01 Faktor Risiko Muskuloskeletar Disorders (MSDs) Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal: 1. Peregangan Otot yang Berlebihan Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal. 2. Aktivitas Berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dsb. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. 3. Sikap Kerja Tidak Alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat,dsb. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja Faktor Penyebab Sekunder Faktor Resiko Individu Tekanan Selain faktor penyebab Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus terjadinya keluhan otot memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak tersebut di atas, beberapa akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, ahli menjelaskan bahwa dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap. faktor individu seperti umur, jenis Getaran kelamin,kebiasaan merokok, Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini aktivitas fisik, kekuatan menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan fisik dan ukuran tubuh juga asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri dapat menjadi penyebab otot (Suma’mur, 1982). terjadinya keluhan otot Mikroklimat skeletal. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot 02 Pekerja Berisiko Pekerja beresiko MSDS (Weeks, James L. Et all, 1991):
1) Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Pekerja mengetik dah proses pemasukan data, kegiatan manufaktur, perakitan, penjahit dan pengepakam/pembungkusan. 2) Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS) Pekerja konstruksi, petani atau pekerja lapangang, perusahaan automobile dan supir truk, penjahit, pengebor, pekerjaan memalu, gerinda, penyangga atau penggosok lantai. 3) Low Bac Pain Syndrome (LBP) Pekerja lapangan atau bukan lapangan, pelayanan, operator, tehnisian dan manajernya, professional, sales, pekerjaan yang berhubungan dengan tulis menulis dan pengetikan, supir truk, pekerjaan manual handling, penjahit dan perawat. 4) Peripheral Nerve Entrapment Syndromes Operator register, kasir, pekerjaan perakitan dan pekerjaan kantoran. 5) Peripheral Neuropathy Sektor manufaktur, pekerja di sector public dan industry jasa. 6) Tendinitis dan Tenosynovitis Pekerjaan konstruksi, petani atau pekerja lapangang, perusahaan automobile dan supiir truk, penjahit, pengebot, pekerjaan memalu, gerinda, penyangga, dan penggosok lantai. 03 Jenis-Jenis MSDs Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yaitu yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996). Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan, dan 2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Jenis-jenis keluhan Nyeri Otot Rangka (MSDs) (Soedirman, 2014), diantaranya adalah: 1. Sakit Leher : Merupakan peningkatan tegangan otot atau mialgia, leher miring atau kaku leher. 2. Nyeri Punggung : Gejala nyeri punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal, artiritis, ataupun spasme otot. 3. Carpal Tunnel Syndrome : Kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi dan ervus medianus. 4. De Quervains Tenosynovitis : Penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan bawah, disebabkan oleh inflamasi 5. Tenosinovium dan dua tendon yang berada di ibu jari dan pergelangan tangan. 6. Thoracic Outlet Syndrome : Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan dan mati rasa pada daerah tersebut. 7. Tennis Elbow : Keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang berasal dari siku lengan bawah berjalan keluar ke pergelangan tangan. 8. Low Back Pain : Terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal, yaitu L4 dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan, maka akan terjadi penekanan pada diskus. 04 Studi Kasus LATAR BELAKANG Pada proses produksi manual handling • Keluhan musculoskeletal disorders atau yang melibatkan manusia, misalnya (MSDs) jika tidak segera diatasi dalam proses pembuatan bahan, atau dilakukan penanganan segera pengepakan dan pengangkutan hasil akan mengganggu konsentrasi dalam produksi. Pekerjaan tersebut sangat bekerja, menyebabkan kelelahan dan dipengaruhi oleh beban dari benda yang pada akhirnya akan menurunkan diangkut, cara mengangkat, posisi produktivitas. mengangkat, jarak tempuh mengangkat, • Dampak yang diakibatkan oleh frekuensi mengangkat. musculoskeletal disorders (MSDs) Dalam ilmu ergonomi, apabila kegiatan pada aspek produksi yaitu tersebut tidak dilakukan dengan baik berkurangnya output, kerusakan maka akan muncul gangguan atau keluhan material produk yang hasil akhirnya yang berhubungan dengan sistem otot dan mengakibatkan tidak terpenuhinya tulang belakang / musculoskeletal deadline produksi serta pelayanan disorders (MSDs). yang tidak memuaskan. Selain itu, biaya yang ditimbulkan akibat absensi atau tidak masuknya pekerja akan menimbulkan penurunan laba. Hasil Penelitian Gambaran perusahaan: PT. Ispat Indo adalah perusahaan yang berbentuk PMA (penanaman modal asing). Proses produksinya terdiri dari 2 tahap yaitu Steel Melting Shop dan Rolling Mill. Steel melting merupakan proses peleburan besi- besi tua (scrap). Proses selanjutnya dilakukan di area Rolling Mill. Billet yang telah di cetak kemudian dipanaskan ulang di BRF (Billet Reheating Furnace).
Tabel 1 Identifikasi Faktor
Postur Kerja: Mengidentifikasi postur kerja dilakukan pengamatan selama 2 kali setiap pekerja atau responden, selama satu shift kerja dari jam 07.00 WIB sampai jam 15.00 WIB, dengan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). Identifikasi Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Mengukur keluhan musculos- keletal disorders (MSDs) yang dirasakan oleh pekerja, penulis atau peneliti menggunakan lembar wawancara untuk mengetahui ada tidaknya keluhan nyeri. Untuk menentukan tingkat keluhan nyeri yang dirasakan para pekerja, peneliti menggunakan lembar Nordic Body Map (NBM) yang terdiri dari 28 bagian tubuh. Terdapat 4 kategori skor untuk menilai tingkat keluhan yang dirasakan oleh pekerja pada bagian tubuhnya yaitu skor 1 (tidak sakit), skor 2 (agak sakit), skor 3 (sakit), dan skor 4 (sangat sakit.
Postur Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Hasil uji korelasi spearman antara postur kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) di PT Ispat Indo Sidoarjo yang telah dilakukan, didapatkan nilai koefi sien korelasi (r) spearman sebesar 0,770 yang artinya ada hubungan yang sangat kuat antara postur kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs). Tabel 2 tersebut dapat dilihat Tabel 3 dapat dilihat bahwa bahwa sebagian besar pekerja lokasi keluhan memiliki tingkat keluhan musculoskeletal paling banyak musculoskeletal sedang yaitu pada para pekerja di PT Ispat sebanyak 11 orang (73,34%), Indo bagian Rolling Mill yaitu pada Billet Reheating dengan mengeluh sakit yaitu Furnace (BRF) dan Mill Equipment pada pinggang sebanyak 7 Area. orang (46,7%), dan pekerja dengan mengeluh sakit yaitu pada punggung sebanyak 6 orang (40%), serta agak sakit pada bahu kanan sebanyak 12 pekerja (80%). Pada proses pengangkatan alat di bagian “Berdasarkan hasil uji korelasi spearman Rolling Mill, faktor risiko pekerjaan antara postur kerja dengan keluhan yang dapat menyebabkan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) yang telah musculoskeletal adalah postur janggal, dilakukan, terdapat hubungan yang sangat beban objek 10-25 kg, serta jenis kuat antara postur kerja dengan keluhan pegangan yang jelek. Pada saat proses MSDs” pengangkatan barang posisi punggung para pekerja cenderung membungkuk Lokasi yang biasanya sering dikeluhkan oleh ketika mengangkat beban antara 10-25 para pekerja adalah sekitar pinggang (46,7%) kg, selain itu alat atau beban yang dan punggung (40%). Sikap kerja tidak diangkat juga tidak memiliki pegangan ergonomi atau tidak alamiah membuat posisi sehingga dapat menyebabkan terjadinya bagian-bagian tubuh beraktivitas atau keluhan musculoskeletal. Dalam bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya penelitiannya Nurhikmah (2010) mengutip yaitu kepala terangkat, punggung terlalu teori dari Levy dan Wegman (2000), yang membungkuk serta pergerakan tangan terangkat menyatakan bahwa pekerja yang melakukan ke atas. Postur tubuh yang tidak alamiah aktivitas mengangkat barang yang berat (tidak stabil) tersebut menunjukkan bukti memiliki kesempatan 8 kali lebih besar yang kuat sebagai faktor yang dapat untuk mengalami low back pain menyebabkan terjadinya MSDs dan menimbulkan dibandingkan pekerja yang bekerja terjadinya keluhan pada punggung, pinggang, statis. dan tangan (Tanjung, 2015). Simpulan “Sebagian besar postur kerja pekerja memiliki tingkat risiko (menggunakan metode REBA) dengan kategori sangat tinggi, sebagian besar pekerja mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders dengan tingkat keluhan kategori sedang, dan faktor postur kerja mempunyai keeratan hubungan yang sangat kuat dengan kejadian keluhan musculoskeletal disorders.”
Saran penelitian ini yaitu; instansi atau perusahaan dapat melakukan
perbaikan layout pekerjaan dengan menghindarkan lantai bertingkat dengan cara meratakan lantai, sehingga dapat mengurangi terjadinya hal yang tidak diinginkan. Selain itu melakukan pengawasan rutin guna memantau program yang dicanangkan sehingga pekerja tidak lagi melakukan kegiatan pengangkutan dengan membentuk postur yang cenderung seenaknya. Membuat dan memberikan buku saku kepada setiap pekerja yang berisi tentang keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya berisi tentang bahaya dan risiko postur kerja yang tidak alamiah, serta mengadakan secara rutin kegiatan olah raga satu kali dalam seminggu selama 30-45 menit di perusahaan, untuk meningkatkan kesegaran fisik para pekerja sehingga dapat mengurangi terjadinya keluhan musculoskeletal. Terima Kasih Referensi 1. Tarwaka, Sholichul, Lilik Sudiajeng. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan,. Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS. 2. Tarwaka and Bakri, S. H. A. (2004) Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. Available at: http://shadibakri.uniba.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Buku-Ergonomi.pdf. 3. Evadarianto N dan Endang Dwiyanti. 2017. POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA MANUAL HANDLING BAGIAN ROLLING MILL. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 1 Jan-April 2017: 97–106. 4. Kurniawati, I. (2009). Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif Terhadap Terjadinya Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Pabrik Proses Finishing Departemen PPC PT Southern Cross Textile Industry Ciracas Jakarta Timur 2009.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis