Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ULTRASOUND THERAPY (US)

“KRONIK SPONDYLOSIS LUMBAL”

OLEH :

NAMA : RAHMATIKA R.
NIM : PO714241204027
PRODI : D.IV PROFESI TK.II

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2021
LAPORAN PRAKTIKUM ULTRASOUND THERAPY (US)

A. Patologi Kasus
1. Definisi
Spondylosis lumbal merupakan penyakit degeneratif pada corpus vertebra atau
diskus intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita. Faktor utama
12 yang bertanggung jawab terhadap perkembangan spondylosis lumbal adalah usia,
obesitas, duduk dalam waktu yang lama dan kebiasaan postur yang jelek. Pada faktor usia
menunjukkan bahwa kondisi ini banyak dialami oleh orang yang berusia 40 tahun keatas.
Faktor obesitas juga berperan dalam menyebabkan perkembangan spondylosis lumbar.
Spondylosis lumbal seringkali merupakan hasil dari osteoarthritis atau spur tulang yang
terbentuk karena adanya proses penuaan atau degenerasi. Proses degenerasi umumnya
terjadi pada segmen L4 – L5 dan L5 – S1. Komponen-komponen vertebra yang seringkali
mengalami spondylosis adalah diskus intervertebralis, facet joint, corpus vertebra dan
ligamen.

2. Etiologi
Spondilosis lumbalis merupakan suatu fenomena penuaan yang non spesifik.
Kebanyakan penelitian menyatakan tidak ada hubungannya dengan gaya hidup, tinggi
badan, berat badan, massa tubuh, aktifitas fisik, merokok dan konsumsi alkohol atau
riwayat reproduksi. Adipositas sepertinya merupakan faktor risiko pada populasi Inggris,
tapi tidak pada populasi Jepang. Efek dari aktifitas fisik yang berat masih kontraversial,
sebagaimana diduga berhubungan dengan degenerasi diskus.

3. Patogenesis
Bila usia bertambah maka akan terjadi perubahan degeneratif pada tulang
belakang, yang terdiri dari dehidrasi dan kolaps nukleus pulposus serta penonjolan ke
semua arah dari anulus fibrosus. Anulus mengalami klasifikasi dan perubahan
hipertrofik terjadi pada pinggir tulang korpus vertebra, membentuk osteofit atau spur
atau taji. Dengan penyempitan rongga intervertebra, sendi intervertebra dapat mengalami
subluksasi dan menyempitkan foramina intervertebra, yang dapat juga ditimbulkan oleh
osteofit (Mansjoer dkk, 2005). Perubahan patologi yang terjadi pada diskus
intervertebralis antara lain: (a) annulus fibrosus menjadi 14 kasar, collagen fiber
cenderung melonggar dan muncul retak pada berbagai sisi, (b) nucleus pulposus
kehilangan cairan, (c) tinggi diskus berkurang, (d) perubahan ini terjadi sebagai bagian
dari proses degenerasi pada diskus dan dapat hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-
tanda dan gejala (Yulianza, 2013).
Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa adanya
lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang menghasilkan
penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi dekalsifikasi pada corpus
yang dapat menjadi factor predisposisi terjadinya brush fracture. Pada ligamentum
intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal terutama pada daerah yang sangat
mengalami perubahan.
Pada selaput meningeal, durameter dari spinal cord membentuk suatu selongsong
mengelilingi akar saraf dan ini menimbulkan inflamasi karena jarak diskus membatasi
canalis intervertebralis. Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait
dengan perubahan pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan
articular dan bersama-sama dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan
pada akar saraf dan mengurangi lumen pada foramen intervertebralis.
4. Tanda dan Gejala
Spondylosis lumbal merupakan suatu kelainan dengan ketidakstabilan lumbal,
sering mempunyai riwayat robekan dari diskusnya dan serangan nyeri yang berulang –
ulang dalam beberapa tahun. Nyeri pada kasus spondylosis berhubungan erat dengan
aktivitas yang dijalani oleh penderita, dimana aktivitas yang dijalani terlalu lama dengan
rentang perjalanan yang panjang. 13 Pasien biasanya berusia di atas 40 tahun dan
memiliki tubuh yang sehat. Nyeri sering timbul di daerah punggung dan pantat. Hal ini
akan menimbulkan keterbatasan gerak pada regio lumbal dan dapat menimbulkan nyeri
pada area ini. Pemeriksaan neurologis dapat memperlihatkan tanda – tanda sisa dari
prolaps diskus yang lama (misalnya tiadanya reflek fisiologis). Pada tahap sangat lanjut,
gejala dan tanda – tanda stenosis spinal atau stenosis saluran akar unilateral dapat timbul
B. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Alat : https://bit.ly/US-persiapanalat
a. Hubungkan power cord unit ke adaptor kemudian hubungkan power adaptor ke unit.
b. Tekan tombol on yang ada di belakang alat.
c. Kemudian menjalankan unit dengan menekan on/off yang ada di panel depan layar
(selama 3 detik).
d. Selanjutnya tekan tombol unit manual yang ada di depan unit US dan aturlah pada
US.
e. Jangan lupa sediakan gel untuk meminimalisi impedansi saat terapi dan tisu untuk
membersihkan transducer saat selesai digunakan.

2. Persiapan Pasien : https://bit.ly/US-persiapanpasien


a. Posisikan pasien dalam keadaan tengkurap dan usahakan dalam keadaan senyaman
dan serileks mungkin agar tidak mengganggu jalannya terapi.
b. Kemudian ambil gel lalu oleskan pada daerah lumbal. Posisikan ERA transducer US
tegak lurus dan rapat dengan kulit pada daerah yang telah diolesi gel agar semua
gelombangnya dapat diabsorbsi dengan baik.
c. Sebelum memulai intervensi, terapist memberi penjelasan mengenai cara kerja dan
efek yang dapat ditimbulkan dari US.

3. Teknik Pelaksanaan :
Kasus : Kronik Spondylosis 1. Posisi transducer : Tegak lurus pada corpus
Lumbal vertebra atau diskus intervertebralis lumbal.
Nilai VAS : 6,4 2. Metode pengobatan : Direct Method (Metode
langsung)

3. Pemilihan dosis :
a. ERA transducer US : 5 cm2
https://bit.ly/US-teknikpelaksanaan
b. Bentuk US : Continuous 100% (1:1)

c. Frekuensi US : 1 MHz

d. Intensitas US : 1 W/cm2

e. Waktu : 1 Menit x 5 x (1+1) = 10 menit


C. Evaluasi

Evaluasi
Alat Ukur
Sebelum Terapi Sesudah Terapi
Nilai VAS (Visual Analog Scan) 6,4 5,4
KASUS-KASUS FISIOTERAPI :

1. Akut Sprain Ankle (VAS 8,6)


2. Kronik Sprain Ankle (VAS 5,3)
3. Akut Sprain Ligamen Collateral Medial Knee (VAS 9,3)
4. Kronik Sprain Ligamen Collateral Medial Knee (VAS 6,2)
5. Akut Strain Tendon Achilles (VAS 7,6)
6. Kronik tendinitis caput medial gastrocnemius (VAS 5,2)
7. Kronik tendinitis caput lateral gastrocnemius (VAS 5,7)
8. Akut Strain Hamstring (VAS 7,4)
9. Kronik tendinitis semitendinosus-semimembranosus (VAS 6,2)
10. Kronik tendinitis biceps femoris (VAS 5,8)
11. Kronik cervical headache (VAS 5,8)
12. Akut Sprain Ligamen Cruciatum Anterior Knee (VAS 8,6)
13. Kronik Sprain Ligamen Cruciatum Anterior Knee (VAS 5,6)
14. Kronik Osteoarthritis Knee Joint (VAS 6,7)
15. Kronik Piriformis Syndrome (VAS 6,3)
16. Kronik Muscle soreness gastrocnemius (VAS 5,6)
17. Kronik Syndrome Tractus Iliotibial band (VAS 5,4)
18. Kronik Syndrome Pes Anserine Knee (VAS 6,2)
19. Kronik Tennis Elbow tipe 2 (VAS 6,3)
20. Kronik Tennis Elbow tipe 3 (VAS 7,6)
21. Kronik Tendinitis Infraspinatus (VAS 6,4)
22. Akut tendinitis infraspinatus (VAS 7,8)
23. Kronik Tendinitis Bicipitalis (VAS 5,7)
24. Akut Tendinitis Bicipitalis (VAS 7,4)
25. Kronik Tight Upper Trapezius (VAS 6,7)
26. Kronik Spondylosis Lumbal (VAS 6,4)
27. Kronik de Quervain’s Syndrome (VAS 6,2)
28. Kronik tendomyosis quadratus lumborum (VAS 7,2)
29. Akut sprain wrist (VAS 8,5)
30. Kronik sprain wrist (VAS 6,4)
31. Subakut cidera meniskus medial knee (VAS 7,4)
32. Kronik Frozen Shoulder (VAS 5,8)
33. Kronik Sacroiliaca joint dysfunction (VAS 6,5)
34. Kronik Tendinitis Supraspinatus (VAS 5,6)
35. Akut Tendinitis Supraspinatus (VAS 8,4)
36. Subakut Sprain Ligamen Collateral Lateral Knee (VAS 7,6)
37. Kronik cidera meniskus lateral knee (VAS 6,2)
38. Kronik tendinopathy patella (VAS 6,3)
39. Kronik fasciitis plantaris (VAS 6,1)
40. Kronik tendinitis ekstensor carpi ulnaris (VAS 5,8)
41. Kronik tendinitis subscapularis (VAS 6,2)
42. Akut tendinitis subscapularis (VAS 7,6)

Anda mungkin juga menyukai