Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

INTERFERENTIAL CURRENT (IFC)

DI SUSUN OLEH :
ALFIRAH RESKY TAKDIR
PO714241171043

TINGKAT IIB
JURUSAN D.IV FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
2018/2019
LAPORAN PRAKTIKUM INTERFERENTIAL CURRENT (IFC)

A. Patologi Kasus
1. Definisi
Kronik osteoartritis knee joint merupakan gangguan dari persendian diatrodial yang dicirikan
oleh fragmentasi dan terbelah-belahnya kartilago persendian. Istilah osteoathrosis merupakan
sinonim dari osteoatritis. Adanya gangguan pada sendi yang bergerak, gangguan ini dapat bersipat
kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang yang seakan-akan proses penuaan dari rawan sendi
yang mengalami kemunduran atau degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru permukaan
persendian.
2. Etiologi
a. Usia
Semakin lanjut usia seseorang, pada umumnya semakin besar faktor resiko terjadinya ostearthritis
lutut. Hal ini disebabkan karena sendi lutut yang digunakan sebagai penumpu berat badan sering
mengalami kompresi atau tekanan dan gesekan, sehingga dapat menyebabkan kartilago yang
melapisi tulang keras pada sendi lutut tersebut lama kelamaan akan terkikis dan rentan terjadi
degenerasi.
b. Obesitas
Jelas sekali bahwa kelebihan berat badan atau obesitas bisa menjadi faktor resiko terjadinya
ostearthritis lutut. Berat badan yang berlebihan akan menambah kompresi, tekanan atau beban
pada sendi lutut. Semakin besar yang ditumpu oleh sendi lutut, semakin besar pula resiko
terjadinya kerusakan pada tulang.
c. Herediter atau faktor bawaan
Struktur tulang rawan dan laxity pada sendi, serta permukaan sendi yang tidak teratur yang
dimiliki seseoranmg sebagai faktor bawaan merupakan faktor resiko terjadinya osteoarthritis
lutut.
d. Trauma pada sendi
Terjadinya trauma, benturan atau cidera pada sendi lutut juga dapat menyebabkan kerusakan atau
kelainan pada tulang-tulang pembentuk sendi tersebut.
e. Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
Pekerjaan dan aktivitas yang banyak melibatkan gerakan lutut juga merupakan salah satu
penyebab osteoarthritis pada lutut.
f. Faktor hormonal dan penyakit metabolik
Perubahan degeneratif pada sendi lutut bisa terjadi akibat perubahan hormonal yang terjadi pada
wanita yang sudah menopuse. Selain itu, seseorang yang memiliki deabetes militus juga bisa
terkena osteoarthritis lutut.
3. Patogenesis
Kerusakan tersebut dapat diawali oleh kegagalan mekanisme lain sehingga pada akhirnya
menimbulkan cedera. Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi, yaitu kapsula
dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang dasarnya. Kapsula dan ligamen-ligamen
sendi memberikan batasan pada rentang gerak. Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antara
kertilago pada permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan.
Protein yang disebut dengan lubrican merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai
pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan apabila terjadi cidera dan peradangan pada sendi.

Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekanoreseptor yang tersebar di
sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik yang dikirimkan memungkinkan otot dan tendon
mampu memberikan tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi sedang bergerak.
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi
otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada
anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan tekanan
yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact).
Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga meringankan
dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang
diterima.
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan sendi sehingga
mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika bergerak. Kekakuan kartilago yang
dapat 10 dimampatkan berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada
sendi sebelum timbulnya osteoarthritis dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk
mengetahui lebih lanjut tentang kartilago.
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu kolagen tipe dua dan aggrekan.
Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul-molekul aggrekan di antara jalinan-
jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan
memberikan kepadatan pada kartilago.
Kondrosit merupakan sel yang tedapat dijaringan vaskular, mensintesis seluruh elemen yang
terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim pemecah matriks, yaitu sitokin
[Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF)], dan juga faktor pertumbuhan. Umpan balik
yang diberikan enzim tersebut akan merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk
molekul-molekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga keseimbangannya oleh
sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan. Kondrosit mensintesis metalloproteinase matriks
(MPM) untuk memecah kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang
dikelilingi oleh kondrosit. Namun pada fase awal osteoarthritis, aktivitas serta efek dari MPM
menyebar hingga ke bagian permukaan dari kartilago.
Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi pergantian matriks, namun
stimulasi IL-1 yang berlebih malah memicu proses degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit
untuk mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek
terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan mempercepat proses pembentukan
tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses
pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal timbulnya osteoarthritis.
Kartilago memiliki metabolisme yang lambat, dengan pergantian matriks yang lambat dan
keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi. Namun ada fase awal perkembangan
osteoarthritis, kartilago sendi memiliki metabolisme yang sangat aktif. Pada proses timbulnya
osteoarthritis, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang
tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-
jalinan kolagen akan mudah mengendur. Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh komponen
pertahanan sendi akan meningkatkan kejadian osteoarthritis pada daerah sendi.
4. Tanda dan Gejala
a. Nyeri
Menurut the international association for the study of pain (IASP) nyeri merupakan pengalaman
sensorik dan emosiaonal dan tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
berpotensi merusak jaringan.Devinisi tersebut merupakan pengalaman subyektif dan bersifat
individual. Dengan dasar ini dapat dipahami bahwa kesamaan penyebab tidak secara otomatis
menimbulkan perasaan nyeri yang sama (Meliana, 2004).
b. Kaku sendi
Gejala yang sering di jumpai pada OA terjadi kesulitan atau kekakuan pada saat akan memulai
gerakan pada kapsul, ligamentum, otot dan permukaan sendi (Heru, 2005).
c. Keterbatasan lingkup gerak sendi
Biasanya keterbatasan gerak mula-mula terlihat pada gerak fleksi kemudian dalam keadaan lanjut
terjadi keterbatasan ke arah ekstensi.Keterbatsan ini akibat dari perubahan permukaan sendi,
spasme dan kontraktur otot, kontraktur kapsul-kapsul sendi, hambatan mekanik oleh osteofit atau
jaringan-jaringan yang terlepas (Nasution, 1994).
d. Krepitasi
Hal ini disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena hilangnya rawan sendi ( Heru, 2005).
e. Kelemahan otot dan atropi otot
Kelemahan otot tidak bagian dari OA tetapi peranan sebagai faktor resiko OA perlu di cermati
kekuatan isometrik dan otot quadricep merupakan faktor yang berperan pada OA lutut atropi lutut
dapat di timbulkan bersama efusi sendi, sedangkan gangguan gait merupakan manifestasi awal
dari OA yang menyerang sendi penompang berat badan.Sendi instabil berhubungan dengan
penyakit lanjut (Isbagio, 2003).
f. Deformitas
Deformitas yang terjadi pada OA yang paling berat dapat menyebabkan distruksi cartilago, tulang
dan jaringan lunak sekita sendi terjadi deformitas varus bila terjadi kerusakan pada kopartemen
medial dan kendornya ligamentum (Slamet, 2000).
g. Gangguan fungsional
Penderita sering mengalami kesulitan dalam melakukan fungsional dasar, seperti bangkit dari
posisi duduk keberdiri, saat jongkok, berlutut, berjalan, naik turun tangga, dan aktivitas yang lain
yang sifatnya membebani lutut.
B. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Alat : (mencakup persiapan operasional alat)
Cek kondisi alat pastikan dalam kondisi yang bagus seperti kabel Pad untuk digunakan.
Kemudian tentukan prosedur yang akan digunakan, semua tombol dalam posisi nol. Pad dibasahi
terlebih dahulu, untuk pad yang menggunakan gel diletakan pada permukaan pad yang akan di
kontakan dengan kulit pasien. Pesiapan semua materi metode yang akan digunakan. Pemanasan
alat yakinkan tombol intensitaas “off”.
2. Persiapan Pasien :
Posisikan pasien senyaman dan serileks mungkin. Lakukan pemeriksaan di area yang akan di
terapi dalam hal ini yang dimaksud meliputi kulit harus bersih dan bebas dari keringat, lotion.
Lakukan tes sensabilitas tajam-tumpul dan panas-dingin. Lepaskan semua metal diarea terapi
meliputi perhiasan kalung jam dan lain-lain. Sebelum memulai intervensi, terapis memberi
penjelasan mengenai cara kerja dan efek yang dapat ditimbulkan dari penggunaan alat tersebut .
3. Teknik Pelaksanaan :
Pad diletakan pada area nyeri.

Kasus : Kronik Osteoartritis Knee Joint 1. Posisi pad elektrode : Area Dermatome
Nilai VAS : 6,7
2. Metode pemasangan pad elektrode : Penempatan pada dua
tempat yaitu di medial dan di lateral dari suatu area
dermatome tertentu.

3. Pemilihan dosis :
a. Bentuk IFC : 2 pad
b. Frekuensi arus : 4.000
c. AMF : 100 Hz
d. Frekuensi Spektrum : 0,70
e. Frekuensi Sweep : 1/1
f. Intensitas arus : Motorik
g. Waktu : 20 menit

C. Evaluasi
Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian IFC terhadap perubahan intensitas nyeri
pasien kronik osteoartritis knee joint.
KASUS-KASUS FISIOTERAPI :

1. Akut Sprain Ankle (VAS 8,6)


2. Kronik Sprain Ankle (VAS 5,2)
3. Akut Sprain Ligamen Collateral Medial Knee (VAS 9,3)
4. Kronik Lower Thoracal Pain (VAS 6,6)
5. Akut Strain Gastrocnemius (VAS 7,2)
6. Akut Strain Hamstring (VAS 7,4)
7. Akut Contusio Quadriceps Femoris (VAS 7,8)
8. Akut Sprain Ligamen Cruciatum Knee (VAS 8,6)
9. Kronik Osteoarthritis Knee Joint (VAS 6,7)
10. Kronik Piriformis Syndrome (VAS 6,3)
11. Kronik Muscle soreness gastrocnemius (VAS 5,6)
12. Kronik Syndrome Tractus Iliotibial band (VAS 5,4)
13. Kronik Syndrome Pes Anserine Knee (VAS 6,2)
14. Kronik Tennis Elbow (VAS 6,3)
15. Kronik Shoulder Pain (VAS 6,4)
16. Kronik Back Pain (VAS 5,7)
17. Kronik Cervical Syndrome (VAS 6,7)
18. Kronik Spondylosis Lumbal (VAS 6,4)
19. Kronik Spondylosis Cervical (VAS 6,2)
20. Akut Non-spesific Low Back Pain (VAS 8,2)
21. Kronik Non-spesific Neck Pain (VAS 6,5)
22. Kronik lesi meniskus knee (VAS 5,4)
23. Kronik Frozen Shoulder (VAS 5,8)
24. Kronik Ischialgia akibat HNP L4-L5 (VAS 7,8)
25. Kronik Brachialgia akibat Spondylosis/HNP C5-C6 (VAS 6,6)

Catatan :
Pilih dua kasus di atas, kemudian kasus yang dipilih dikerjakan sesuai format laporan di atas.

Anda mungkin juga menyukai