Anda di halaman 1dari 21

Muskuloskeletal

Disorders (MSDs)
ERGONOMI TERAPAN
Kelompok 1
Kelompok 1

Ainayya Nuzulia Diah Pitaloka Qonita


Widati Permatasari Ammarwati
11181010000012 11181010000030 11181010000045

Muhammad Jalu Prakoso Prawiningsih


Daffa Deliandra 11181010000057 11181010000059
11181010000051
OUTLINE

01 Faktor Risiko 03 Jenis-Jenis MSDs

02 Pekerja Berisiko 04 Studi Kasus


01
Faktor Risiko
Muskuloskeletar Disorders
(MSDs)
Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot
skeletal:
1. Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja
di mana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas
mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang
berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum
otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya
keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.
2. Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan
mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dsb. Keluhan otot terjadi karena otot
menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk
relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh
bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu
membungkuk, kepala terangkat,dsb. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi
tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak
alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja
Faktor Penyebab Sekunder Faktor Resiko Individu
Tekanan Selain faktor penyebab
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang
lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus terjadinya keluhan otot
memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak tersebut di atas, beberapa
akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, ahli menjelaskan bahwa
dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan
rasa nyeri otot yang menetap. faktor individu seperti
umur, jenis
Getaran kelamin,kebiasaan merokok,
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan
kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini aktivitas fisik, kekuatan
menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan fisik dan ukuran tubuh juga
asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri dapat menjadi penyebab
otot (Suma’mur, 1982).
terjadinya keluhan otot
Mikroklimat skeletal.
Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau
besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam
tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi
dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak
diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan
terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai
akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai
oksigen ke otot menurun, proses metabolisme
karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam
laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot
02
Pekerja Berisiko
Pekerja beresiko MSDS (Weeks, James L. Et all, 1991):

1) Carpal Tunnel Syndrome (CTS)


Pekerja mengetik dah proses pemasukan data, kegiatan manufaktur, perakitan,
penjahit dan pengepakam/pembungkusan.
2) Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS)
Pekerja konstruksi, petani atau pekerja lapangang, perusahaan automobile
dan supir truk, penjahit, pengebor, pekerjaan memalu, gerinda, penyangga
atau penggosok lantai.
3) Low Bac Pain Syndrome (LBP)
Pekerja lapangan atau bukan lapangan, pelayanan, operator, tehnisian dan
manajernya, professional, sales, pekerjaan yang berhubungan dengan tulis
menulis dan pengetikan, supir truk, pekerjaan manual handling, penjahit dan
perawat.
4) Peripheral Nerve Entrapment Syndromes
Operator register, kasir, pekerjaan perakitan dan pekerjaan kantoran.
5) Peripheral Neuropathy
Sektor manufaktur, pekerja di sector public dan industry jasa.
6) Tendinitis dan Tenosynovitis
Pekerjaan konstruksi, petani atau pekerja lapangang, perusahaan automobile
dan supiir truk, penjahit, pengebot, pekerjaan memalu, gerinda, penyangga,
dan penggosok lantai.
03
Jenis-Jenis MSDs
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot
skeletal yaitu yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan
sangat ringan sampai sangat sakit.
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu
yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada
sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang
biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs)
atau cedera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters,
1996). Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi
pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan
tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan, dan
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat
menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa
sakit pada otot masih terus berlanjut.
Jenis-jenis keluhan Nyeri Otot Rangka (MSDs)
(Soedirman, 2014), diantaranya adalah:
1. Sakit Leher : Merupakan peningkatan tegangan otot atau mialgia,
leher miring atau kaku leher.
2. Nyeri Punggung : Gejala nyeri punggung yang spesifik seperti
herniasi lumbal, artiritis, ataupun spasme otot.
3. Carpal Tunnel Syndrome : Kumpulan gejala yang mengenai tangan dan
pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi dan ervus medianus.
4. De Quervains Tenosynovitis : Penyakit ini mengenai pergelangan
tangan, ibu jari, dan terkadang lengan bawah, disebabkan oleh
inflamasi
5. Tenosinovium dan dua tendon yang berada di ibu jari dan pergelangan
tangan.
6. Thoracic Outlet Syndrome : Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu,
lengan, dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan dan mati
rasa pada daerah tersebut.
7. Tennis Elbow : Keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang
berasal dari siku lengan bawah berjalan keluar ke pergelangan tangan.
8. Low Back Pain : Terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal,
yaitu L4 dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh
membungkuk ke depan, maka akan terjadi penekanan pada diskus.
04
Studi Kasus
LATAR BELAKANG
Pada proses produksi manual handling • Keluhan musculoskeletal disorders
atau yang melibatkan manusia, misalnya (MSDs) jika tidak segera diatasi
dalam proses pembuatan bahan, atau dilakukan penanganan segera
pengepakan dan pengangkutan hasil akan mengganggu konsentrasi dalam
produksi. Pekerjaan tersebut sangat bekerja, menyebabkan kelelahan dan
dipengaruhi oleh beban dari benda yang pada akhirnya akan menurunkan
diangkut, cara mengangkat, posisi produktivitas.
mengangkat, jarak tempuh mengangkat, • Dampak yang diakibatkan oleh
frekuensi mengangkat. musculoskeletal disorders (MSDs)
Dalam ilmu ergonomi, apabila kegiatan pada aspek produksi yaitu
tersebut tidak dilakukan dengan baik berkurangnya output, kerusakan
maka akan muncul gangguan atau keluhan material produk yang hasil akhirnya
yang berhubungan dengan sistem otot dan mengakibatkan tidak terpenuhinya
tulang belakang / musculoskeletal deadline produksi serta pelayanan
disorders (MSDs). yang tidak memuaskan. Selain itu,
biaya yang ditimbulkan akibat
absensi atau tidak masuknya pekerja
akan menimbulkan penurunan laba.
Hasil Penelitian
Gambaran perusahaan: PT. Ispat Indo adalah perusahaan yang berbentuk PMA
(penanaman modal asing). Proses produksinya terdiri dari 2 tahap yaitu Steel
Melting Shop dan Rolling Mill. Steel melting merupakan proses peleburan besi-
besi tua (scrap). Proses selanjutnya dilakukan di area Rolling Mill. Billet
yang telah di cetak kemudian dipanaskan ulang di BRF (Billet Reheating
Furnace).

Tabel 1 Identifikasi Faktor


Postur Kerja:
Mengidentifikasi
postur kerja dilakukan
pengamatan selama 2 kali setiap
pekerja atau responden, selama
satu shift kerja dari jam 07.00
WIB sampai jam 15.00 WIB,
dengan menggunakan metode REBA
(Rapid Entire Body Assessment).
Identifikasi Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Mengukur keluhan musculos- keletal disorders (MSDs)
yang dirasakan oleh pekerja, penulis atau peneliti
menggunakan lembar wawancara untuk mengetahui ada tidaknya
keluhan nyeri. Untuk menentukan tingkat keluhan nyeri yang
dirasakan para pekerja, peneliti menggunakan lembar Nordic
Body Map (NBM) yang terdiri dari 28 bagian tubuh. Terdapat 4
kategori skor untuk menilai tingkat keluhan yang dirasakan
oleh pekerja pada bagian tubuhnya yaitu skor 1 (tidak sakit),
skor 2 (agak sakit), skor 3 (sakit), dan skor 4 (sangat
sakit.

Postur Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)


Hasil uji korelasi spearman antara postur kerja
dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) di PT Ispat
Indo Sidoarjo yang telah dilakukan, didapatkan nilai koefi
sien korelasi (r) spearman sebesar 0,770 yang artinya ada
hubungan yang sangat kuat antara postur kerja dengan keluhan
musculoskeletal disorders (MSDs).
Tabel 2 tersebut dapat dilihat Tabel 3 dapat dilihat bahwa
bahwa sebagian besar pekerja lokasi keluhan
memiliki tingkat keluhan musculoskeletal paling banyak
musculoskeletal sedang yaitu pada para pekerja di PT Ispat
sebanyak 11 orang (73,34%), Indo bagian Rolling Mill
yaitu pada Billet Reheating dengan mengeluh sakit yaitu
Furnace (BRF) dan Mill Equipment pada pinggang sebanyak 7
Area. orang (46,7%), dan pekerja
dengan mengeluh sakit yaitu
pada punggung sebanyak 6
orang (40%), serta agak sakit
pada bahu kanan sebanyak 12
pekerja (80%).
Pada proses pengangkatan alat di bagian “Berdasarkan hasil uji korelasi spearman
Rolling Mill, faktor risiko pekerjaan antara postur kerja dengan keluhan
yang dapat menyebabkan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) yang telah
musculoskeletal adalah postur janggal, dilakukan, terdapat hubungan yang sangat
beban objek 10-25 kg, serta jenis kuat antara postur kerja dengan keluhan
pegangan yang jelek. Pada saat proses MSDs”
pengangkatan barang posisi punggung
para pekerja cenderung membungkuk Lokasi yang biasanya sering dikeluhkan oleh
ketika mengangkat beban antara 10-25 para pekerja adalah sekitar pinggang (46,7%)
kg, selain itu alat atau beban yang dan punggung (40%). Sikap kerja tidak
diangkat juga tidak memiliki pegangan ergonomi atau tidak alamiah membuat posisi
sehingga dapat menyebabkan terjadinya bagian-bagian tubuh beraktivitas atau
keluhan musculoskeletal. Dalam bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya
penelitiannya Nurhikmah (2010) mengutip yaitu kepala terangkat, punggung terlalu
teori dari Levy dan Wegman (2000), yang membungkuk serta pergerakan tangan terangkat
menyatakan bahwa pekerja yang melakukan ke atas. Postur tubuh yang tidak alamiah
aktivitas mengangkat barang yang berat (tidak stabil) tersebut menunjukkan bukti
memiliki kesempatan 8 kali lebih besar yang kuat sebagai faktor yang dapat
untuk mengalami low back pain menyebabkan terjadinya MSDs dan menimbulkan
dibandingkan pekerja yang bekerja terjadinya keluhan pada punggung, pinggang,
statis. dan tangan (Tanjung, 2015).
Simpulan
“Sebagian besar postur kerja pekerja memiliki tingkat risiko
(menggunakan metode REBA) dengan kategori sangat tinggi, sebagian
besar pekerja mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders dengan
tingkat keluhan kategori sedang, dan faktor postur kerja mempunyai
keeratan hubungan yang sangat kuat dengan kejadian keluhan
musculoskeletal disorders.”

Saran penelitian ini yaitu; instansi atau perusahaan dapat melakukan


perbaikan layout pekerjaan dengan menghindarkan lantai bertingkat dengan
cara meratakan lantai, sehingga dapat mengurangi terjadinya hal yang tidak
diinginkan. Selain itu melakukan pengawasan rutin guna memantau program
yang dicanangkan sehingga pekerja tidak lagi melakukan kegiatan
pengangkutan dengan membentuk postur yang cenderung seenaknya. Membuat dan
memberikan buku saku kepada setiap pekerja yang berisi tentang keselamatan
dan kesehatan kerja, khususnya berisi tentang bahaya dan risiko postur
kerja yang tidak alamiah, serta mengadakan secara rutin kegiatan olah raga
satu kali dalam seminggu selama 30-45 menit di perusahaan, untuk
meningkatkan kesegaran fisik para pekerja sehingga dapat mengurangi
terjadinya keluhan musculoskeletal.
Terima Kasih
Referensi
1. Tarwaka, Sholichul, Lilik Sudiajeng. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan,.
Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS.
2. Tarwaka and Bakri, S. H. A. (2004) Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. Available at:
http://shadibakri.uniba.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Buku-Ergonomi.pdf.
3. Evadarianto N dan Endang Dwiyanti. 2017. POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN
MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA MANUAL HANDLING BAGIAN ROLLING MILL. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 1 Jan-April
2017: 97–106.
4. Kurniawati, I. (2009). Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif
Terhadap Terjadinya Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Pabrik Proses Finishing
Departemen PPC PT Southern Cross Textile Industry Ciracas Jakarta Timur 2009.

Anda mungkin juga menyukai