Anda di halaman 1dari 13

ERGONOMI

Ergonomi Pekerja pada Pekerja Tenun Kampoeng BNI

Disusun oleh :
Gina Dwi Septiani

10011181320052

Imelda Ria Negara

10011181320059

Lathifatun M.H

10011181320071

Mukhayatun Sholehah 10011181320078


Diah Permata Sari

10011181320090

Septia Milanda

10011281320021

Dosen Pembimbing:
Desheilla Andarini ,S.KM.,M.Sc
DR. Novrikasari, S.KM, M.Kes

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
GedungFakultasKesehatanMasyarakat. KampusUniversitasSriwijaya Jl. Raya
Palembang PrabumulihInderalaya, Kab. OganIlir Prov. Sumatera Selatan. Telp/Fax
(0711) 580068

A. Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos
yang

berarti

hukum,

sehingga

ergonomi

adalah

disiplin

keilmuan

yang

mempelajarimanusia dalam kaitannya dengan pekerjaan. Sejumlah disiplin dalam


ergonomi

yaitu anatomi dan fisiologi, antropometri, fisiologi psikologi, dan

Psikologi eksperimen. (Wignjosoebroto, S., 2008),


Songket adalah suatu buah karya yang memiliki cita rasa seni yang tinggi
dengan proses pengerjaan yang harus dilakukan dengan cermat dimana pada proses
pembuatan songket yang terbilang masih tradisional dan rumitnya tahapan
pengerjaan, maka songket Palembang membutuhkan waktu minimal 8-10 Minggu
untuk diselesaikan. Adapun permasalahan yang timbul

saat ini adalah belum

ergonomisnya alat utama yang di sebut dayan, sehingga menimbulkan banyak


keluhan yang di sampaikan oleh pengrajin ketika mereka menggunakan dayan dalam
waktu yang lama. Selain itu, posisi pekerja juga tidak ergonomi sehingga
menimbulkan kelelahan bahkan bisa menimbulkan penyakit fatigue atau musculotal
disease. (Kusmindari, D. CH, dkk. 2014)
Penulis melakukan observasi di Kampung BNI, Kabupaten Ogan Ilir. Dimana
terdapat bahwa ketika melakukan interview kepada salah satu pengrajin songket
terdapat keluhan seperti pegal pundak, punggung, pegal kaki, dan tengkuk leher. Hal
tersebut menunjukan beberapa posisi kerja belum ergonomis, bisa dilihat juga dari
posisi duduk pengrajin songket tersebut.

Gambar 1. Posisi menggunakan dayan ( sumber : observasi kampung BNI)

Ketika menggunakan dayan, pengrajin harus duduk di lantai dan bagian


punggung hanya ditopang oleh kayu yang diikat ke dayan. Posisi ini akan
menimbulkan banyak keluhan terhadap tulang belakang.Berdasarkan hasil Nordic
Body Map kuesioner, keluhan yang dirasakan oleh 50 % perajin adalah keluhan
pada punggung, pinggang, leher atas, tengkuk, lengan atas kiri dan pinggul. Hal
tersebut diakibatkan dari ukuran antropometri dayan yang belum ergonomis.(
Kusmindari, D. CH, dkk. 2014).
B. Musculoskeletal Disorders (MSDs)
MusculoSkeletal Disorders dikenal dengan beberapa istilah lain: repetitive
strain injury,repetitive motion injury, cumulative trauma disorders, occupational
cervicoskeletal disorders, overuse syndrome, dan lainnya. (Canada OH&S, 2005)
Musculoskeletal disorders adalah sekelompok kondisi patologis yang mempengaruhi
fungsi normal dari jaringan halus sistem musculoskeletal yang mencakup sistem
syaraf, tendon, otot dan struktur penunjang seperti discus intervertebral
(NIOSH,1997).
Nur Ikrimah (2009) menerangkan berdasarkan Canadian Center for
Occupational Health and Safety, Aktivitas kerja seperti pekerjaan yang bersifat
repetitif, atau pekerjaan dengan postur yang tidak normal adalah hal yang dapat
menyebabkan munculnya gangguan MSDs, yang sakitnya dapat dirasakan selama
bekerja atau pada saat tidak bekerja.
Gangguan pada system musculoskeletal tidak pernah terjadi secara langsung,
tetapi merupakan kumpulan-kumpulan benturan kecil dan besar yang terakumulasi
secara terus menerus dalam waktu relatif lama, dapat dalam hitungan beberapa hari,
bulan dan tahun, tergantung pada berat ringannya trauma setiap kali dan setiap saat,
sehingga dapat menimbulkan suatu cidera yang cukup besar yang diekspresikan
dengan rasa sakit, kesemutan, pegal-pegal, nyeri tekan, pembengkakan dan gerakan
yang terhambat atau gerakan minim atau kelemahan pada anggota tubuh yang terkena
trauma. (Humatech,1995)

Hubungan kejadian MSDs dengan postur tubuh, Ada dua aspek postur tubuh
yang memberikan kontribusi atas gangguan muskuloskeletal akibat kerja, termasuk
pekerjaan yang bersifat repetitif. Pertama adalah posisi dari bagian tubuh saat
melakukan pekerjaan. Aspek yang kedua dari postur tubuh yang memberikan
kontribusi atas gangguan WMSDs (Work Related Musculoskeletal Disorser) adalah
posisi dari leher akan senantiasa menstabilkan posisi tubuh selama pekerjaan
dilakukan. Kontraksi otot yang terjadi akan menekan pembuluh darah, dan
menyebabkan terganggunya peredaran darah. Otot pada leher dan betis akan menjadi
lelah meskipun leher dan bahu tidak bergerak. Inilah yang menimbulkan sakit pada
bagian leher.( Achwan, 2006, dalam Nurhikmah 2011)
Menurut hasil wawancara kami, keluhan yang terkait MSDs. Rasa nyeri dapat
hilang setelah beristirahat selama satu malam.Hal ini sesuai dengan pendapat
Merulalia (2010) dalam (Nurhikmah, 2011) mengungkapkan gejala yang akan
menunjukkan tingkat keparahan Musculoskeletal Disorders dapat dilihat dari :
a. Tahap 1: Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini
biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak
berpengaruh pada performa kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat.
b. Tahap 2: Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah
bekerja.

Tidur

mungkin

terganggu,

kadang-kadang

menyebabkan

berkurangnya performa kerja.


c. Tahap 3: Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika
bergerak secara repetitif. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan
pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.
C. Faktor Resiko Pekerja Tenun yang Berkaitan dengan Musculosceletal
Disorder
1. Usia
Usia berbanding lurus dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan
mencapai puncaknya pada usia 25-39 tahun. Seseorang dengan usia 50-60
tahun memiliki kekuatan otot munurun hingga 25% dan kemampuan kerja
fisik seseorang yang berusia 60 tahun tinggal mencapai 50% dari orang usia

25 tahun. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden pada usia
berisiko. Pada umumnya nyeri keluhan pada musculoskeletal mulai dirasakan
pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada
umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan
bertambahnya umur. Hal ini dikarenakan kekuatan dan ketahanan otot mulai
menurun, sehingga risiko terjadinya keluhan muskuloskletal meningkat. Dari
hal tersebut maka usia mempengaruhi terjadinya keluhan subjektif pada
punggung.( Koesyanto, H. 2013)
2. Sikap Kerja Duduk
Menurut

(Tarwaka,2004) bahwa kerja dengan posisi duduk secara terus

menerus membuat kontraksi otot cepat menjadi statis dan the load pattern
menjadi lebih kuat dibandingkan dengan kontraksi dinamis. Pekerjaan yang
monoton, ukuran sarana kerja dan antrophometri yang tidak sesuai dapat
menyebabkan sikap kerja yang tidak alamiah, memberikan beban kerja
tambahan dan akhirnya dapat menyebabkan keluhan subjektif.
3. Masa Kerja
Masa kerja merupakan akumulasi aktivitas kerja seseorang yang dilakukan
dalam jangka watu yang panjang. Apabila aktivitas tersebut dilakukan terusmenerus dalam jangka waktu bertahun-tahun tentunya mengakibatkan
gangguan pada tubuh ( Koesyanto, H. 2013). Semakin lama kerja seseorang
dapat menyebabkan terjadinya kejenuhan pada daya tahan otot dan tulang
secara fisik maupun psikis. Menurut (hendra dan Suwandi Rahardjo, 2009)
bahwa pekerja yang mempunyai masa kerja lebih dari 4 tahun mempunyai
risiko gangguan muskuloskeletal 2,775 kali lebih besar dibandingkan dengan
pekerja dengan masa kerja 4 tahun. Menurut Boshuzen dalam Mayrika dkk.
(2009), usia lebih dari 5 tahun lebih berisiko terkena nyeri punggung
dibandingkan dengan responden dengan masa kerja kurang dari 5 tahun.
4. Iklim kerja
Iklim kerja merupakan hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerak udara dan panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaan

(Kepmenaker, No:Kep-51/MEN/1999). Suhu dingin mengurangi effisiensi


dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas berakibat
menurunnya prestasi kerja pikir, mengurangi kelincahan, memperpanjang
waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, menggangu kecermatan kerja
otak, menggangu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan
untuk dirangsang (Sumamur P.K, 1996: 89).
D. Penyakit-penyakit yang Berkaitan dengan Musculotal Disease
1. Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot
skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan
sampai sangat sakit. Otot yang menerima beban statis secara berulang-ulang
dan dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan
pada sendi, ligament dan tendon ( Tarawaka, 2004:117).
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompkan menjadi dua, yaitu:
a) Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada
saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan akan segera
hilang apabila pembebanan dihentikan.
b) Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat
menetap walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa
nyeri pada otot masih terus berlanjut. ( Khaizun, 2013). Beberapa
Keluhan Muskuloskeletal:
2. Keluhan Leher
Keluhan yang paling umum adalah nyeri leher yang disertai rasa kaku
serta nyeri daerah bahu. Keluhan ini memiliki banyak nama, diantaranya
nyeri leher akibat sikap badan, fibrotis, ketegangan leher, dan masih
banyak nama lain. Kadang kadang, nyeri bersifat radikular, biasanya menjalar
kebawah salah satu lengan sampai kejari, mengikuti penyebaran dermatom (J.
Jeyaratnam dan David KOH, 2010:201). Nyeri dan rasa tidak nyaman pada
tengkuk pada umumnya terjadi pada waktu kerja dengan pekerjaan yang

beban kerja berat, pekerjaan manual dengan duduk terus menerus (Depkes R1
2004).
3. Keluhan Punggung
Nyeri punggung yaitu nyeri yang berkaitan dengan tulang, ligament,
dan

otot punggung, yang terjadi dari akibat gerakan mengangkat,

membungkuk, atau mengejan dangan rasa yang timbul dan sesekali hilang,
dan biasanya tidak menandakan kerusakan permanen apapun. Dalam banyak
kasus nyeri punggung disebabkan oleh sikap badan yang salah tegang atau
kejang otot (Kim Davies, 2007:48).
Nyeri punggung pada pekerjaan dengan posisi duduk yang terus
menerus, efisiensi kerja dan pencegahan terhadap kerusakan tulang belakang
harus mendapat perhatian yang cukup. Lengkung pada torakal atau lengkung
pada tulang punggung yang berlebihan mengakibatkan bongkok atau kifosis.
Menurut Ahmad H. Asdie (1999:86) membagi tipe asal nyeri
punggung menjadi 4, yaitu:
a) Nyeri Bagian Lokal
Nyeri lokal sering dikemukakan sebagai rasa nyeri yang stabil tetapi
bisa intermiten dengan variasi yang cukup besar menurut posisi atau
aktivitas. Rasa nyeri ini sering terasa didekat tulang belakang yang
sakit.
b) Iritasi Pada Radiks
Sering disebut juga nyeri akar, memiliki beberapa ciri khas nyerialaih,tetapi berbeda dalam hal intensitasnya yang lebih besar,
keterbatasan pada daerah akar dan faktor-faktor yang mencetuskanya.
Perjalanan nyeri hampir selalu berasal dari posisi sentral didekat
tulang belakang hingga tertentu pada ekstrimitas bawah.
c) Nyeri Alih
d) Terdiri atas dua tipe yaitu yang diproyeksikan dari tulang belakang ke
regio yang terletak didaerah dermatom lumbal serta sacral bagian atas,
dan

diproyeksikan dari visera pelvic dan abdonemen ke tulang

belakang. Pada umumnya nyeri alih memiliki intensitas yang sejajar


dengan nyeri lokal pada punggung.
e) Nyeri Akibat Spasma Otot

Biasanya dikemukakan dalam hubungan dengan nyeri local, spasme


otot yang berkaiten dengan berbagai kelainan tulang belakang dapat
menimbulkan distorsi yang berarti pada sikap tubuh yang normal.
Akibatnya, tegangan kronik pada otot bisa mnegakibatkan rasa pegal
dan sakit yang tumpul dan kadang perasaan kram.
E. Pencegahan yang dapat dilakukan
1. Perlunya menghitung ukuran antropometri yang dipakai untuk memperbaiki
ukuran dayan (alat membuat songket) agar menjadi ergonomis bagi pengrajin.
2. Membuat desain Dayan yang Ergonomis bagi penenun.
Gambar 3 Desain dayan ergonomis dan kursi
Sumber: (Kusmindari, 2014)

3. Penentuan jumlah jam istirahat dan lama istirahat serta jeda dalam
istirahat.Pengrajin songket untuk jeda setiap satu jam sekali dan melakukan
peregangan agar otot-otot tidak tegang.
4. Pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shiftkerja) yang tepat.
5. Meningkatkan variasi pekerjaan atau melakukan gerakan-gerakan tambahan
yang ringan untuk mengurasi rasa kaku pada badan. Merileksikan tubuh
minimal 5 menit saja agar posisi kerja yang tidak ergonomis bisa
diminimalisasi karena istirahat para pengrajin songket ketika ISHOMA saja
(Kusmindari, 2014)

F. Rekomendasi yang dapat dilakukan


1 Perlunya pengrajin songket untuk jeda setiap satu jam sekali dan melakukan
2

peregangan agar otot-otot tidak tegang,


Merileksikan tubuh minimal 5 menit saja agar posisi kerja yang tidak
ergonomis bisa diminimalisasi karen istirahat para pengrajin songket ketika

ISHOMA saja.
Perlunya menghitung ukuran antropometri yang dipakai untuk memperbaiki
ukuran dayan (alat membuat songket) agar menjadi ergonomis bagi pengrajin.

Daftar Pustaka
Ahmad H. Asdie, 1999, Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Yogyakarta:EGC. Berkeley
Vale.
Canadian Centers for Occupational Health & Safety. 2005. WMSDs (online).
Depkes RI, 2004, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perkantoran, Disorder Pada
Pekerja Panen Kelapa Sawit. Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar
Nasional ErgonomiIX Semarang, 17-18 November 2009 Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Pada Penjual Jamu
Gendong, Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 4(1): 61-67.
Harrianto, R. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Hendra & Rahardjo, S. 2009. Risiko Ergonomi Dan Keluhan Muskuloskeletal
http://www.ccohs.ca/oshanwers/ergonomics/riks.html (diakses 25 maret
2016).
Humantech, 1995. Aplied Ergonomics Training Manual 2nd Edition. Australia: J.
Jayaratnam & David KOH, 2010, Kedokteran Kerja, Jakarta, di terjemahkan
oleh Suryadi, Jakarta: EGC. Jakarta: Erlangga.
Khaizun. 2013. Faktor penyebab keluhan subyektif pada punggung pekerja tenun
sarung ATBM di desa wanarejan utara pemalang.
Kim Davies, 2007, Nyeri Tulang Dan Otot, diterjemahkan oleh Dina Mardiana,
Koesyanto, H. 2013. Masa Kerja dan Sikap Kerja Duduk Terhadap Nyeri Punggung.
Kesehatan Masyarakat, KEMAS 9 (1), 9-14.
Kusmindari, D. CH, dkk. 2014. Aplikasi Nordic Body Map Untuk Mengurangi
Musculoskeletal Disorder Pada Pengrajin Songket. Jurnal Ilmiah Tekno,
Teknik Elektro, Teknik Sipil, Teknik Industri, 11(2): 71-80.
Mayrika, P.H., Setyaningsih, Y. Kurniawan, B. & Martini. 2009. Beberapa NIOSH.
Musculoskeletal Disorders and Workplace Faktors: A Critical Review
NIOSH: Centers of Disease Contrrol and Prenvention. 1997.
Nurhikmah. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Musculoskeletal
Disorders (MSDs) Pada Pekerja Furnitur Di Kecamatan Benda Kota
Tangerang Tahun 2011. S1, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. of Epidemiologic Evidence for Work Related Musculoskeletal


Disoeder.
Sumamur P.K, 1996, Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja, Jakarta : Gunung
Agung. Surakarta:UNIBA Press.
Tarawaka. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan dan Produktivitas.
Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu. Jakarta: Guna Widya

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai