Disusun oleh :
Gina Dwi Septiani
10011181320052
10011181320059
Lathifatun M.H
10011181320071
10011181320090
Septia Milanda
10011281320021
Dosen Pembimbing:
Desheilla Andarini ,S.KM.,M.Sc
DR. Novrikasari, S.KM, M.Kes
A. Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos
yang
berarti
hukum,
sehingga
ergonomi
adalah
disiplin
keilmuan
yang
Hubungan kejadian MSDs dengan postur tubuh, Ada dua aspek postur tubuh
yang memberikan kontribusi atas gangguan muskuloskeletal akibat kerja, termasuk
pekerjaan yang bersifat repetitif. Pertama adalah posisi dari bagian tubuh saat
melakukan pekerjaan. Aspek yang kedua dari postur tubuh yang memberikan
kontribusi atas gangguan WMSDs (Work Related Musculoskeletal Disorser) adalah
posisi dari leher akan senantiasa menstabilkan posisi tubuh selama pekerjaan
dilakukan. Kontraksi otot yang terjadi akan menekan pembuluh darah, dan
menyebabkan terganggunya peredaran darah. Otot pada leher dan betis akan menjadi
lelah meskipun leher dan bahu tidak bergerak. Inilah yang menimbulkan sakit pada
bagian leher.( Achwan, 2006, dalam Nurhikmah 2011)
Menurut hasil wawancara kami, keluhan yang terkait MSDs. Rasa nyeri dapat
hilang setelah beristirahat selama satu malam.Hal ini sesuai dengan pendapat
Merulalia (2010) dalam (Nurhikmah, 2011) mengungkapkan gejala yang akan
menunjukkan tingkat keparahan Musculoskeletal Disorders dapat dilihat dari :
a. Tahap 1: Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini
biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak
berpengaruh pada performa kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat.
b. Tahap 2: Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah
bekerja.
Tidur
mungkin
terganggu,
kadang-kadang
menyebabkan
25 tahun. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden pada usia
berisiko. Pada umumnya nyeri keluhan pada musculoskeletal mulai dirasakan
pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada
umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan
bertambahnya umur. Hal ini dikarenakan kekuatan dan ketahanan otot mulai
menurun, sehingga risiko terjadinya keluhan muskuloskletal meningkat. Dari
hal tersebut maka usia mempengaruhi terjadinya keluhan subjektif pada
punggung.( Koesyanto, H. 2013)
2. Sikap Kerja Duduk
Menurut
menerus membuat kontraksi otot cepat menjadi statis dan the load pattern
menjadi lebih kuat dibandingkan dengan kontraksi dinamis. Pekerjaan yang
monoton, ukuran sarana kerja dan antrophometri yang tidak sesuai dapat
menyebabkan sikap kerja yang tidak alamiah, memberikan beban kerja
tambahan dan akhirnya dapat menyebabkan keluhan subjektif.
3. Masa Kerja
Masa kerja merupakan akumulasi aktivitas kerja seseorang yang dilakukan
dalam jangka watu yang panjang. Apabila aktivitas tersebut dilakukan terusmenerus dalam jangka waktu bertahun-tahun tentunya mengakibatkan
gangguan pada tubuh ( Koesyanto, H. 2013). Semakin lama kerja seseorang
dapat menyebabkan terjadinya kejenuhan pada daya tahan otot dan tulang
secara fisik maupun psikis. Menurut (hendra dan Suwandi Rahardjo, 2009)
bahwa pekerja yang mempunyai masa kerja lebih dari 4 tahun mempunyai
risiko gangguan muskuloskeletal 2,775 kali lebih besar dibandingkan dengan
pekerja dengan masa kerja 4 tahun. Menurut Boshuzen dalam Mayrika dkk.
(2009), usia lebih dari 5 tahun lebih berisiko terkena nyeri punggung
dibandingkan dengan responden dengan masa kerja kurang dari 5 tahun.
4. Iklim kerja
Iklim kerja merupakan hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerak udara dan panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaan
beban kerja berat, pekerjaan manual dengan duduk terus menerus (Depkes R1
2004).
3. Keluhan Punggung
Nyeri punggung yaitu nyeri yang berkaitan dengan tulang, ligament,
dan
membungkuk, atau mengejan dangan rasa yang timbul dan sesekali hilang,
dan biasanya tidak menandakan kerusakan permanen apapun. Dalam banyak
kasus nyeri punggung disebabkan oleh sikap badan yang salah tegang atau
kejang otot (Kim Davies, 2007:48).
Nyeri punggung pada pekerjaan dengan posisi duduk yang terus
menerus, efisiensi kerja dan pencegahan terhadap kerusakan tulang belakang
harus mendapat perhatian yang cukup. Lengkung pada torakal atau lengkung
pada tulang punggung yang berlebihan mengakibatkan bongkok atau kifosis.
Menurut Ahmad H. Asdie (1999:86) membagi tipe asal nyeri
punggung menjadi 4, yaitu:
a) Nyeri Bagian Lokal
Nyeri lokal sering dikemukakan sebagai rasa nyeri yang stabil tetapi
bisa intermiten dengan variasi yang cukup besar menurut posisi atau
aktivitas. Rasa nyeri ini sering terasa didekat tulang belakang yang
sakit.
b) Iritasi Pada Radiks
Sering disebut juga nyeri akar, memiliki beberapa ciri khas nyerialaih,tetapi berbeda dalam hal intensitasnya yang lebih besar,
keterbatasan pada daerah akar dan faktor-faktor yang mencetuskanya.
Perjalanan nyeri hampir selalu berasal dari posisi sentral didekat
tulang belakang hingga tertentu pada ekstrimitas bawah.
c) Nyeri Alih
d) Terdiri atas dua tipe yaitu yang diproyeksikan dari tulang belakang ke
regio yang terletak didaerah dermatom lumbal serta sacral bagian atas,
dan
3. Penentuan jumlah jam istirahat dan lama istirahat serta jeda dalam
istirahat.Pengrajin songket untuk jeda setiap satu jam sekali dan melakukan
peregangan agar otot-otot tidak tegang.
4. Pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shiftkerja) yang tepat.
5. Meningkatkan variasi pekerjaan atau melakukan gerakan-gerakan tambahan
yang ringan untuk mengurasi rasa kaku pada badan. Merileksikan tubuh
minimal 5 menit saja agar posisi kerja yang tidak ergonomis bisa
diminimalisasi karena istirahat para pengrajin songket ketika ISHOMA saja
(Kusmindari, 2014)
ISHOMA saja.
Perlunya menghitung ukuran antropometri yang dipakai untuk memperbaiki
ukuran dayan (alat membuat songket) agar menjadi ergonomis bagi pengrajin.
Daftar Pustaka
Ahmad H. Asdie, 1999, Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Yogyakarta:EGC. Berkeley
Vale.
Canadian Centers for Occupational Health & Safety. 2005. WMSDs (online).
Depkes RI, 2004, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perkantoran, Disorder Pada
Pekerja Panen Kelapa Sawit. Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar
Nasional ErgonomiIX Semarang, 17-18 November 2009 Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Pada Penjual Jamu
Gendong, Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 4(1): 61-67.
Harrianto, R. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Hendra & Rahardjo, S. 2009. Risiko Ergonomi Dan Keluhan Muskuloskeletal
http://www.ccohs.ca/oshanwers/ergonomics/riks.html (diakses 25 maret
2016).
Humantech, 1995. Aplied Ergonomics Training Manual 2nd Edition. Australia: J.
Jayaratnam & David KOH, 2010, Kedokteran Kerja, Jakarta, di terjemahkan
oleh Suryadi, Jakarta: EGC. Jakarta: Erlangga.
Khaizun. 2013. Faktor penyebab keluhan subyektif pada punggung pekerja tenun
sarung ATBM di desa wanarejan utara pemalang.
Kim Davies, 2007, Nyeri Tulang Dan Otot, diterjemahkan oleh Dina Mardiana,
Koesyanto, H. 2013. Masa Kerja dan Sikap Kerja Duduk Terhadap Nyeri Punggung.
Kesehatan Masyarakat, KEMAS 9 (1), 9-14.
Kusmindari, D. CH, dkk. 2014. Aplikasi Nordic Body Map Untuk Mengurangi
Musculoskeletal Disorder Pada Pengrajin Songket. Jurnal Ilmiah Tekno,
Teknik Elektro, Teknik Sipil, Teknik Industri, 11(2): 71-80.
Mayrika, P.H., Setyaningsih, Y. Kurniawan, B. & Martini. 2009. Beberapa NIOSH.
Musculoskeletal Disorders and Workplace Faktors: A Critical Review
NIOSH: Centers of Disease Contrrol and Prenvention. 1997.
Nurhikmah. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Musculoskeletal
Disorders (MSDs) Pada Pekerja Furnitur Di Kecamatan Benda Kota
Tangerang Tahun 2011. S1, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Lampiran