Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

SHOCK WAVE THERAPY (SWT)

“KRONIK TIGHT RHOMBOID MAJOR ET MINOR”


VAS 5,5

OLEH :

RAHMATIKA R.
PO714241204027
PROFESI FISIOTERAPI TK.II

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2021
LAPORAN PRAKTIKUM SHOCK WAVE THERAPY (SWT)

A. Patologi Kasus
1. Definisi
Myofascial pain otot rhomboid adalah nyeri pada kondisi kronis pada otot
rhomboid mayor atau minor, dimana pada otot tersebut terdapat trigger points akibat
adanya tightness, tenderness, stiffness, serta taut band pada jaringan myofascial sehingga
menyebabkan gangguan gerak dan fungsi.

2. Etiologi
Faktor-faktor yang mempunyai kontribusi terhadap terjadinya
myofascial pain otot rhomboid adalah (Robert dan Alan, 2001) :
1. Postur yang buruk yang menyebabkan stress dan strain pada otot rhomboid, misalnya:
forward head posture yaitu postur di mana posisi kepala terus menerus ke depan.
2. Ergonomi kerja yang buruk yang berlangsung berulang-ulang dan dalam waktu yang
lama akan menimbulkan stress mekanik yang berkepanjangan, misalnya seseorang di
depan komputer dengan layar yang terlalu tinggi atau agak jauh dari kursi duduk.
3. Trauma pada jaringan myofascial otot rhomboid, misalnya atlet sepak bola yang
mendadak menyundul bola dengan posisi kepala miring, sehingga menimbulkan strain
pada otot rhomboid.
4. Degenerasi, perubahan yang jelas pada sistem otot pada usia lanjut, di mana terjadi
pengurangan massa otot.

3. Patogenesis
Otot rhomboid merupakan otot postural atau otot tonik yang bekerja melakukan
gerakan retraksi bahu. Kerja otot ini akan bertambah berat dengan adanya postur yang jelek,
mikro dan makro trauma. Akibatnya yang terjadi adalah fase kompresi dan ketegangan lebih
lama dari pada rileksasi, terjadinya suatu keadaan yang menyebabkan kelelahan otot yang
cepat (Ferry, 2009).

Trauma pada jaringan baik akut maupun kronik akan menimbulkan kejadian yang
berurutan yaitu hiperalgesia dan spasme otot skelet, vasokontriksi kapiler. Akibatnya pada
jaringan myofascial terjadi penumpukan zat-zat nutrisi dan oksigen ke jaringan serta tidak
dapat dipertahankannya jarak antar serabut jaringan ikat sehingga akan menimbulkan
iskemik pada jaringan miofasial. Pada keadaan iskemia inilah jaringan myofasial akan
menegang, sehingga akan merangsang substansi P (neurotransmitter nyeri) hingga menjadi
suatu peradangan kronis yang menghasilkan zat algogen berupa prostaglandin, bradikinin
dan serotonin yang dapat menimbulkan sensori nyeri. Proses radang dapat juga
menimbulkan respon neuromuskular berupa ketegangan otot (Ferry, 2009).

Dalam waktu yang bersamaan pula akan terjadi proses perbaikan jaringan miofasial
yang mengalami kerusakan dengan cara menstimulasi fibroblas dalam jaringan miofasial
untuk menghasilkan banyak kolagen. Kolagen yang terbentuk mempunyai susunan yang
tidak beraturan atau cross unik sehingga terbentuk jaringan fibrous yang kurang elastis. Oleh
karena rasa nyeri umumnya pasien enggan menggerakan bagian tersebut, sehingga berada
pada posisi immobilisasi akibatnya otot akan menjadi kontraktur (Ferry, 2009).

4. Tanda dan Gejala


Nyeri pada myofascial pain merupakan implikasi ditandai adanya taut band yang
berisi trigger point di dalam otot rhomboid. Implikasi klinis trigger point meliputi dua hal,
yaitu aspek motorik dan sensorik (Simons dan Mense, 2003). Aspek motorik meliputi
gangguan fungsi motorik, kelemahan otot karena inhibisi motorik, kekakuan otot, dan
keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi) karena kontraktur otot.
Sedangkan aspek sensorik meliputi tenderness lokal, nyeri rujukan ke bagian lain, serta
sensitisasi saraf perifer dan pusat (Simons dan Mense, 2003). Adanya taut band ini membuat
otot rhomboid mengalami penurunan performance akibat daya tahan dan kekuatan otot yang
menurun.

B. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Alat : https://bit.ly/Persiapan-Alat
 Hubungkan power cord unit ke adaptor lalu hubungkan, kemudian hubungkan power
adaptor ke unit.
 Lalu tekan tombol on yang ada di belakang alat.
 Kemudian menjalankan unit dengan menekan on/of yang ada dipanel depan layar
(selama 3 detik)
 Selanjutnya tekan tombol unit manual yang ada di depan unit dan aturlah settingan
sesuai kasus

2. Persiapan Pasien : https://bit.ly/Persiapan-pasien


 Posisikan pasien dalam keadaan tengkurap dengan kondisi rileks
 Sebelum melakukan intervensi, berikan penjelasan pada pasien mengenai intervensi
yang akan diberikan dan kemungkinan efek yang akan dirasakan

3. Teknik Pelaksanaan :

Kasus Kronik Tight Rhomboid Majot Et Minor 1. Posisi transducer SWT : Muscle
Nilai VAS : 5,5 Rhomboid Major dan Minor

2. Pemilihan dosis :
a. Bentuk SWT : Continuos Frequensi

https://bit.ly/Teknik-pelaksanaan
b. Frekuensi SWT : 20 Hz

c. Intensitas SWT : 2,5 Bar

d. Jumlah Shock SWT : 1200 shocks


C. Evaluasi
Setelah diberikan intervensi shocks wave therapy pada kasus kronik tight rhomboid major
et minor pasien tersebut merasakan penurunan nyeri.

Evaluasi
Alat Ukur
Sebelum Terapi Sesudah Terapi
Nilai VAS (Visual Analog Scan) 5,5 4,7
KASUS-KASUS FISIOTERAPI :

1. Kronik lesi ligamen collateral medial knee (VAS 6,2)


2. Kronik tendinitis Achilles (VAS 6,6)
3. Kronik tendinitis caput gastrocnemius (VAS 5,2)
4. Kronik tendinitis semimembranosus-tendinosus (VAS 6,4)
5. Kronik tendinitis gluteus medius-minimus (VAS 6,3)
6. Kronik tendinitis caput gastrocnemius (VAS 5,6)
7. Kronik syndrome tractus iliotibial band (VAS 5,4)
8. Kronik tendinitis pes anserine (VAS 6,2)
9. Kronik tennis elbow tipe 2 (VAS 5,3)
10. Kronik tennis elbow tipe 3 (VAS 7,6)
11. Kronik tendinitis infraspinatus (VAS 6,4)
12. Kronik tendinitis bicipitalis (VAS 5,7)
13. Kronik tight upper trapezius (VAS 4,7)
14. Kronik tight quadratus lumborum (VAS 6,4)
15. Kronik lesi meniskus medial knee (VAS 6,2)
16. Kronik lesi meniskus lateral knee (VAS 5,2)
17. Subakut lesi meniskus medial knee (VAS 7,4)
18. Kronik tendinitis supraspinatus (VAS 5,6)
19. Subakut lesi ligamen collateral lateral knee (VAS 7,6)
20. Kronik tendinopathy patella (VAS 6,3)
21. Kronik fasciitis plantaris (VAS 6,1)
22. Kronik tendinitis ekstensor carpi ulnaris (VAS 5,8)
23. Kronik tight rhomboid major et minor (VAS 5,5)
24. Kronik tendinitis subscapularis (VAS 6,3)
25. Kronik bursitis trochanterica (VAS 5,2)
26. Subakut tendinitis supraspinatus (VAS 6,2)
27. Subakut tendinitis infraspinatus (VAS 6,4)
28. Subakut lesi ligamen collateral medial knee (VAS 5,8)
29. Subakut bursitis subacromialis (VAS 6,3)
30. Subakut tendinitis bicipitalis (VAS 6,5)
31. Kronik tendinopathy achilles (VAS 6,2)
32. Subacute tractus iliotibial band syndrome (VAS 6,4)
33. Kronik syndrome piriformis (VAS 5,2)
34. Kronik tendinitis biceps femoris (VAS 5,6)
35. Kronik myogloses gastrocnemius (VAS 6,3)
36. Kronik bursitis subacromialis (VAS 5,7)
37. Kronik iliotibialis band syndrome (VAS 6,6)

Anda mungkin juga menyukai