Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH PENYAKIT AKIBAT KERJA

MUSCULOSKELETAL DISORDERS

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

EKY SEFTIANI 20180301123


RIFNA SULISTYANI 20170301128
YUNITA PUSPARINI 20170301181
RADEN BAYU P A 20170301086

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT-K3
UNIVERSITAS ESA UNGGUL-HARAPAN INDAH
TA 2018-2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keluhan pada sistem muskuloskeletal telah menjadi trend penyakit terbaru


berkaitan dengan pekerjaan di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun
negara industri (Chung, 2013). Keluhan muskuloskeletal atau Musculoskeletal
Disorder (MSDs) bersifat kronis, disebabkan adanya kerusakan pada tendon, otot,
ligament, sendi, saraf, kartilago, atau spinal disc biasanya menimbulkan rasa tidak
nyaman, nyeri, gatal dan pelemahan fungsi. Keluhan ini dipicu oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah faktor pekerjaan contohnya peregangan otot berlebih,
postur kerja yang tidak alamiah, gerakan repetitif, dan lingkungan seperti getaran,
tekanan dan mikroklimat (Tarwaka, 2013).

World health organization (WHO) tahun 2003 melaporkan gangguan otot


rangka (musculoskeletal disorder) adalah penyakit akibat kerja yang paling
banyak terjadi dan diperkirakan mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja.
Menurut Depkes RI tahun 2005, 40,5 % pekerja di Indonesia mempunyai keluhan
gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaannya dan di antaranya
adalah gangguan otot rangka sebanyak 16% (Depkes RI, 2007). Nyeri diakibatkan
karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif dan serabut saraf, baik perifer
maupun sentral (Meliala, 2004). Kerusakan jaringan sering dihubungkan dengan
nyeri kronik (Fishbain, 2003). Nyeri secara fisik dan emosi berada dalam jalur
neurobiologi yang sama, yaitu pada neurotransmiter serotonin dan noradrenergik
(Delgado & Kuo, 2004). Nyeri muskuloskeletal yaitu nyeri yang berasal dari
sistem muskuloskeletal, terdiri dari tulang, sendi dan jaringan lunak pendukung
seperti otot, ligamen, tendo dan bursa (Bull & Archad, 2007). Gangguan nyeri
diakibatkan adanya kerusakan yang berupa ketegangan otot, inflamasi,
degenerasi, maupun fraktur pada tulang yang disertai dengan rasa nyeri sehingga
mengurangi kemampuan gerak (Dul & Weerdmeester, 2003).
Nyeri punggung merupakan salah satu nyeri yang sering terjadi pada
pekerja. Sebagian besar nyeri punggung bersifat sederhana, yaitu berkaitan
dengan kerja tulang, ligamen, dan otot punggung. Gejala nyeri punggung dapat
bervariasi seperti sakit dan kaku otot, kebas (mati rasa), serta kesemutan. Nyeri
punggung umumnya terjadi pada orang dewasa usia 33–55 tahun. Nyeri
punggung dapat menjalar ke bagian tubuh lain (Tirtayasa, 2003). Nyeri punggung
dapat terjadi pada berbagai situasi kerja, tetapi risikonya lebih besar apabila
duduk lama dalam posisi statis, karena akan menyebabkan kontraksi otot yang
terus menerus serta pembuluh darah terjepit. Penyempitan pembuluh darah
menyebabkan aliran darah terhambat dan iskemia, jaringan kekurangan oksigen
dan nutrisi. Kontraksi otot akan menyebabkan penumpukan asam laktat (Bull &
Archad, 2007).

Bekerja tidak hanya dilakukan oleh pria, tapi juga oleh wanita. Alasan
yang mendasari wanita bekerja antara lain pendidikan dan keadaan ekonomi.
Wanita lebih rentan untuk sakit saat bekerja jika dibandingkan pria. Sekitar 42
persen wanita memiliki risiko sakit saat bekerja yang disebabkan banyak hal,
seperti wanita yang mengasuh anaknya, atau yang mengurus rumah tangganya
juga. Sakit yang keluhkan wanita pekerja adalah stres, kecemasan dan depresi,
serta kondisi muskuloskeletal seperti nyeri punggung dan leher, diikuti oleh batuk
dan pilek. Prevalensi nyeri muskuloskeletal pada pekerja berkisar antara 6-76 %
selama satu tahun. Prevalensi nyeri muskuloskeletal lebih tinggi terjadi pada
wanita dibandingkan pada pria (Samara, 2007).

1.2 Tujuan
a. Diketahuinya definisi Musculoskeletal Disorders (MSDs).
b. Diketahuinya gejala Musculoskeletal Disorders.
c. Diketahuinya faktor penyebab MSDs.
d. Diketahuinya gangguan kesehatan ada Musculoskeletal tiap bagian tubuh.
e. Diagnosa dan Pengobatan Musculoskeletal Disorders.
f. Pengendalian gangguan Musculoskeletal Disorders.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Musculoskeletal Disorder (MSDs)

2.1.1 Pengertian Musculoskeletal Disorder (MSDs)

Gangguan muskuloskeletal mempunyai nama lain seperti repetitive


strain injury, repetitive motion injury, cumulative trauma disorders,
occupational cervicoskeletal disorders, overuse syndrome , dan lainnya
(Canada OH&S, 2005). Nyeri Muskuloskeletal adalah cedera atau gangguan
dari sistem muskuloskeletal yang dihasilkan dari paparan berulang dan
mempengaruhi fungsi normal dari jaringan. Sistem muskuloskeletal
mencakup semua otot, tulang, tendon, ligamen, pembuluh darah, sendi, diskus
intervertebralis, dll (Public Service Health and Safety Association, 2010).
Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan
musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal
(Grandjen, 1993; Lemasters, 1996) dalam (Tarwaka, 2004).
Gangguan musculoskeletal merupakan istilah yang memperlihatkan
adanya gangguan pada sistem musculoskeletal, dan bukan merupakan suatu
diagnosis tiap bagian tubuh yang digunakan dalam bekerja memiliki risiko
ergonomic dan gangguan kesehatan yang dapat mengakibatkan melemahkan
fungsi tubuh dan penurunan kinerja pekerja baik dalam hal kualitas maupun
kuantitas. Bagian-bagian tubuh seperti tangan, leher, bahu, punggung dan kaki
merupakan bagian tubuh yang sering digunakan pekerja dalam melakukan
pekerjaannya. Bagian tubuh yang sering digunakan pekerja maka akan
berdampak timbulnya keluhan cedera pada bagian-bagian tubuh tersebut.
Dalam hal ini National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
menyatakan bahwa faktor risiko pada pekerjaan termasuk manusia (postur
tubuh, beban, durasi dan frekuensi, genggaman), faktor alat, dan lingkungan
kerja merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan
muskulokeletal (NIOSH, 2007).

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua


(Tarwaka, 2004), yaitu :

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera
hilang apabila pembebanan dihentikan;
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut.

2.2 Gejala Musculoskeletal Disorders

Kabar buruknya, peradangan dapat disebabkan oleh gangguan


muskuloskeletal dan ini bisa terjadi pada banyak area tubuh yang tidak sama.
Pada seluruh tubuh penderita muskuloskeletal, biasanya akan terasa sakit
semua dan sangat tak nyaman ketika beraktivitas seperti biasa. Otot seperti
ditarik-tarik, itulah yang paling umum terjadi. Namun gejalanya cukup
beragam di mana setiap individu mengalami kondisi yang berbeda, seperti:

a. Cepat lelah, Bagi yang mengalami keluhan otot berupa kondisi


muskuloskeletal, maka ketika memakai fisiknya untuk berkegiatan,
biasanya rasanya akan lebih mudah dan cepat lelah. Ini karena otot
memiliki tingkat kekuatan yang rendah atau memang karena tak dapat
menoleransi lagi tekanan yang diterima.
b. Nyeri, Rasa nyeri dapat terjadi pada penderita yang diduga terkena
muskuloskeletal karena kemungkinan gangguan atau keluhan otot sudah
memicu timbulnya peradangan. Rasa nyeri ini bakal terasa begitu tak
nyaman sehingga terkadang juga membatasi pergerakan tubuh dan
menghambat kegiatan yang tengah dilakukan.
c. Pembengkakan, Apabila sudah pada tahap peradangan, biasanya karena
radang ini bagian otot tertentu bakal mengalami bengkak. Pembengkakan
ini artinya bagian tubuh tertentu yang otot atau sendinya meradang bakal
membesar. Jika sudah terjadi pembengkakan, Anda sebaiknya segera
memeriksakan dan memastikan kondisinya supaya langsung mendapatkan
penanganan yang terbaik supaya tak makin serius.
d. Kemerahan, Biasanya gejala satu ini bakal terjadi menyertai
pembengkakan, ya, di bagian yang bengkak tersebut akan muncul warna
merah akibat peradangan. Kemerahan ini juga pada umumnya menjadi
gejala yang mengikuti rasa nyeri. Bila Anda mengalaminya, jangan ragu
untuk ke dokter supaya cepat ditangani dan tak menjadi lebih serius.
e. Keterbatasan ruang gerak, Gejala yang sudah pasti adalah rentang gerak
yang mengalami penurunan atau bisa juga disebut dengan keterbatasan
ruang gerak. Otot dan sendi yang biasanya normal dan bisa dipakai untuk
kegiatan apa saja dapat merasakan sakit dan ketidaknyamanan. Dari
situlah dampaknya mampu menjadikan pergerakan tubuh terbatas dan
aktivitas pun menjadi terhambat.
f. Kaku, Tubuh dapat mengalami kekakuan dan sebenarnya masih sangat
ada kaitannya dengan poin yang sebelumnya sudah disebutkan, yakni
rentang gerak yang menurun. Karena otot bermasalah berikut juga saraf
maupun sendi, hal ini kemudian mampu menjadi penyebab otot kaku dan
akhirnya membuat tubuh susah digerakkan terlalu bebas seperti biasanya
ketika tak sakit.
g. Kesemutan, Pada penderita muskuloskeletal, kesemutan juga menjadi
gejala yang sangat terasa dan termasuk yang paling umum juga. Rasa
kesemutan ini memang cukup umum, terutama sewaktu kita terlalu lama
duduk atau menindih tangan kita ketika tidur sebagai tanda aliran darah
yang tidak lancar. Kesemutan ini akan sangat sering terjadi dan kemudian
disertai pula dengan kekakuan.
h. Lemah otot, Selain menjadi cepat lelah, tubuh penderita dari
muskuloskeletal bisa sangat lemas dan otot terasa begitu lemah hingga
tingkat kekuatan cengkeraman ikut turun. Kalau biasanya Anda bisa
memegang sebuah benda dengan kuat, maka pada keluhan otot biasanya
akan merasa tak berdaya dan tak bisa memegangnya dengan kencang.
i. Kehilangan fungsi otot, Jika sudah merasakan gejala-gejala yang sudah
disebutkan tersebut namun tidak juga memeriksakannya apalagi
mendapatkan penanganan yang tepat, maka biasanya akan mulai terjadi
gejala yang lebih buruk, yakni hilangnya fungsi otot. Lebih dari sekedar
mati rasa, otot pun lama-kelamaan tak bisa digunakan secara maksimal
lagi.
2.3 Faktor Penyebab Musculoskeletal Disorders

Saat pekerja melakukan pekerjaan memreka memiliki faktor resiko


gangguan musculoskeletal yang akan mengakibatkan kelelahan. Ketika
kelelahan melebihi dari kemampuan pemulihan dari tubuh, hal ini dapat
membuat ketidakseimbangan musculoskeletal. Dari waktu ke waktu, saat
kelelahan berlanjut melebihi pemulihan dan terjadi ketidakseimbangan maka
akan menyebabkan kelainan musculoskeletal. Tarwaka (2004) menjelaskan
bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan
otot skeletal yaitu ;

a. Faktor Primer
1. Peregangan Otor yang Berlebihan
Peregangan otot yang ebrlebihan (Over Exertion) pada umumnya
sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut
pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat,
mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot
yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan
melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering
dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot,
bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.

2. Aktivits Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus
menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-
angkat beban pada perusahaan perakitan (industri). Keluhan otot
terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus
menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala
terangkat. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh,
maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
b. Faktor Sekunder
1. Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai
contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot
tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan
alat dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri
otot yang menetap.
2. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak
lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa
nyeri otot.
3. Mikroklimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi
lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan
otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu
lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan
sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh
untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak
diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi
kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah
kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme
karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri otot.
c. Penyebab Kombinasi

Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat


apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan pada beberapa
faktor resiko dalam waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus
melakukan aktivitas angkat angkut di bawah tekanan panas matahari
seperti yang dilakukan oleh para pekerja bangunan. Di samping kelima
faktor penyebab terjadinya keluhan otot tersebut di atas, beberapa ahli
menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan
merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat
menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skeletal.

2.4 Gangguan Kesehatan Pada Musculoskeletal Tiap Bagian Tubuh

Keluhan pertama terhadap sistem muskuloskeletal yaitu nyeri, rasa kaku


dan kelemahan. Gangguan pada muskuloskeletal ditandai dengan
pembengkakan sendi, kelemahan otot, gangguan gerak. Penyakit ini pada
umumnya terjadi pada lansia dan pekerja. Beberapa penyakit tersebut pada
golongan lansia seperti berikut (Divisi Geriatri Bagian/SMF penyakit dalam
RSUP.H.Adam Malik Medan, 2014) :
1. Osteoartritis

Penyakit ini biasanya diderita oleh orang yang berumu 40- 60tahun,
namun lebih sering pada orang yang berumur di atas 60 tahun. Osteoartritis
bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya usia, obesitas, dan
trauma. Osteoartritis dibagi 2 yaitu osteoartritis primer dan osteoartritis
sekunder. Gambaran klinik pada osteoartritis primer biasanya terjadi pada
lansia yang berumur lebih dari 50 tahun, rasa tidak nyaman pada sendi, kerja
sendi memburuk ketika banyak gerak, tiak ada kekakuan pada pagi hari,
pembengkakan tulang atau jaringan lemak. Kriteria diagnosis dari
osteoartritis adalah sebagai berikut:

a. Bagian Lutut : Nyeri lutut, kekakuan pada pagi hari sekitar 30 menit,
pembesaran tulang.
b. Bagian pinggul : Nyeri pinggul dan kekakuan pada pagi hari kurang lebih
selama 60 menit.
c. Bagian tangan : Nyeri tangan, sakit dan kekakuan, pembesaran jaringan
keras dari sendi tangan tertentu.
2. PMR (polymyalgia rheumatic)

Belum diketahui secara pasti pemicu polymyalgia rheumatica, tetapi


gangguan ini dipengaruhi masalah sistem kekebalan tubuh, genetik dan faktor
lingkungan. Selain itu, penuaan juga muncul untuk berperan dalam gangguan
ini. Gejala yang biasa terjadi seperti nyeri, kaku leher, bahu, pinggang atau
bagian belakang, bokong dan paha, serangan dapat terjadi setelah bangun
tidur, respon baik terhadap kortikosteroid.

3. Pseudogout

Merupakan nama lain dari artopati pirofosfat, pseudo artritis rematoid,


pseudo osteoartritis, dan pseudo neutrofil. Pseudogout adalah penyakit akibat
pengendapan kristal kalsium pirofosfat dihidrat. Penyakit ini menimbulkan
nyeri yang bisa hilang dan timbul akibat endapan tersebut. Penyakit ini
biasanya terjadi pada usia lanjut, baik pria maupun wanita. Gambaran
diagnosis sebagai berikut : ada kristal urat dalam cairan sendi, kemerahan
sekitar sendi, nyeri atau bengkak pada sendi, pembengkakan asimetrik pada
sendi.

4. Artriris Rematoid

Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit autoimun


(penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan
tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada
sendi. Penyakit ini menyerang persendian dan anggota gerak. Penyakit ini
menimbulkan rasa nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal yang terdiri
dari sendi, tulang, otot, dan jaringan ikat. AR dapat menyerang hampir semua
sendi, tetapi yang paling sering adalah sendi di pergelangan tangan, buku-
buku jari, lutut, dan engkel kaki. Sendi-sendi lain yang mungkin diserang
termasuk sendi di tulang belakang, pinggul, leher, bahu, rahang, dan bahkan
sambungan antar tulang sangat kecil di telinga bagian dalam. Kriterianya
dapat berupa kekakuan di pagi hari pada persendian dan sekitarnya sekurang-
kurangnya selama satu jam, pembengkakan pada jaringan lunak atau
persendian sekurang-kurangnya pada tiga persendian misalnya pergelngan
tangan, siku dan pergelangan kaki, terjadi penonjolan tulang.

Menurut Suma’mur (2009), gejala -gejala MSDs yang biasa dirasakan


oleh seseorang khususnya pekerja adalah :

1. Leher dan punggung terasa kaku.


2. Bahu terasa nyeri, kaku ataupun kehilangan fleksibelitas.
3. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk.
4. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak dan kaku.
5. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit atau nyeridisertai
bengkak.
6. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat.
7. Jari menjadi kehilangan mobilitasnya, kaku dan kehilangan kekuatanserta
kehilangan kepekaan.
8. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku ataupun sensasi rasa
panas.
2.5 Diagnosis dan Pengobatan Musculoskeletal Disorders

Saat gejala sudah begitu membuat khawatir, maka silakan untuk


memeriksakan diri dengan menempuh beberapa metode diagnosa yang nanti
dianjurkan oleh dokter. Biasanya, yang paling awal dilakukan dokter adalah
memeriksa fisik dan kemudian menanyakan riwayat kesehatan. Ini supaya
penyebab pasti dari keluhan dan gejala dapat segera diketahui.

Setelah itu, pengujian sendi dan otot pun juga diperlukan oleh pasien
di mana hal ini diperlukan dengan melihat pada gejala kemerahan dan
pembengkakan, setiap kedutan yang terjadi sebagai tanda saraf rusak, serta
degenerasi atau kelemahan. Tergantung pada kondisi tertentu, biasanya tes
pencitraan juga akan dianjurkan supaya diagnosa dapat lebih terkonfirmasi.
Selain dari tes-tes tersebut, rontgen pun kemungkinan bakal dilakukan jika
memang dokter lebih ingin memastikan lagi bahwa tidak ada kondisi penyakit
lain. Rontgen ini tujuannya adalah untuk melihat keadaan tulang. Sementara
itu, tes darah juga penting untuk yang mengidap rematik dan tentunya sesuai
yang disarankan oleh dokter juga.

Bicara tentang pengobatan, biasanya pengobatan yang diberikan oleh


dokter akan ditentukan dari seberapa parah atau serius kondisi pasien. Contoh
pengobatan yang biasa atau umum diberikan adalah:

a. Obat pereda nyeri – Obat jenis ini biasanya dijual secara bebas dan dapat
bisa sekaligus digunakan agar nyeri yang mengganggu dapat hilang
secara sementara. Paracetamol dan ibuprofen adalah yang paling
dianjurkan.
b. NSAID – Obat anti-inflamasi juga sangat berguna dalam membantu
menurunkan peradangan berikut juga menghilangkan rasa nyeri dan sakit
yang menghambat kegiatan kita. Tapi untuk obat penghilang rasa sakit
dengan efek yang lebih kuat demi menyembuhkan sakit yang lebih parah,
biasanya ini harus dengan resep dokter.
c. Teknik relaksasi – Otot terkena gangguan karena terjadi ketegangan,
kekakuan dan keterbatasan ruang gerak. Dengan relaksasi yang tepat,
akan mampu membuat otot menjadi jauh lebih baik dan otomatis
peredaran darah juga lebih lancar.
d. Terapi pijat
e. Chiropractic
f. Peregangan dan melatih otot
g. Suntikan anestesi atau antiradang

2.6 Pengendalian Gangguan Musculoskeletal Disorders

Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health


Administration (OSHA) dalam Tarwaka (2004), tindakan ergonomik untuk
mencegah adanya sumber penyakit adalah memalui dua cara yaitu Rekayasa
Teknik (desain stasiun dan alat kerja) dan Rekayasa Menejemen kriteria).

a. Rekayasa Teknik

Rekayasa Teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan


beberapa alteralitf, meliputi (et al Tarwaka, 2004) :

1. Eliminasi,yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal


ini jarang dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerja yang
mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada;
2. Substitusi, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau
bahan baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan
menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan;
3. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan
pekerja;
4. Ventilasi, menamah ventilasi untk mengurangi risiko sakit.
b. Rekayasa Menejemen
Rekayasa Menejemen dapat dilakukan melalui tindakan berikut :
1. Pendidikan dan pelatihan agar pekerja lebih memahami lingkungan
dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan
inovatif dalam melakukan upaya pencegahan terhadap risiko sakit
akibat kerja;
2. Pengaruh waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti
disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakterisktik
pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap
sumber bahaya;
3. Pengawasan yang intensif, agar dapat dilakukan pencegahan secara
lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya risiko sakit akibat kerja

Agar tidak mengalami risiko MSDs pada saat melakukan pekerjaan,


maka ada beberapa hal yang harus dihindari. Hal tersebut adalah :
1. Jangan memutar atau membungkukkan badan ke samping.
2. Jangan menggerakkan, mendorong atau menarik secara sembarangan,
karena dapat meningkatkan risiko cidera.
3. Jangan ragu meminta tolong pada orang.
4. Apabila jangkauan tidak cukup, jangan memindahkan barang.
5. Apabila barang yang hendak dipindahkan terlalu berat, janganme
lanjutkan.
6. Lakukan senam/peregangan otot sebelum bekerja.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Gangguan musculoskeletal merupakan istilah yang memperlihatkan
adanya gangguan pada sistem musculoskeletal, dan bukan merupakan suatu
diagnosis tiap bagian tubuh yang digunakan dalam bekerja memiliki risiko
ergonomic dan gangguan kesehatan yang dapat mengakibatkan melemahkan
fungsi tubuh dan penurunan kinerja pekerja baik dalam hal kualitas maupun
kuantitas. Faktor penyebab MSDs dibagi menjadi faktor primer dan faktor
sekunder. Gangguan pada muskuloskeletal ditandai dengan pembengkakan sendi,
kelemahan otot, gangguan gerak. Penyakit ini pada umumnya terjadi pada lansia
dan pekerja.
3.2 Saran
a. Setiap pekerja yang melakukan pekerjaan dengan manual handling harus
memperhatikan gerakan yang ergonomis.
b. Pekerja harus memiliki standar pelatihan pada saat melakukan pekerjaan yang
memiliki potensi gerak secara berulang dan tidak terlalu memaksakan tubuh
dalam setiap gerakan yang tidak ergonomis.
DAFTAR PUSTAKA

Canadian Centre of Occupational Helath and Safety. 2005. Work Related


Muskuloskeletal Disorders.
Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan 2007. Departemen Kesehtan RI .
Divisi Geriatri Bagian/SMF penyakit dalam RSUP.H.Adam Malik Medan, “Penyakit
Muskoluskeletal Pada Lansia”
www.ocw.usu.ac.id/fmd175_slide_penyakit_muskoluskeletal_pada_lansia.
diakses tanggal 28 November 2018 Pukul 20.00 WIB
Fishbain, D.A. 2003. Aspect of the Chronic Pain History and Its Application to
Treatment Decisions. Chronic Pain : Clinical Pain Management. Edited by Troels
S. Peter R Wilson & Andrew S.C Rice; Arnold. a member of the Hodder
Headline Group. London: p 63-88.
Meliala. 2004. Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah. Skrispi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
National Institute the Occupational Safety and Health (NIOSH), 2007. Ergonomic
Guidelines For Manual Material Handling. 4676 Columbia Parkway Cincinnati.
Public Services Health & Safety Association. (2010). Handbook of MSDs Risk in
Workplace. USA : Health and Safety Ontarios.
Tarwaka, et al. 2004. Ergonomi Untuk K3 dan Produktvitas. Surakarta : UNIBA
Press.
Tarwaka. 2013. Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press
Suma’mur P K. 2009. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV
Haji Masagung.
https://halosehat.com/tips-kesehatan/kesehatan-otot/muskuloskeletal diakses 28
November 2018 Pukul 20.30 wib

Anda mungkin juga menyukai