Dibuat oleh:
18061
PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019/2020
Endometriosis
A. Pengertian
B. Anatomi
1. Ovarium.
2. Tuba falopii.
3. Di dinding samping panggul (peritoneum).
4. Ligamen uterosacral.
5. Kantong Douglas.
6. Septum dubur-vagina.
C. Etiologi
1. Retrograde Menstruation
Pada retrograde menstruation, darah menstruasi yang mengandung sel-sel
endometrium mengalir kembali melalui saluran tuba dan masuk ke dalam rongga
panggul alih-alih keluar dari tubuh. Sel-sel endometrium menempel pada dinding
pelvis dan permukaan organ panggul, tempat sel-sel tumbuh dan terus menebal serta
berdarah setiap siklus menstruasi.
2. Transformation of Peritoneal Cells
Para pakar menemukan bahwa hormon atau faktor kekebalan tubuh
mendorong transformation of peritoneal cells—sel yang melapisi sisi dalam perut—
menjadi sel mirip endometrium.
3. Embryonic Cell Transformation
Hormon-hormon seperti estrogen dapat mengubah sel-sel embrionik, sel-sel dalam
tahap-tahap perkembangan paling awal—menjadi implan sel mirip endometrium
selama masa pubertas.
4. Surgical Scar Implantation
Setelah operasi seperti histerektomi atau operasi caesar, sel endometrium dapat
menempel pada sayatan bedah.
5. Endometrial Cell Transport
Sistem pembuluh darah atau cairan jaringan (limfatik) dapat mengangkut sel
endometrium ke bagian lain dari tubuh.
6. Immune System Disorder
Masalah dengan sistem kekebalan mungkin membuat tubuh tidak dapat mengenali
dan menghancurkan jaringan seperti endometrium yang tumbuh di luar Rahim.
D. Patofisiologi
E. Gejala
F. Faktor resiko
G. Penatalaksanaan fisioterapi
GnRH antagonist
Antagon dan Cetrotide
5. Terapi kombinasi supresi ovarium dan surgikal.
A. Pengertian
Pelvic Inflammatory Disease(PID atau Penyakit Radang Panggul (PRP) adalah penyakit
infeksi pada alat reproduksi wanita bagian atas (endometrium, tuba fallopi ovarium, atau
peritoneum pelvis). infeksi polimikroba pada saluran genital bagian atas. Ini terutama
mempengaruhi wanita muda yang aktif secara seksual.
B. Epidemiologi
Ada 750.000 kasus PID setiap tahun di Indonesia Amerika Serikat, terutama pada wanita
berusia 15 tahun ke Usia 29 tahun.1 Jumlah ini tetap ada konstan sejak awal 1990-an,
setelah menurun pada dekade sebelumnya.
C. Etiologi
Penyakit radang panggul atau Pelvic Inflammatory Disease terjadi apabila terdapat infeksi
pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh
waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang
panggul.
Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan
berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua
bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan
terjadinya infeksikarena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan
berkurangnya pertahanandari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (darahmenstruasi).
Bakteri fakulatif anaerob dan flora di duga berpotensi menjadi penyebab PID. Yang
termasuk diantarnya adalah Gardnella vaginalis, streptococcus ogalactiae, dll. Pathogen
genetalia lain yang menyababkan PID adalah haemaphilus influenza dan haemophilus
parainfluenza actinomice diduga menyebabkan PID yang dipicu oleh penggunaan
AKDR. PID mungkin juga disebabkan oleh salpingitis granulomatosa yang
disebabkan Mycobakterium tuberkulosis dan Schistosoma.
D. Patofisiologi
Mikroorganisme yang terlibat dalam PID diperkirakan menyebar dalam tiga cara:
- Secara intra-abdominal, bepergian dari serviks ke endometrium, melalui salpinx, dan
ke dalam rongga peritoneum (menyebabkan endometritis, salpingitis, tubo-ovarium
abses, atau peritonitis panggul)
- Melalui sistem limfatik, seperti infeksi parametrium dari alat kontrasepsi (IUD)
- Melalui rute hematogen, seperti dengan TBC, meskipun ini jarang terjadi.
Faktor resiko meningkat pada wanita dengan pasangan seksual multiple , punya
riwayat penyakit seksual sebelumnya, pernah PID, Riwayat pelecehan seksual
usiamuda, dan mengalami tindakan pembedahan. Usia muda mengalami
peningkatanresiko akibat dari peningkatan permeabilitas mucosal serviks, zona
servical ektopiyang lebih besar, proteksi antibody chalamidya yang masih rendah, dan
peningkatan berlaku beresiko. Prosedur pembedahan dapat menghancurkan barrier ser
vical, sehingga menjadi predisposisi terjadi infeksi. AKDR telah di duga merupakan
predisposisi terjadinya PID dengan memfasilitasitransmisi mikroorganisme ke traktus
genitalia atas. Kontrasepsi oral justrumengurangi resiko PID secara simptomatik.
Mungkin dengan meningkatkan viskositasmukosa oral, menurunkan aliran menstrual
antegrade dan retrograde, dan memodifikasikan respon imun local
E. Faktor Resiko
- Resiko juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual. Wanita dengan
lebih banyak dari 10 pasangan seksual dan cenderung resiko sebesar 3x lipat.
- Usia muda juga merupakan salah satu factor resiko yang disebabkan oleh kurangnya
kestabilan hubungan seksual dan mungkin kurangnya imunitas.
- PID sering muncul pada usia 15- 19 tahun dan pada wanita yang pertama kali
berhubungan seksual
- Pasien yang digolongkan memiliki faktor resiko tinggi untuk PID adalah wanita
diusia 25 tahun, menstruasi, memiliki pasangan seksual yang multiple, tidak
menggunakan kontrasepsi, dan tinggal di daerah yang tinggi prevelensi penyakit
menular seksual.
- Peningkatan resiko PID di temukan pada etnik berkulit putih dan pada golongan sosio
ekonomi rendah
F. Manifestasi Klinis
H. Gejala
J. Deferensial Diagnosa
1. Tumor adnexa
2. Apendicitis
3. Servicitis
4. Kista ovarium
5. Tersio ovarium
6. Aborsi spontan
7. Infeksi saluran kemih
8. Kehamilan ektopik
9. Endometriosi
K. Pencegahan
- Peningkatan edukasi masyarakat, penapisan rutin, diagnose dini, serta penangan yang
tepat terhadap infeksi chlamidya.
- Adanya program penapisan penyakit menular seksual dapat mencegah terjadinya PID
pada wanita. Mengadakan penapisan terhadap pria perlu dilakukan untuk mencegah
penularan kepada wanita.
- Semua wanita umur 25 tahun k eats harus dilakukan penipisan terhadap chlamidya
tanpa memandang factor resiko.
L. Penatalaksanaan
- Metode SWD.
Daftar Pustaka
1. Wiesenfeld HC, Hillier SL, Meyn LA, Amortegui AJ, Sweet RL. Subclinical pelvic
inflammatory disease and infertility. Obstet Gynecol 2012; 120: 37-43.
5. Haggerty CL, Gottlieb SL, Taylor BD, Low N, Xu F, Ness RB. Risk of sequelae after
Chlamydia trachomatis genital infection in women. J Infect Dis. 2010;201(suppl 2):
134-155