Anda di halaman 1dari 4

Volume 3, Nomor 1 (Juni 2021)

E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128


Research Article

Analisa Risiko Terajadinya Keluhan


Myofascial Pain Syndrome terhadap Otot
Upper Trapezius pada Pegawai Puskesmas
Kendalsari – Kota Malang
Safun Rahmanto, Nungki Marlian Yuliadarwati, Ragil Kusumawardana, Rakhmad
Rosadi*

Departement Fisioterapi, Universitas Muhammadiyah Malang, Jalan Bandung No. 1Malang 65133
*Korespondensi: rahkmad@umm.ac.id

ABSTRAK

Analisis kesehatan dan keselamatan kerja dilakukan pada pegawai Puskesmas Kendalsari di Kota
Malang, Jawa Timur. Sampel yang di ambil berjumlah 3 pegawai dengan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Analisis dilakukan dengan wawancara pada pegawai untuk mengetahui usia, durasi
kerja, posisi kerja dan keluhan yang dirasakan. Tujuan dari analisis ini yaitu untuk mengetahui
ergonomic pada pegawai puskesmas. Penilaian ke ergonomi menggunakan Rapid Upper Limb
Assesment (RULA). Dari hasil analisis pegawai puskesmas melakukan pekerjaan tersebut selama 8
jam, yaitu dari jam 07.00 hingga 15.00. Posisi duduk tidak ergonomis dalam waktu lama dengan
leher membungkuk dan tangan yang lebih banyak bekerja menyebabkan permasalahan
musculoskeletal pada tangan, punggung, hingga leher. Keluhan musculoskeletal yang paling banyak
dirasakan adalah nyeri pada leher. Nyeri leher adalah nyeri yang dirasakan pada bagian atas tulang
belakang. Nyeri leher yang dirasakan biasanya ditandai dengan adanya myofascial trigger point
akibat dari kerusakan fasia pada jaringan otot sehingga dapat menimbulkan nyeri yang biasa disebut
dengan myofascial pain syndrome. Gangguan ini dapat berupa nyeri lokal, stiffness, spasme,
tightness, dan keterbatasan gerak dari otot tersebut. Berdasarkan hasil analisis, pada pegawai
puskesmas sering mengeluhkan nyeri leher dikarenakan posisi kerja yang tidak bagus dan dilakukan
dalam waktu lama. Posisi kerja yang tidak ergonomis dengan durasi yang lama dapat menyebabkan
Otot yang bekerja dengan abnormal akan membuat berkurangnya mikrosirkulasi, sehingga dapat
menimbulkan iskemik dalam jaringan. Serabut otot menjadi ikatan tali yang abnormal membentuk
taut band dan mencetuskan adanya nyeri.

Kata Kunci: Nyeri Leher, Myofascial Trigger Point, RULA

PENDAHULUAN pegawai tersebut bekerja dengan posisi


duduk dalam jangka waktu yang relatif
Pada umumnya, orang yang lama dengan posisi tubuh cenderung
merasakan keluhan muskuloskeletal membungkuk dan menunduk. Postur kerja
berawal dari kebiasaan yang dilakukan yang demikian dapat menjadi faktor risiko
selama bekerja. Jika postur kerja yang timbulnya keluhan nyeri leher.
dilakukan tidak tepat dan dipertahankan
dalam durasi yang relatif lama, maka dapat Myofascial pain syndrome otot
memicu timbulnya keluhan upper trapezius merupakan implikasi dari
muskuloskeletal (Alfara et al, 2017). terdapatnya perlengketan atau adhesion
pada struktur myofascia. Perlengketan
Salah satu penyakit akibat kerja tersebut akan berdampak terjadinya
yang banyak ditemui pada pegawai iskemia lokal karena penurunan sirkulasi
puskesmas kendalsari yang dimana darah dan kebutuhan akan nutrisi serta

26
Volume 3, Nomor 1 (Juni 2021)
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128
Research Article

hipoksia pada area taut band juga adalah posisi dari bagian tubuh saat
menumpuknya sisa-sisa metabolisme atau melakukan pekerjaan. Aspek yang kedua
zat p yang sering disebut sebagai dari postur tubuh yang memberikan
akumulasi asam laktat. Hipoksia dan kontribusi atas gangguan WMSDs (Work
iskemik dalam sel otot berdampak Related Musculoskeletal Disorders) adalah
penurunan pH lokal dan diikuti keluarnya posisi dari leher akan senantiasa
substansi yang menstimulasi reseptor nyeri menstabilkan posisi tubuh selama
pada otot. Aktivitas reseptor nyeri tersebut pekerjaan dilakukan. Kontraksi otot yang
akan berdampak spasme otot, allodynia, terjadi akan menekan pembuluh darah dan
hyperesthesia dan mekanik hyperalgesia menyebabkan terganggunya peredaran
(Arthawan, 2017) darah.
Permasalahan ini menyebabkan METODE
nyeri lokal atau reffered pain, tightness,
stiffness, spasme dan keterbatasan gerak Penelitian yang dilakukan ini
kemudian rasa nyeri dapat menjalar pada menggunakan metode observasional,
regio tertentu dan bersifat lokal. Nyeri karena untuk menganalisa kejadian neck
pada otot upper trapezius ini ditimbulkan pain pada pegawai puskesmas Kendalsari
karena aktivitas kerja otot yang berlebih, sejumlah 3 pegawai sebagai sampel pada
dilakukan terus menerus dan ketika observasi ini. Dalam penelitian ini juga
beraktivitas sering menggunakan otot menggunakan metode Rapid Upper Limb
upper trapezius yang pada akhirnya Assessment (RULA). RULA adalah proses
menyebabkan otot tegang, spasme, pengamatan yang digunakan untuk
tightness dan stiffness. Ketika otot tegang mengidentifikasi keluhan di tubuh atas.
terus menerus maka terjadi penurunan RULA digunakan untuk mengindentifikasi
mikrosirkulasi dan jaringan terjadi gangguan mulai perut sampai leher.
iskemik. Rasa nyeri dicetuskan karena Metode ini tidak memerlukan banyak alat
sekelompok serabut otot menjadi seperti di penentuan nilainya. Setiap pergerakan
tali yang abnormal kemudian membentuk diberikan nilai yang sudah diputuskan.
taut band. Suatu kondisi yang ketika diraba Metode ini dirancang khusus memberi
terasa berbeda dari bagian otot lain disebut nilai dan mendapatkan tingkat
dengan taut band, taut band merupakan musculoskeletal yang memungkinkan
satu ikat muscle belly mengeras dan kaku mengakibatkan keluhan di tubuh bagian
(Makmuriyah & Sugijanto, 2013). atas (Pamungkas, 2019).
Keluhan tersebut dirasakan oleh Adapun langkah-langkah dalam
seseorang mulai dari keluhan sangat ringan melakukan analisis postur kerja
sampai sangat sakit. Apabila otot menggunakan metode RULA:
menerima beban statis secara berulang dan
dalam waktu yang lama akan dapat 1. Membagi pengamatan postur tubuh
menyebabkan keluhan berupa kerusakan menjadi dua grup, grup A
pada sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan memperlihatkan postur tubuh bagian
hingga kerusakan inilah yang biasanya lengan atas, lengan bawah,
diistilahkan dengan musculoskeletal pergelangan tangan, dan grup B terdiri
disorders (MSDs) atau cedera pada sistem dari Leher, punggung dan kaki. Selain
musculoskeletal disorders (MSDs) itu juga ada pengukuran beban dan
(Tarwaka 2015). skor aktivitas.
2. Menilai setiap postur kerja
Nurhikmah (2011) menegaskan, menggunakan form RULA ke dalam
ada dua aspek postur tubuh yang skor A dan B.
memberikan kontribusi atas gangguan 3. Menentukan skor akhir RULA dari
musculoskeletal akibat kerja, termasuk hasil kombinasi perhitungan skor A
pekerjaan yang bersifat repetitif. Pertama

27
Volume 3, Nomor 1 (Juni 2021)
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128
Research Article

dan skor B. Menentukan action level otot sehingga dapat menimbulkan nyeri
dari postur kerja. yang biasa disebut dengan myofascial pain
syndrome (Puspitasari & Yusti, 2020).
HASIL DAN PEMBAHASAN Myofascial pain syndrome pada
pegawai puskesmas Kendalsari juga dapat
Hasil analisa RULA pada observasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
ini menunjukkan nilai 4 yang berarti usia, jenis kelamin, lama kerja dan massa
mengindikasikan membutuhkan kerja. Berdasarkan penelitian Prasetyo
investigasi dan perubahan terhadap postur (2010), menjelaskan bahwa kekuatan otot
kerja mungkin dapat dilakukan. maksimal adalah pada usia 20-30 tahun
dan akan menurun seiring dengan
Tanda dan Gejala Nyeri Otot Upper bertambahnya usia. Setelah usia 30 tahun
Trapezius seseorang akan meningkatkan resiko
Terdapat beberapa keluhan klinis mengalami penurunan fungsi otot dan
yang muncul karena permasalahan nyeri tulang yang menjadi pemicu timbulnya
pada otot upper trapezius menurut keluhan muskuloskeletal (Olviana, 2013).
(Gazbare et al, 2014), yaitu: Lama nya kerja juga dapat mempengaruhi
1. Rasa tidak nyaman pada sekitar leher keluhan pada musculoskeletal. Pegawai
dan bahu bahkan terasa vertigo atau puskesmas Kendalsari melakukan
migraine pekerjaan kurang lebih 8 jam dengan
2. Ketika dipalpasi terdapat taut band massa kerja lebih dari 5 tahun. Pekerjaan
3. Nyeri lokal pada taut band fisik yang lama tanpa istirahat yang cukup,
4. Tenderness atau nyeri tekan di maka akan menurunkan kemampuan
sepanjang taut band tubuh dan menyebabkan keluhan
5. Terjadi tightness atau pemendekan otot (Handayani, 2011).
sehingga lingkup gerak sendi terbatas
6. Spasme otot akibat rasa nyeri
7. Stiffness atau kekuatan otot menurun DAFTAR PUSTAKA
pada bahu dan lengan sehingga
menyebabkan lingkup gerak sendi Alfara, I., I. Iftadi, dan R.D. Astuti. (2017).
terbatas Analisis Postur Kerja Operator
Perakitan Di Yessy Shoes Untuk
Postur kerja yang diterapkan oleh Mengidentifikasi Resiko Gangguan
pegawai Puskesmas Kendalsari merupakan Muskuloskeletal Akibat Kerja.
suatu postur duduk yang cenderung tidak Performa. 16(1).
ergonomis. Posisi badan yang Arthawan, M. A. P., Wahyuni, N., &
membungkuk kearah depan menyebabkan Artini, I. G. A. (2017). Perbandingan
posisi postur leher yang cenderung Intervensi Muscle Energy Technique
menunduk, sehingga dapat menyebabkan Dan Infrared Dengan Contract Relax
pembebanan pada otot secara statis dan Stretching Dan Infrared Dalam
menimbulkan keluhan (Qumairoh, Peningkatan Lingkup Gerak Sendi
2018). Postur kerja ini akan menimbulkan Leher Pada Pemain Game Online
perubahan pola bentuk tubuh, gerakan Dengan Myofascial Pain Syndrome
fungsional, perubahan panjang dan Otot Upper Trapezius Di Denpasar.
kekuatan otot antara agonis dan antagonis
Denpasar: Universitas Udayana.
yang salah satunya adalah nyeri leher .
Nyeri leher adalah nyeri yang dirasakan Gazbare, P., & Palekar, T. (2014). Effect
pada bagian atas tulang belakang. Nyeri of Swiss Ball Training on Balance in
leher yang dirasakan oleh pegawai Hemiplegic Patient. National
puskesmas Kendalsari biasanya ditandai Editorial Advisory Board, 8(4),
dengan adanya myofascial trigger point 4128.
akibat dari kerusakan. Fasia pada jaringan

28
Volume 3, Nomor 1 (Juni 2021)
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128
Research Article

Makmuriyah, S. (2013). Iontophoresis Muscoluskeletal Disorder (MSDs)


Diclofenac Lebih Efektif (Studi Kasus pada UD Tiban Jaya
Dibandingkan Ultrasound Terhadap Rotan) (Doctoral dissertation,
Pengurangan Nyeri Pada Myofascial University of Muhammadiyah
Syndrome Musculus Upper Malang).
Trapezius. Jurnal Fisioterapi, 13.
Sari, E. N., Handayani, L., & Saufi, A.
Nurkhikmah. (2011). Faktor-Faktor yang (2017). Hubungan Antara Umur dan
Berhubungan dengan Masa Kerja dengan Keluhan
Muscoloskeletal Disorders (MSDs) Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Pada Pekerja Furniture Di pada Pekerja Laundry. Jurnal
Kecamatan Benda Kota Tangerang. Kedokteran dan Kesehatan, 13(2),
Skripsi. Jakarta : UIN Syarif 183-194.
Hidayatullah.
Samara, D. (2007). Nyeri muskuloskeletal Tarwaka. (2015). Ergonomi Industri
pada leher pekerja dengan posisi Dasar-Dasar Pengetahuan
pekerjaan yang statis. Universa Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
Medicina, 26(3), 137-142. Kerja. Revisi-Edisi II. Cetakan
Kedua. Harapan Press. Surakarta.
Olviana, A. (2014). Hubungan Antara
Postur Tubuh Dengan Kejadian Low
Back Pain (LBP) Pada Pekerja
Pembersih Kulit Bawang Di Unit
Dagang (UD) Bawang Lanang
Kelurahan Iringmulyo Kota Metro.
Pamungkas, D. T. (2019). Perbaikan
Postur Kerja Untuk Mengurangi
Resiko Cedera Dengan
Menggunakan Metode RULA (Rapid
Upper Limb Assessment) (Studi
Kasus di UD. Samsul) (Doctoral
dissertation, University of
Muhammadiyah Malang).
Prasetyo, R. (2018). Perbedaan Efektifitas
Muscle Energy Technique Dan
Workplace Exercise Meningkatkan
Kemampuan Fungsional Broadcaster
Pada Myofacial Trigger Point
Syndrome Otot Upper Trapezius
(Doctoral dissertation, Universitas'
Aisyiyah Yogyakarta).
Puspitasari, N., & Yusti, A. N. (2020).
Hubungan Postur Kerja Terhadap
Upper Cross Syndrome Pada
Penjahit. Proceeding of The
URECOL, 249-255.
Qumairoh, R. (2018). Usulan Perbaikan
Postur Kerja Menggunakan Metode
Rapid Entire Body Assessment
(REBA) untuk Mengurangi

29

Anda mungkin juga menyukai