Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

INTERFERENTIAL CURRENT (IFC)


“Akut Sprain Ligamen Collateral Medial Knee (Vas 9,3)”

Oleh:

Nama : Ayu Feratywi

Nim : PO714241181009

Kelas : D.IV A Tk. II Fisioterapi

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2020
LAPORAN PRAKTIKUM INTERFERENTIAL CURRENT (IFC)
KASUS AKUT SPRAIN LIGAMEN COLLATERAL MEDIAL KNEE (VAS 9,3)

A. Patologi Kasus Akut Sprain Ligamen Collateral Medial Knee (VAS 9,3)
1. Definisi
Sprain ligamen collateral medial knee atau sering juga disebut dengan cedera medial
collateral ligament (MCL) adalah peregangan, robekan parsial, atau robekan total ligamen di
bagian dalam lutut. Medial Collateral Ligament menjalar dari bagian dalam tulang kering
bagian atas (Tibia) ke bagian dalam dari bagian bawah tulang paha (femur). Medial Collateral
Ligament menjaga tulang kering Anda tetap stabil. Cedera pada ligamen ini dapat berupa
robekan yang membentang. Ini adalah salah satu cedera lutut yang paling umum dan hasil
sebagian besar dari kekuatan valgus pada lutut.

2. Etiologi
Medial Collateral Ligament biasanya adalah cedera akibat tekanan atau stress pada
bagian luar lutut. Desakan ini menyebabkan bagian luar lutut tertekuk dan bagian dalam
melebar. Apabila medial collateral ligament diregangkan terlalu jauh, maka lutut akan mudah
robek dan cedera.

3. Patogenesis
Terdapat tiga tingkatan Cedera Medial Collateral Ligament. Cedera MCL dinilai 1, 2
atau 3 (grade ini diberikan tergantung pada derajat robekan yang berkelanjutan).
- Robekan grade 1 terdiri dari kurang dari 10% serat kolagen yang terkoyak,
dengan sedikit kelembutan tetapi tanpa instabilitas. Robek sebagian pada
ligamen dengan gejala ringan. Sebagian besar pasien merasa sakit ketika
diberikan tekanan pada bagian luar lutut yang sedikit tertekuk tetapi tidak ada
gejala lain.
- Grade 2 bervariasi dalam gejala dan oleh karena itu mereka dipecah lebih
lanjut ke kelas 2- (lebih dekat ke kelas 1) dan 2+ lebih dekat ke kelas 3, tetapi
keduanya dihitung memiliki kelembutan tetapi tidak ada ketidakstabilan.
Rasa sakit dan bengkak lebih signifikan daripada dengan cedera tingkat 1.
Ketika lutut ditekankan (seperti untuk grade 1), pasien mengeluh tentang rasa
sakit dan nyeri tekan yang signifikan di bagian dalam lutut, kelonggaran
sedang dalam sendi diamati. Robek sebagian dengan gejala yang tidak stabil
dan moderat.
- Grade 3 Robek seluruhnya dengan gejala tidak stabil dan parah, ligamen
lainnya dalam lutut mungkin juga robek atau bisa dikatakan pecahnya MCL
menyebabkan ketidakstabilan, ketika lutut ditekan (seperti dijelaskan di atas)
ada kelemahan sendi. Cedera MCL kelas III memiliki skala ekstra untuk
mengukur tingkat ketidakstabilan. Ini dijelaskan dari jumlah pemisahan sendi
dalam tes valgus 300

4. Tanda dan Gejala


 Ketidakstabilan — Lutut menjadi lemas atau merasa seperti akan lumpuh
 Lutut membengkak
 Mengunci atau menangkap lutut dengan gerakan
 Terasa nyeri dan ngilu di sepanjang bagian dalam persendian

B. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Alat :
Cek kondisi alat pastikan dalam kondisi yang bagus seperti kabel elektroda pada pad
untuk digunakan. Kemudian tentukan prosedur yang akan digunakan, semua tombol dalam
posisi nol. Pad dibasahi terlebih dahulu, untuk pad yang menggunakan gel diletakan pada
permukaan pad yang akan di kontakan dengan kulit pasien. Pesiapan semua materi metode
yang akan digunakan. Pemanasan alat yakinkan tombol intensitaas “off”.

2. Persiapan Pasien :
Posisikan pasien senyaman dan serileks mungkin. Lakukan pemeriksaan di area yang
akan di terapi dalam hal ini yang dimaksud meliputi kulit harus bersih dan bebas dari
keringat, lotion. Lakukan tes sensabilitas tajam-tumpul dan panas-dingin. Lepaskan semua
metal diarea terapi meliputi perhiasan kalung jam dan lain-lain. Sebelum memulai intervensi,
terapist memberi penjelasan mengenai cara kerja dan efek yang dapat ditimbulkan dari
TENS.

3. Teknik Pelaksanaan :
 Sambungkan alat dengan sumber arus
 Persiapan pasien
 Tekan tombol ON untuk menghidupkan alat
 Pad diletakan pada area nyeri.
 Atur jenis gelombang dan intensitas sesuai kondisi penyakit
 Atur AMF dan spectrumnya sesuai dengan kondisi penyakit
 Atur sweep sesuai mondisi penyakit
 Atur waktu yang akan digunakan
 Atur frekuensi hingga pasien merasakan stimulus

Kasus : Akut Sprain Ligamen


Collateral Medial Knee 1. Posisi pad elektrode : Pad diletakkan di area
dermatome pada ligament collateral medial knee
Nilai VAS : VAS 9,3
2. Metode pemasangan pad elektrode : Pad elektrode
sebelum di pasangkan di masukkan ke dalam spons
Foto
yang lembab diletakan di area dermatome pada
ligament collateral medial knee secara paralel.

3. Pemilihan dosis :
a. Bentuk IFC : 2-pole interference

b. Frekuensi arus :6000 Hz

c. AMF : 100 Hz

d. Frekuensi Spektrum : 50 Hz

e. Program Spektrum : 6/6

f. Intensitas arus : 12,5 mA

g. Waktu : 10 menit

C. Evaluasi
Terapis kemudian melakukan evaluasi sesaat dengan menanyakan keadaan pasien.
Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi terhadap perubahan
intensitas nyeri pasien akut sprain ligamen collateral medial knee VAS 9,3.

KASUS-KASUS FISIOTERAPI :
1. Akut Sprain Ankle (VAS 8,6)
2. Kronik Sprain Ankle (VAS 5,2)
3. Akut Sprain Ligamen Collateral Medial Knee (VAS 9,3)
4. Kronik Lower Thoracal Pain (VAS 6,6)
5. Akut Strain Gastrocnemius (VAS 7,2)
6. Akut Strain Hamstring (VAS 7,4)
7. Akut Contusio Quadriceps Femoris (VAS 7,8)
8. Akut Sprain Ligamen Cruciatum Knee (VAS 8,6)
9. Kronik Osteoarthritis Knee Joint (VAS 6,7)
10. Kronik Piriformis Syndrome (VAS 6,3)
11. Kronik Muscle soreness gastrocnemius (VAS 5,6)
12. Kronik Syndrome Tractus Iliotibial band (VAS 5,4)
13. Kronik Syndrome Pes Anserine Knee (VAS 6,2)
14. Kronik Myofascial pain rhomboid (VAS 6,3)
15. Kronik Shoulder Pain (VAS 6,4)
16. Kronik Back Pain (VAS 5,7)
17. Kronik Cervical Syndrome (VAS 6,7)
18. Kronik Spondylosis Lumbal (VAS 6,4)
19. Kronik Spondylosis Cervical (VAS 6,2)
20. Akut Non-spesific Low Back Pain (VAS 8,2)
21. Kronik Non-spesific Neck Pain (VAS 6,5)
22. Kronik lesi meniskus knee (VAS 5,4)
23. Kronik Frozen Shoulder (VAS 5,8)
24. Kronik Ischialgia akibat HNP L4-L5 (VAS 7,8)
25. Kronik Brachialgia akibat Spondylosis/HNP C5-C6 (VAS 6,6)
26. Kronik myofascial pain upper trapezius (VAS 5,3)
27. Kronik myofascial pain quadratus lumborum (VAS 5,7)
28. Kronik muscle tightness iliopsoas (VAS 5,3)
29. Kronik muscle tightness pectoralis major et minor (VAS 5,7)
30. Akut sprain elbow (VAS 8,2)

Catatan :
Pilih kasus di atas, kemudian kasus yang dipilih dikerjakan sesuai format laporan di atas.

Anda mungkin juga menyukai