Anda di halaman 1dari 7

BAB 4

PEMBAHASAN

Kasus yang penulis bahas dalam makalah ilmiah ini mengenai kondisi
seorang anak berinisial An. F.S berusia dua tahun lima bulan dengan diagnosis
medis CP Spastik Quadriplegi dengan Mikrosefali. Berdasarkan hasil anamnesa
yang dilakukan, didapatkan bahwa keluarga pasien mengeluhkan anaknya belum
bisa duduk. Setelah dilakukan pemeriksaan, penulis menemukan urutan masalah
fisioterapi berdasarkan prioritas yaitu tonus postural tinggi dengan skala Ashworth
pada ekstremitas atas bilateral senilai 1 dan pada ekstremitas bawah bilateral
senilai 1+, head control inadekuat, forearm support inadekuat, tidak ada hand
support dan trunk control, tightness pada m. iliopsoas, hamstring dan tendon
achilles, serta fungsi bermain yang tidak sesuai umur.

Berdasarkan urutan masalah di atas, tatalaksana program fisioterapi yang


dilakukan berupa terapi latihan dengan konsep NDT dengan metode inhibisi,
fasilitasi, stimulasi, dan latihan stretching dengan fokus penelitian pada bagian
stimulasi yang bertujuan untuk mengatasi problematika fisioterapi pada kasus CP
Spastik Quadriplegi dengan Mikrosefali

4.1 Stimulasi duduk stabil


Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan duduk stabil salah
satunya dengan stimulasi. Stimulasi yaitu usaha untuk memperkuat dan
meningkatkan tonus otot melalui propioseptif dan taktil. Berguna untuk
meningkatkan reaksi pada anak, memelihara posisi dan pola gerak yang
dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara otomatis. Stimulasi sendiri memiliki teknik
yaitu Tapping yang ditujukan pada grup otot antagonis dari otot yang spastic,
Placcing, dan Holding yang berguna sebagai penempatan pegangan, Placcing
Weight Bearing sebagai penumpukan berat badan yang mana pada kasus ini
digunakan untuk mengembangkan komponen-komponen yang
belum ada dalam suatu gerakan dasar anak yaitu mengembangkan
head control, trunk control, forearm support, maintenance, dan tactile
proprioceptive.1
Pada teknik stimulasi ini diharapkan pasien mendapatkan kesadaran akan
posisi bagian tubuh yang diperoleh dari visual. Dimana impuls yang datang dari
ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sionovia dan ligamen. Ketika
kesadaran akan posisi sendi timbul diharapkan otot-otot ikut terstimulasi untuk
berkontraksi sehingga menimbulkan respon otot dan adaptasi sistem dalam
mempertahankan keseimbangan duduk. Adapun parameter yang dapat digunakan
untuk mengukur hal ini adalah GMFM.2
Pada penelitian ini, penulis menggunakan parameter GMFM khususnya
GMFM-66 pada kasus anak CP dapat memeriksa perkembangan motorik kasar
anak dari waktu ke waktu dengan menggunaan instrumen pemeriksaan yang
sudah distandarisasi. Terdiri dari 66 item pemeriksaan, salah satunya yaitu
aktifitas duduk dengan 10 item yang terdiri dari 4 skor yaitu 0, 1, 2 dan 3 yang
masing masing mepunyai arti yang sama meskipun deskripsinya berbeda
tergantung item kemampuan yang dinilai.1
Dari empat komponen pemeriksaan per-evaluasi berdasarkan kriteria
penilaian GMFM-66 item sets 1 dapat diperoleh data grafik seperti berikut

Grafik 4.1 Evaluasi Stimulasi Duduk terhadap GMFM-66

Pengukuran GMFM-66 IS pada Dimensi


Pemeriksaan Duduk
120
100 100
80 75
60 58.3
50
40
20
0
Evaluasi 1 Evaluasi 2 Evaluasi 3 Evaluasi 4

Pengukuran GMFM-66 IS pada Dimensi Pemeriksaan Duduk

Keterangan: angka ditampilkan dalam persen


Dari empat komponen yang diteliti, penulis merumuskan grafik evaluasi
dengan tolak ukur GMFM-66 IS pada komponen no.21 (head lifting), 22 (head
control),no.23 (forearm support) dan no.24 (trunk control) sehingga jika
ditotalkan akan menghasilkan skor maksimal berjumlah 12 poin (poin total tiap
komponen adalah 3) lalu ditunjukkan dalam bentuk persen pada setiap evaluasi.
Berdasarkan hasil dari evaluasi pertama hingga evaluasi terakhir pasien
mengalami peningkatan kemampuan yang signifikan sebesar 50%. Pada evaluasi
pertama pasien dapat duduk di matras dengan support thoraks oleh fisioterapis
dan sudah terlihat mampu melakukan head lifting dan dinilai dengan scoring key
tiga yaitu complete. Pada evaluasi kedua pasien juga dapat duduk di matras
dengan support thoraks oleh fisioterapis dan mengalami peningkatan kemampuan
head control dari yang awalnya hanya dapat melakukannya selama 5-7 detik
menjadi 7-10 detik dengan scoring key nilai tiga, yaitu complete. Lalu pasien tidak
mengalami peningkatan pada kemampuan forearm support dan trunk control.
Pada evaluasi ketiga pasien mengalami peningkatan kemampuan duduk
dimatras dengan forearm support. Pada awalnya pasien belum terlihat adanya
forearm support hingga pada evaluasi ini ditemukan bahwa pasien dapat
melakukannya selama 5-7 detik dengan scoring key nilai tiga, yaitu complete
Dan pada evaluasi keempat pasien dapat duduk stabil dimatras tanpa
bantuan lengan. Hal ini karena pasien mengalami peningkatan kemampuan head
control. Dari yang mampu bertahan 7-10 detik menjadi 15-16 detik. Pada
kemampuan forearm support pasien juga mengalami peningkatan dari yang
mampu bertahan 5-7 detik menjadi 10 detik. Dan yang terakhir pasien mengalami
peningkatan kemampuan pada trunk control. Kemampuan trunk control pasien
meningkat dari yang awalnya belum ada hingga sekarang dapat
mempertahankannya selama 5 detik dengan scoring key nilai tiga, yaitu complete.
Sebuah penelitian meneliti terkait keseimbangan duduk pada anak CP
dengan membandingkan hasil antara traditional program fisioterapi yang
berdasarkan mekanikal konsep melalui posisi duduk statis dan aktif strengthening
exercise untuk trunk pada Grup A dengan peningkatan core stability melalui
konsep NDT pada Grup B. Pada penelitian ini parameter yang digunakan adalah
GMFM. Masing masing teknik dilakukan setiap 1 jam per pertemuan dengan 3
kali per minggu selama 2 bulan. Yang mana dihasilkan bahwa kedua grup
mengalami hasil yang signifikan setelah 2 bulan intervensi. Hal ini menurutnya
disebabkan karena peningkatan kekuatan otot trunk melalui aktifasi dari
abdominal dan back muscle dalam tugas yang berbeda. Yang mana hal ini
disetujui karena adanya pemberian stimulasi pada back muscle dan abdominal
sehingga mendapatkan control dan postur duduk yang baik.3
Namun penelitian lain menyatakan bahwa efektivitas metode NDT yang
berisikan teknik fasilitasi, inhibisi, dan stimulasi tidak meyakinkan yang mana
didukung oleh 6 jurnal yang mensupport tentang keuntunngan NDT dan 9 jurnal
yang mengatakan NDT tanpa keuntungan pada anak CP. Dan juga hal ini
dinyatakan oleh penelitian lain bahwa NDT tidak begitu menguntungkan pada
anak penderita CP dari pada teknik teknik fisioterapi yang lain hal ini sbenarnya
dikarenakan untuk mengevaluasi NDT masih membingungkan karena beberapa
faktor yaitu skill terapis yang tidak jelas terbukti, konsep NDT yang selalu
berubah dan seringkali NDT digabung dengan konsep/metode terapi lain. Seperti
pada sebuah penelitian lain lagi yang mana penelitiannya adalah dengan
menggabungkan metode NDT dengan Kinesio Tapping dan Neuromuscular
Electrical Stimulation (NMES) dalam meningkatkan keseimbangan duduk dan hal
ini barulah berdampak sangat baik dan merupakan kombinasi yang lebih baik
untuk keseimbangan duduk pada anak CP. 4–6
Dengan pemberian stimulasi menggunakan parameter GMFM-66, anak
menunjukkan peningkatan kemampuan duduk stabil. Hasil tersebut sesuai dengan
grafik yang mana melakukan evaluasi sebanyak empat kali dengan dosis latihan
dua kali seminggu selama sebulan dengan durasi 45-60 menit tiap sesinya.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan masalah yang ada pada kasus tersebut maka penulis
memberikan intervensi berupa NDT yang befokus pada stimulasi yang diberikan
kepada anak dengan frekuensi 2 kali seminggu selama sebulan dengan 45-60
menit tiap sesinya. Pada evaluasi terakhir (evaluasi ke-4) didapatkan adanya
peningkatan head control, forearm support, trunk control, adanya peningkatan
lingkup gerak sendi pada anak, serta anak mulai mampu untuk duduk dalam
keadaan stabil. Maka dari itu dengan pemberian stimulasi untuk meningkatkan
stabilisasi duduk dapat dibuktikan dengan hasil evaluasi menggunakan parameter
GMFM.

5.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut
1. Untuk Fisioterapi
Fisioterapis lebih memperluas ilmu atau menambah pengetahuan
mengenai kasus CP. Terutama dengan kondisi mood anak yang mudah
berubah dan tidak dapat di prediksi. Fisioterapis diharapkan dapat
membuat pasien merasa nyaman dan menumbuhkan rasa percaya
terhadap fisioterapis agar pasien mendapatkan hasil yang lebih optimal
misalnya seperti memberikan pasien mainan atau melakukan treatment
kepada pasien diruangan yang bernuansa anak agar pasien tidak
merasa takut dan bosan.
2. Untuk Keluarga Pasien
Diharapkan untuk rutin mengikuti anjuran fisioterapi yang
sudah ditentukan sebagai bagian dari home program pada anak.
Adapun home program tersebut diantaranya edukasi cara
menggendong anak, edukasi melakukan latihan yang telah diajarkan
fisioterapis, dan edukasi untuk membuat kursi yang diberi meja di
depannya agar anak dapat berlatih duduk.
DAFTAR PUSTAKA

1. Terapi P, Terhadap L, Kemampuan P, Purnomo D, Dan K, Novitasari R.


Pengaruh Terapi Latihan Terhadap Peningkatan Kemampuan Fungsional
Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Diplegia Exercise Therapy Effect for
Increase Functional Activities in Cerebral Palsy Spastic Diplegia. J Fisioter
dan Rehabil. 2018;2(1):1–8.
2. Sari IM, Meidian AC, Samekto M. Perbedaan Neuro Development
Treatment ( Ndt ) Dan Pilates Terhadap Kesiembangan Duduk Pada
Cerebral. J Fisioter. 2016;
3. El Azeim FHA. The Problem Solving Strategy of Poor Core Stability in
Children with Cerebral Palsy: A Clinical Trial. J Pediatr Neonatal Care.
2014;6(1):1–6.
4. Burditt CA. The effects of therapeutic taping on seated postural control in
children with cerebral palsy, quadriplegia. ProQuest Diss Theses [Internet].
1999;(January):163-163 p. Available from:
http://ez.library.latrobe.edu.au/login?
url=http://search.proquest.com/docview/304517629?
accountid=12001%5Cnhttp://ap01.alma.exlibrisgroup.com/view/uresolver/
61LATROBE_INST/openurl?ctx_enc=info:ofi/enc:UTF-
8&ctx_ver=Z39.88-2004&url_ctx_fmt=info:ofi/fmt:kev
5. Edition S. Meeting the Physical Therapy Needs of Children. Vol. 66,
Physiotherapy Canada. 2014. 222 p.
6. Elbasan B, Akaya KU, Akyuz M, Oskay D. Effects of neuromuscular
electrical stimulation and Kinesio Taping applications in children with
cerebral palsy on postural control and sitting balance. J Back
Musculoskelet Rehabil. 2018;31(1):49–55.

Anda mungkin juga menyukai