menunjukan bahwa nilai P=0,005 (P< = 0,05)
9 57 27 30 berarti bahwa intervensi MWD dan TENS
10 52 23 29 memberikan pengaruh yang sangat signifikan
Mean 54,90 23,30 31,6 terhadap penurunan nyeri pada capsullar
SD 9,72 5,79 7,29 pattern akibat osteoatritis lutut
Sumber: Data Primer di RSAL Mintohardjo Setelah dilakukan pembuktian hipotesis
pada pengaruh intervensi pada kelompok
Berdasarkan hasi Uji Wilcoxon menun- perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II, maka
jukkan bahwa nilai P=0,005 (P< =0,05) sesuai dengan masalah yang diteliti maka
berarti bahwa Intervensi MWD, TENS yang hipotesis tentang perbedaan pengaruh antara
ditambah dengan teknik Long axis oscillated intervensi yang diberika pada kelompok per-
traction memberikan pengaruh yang sangat lakuan I dan Kelompok perlakuan II.
signifikan terhadap pengurangan nyeri yang Untuk mengetahui perbedaan pengaruh
pada capsular pattern akibat osteoatritis lutut. antara pemberian MWD, TENS dengan MWD,
TENS dan Long axis oscillated traction pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Pada Kelompok Perlakuan II dengan menggunakan uji Mann-Whitney U-tes.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian Berdasarkan hasil uji Mann-Whitnay
intervensi MWD, TENS terhadap pengurangan menunjukan bahwa nilai P=0,001 (P< =0,05)
rasa nyeri pada capsullar pattern akibat sehinnga Ho ditolak atau Ha diterima, yaitu ada
osteoatritis lutut, maka dilakukan uji statistik perbedaan pengaruh yang sangat signifikan
dengan menggunakan uji Wilcoxon. pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol dengan intervensi MWD, TENS dengan
long axis oscillated traction terhadap penuru-
nan nyeri pada capsullar pattern akibat
osteoatritis lutut.